BAB II
ANALISA BIAYA – VOLUME – LABA
2.1 Pendahuluan
Analisis Biaya Volume Laba atau biasa disebut dengan Cost Volume Profit
Analysis (CVPA) merupakan suatu alat yang sangat tepat untuk perencanaan dan
pengambilan keputusan terkait dengan biaya variable per unit, kuantitas yang terjual, harga
produk (prices of products), volume produksi, dan semua informasi keuangan perusahaan
yang terkandung di dalamnya yang sangat mempengaruhi tingkat laba.
Analisis CVP dapat mengatasi banyak isu lainnya seperti jumlah unit yang harus
dijual untuk mencapai impas, dampak pengurangan biaya tetap terhadap titik impas, serta
dampak kenaikan harga terhadap laba. Selain itu analisis CVP memungkinkan para manajer
untuk melakukan analisis sensitivitas dengan menguji dampak dari berbagai tingkat harga
atau biaya terhadap laba.
Sementara tujuan utama suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang
maksimal agar kelangsungan hidup perusahaan terus berjalan sepanjang waktu, maka perlu
dilakukan analisis terhadap biaya volume laba perusahaan. Oleh karena itu, dalam makalah
ini akan dibahas bagaimana analisis cost volume profit (CVP) agar manajer dapat dengan
bijak mengambil keputusan yang pasti dan tidak mengandung resiko yang dapat merugikan
perusahaan.
2.2 Analisis Biaya Volume Laba
Suatu perusahaan akan berada pada titik break even point apabila dalam
suatu periode aktivitas usaha, tidak memperoleh laba dan tidak juga mengalami kerugian.
Artinya, jika seluruh pendapatan perussahaan yang diperoleh dijumlahkan, maka jumlah
tersebut sama besarnya dengan seluruh biaya yang dikeluarkan. Berikut beberapa
pengertian break even point menurut para ahli:
Menurut Mulyadi (2001), Impas adalah suatu keadaan dimana suatu usaha tidak
memperoleh laba dan tidak menderita rugi, dengan kata lain suatu usaha dikatakan impas jika
jumlah pendapatan (revenue) sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya
dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja.
Menurut Hansen dan Mowen (1994) mengemukakan bahwa “Break Even Point is
where total revenues equal total costs, the point is zero profits” yang berarti ialah ”BEP
adalah di mana total pendapatan biaya total yang sama, intinya adalah nol keuntungan”.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat diartikan bahwa yang dimaksud dengan break
even point (titik impas) adalah suatu keadaan dimana perusahaan tidak memperoleh laba
ataupun tidak menderita kerugian. Sehingga perusahaan dikatakan impas jika jumlah
pendapatan yang diperoleh sama besarnya dengan jumlah biaya yang dikeluarkan.
Analisis biaya volume laba dapat diterapkan dalam banyak hal, diantaranya adalah :
1. Menentukan harga jual produk atau jasa.
2. Memperkenalkan produk atau jasa baru.
3. Mengganti peralatan.
4. Memutuskan apakah produk atau jasa yang ada seharusnya dibuat di dalam
perusahaan atau dibeli dari luar perusahaan.
5. Melakukan analisis apa yang akan dilakukan, jika sesuatu dipilih oleh manajemen.
2.3 Titik Impas (BEP) dalam Unit
Salah satu bentuk analisis CVP yang populer adalah perhitungan titik impas
perusahaan. Titik impas (Break Even Point /BEP) adalah suatu titik yang menunjukkan
volume pendapatan yang tidak menimbulkan laba atau rugi. Pada saat BEP, pendapatan total
sama dengan biaya total sehingga besarnya laba sama dengan nol. Analisis impas membuat
perusahaan menelaah pola perilaku biaya tetap dan biaya variabel.
Tujuan analisis titik impas adalah untuk mencari tingkat aktivitas dimana pendapatan
dan hasil penjualan sama dengan jumlah semua biaya variabel dan biaya tetapnya.
Perusahaan tidak mendulang untung ketika hanya mencapai titik impas. Oleh karena itu
hanya penjualan, biaya variabel, dan biaya tetap saja yang dipakai untuk menghitung titik
impas. Titik impas normalnya bukan merupakan sasaran kinerja yang diharapkan, namun titik
impas ini dapat mengindikasikan tingkat penjualan yang disyariatkan agar perusahaan
terhindar dari kerugian. Dengan demikian, titik impas menunjukan suatu sasaran volume
penjualan minimal yang harus diraih oleh perusahaan. Mengetahui titik impas terutama
penting ketika sebuah perusahaan memperkenalkan sebuah produk baru atau memasuki pasar
baru. Dalam kedua kondisi tersebut, Perusahaan harus mengawasi secara hati-hati potensi
penjualan dan membandingkanya dengan titik impas.
Titik impas ini selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan metode persamaan,
metode marjin kontribusi, dan metode grafik, baik dalam hitungan unit penjualan maupun
penjualan dalam satuan mata uang tertentu yang digunakan dalam transaksi bisnis.
2.3.1 Penggunaan Laba Operasi dalam Analisis Biaya-Volume-Laba
Untuk bisa menentukan jumlah produk yang harus dijual untuk mencapai titik impas,
maka kita bisa berfokus pada laba operasi, yaitu laba yang berasal dari operasi normal
perusahaan. Yang harus kita lakukan adalah:
1. Menentukan pengertian unit, dan
2. Memisahkan biaya antara komponen biaya tetap dan biaya variabelnya.
Dengan demikian, persamaan laba operasi menjadi:
erasional = Pendapatan Penjualan – Biaya ariabel – Biaya Tetap
erasional = (Harga x Unit Terjual) – (Biaya Variabel x Unit Terjual) - Biaya Tetap Total
Contoh kasus:
PT. Maju Mundur memproduksi mesin rumput, dengan penjualan 1.000 unit seharga 400/unit
dan biaya variabel adalah 325 dengan biaya tetapnya adalah 45.000. Berapakah titik impas
persamaan laba operasinya?
Jawab:
Laporan Laba/Rugi
(Harga x Unit Terjual) – (Biaya Variabel x Unit Terjual) - Biaya Tetap Total
Penjualan (1.000unit x @400) = 400.000 100,00 (rasio)
Dikurangi: Biaya Variabel (1.000unit x 325) = (325.000) 81,25
Marjin kontribusi = 75.000 18,75
Dikurangi: Biaya Tetap = (45.000)
Laba Operasi = 30.000
Titik Impas Persamaan
Pendapatan Penjualan – Biaya ariabel – Biaya Tetap
0 = (400x - 325x) - 45.000
0 = 75x - 45.000
75x = 45.000
X = 600
Area Laba
Area Rugi
Pendapatan
325.000
600
Unit yang terjual
Biaya Tetap
Pendapatan Penjualan
Total Beban
Titik Impas
45.000
2.6 Analisis Multi Produk
Analisis multi produk memerlukan adanya asumsi terkait dengan bauran penjualan
(sales mix), yaitu kombinasi berbagai produk yang dihasilkan/dijual perusahaan. Dengan
menentukan suatu bauran penjualan tertentu, analisis multi produk dapat diubah ke dalam
analisis produk tunggal. Namun untuk analisis CVP kita harus menggunakan bauran
penjualan dalam unit. Perusahaan dapat menyelesaikan masalah multiproduk dengan
mengkonversinya menjadi produk tunggal.
Contoh:
PT. Maju Mundur mempunyai biaya tetap total 96.250, ingin memproduksi dua mesin
rumput, yaitu mesin rumput manual (A) sebanyak 1.200 unit dan mesin rumput otomatis (B)
sebanyak 800 unit, dengan biaya tetap langsungnya adalah 30.000 untuk mesin rumput
manual (A) dan 40.000 untuk mesin rumput otomatis (B) dan beban biaya tidak langsung
sebesar 26.250, dengan keterangan sebagai berikut:
Mesin Mesin
Keterangan Per Paket
Manual (A) Otomatis (B)
Harga Jual/unit 400 800
Biaya Variabel/unit 325 600
Marjin Kontribusi/unit 75 200
Bauran Penjualan 3 2
Marjin kontribusi/paket =
225 400 625
(3) x (4)
Buatlah laporan laba rugi dan titik impas PT. Maju Mundur?
Jawab:
Laporan laba/rugi:
Mesin Mesin
Keterangan Total
Manual (A) Otomatis (B)
Penjualan: 480.000 640.000 1.120.000
Dikurangi: Biaya Variabel (390.000) (480.000) (870.000)
Marjin Kontribusi 90.000 160.000 250.000
Dikurangi: Biaya Tetap Langsung (30.000) (40.000) (70.000)
Marjin Segmen 60.000 120.000 180.000
Dikurangi: Biaya Tetap TL (26.250)
Laba Operasi 153.750
3.2 Saran
Setelah membahas dan mempelajari akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan aktivitas dan strategi
dan analisis biaya volume laba ini, diharapkan kita dapat menganalisis biaya volume laba pada suatu perusahaan
tertentu sebagai skill penunjang bagi seorang manajer.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony A.Atkinson, Robert S.Kaplan, Ella mae matsumura, S.Mark Young : Akuntansi Manajemen, Edisi ke 5 jilid 1.
Hansen, D.R., dan Mowen, M.M. 2005. Managerial Accounting. Seventh Edition. Cincinnati: South-
Western College Publishing (HM).
Rayburn, L.G. Akuntansi Biaya: dengan Menggunakan Pendekatan Manajemen Biaya. Edisi 6. Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Sugiri, S., dan Sulastiningsih. 2004. Akuntansi Manajemen: Sebuah Pengantar. Edisi Ketiga.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN.