Anda di halaman 1dari 11

TUGAS AKHIR

AKUNTANSI MANAJEMEN

Dosen Pengampu

: Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si.


Raeni, S.Pd.

Nama

: Deka Erfiana

NIM

: 7311412111

Jurusan

: Manajemen Keuangan 2012

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
A. KONSEP DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI MANAJEMEN
Akuntansi manajemen adalah salah satu bidang akuntansi yang tujuan
utamanya adalah menyajikan laporan-laporan sebagai satu satuan usaha untuk
kepentingan pihak internal dalam rangka melaksanakan proses manajemen yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian.Menurut Halim
dan Supomo (2000 : 3) menyatakan bahwa akuntansi manajemen adalah Suatu kegiatan
( proses ) yang menghasilkan informasi keuangan bagi manajemen untuk pengambilan
keputusan ekonomi dalam melaksanakan fungsi manajemen.
Terdapat dua tipe akuntansi dalam akuntansi manajemen, yaitu akuntansi
keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi keuangan merupakan tipe akuntansi
yang mengolah informasi keuangan yang terutama untuk memenuhi keperluan
manajemen puncak dan pihak luar organisasi. Sedangkan akuntansi manajemen
merupakan tipe akuntansi yang mengolah informasi keuangan yang terutama untuk
memenuhi keperluan manajemen dalam melaksanakan fungsi perencanaan dan
pengendalian oranisasi.
Akuntansi Keuangan
Sebagai Suatu Tipe Akuntansi
Akuntansi Manajemen

1. Perbedaan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen


a. Akuntansi Keuangan

Akuntansi keuangan mempunyai tujuan untuk menyajikan informasi keuangan


bagi pemakai di luar perusahaan, contohnya seperti pemegang saham, kreditor,
analis keuangan, karyawan, instansi pemerintah dan lainnya. Sementara itu,

tujuan masing-masing pemakai laporan keuangan dari pihak luar perusahaan


adalah bentuk hubungan atau kerjasama yang akan mereka ambil di masa depan
dengan perusahaan penerbit laporan keuangan, singkatnya para pemakai laporan
keuangan menggunakan laporan keuangan tidak bertujuan untuk mengambil
keputusan mengenai perusahaan, namun lebih pada untuk mengambil keputusan
jenis dan sifat hubungan seperti apa yang akan di lakukan dengan perusahaan
penerbit laporan keuangan di masa yang akan datang.

Untuk lingkup informasi, pada laporan Akuntansi Keuangan umumnya


menyajikan informasi keuangan tentang perusahaan secara keseluruhan. Neraca
(laporan posisi keuangan) yang menyajikan aset, kewajiban (liabilitas), dan
modal perusahaan secara keseluruhan, ataupun laporan Rugi-Laba (laporan labarugi komprehensif) yang menyajikan hasil kegiatan dari perusahaan secara
keseluruhan. Karena tujuan laporan keuangan untuk pemakai dari luar
perusahaan, maka informasi yang ada dalam laporan keuangan lebih berbentuk
ringkasan(summary) dan

menggambarkan

keuangan

perusahaan

secara

keseluruhan. Hal ini sangat penting untuk pengguna laporan keuangan yang
berasal dari luar perusahaan sebagai perluasan dari informasi mengenai
perusahaan secara keseluruhan.

Ditinjau dari fokus informasi, Akuntansi Keuangan berfokus pada informasi


masa lalu (historical). Akuntansi Keuangan menggambarkan suatu bentuk
pertanggungjawaban dana yang sebelumnya dipercayakan oleh para penyedia
dana dari pihak luar perusahaan kepada manajemen perusahaan.

Dari segi rentang waktu, Akuntansi Keuangan menghasilkan laporan yang


kurang fleksibel dan hanya mencakup jangka waktu tertentu, seperti misalnya
periode satu tahun (annual), periode setengah tahun (interim), periode satu
kuartal, atau periode satu bulan.

Untuk kriteria bagi informasi Akuntansi Keuangan, merupakan prinsip-prinsip


akuntansi yang lazim atau berterima secara umum. Prinsip-prinsip tersebut
merupakan hasil dari perumusan organisasi yang berwenang seperti Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) dan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
sebagai hasil dari tuntutan pemakai laporan keuangan yang berasal dari pihak
luar perusahaan. Pemakai laporan keuangan dari pihak luar perusahaan tidak

mempunyai pengetahuan langsung tentang praktik dalam perusahaan, laporan


keuangan merupakan satu-satunya media komunikasi antara pihak luar dengan
manajemen, karena itu laporan keuangan dari Akuntansi keuangan memerlukan
suatu standarisasi bentuk laporan keuangan agar pengguna laporan keuangan
dari pihak luar dapat membandingkan berbagai laporan keuangan dari beberapa
perusahaan yang berbeda sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan
keputusan tentang hubungan yang akan diambil dengan perusahaan di masa
datang.

Sifat informasi dari Akuntansi Keuangan memerlukan tingkat ketepatan yang


tinggi, objektif, dapat diuji kebenarannya, dan juga akurat, karena para
pemakainya adalah pihak-pihak dari luar perusahaan yang menggunakan laporan
keuangan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan. Untuk
mendapatkan tingkat ketepatan tersebut perusahaan terkadang menggunakan
jasa dari pihak ketiga yang bebas dari kepentingan apapun untuk memberikan
pendapat tentang laporan keuangan perusahaan, yaitu auditor.
b. Akuntansi Manajemen

Berbeda dengan Akuntansi Keuangan yang mempunyai fokus laporan


pertanggungjawaban dan ringkasan kondisi perusahaan kepada pihak luar
perusahaan, laporan keuangan atau hasil olah informasi dari Akuntansi
Manajemen mempunyai fokus menyediakan informasi keuangan bagi keperluan
pihak internal perusahaan atau manajemen. Akuntansi Manajemen berhubungan
dengan informasi mengenai perusahaan untuk memberikan manfaat bagi para
pemakai laporan keuangan yang berada dalam perusahaan (manajemen) sebagai
bahan pertimbangan yang mendukung dalam pengambilan keputusan.

Lingkup informasi pada Akuntansi Manajemen cenderung lebih sempit, tidak


lagi berfokus pada perusahaan sebagai satu entitas melainkan lebih detil karena
lingkup informasi bertujuan untuk melaporkan bagian-bagian tertentu dari
perusahaan, seperti bagian produksi, bagian pemasaran dan lainnya. Namun
kompleksitas lingkup informasi keuangan yang dihasilkan oleh Akuntansi
Manajemen ini nantinya akan sejalan dengan tingkat-tingkat manajemen yang
terlibat dalam membuat keputusan.

Dalam fokus informasi, Akuntansi Manajemen cenderung berorientasi pada


masa yang akan datang, karena pengambilan keputusan selalu menyangkut
tentang hal-hal yang berhubungan dengan kebijakan perusahaan di masa yang
akan datang, namun untuk sumber informasi yang akan diolah bisa bervariasi,
mulai dari biaya-biaya di masa lalu (historical cost), biaya sekarang (current
cost) atau biaya masa datang (future cost).

Untuk Rentang waktu, Akuntansi Manajemen menyediakan rentang waktu yang


jauh lebih fleksibel dibandingkan Akuntansi Keuangan, hal ini terjadi karena
tuntutan dari manajemen perusahaan yang harus membuat keputusan-keputusan
penting dalam waktu yang relatif singkat dan cepat, baik yang bersifat
terstruktur, semi-terstruktur, hingga tidak terstruktur. Rentang waktu yang
diberikan bisa berupa harian, mingguan, bulanan, atau bahkan hingga periode 10
tahun.

Kriteria bagi informasi Akuntansi Manajemen tidak dibatasi oleh prinsip-prinsip


akuntansi yang berterima umum, selama itu memberi manfaat bagi pihak
manajemen perusahaan, baik itu dalam hal pengukuran, ataupun perhitungan.
Dalam Akuntansi manajemen, praktik-praktik yang telah terbukti berhasil dan
bermanfaat pada suatu perusahaan kebanyakan akan ditiru oleh perusahaanperusahaan lain yang kemudian akan menyebar luas dalam dunia industri. Selain
itu, pada Akuntansi Manajemen tidak ada organisasi ataupun undang-undang
yang mengatur praktik-praktiknya, selama itu bermanfaat untuk manajemen
perusahaan maka perusahaan akan terus menggunakan praktik-praktik tersebut.

Akuntansi

Manajemen

menghasilkan

informasi

yang

akan

membantu

manajemen untuk mengambil keputusan yang berhubungan dengan kebijakan


perusahaan, baik untuk perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian, pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kebijakan
dalam perusahaan selalu menyangkut masa yang akan datang. Maka dari itu
Akuntansi Manajemen tidak hanya mengandalkan satu disiplin ilmu saja yaitu
akuntansi, namun juga mengambil disiplin ilmu dari manajemen untuk
mengatasi dan mengatur sumber daya dan waktu perusahaan, selain itu
Akuntansi Manajemen juga menggunakan disiplin ilmu psikologi sosial ketika
melakukan estimasi, perkiraan dan peramalan untuk penjualan produk,

pengendalian
mengumpulkan

sumber

daya

manusia.

informasi-informasi

yang

Akuntansi
relevan

Manajemen
dengan

sering

pengambilan

keputusan dan bersifat taksiran karena pengambilan keputusan selalu


menyangkut tentang masa yang akan datang.
ilmuakuntansi.web.id/pengertian-akuntansi-manajemen/
http://acco
unting-media.blogspot.com/2014/07/perbedaan-akuntansi-manajemen-dan.html

2. Dampak Perkembangan Teknologi Informasi Bagi Akuntansi


Manajemen
Perkembangan teknologi informasi mempunyai dampak terhadap teknologi
pembuatan produk, sejak saat didesain dan dikembangkan, diproduksi sampai pada
pendistribusian ke konsumen. Selain itu, perkembangan teknologi informasi
mempunyai dampak terhadap sistem pengolahan informasi akuntansi untuk
memenuhi kebutuhan manajemen. Dampaknya antara lain:
1. Informasi biaya produk yang lebih cermat
Persaingan

tingkat

dunia

memaksa

manajemen

perusahaan

memperhitungkan dengan cermat biaya produk mereka dengan tujuan :


a. Customer tidak dibebani biaya tambahan
b. Laba yang diperoleh perusahaan yang memasuki persaingan global
adalah rendah sehingga hanya perusahaan-perusahaan yang costeffective saja yang mampu bertahan dan berkembang.
Dengan demikian, manajemen perusahaan-perusahaan yang memasuki
persaingan global memerlukan informasi biaya produk yang lebih cermat
disbanding sebelum perusahaan menghadapi situasi tersebut. Dengan semakin
bersarnya sumber daya yang dikonsumsi perusahaan dalam fase desain dan
fase distribusi produk, manajemen memerlukan informasi biaya yang
mencakup semua fase pembuatan produk, yakni : fase desain, fase produksi,
dan fase distribusi. Berkaitan dengan hal ini maka akuntansi biaya tradisonal
tidak lagi relevan dengan kebutuhan manajemen perusahaan.
1. Informasi biaya overhead yang cermat

Penggunaan teknologi maju dalam proses manufaktur menyebabkan


kenaikan yang signifikan pada persentase biaya overhead pabrik dalam
struktur biaya produk. Besarnya proporsi biaya overhead pabrik dalam
keseluruhan biaya produk memaksa manajemen untuk tidak sekedar
mengalokasikan biaya kepada produk, namun mendorong manajemen untuk
mencari cara agar mereka mampu mengelola biaya tersebut, karena biaya
overhead pabrik mencerminkan konsumsi sumber daya dalam pelaksanaan
aktivitas tertentu.
Perusahaan yang menghasikan berbagai macam produk , memerlukan
metode pembebanan biaya overhead pabrik yang lebih cermat dan
mencerminkan konsumsi biaya tersebut oleh produk.
Oleh karena itu, biaya overhead pabrik yang besar memerlukan teknologi
pengelolaan biaya yang dirancang untuk memungkinkan manajemen
memantau konsumsi sumber daya dalam setiap aktivitas yang dilaksanakan
untuk menghasilkan produk. Hal ini diperlukan manajemen untuk melakukan
improvement secara berkelanjutan terhadap value-added activities dan dapat
menghilangkan non-value-added activities. Dalam posisi ini manjemen akan
mampu menjadikan perusahaanya cost-effective sebagai salah satu daya saing
yang harus dimiliki oleh perusahaan kelas dunia.
2. Informasi biaya daur hidup produk
Dengan pesatnya perkembangan pemanfaatan komputer dalam tahap
desain, engineering, dan produksi, jarak waktu yang diperlukan dari ide
rancangan sampai dengan proses produksi menjadi sangat pendek. Kondisi ini
memungkinkan perusahaan kelas dunia memilih strategi inovasi sebagai
senjata untuk memenangkan perebutan pasar dunia. Strategi ini menjadikan
daur hidup produk menjadi pendek. Untuk itu manajemen tidak lagi cukup
hanya memperoleh informasi biaya dari sistem akuntansi biaya tradisional,
namun jauh lebih penting dari itu, manajemen memerlukan informasi biaya
daur hidup produk yang memungkinkan manajemen melakukan strategic cost
analysis pada saat mempertimbangkan peluncuran produk baru, penghentian
produksi produk yang ada, dan product profitability analysis.

3.Konsep Just In Time serta Dampaknya Terhadap Akuntansi Manajemen


Dalam pengertian luas, JIT adalah suatu filosofi tepat waktu yang memusatkan
pada aktivitas yang diperlukan oleh segmen-segmen internal lainnya dalam suatu
organisasi.
JIT mempunyai empat aspek pokok sebagai berikut:
1. Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa harus di
eliminasi.Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya yang tidak
perlu,misalnya persediaan sedapat mungkin nol.
2. Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih tinggi. Sehingga produk
rusak dan cacat sedapat mungkin nol,tidak memerlukan waktu dan biaya untuk
pengerjaan kembali produk cacat, dan kepuasan pembeli dapat meningkat.
3. Selalu

diupayakan

penyempurnaan

yang

berkesinambungan

(Continuous

Improvement)dalam meningkatkan efisiensi kegiatan.


4. Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan pemahaman terhadap
aktivitas yang bernilai tambah.
JIT dapat diterapkan dalam berbagai bidang fungsional perusahaan seperti
misalnya pembelian, produksi, distribusi, administrasi dan sebagainya.

Prinsip Dasar Just In Time


Untuk mengaplikasikan metode JIT maka ada delapan prinsip yang harus

dijadikan dasar pertimbangan di dalam menentukan strategi sistem produksi, yaitu3:


1. Berproduksi sesuai dengan pesanan Jadual Produksi Induk
Sistem manufaktur baru akan dioperasikan untuk menghasilkan produk
menunggu setelah diperoleh kepastian adanya order dalam jumlah tertentu masuk.
Tujuan utamanya untuk memproduksi finished goods tepat waktu dan sebatas pada
jumlah yang ingin dikonsumsikan saja (Just in Time), untuk itu proses produksi akan
menghasilkan sebanyak yang diperlukan dan secepatnya dikirim ke pelanggan yang
memerlukan untuk menghindari terjadinya stock serta untuk menekan biaya
penyimpanan (holding cost).
2. Produksi dilakukan dalam jumlah lot (Lot Size) yang kecil untuk menghindari
perencanaan dan lead time yang kompleks seperti halnya dalam produksi jumlah besar.
Fleksibilitas aktivitas produksi akan bisa dilakukan, karena hal tersebut memudahkan

untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian

dalam rencana produksi

terutama

menghadapi perubahan permintaan pasar.


3. Mengurangi pemborosan (Eliminate Waste)
Pemborosan (waste) harus dieliminasi dalam setiap area operasi yang ada. Semua
pemakaian sumber-sumber input (material, energi, jam kerja mesin atau orang, dan lainlain) tidak boleh melebihi batas minimal yang diperlukan untuk mencapai target
produksi.
4. Perbaikan aliran produk secara terus menerus.
(Continous Product Flow Improvement) Tujuan pokoknya adalah menghilangkan
proses-proses yang menimbulkan bottleneck dan semua kondisi yang tidak produktif
(idle, delay, material handling, dan lain-lain) yang bisa menghambat kelancaran aliran
produksi.
5. Penyempurnaan kualitas produk (Product Quality Perfection)
Kualitas produk merupakan tujuan dari aplikasi Just in Time dalam sistem produksi.
Disini selalu diupayakan untuk mencapai kondisi Zero Defect dengan cara melakukan
pengendalian secara total dalam setiap langkah proses yang ada. Segala bentuk
penyimpangan haruslah bisa diidentifikasikan dan dikoreksi sedini mungkin.
6. Respek terhadap semua orang/karyawan (Respect to People)
Dengan metode Just in Time dalam sistem produksi setiap pekerja akan diberi
kesempatan dan otoritas penuh untuk mengatur dan mengambil keputusan apakah suatu
aliran operasi bisa diteruskan atau harus dihentikan karena dijumpai adanya masalah
serius dalam satu stasiun kerja tertentu.
7. Mengurangi segala bentuk ketidak pastian (Seek to Eliminate Contigencies)
Inventori yang ide dasarnya diharapkan bisa mengantisipasi demand yang berfluktuasi
dan segala kondisi yang tidak terduga, justru akan berubah menjadi waste bilamana
tidak segera digunakan. Begitu pula rekruitmen tenaga kerja dalam jumlah besar secara
tidak terkendali seperti halnya yang umum dijumpai dalam aktivitas proyek akan
menyebabkan terjadinya pemborosan bilamana tidak dimanfaatkan pada waktunya.
Oleh karena itu dalam perencanaan dan penjadualan produksi harus bisa dibuat dan
dikendalikan secara teliti. Segala bentuk yang memberi kesan ketidakpastian harus bisa
dieliminir dan harus sudah dimasukkan dalam pertimbangan dan formulasi model
peramalannya.

Pengaruh JIT pada Penilaian Persediaan


Salah satu masalah pertama akuntansi yang dapat dihilangkan dengan

penggunaan pemanufakturan JIT adalah kebutuhan untuk menentukan biaya produk


dalam rangka penilaian persediaan. Jika terdapat persediaan, maka persediaan tersebut
harus dinilai, dan penilaianny mengikuti aturan-aturan tertentu untuk tujuan pelaporan
keuangan. Dalam JIT diusahakan persediaan nol (atau paling tidak pada tingkat yang
tidak signifikan), sehingga penilaian persediaan menjadi tidak relevan untuk tujuan
pelaporan keuangan. Dalam JIT, keberadaan penentuan harga Pokok produk hanya
untuk memuaskan tujuan manajerial. Manajer memerlukan informasi biaya produk yang
akurat untuk membuat berbagai keputusan misalnya:
(a) penetapan harga jual berdasar cost-plus,
(b) analisis trend biaya,
(c) analisis profitabilitas lini produk,
(d) perbandingan dengan biaya para pesaing,
(e) keputusan membeli atau membuat sendiri, dsb.

Pengaruh JIT pada Harga Pokok Pesanan


Dalam penerapan JIT untuk penentuan order pesanan, pertama, perusahaan

harus memisahkan bisnis yang sifatnya berulang-ulang dari pesanan khusus.


Selanjutnya, sel-sel pemanufakturan dapat dibentuk untuk bisnis berulang-ulang.
Dengan mereorganisasi tata letak pemanufakturan, pesanan tidak membutuhkan
perhatian yang besar dalam mengelompokkan harga pokok produksi. Hal ini karena
biaya dapat dikelompokkan pada level selular. lagi pula, karena ukuran lot sekarang
lebih sangat kecil, maka tidak praktis untuk menyusun kartu harga pokok pesanan untuk
setiap pesanan. Maka lingkungan pesanan akan menggunakan sifat sistem harga pokok
proses.

Penentuan Harga Pokok Proses dan JIT


Dalam metodeproses, perhitungan biaya per unit akan menjadi lebih rumit

karena adanya persediaan barang dalam proses. Dengan menggunakan JIT, diusahakan
persediaan nol, sehingga penghitungan unit ekuivalen tidak terlalu dibutuhkan, dan
tidak perlu menghitung biaya dari periode sebelumnya. JIT secara signifikan mengarah
pada penyederhanaan.

B. INFORMASI AKUNTANSI PENUH


Full Acounting Information adalah seluruh aktiva, seluruh pendapatan yang
diperoleh dan seluruh sumber yang dikorbankan suatu objek informasi. Unsur yang
membentuk informasi akuntansi penuh adalah total aktiva, total pendapatan dan
total biaya. Jika informasi akuntansi penuh berupa aktiva disebut dengan aktiva
penuh (full assets). Informasi akuntansi penuh bermanfaat bagi manajemen untuk:
1. Pelaporan keuangan
2. Analisis kemampuan menghasilkan laba (profitability analysis)
3. Mengetahui biaya yang telah dikeluarkan untuk sesuatu
4. Penentuan harga jual dalam cost type contact
5. Penentuan harga jual normal
6. Penentuan harga transfer
7. Penentuan harga jual yang diatur dengan peraturan pemerintah
8. Penyusunan program
1. Contoh Penggunaan Informasi Akuntansi Penuh Untuk

Anda mungkin juga menyukai