Anda di halaman 1dari 17

STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK (SPAP)

A. PENGERTIAN SPAP
Standar Profesional Akuntan Publik (disingkat SPAP) adalah kodifikasi berbagai pernyataan
standar teknis yang merupakan panduan dalam memberikan jasa bagi Akuntan Publik di
Indonesia. SPAP dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan
Publik Indonesia (DSPAP IAPI).
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah merupakan hasil pengembangan
berkelanjutan standar profesional akuntan publik yang dimulai sejak tahun 1973. Pada tahap
awal perkembangannya, standar ini disusun oleh suatu komite dalam organisasi Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) yang diberi nama Komite Norma Pemeriksaan Akuntan.
Standar yang dihasilkan oleh komite tersebut diberi nama Norma Pemeriksaan Akuntan.
Sebagaimana tercermin dari nama yang diberikan, standar yang dikembangkan pada saat itu
lebih berfokus ke jasa audit atas laporan keuangan historis. Perubahan pesat yang terjadi di
lingkungan bisnis di awal dekade tahun sembilan puluhan kemudian menuntut profesi akuntan
publik untuk meningkatkan mutu jasa audit atas laporan keuangan historis, jasa atestasi, dan jasa
akuntansi dan review. Di samping itu, tuntutan kebutuhan untuk menjadikan organisasi profesi
akuntan publik lebih mandiri dalam mengelola mutu jasa yang dihasilkan bagi masyarakat juga
terus meningkat. Respon profesi akuntan publik terhadap berbagai tuntutan tersebut diwujudkan
dalam dua keputusan penting yang dibuat oleh IAI pada pertengahan tahun 1994 : (1) perubahan
nama dari Komite Norma Pemeriksaan Akuntan ke Dewan Standar Profesional Akuntan Publik
dan (2) perubahan nama standar yang dihasilkan dari Norma Pemeriksaan Akuntan ke Standar
Profesional Akuntan Publik.
SPAP merupakan kodifikasi berbagai pernyataan standar teknis dan aturan etika.
Pernyataan standar teknis yang dikodifikasi dalam buku SPAP ini terdiri dari :
1. Pernyataan Standar Auditing
2. Pernyataan Standar Atestasi
3. Pernyataan Jasa Akuntansi dan Review
4. Pernyataan Jasa Konsultansi
5. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu
Sedangkan aturan etika yang dicantumkan dalam SPAP adalah Aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik yang dinyatakan berlaku oleh Kompartemen Akuntan Publik
sejak bulan Mei 2000. Standar Auditing Standar auditing merupakan panduan audit atas laporan
keuangan historis. Standar auditing terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan
Standar Auditing (PSA). Dengan demikian, PSA merupakan penjabaran lebih lanjut masing-
masing standar yang tercantum dalam standar auditing. PSA berisi ketentuan-ketentuan dan
panduan utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan perikatan audit.
Termasuk dalam PSA adalah Interpretasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA), yang merupakan
interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh Dewan terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan
oleh Dewan dalam PSA. Standar Atestasi Standar atestasi memberikan rerangka untuk fungsi
atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang diberikan
dalam jasa audit atas laporan keuangan historis, pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif,
serta tipe perikatan atestasi lain yang memberikan keyakinan yang lebih rendah (review,
pemeriksaan, dan prosedur yang disepakati).
Standar atestasi terdiri dari 11 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar
Atestasi (PSAT). PSAT merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang terdapat
dalam standar atestasi. Termasuk dalam PSAT adalah Interpretasi Pernyataan Standar Atestasi
(IPSAT), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh Dewan terhadap ketentuan-
ketentuan yang diterbitkan oleh Dewan dalam PSAT.
Standar Jasa Akuntansi dan Review memberikan rerangka untuk fungsi nonatestasi bagi
jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Standar jasa akuntansi dan review
dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR). Termasuk di
dalam Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review adalah Interpretasi Pernyataan Standar
Jasa Akuntansi dan Review (IPSAR), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh
Dewan terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh Dewan dalam PSAR.
Standar Jasa Konsultansi memberikan panduan bagi praktisi yang menyediakan jasa
konsultansi bagi kliennya melalui kantor akuntan publik. Jasa konsultansi pada hakikatnya
berbeda dari jasa atestasi akuntan publik terhadap asersi pihak ketiga. Dalam jasa atestasi, para
praktisi menyajikan suatu kesimpulan mengenai keandalan suatu asersi tertulis yang menjadi
tanggung jawab pihak lain, yaitu pembuat asersi (asserter). Dalam jasa konsultansi, para praktisi
menyajikan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi. Sifat dan lingkup pekerjaan jasa konsultansi
ditentukan oleh perjanjian antara praktisi dengan kliennya. Umumnya, pekerjaan jasa konsultansi
dilaksanakan untuk kepentingan klien. Standar Pengendalian Mutu Standar pengendalian mutu
memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam melaksanakan pengendalian kualitas
jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh
Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik
yang diterbitkan oleh Kompartemen Akuntan Publik, Ikatan Akuntan Indonesia.
Dalam perikatan jasa profesional, kantor akuntan publik bertanggung jawab untuk
mematuhi berbagai standar relevan yang telah diterbitkan oleh Dewan dan Kompartemen
Akuntan Publik. Dalam pemenuhan tanggung jawab tersebut, kantor akuntan publik wajib
mempertimbangkan integritas stafnya dalam menentukan hubungan profesionalnya; bahwa
kantor akuntan publik dan para stafnya akan independen terhadap kliennya sebagaimana diatur
oleh Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik dan bahwa staf kantor akuntan publik
kompeten, profesional, dan objektif serta akan menggunakan kemahiran profesionalnya dengan
cermat dan seksama (due profesional care). Oleh karena itu, kantor akuntan publik harus
memiliki sistim pengendalian mutu untuk memberikan keyakinan memadai tentang kesesuaian
perikatan profesionalnya dengan berbagai standar dan aturan relevan yang berlaku.
Standar auditing merupakan suatu panduan audit atas laporan keuangan historis.
Didalamnya terdapat 10 standar yang secara rinci dalam bentuk pernyataan standar auditing
(PSA). PSA ini berisi tentang ketentuan-ketentuan dan panduan utama yang harus diikuti oleh
akuntan publik dalam melaksanakan perikatan audit. Audit atas laporan keuangan historis
merupakan jasa tradisional yang disediakan oleh profesi akuntan publik kepada masyarakat.
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa didalam standar auditing ini terdapat 10
standar auditing yang terbagi menjadi standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar
pelaporan. Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing yang mana berkaitan dengan
tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan standar berkaitan dengan suatu kriteria ukuran
mutu kinerja tindakan tersebut. Berikut akan dipaparkan tentang standar auditing yang telah
ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
1. Standar Umum
Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis yang cukup sebagai auditor. Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu
pernyataan pendapat, auditor harus senatiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang
akuntansi dan bidang auditing. Setiap auditor independen yang menjadi penanggungjawab suatu
perikatan harus menilai dengan baik kedua persyaratan tentang pendidikan formal auditor
independen dan pengalaman profesioanl di dalam menentukan luasnya supervisi dan review
terhadap hasil kerja para asistennya.

Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental
harus dipertahankan oleh auditor. Standar ini mengharuskan auditor bersikap independen dimana
tidak mudah dipengaruhi oleh karena dalam melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan
umum. Dengan begitu tidak ada istilahnya memihak kepada kepentingan pihak-pihak tertentu.
Auditor mengakui kewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan
namun juga kepada kreditur dan pihak-pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas laporan
auditor independen. Kepercayaan masyarakat umum dirasa sangat penting mengingat jika
kepercayaan masyarakat menurun maka ada indikasi pemikiran tentang ketidakindependensi
auditor tersebut. Untuk diakui oleh pihak lain sebagai orang yang indipenden maka ia harus
bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan tidak mempunyai suatu kepentingan dengan
kliennya. Untuk menekankan independensi auditor dari manajemen maka penunjukan auditor di
banyak perusahaan dilaksanakan oleh dewan komisaris, rapat umum pemegang saham atau
komite audit.

Dalam melaksanaan aufit dan penyusunan laporannya, auditor wajib mengggunakan


kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Penggunaan kemahiran profesioanl
dengan cemat dan seksama menyangkut apa yang dikerjakan auditor dan bagaimana
kesempurnaan pekerjaan tersebut. Seorang auditor harus memiliki tingkat ketrampilan yang
umumnya dimilik oleh auditor pada umumnya dan harus menggunakan ketrampilan tersebut
dengan kecermatan dan keseksamaan wajar. Hal ini menuntut auditor untuk melaksanakan
skeptisme profesional dimana sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan
melakukan evaluasi secar kritis bukti audit.

2. Standar Pekerjaan Lapangan


Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya”. Sebelum menerima perikatan auditor harus yakin apakah
kondisi dimana perikatan pada saat mendekati atau setelah tanggal neraca dapat memungkinkan
auditor untuk melaksanakan audit secara memadai dan memberi pendapat wajar tanpa
pengecualian. Jika kondisi tersebut tidak memungkinkan auditor untuk melakukan audit secar
memadai dan untuk memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian maka ia harus membahas
dengan klien tentang kemungkinan dalam memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau
tidak memberikan pendapat.

Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit
dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan”. Pengendalian interen
adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas
yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan
yang terbagi menjadi keandalan pelaporan keuanagn, eektivitas dan efisiensi operasi, dan
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat
atas laporan keuangan yang diaudit. Bukti audit sangat bervarisasi pengaruhnya terhadap
kesimpulan yang ditarik oleh auditor independen dalam rangka memberikan pendapat atas
laporan keuangan auditan. Relevansi, objektivitas, ketepatan waktu, dan keberadaan bukti audit
lain yang menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh terhadap kompetensi bukti. Audit
yang dilakukan oleh auditor independen bertujuan untuk memperoleh bukti audit kompeten yang
cukup untuk dipakai sebagai dasar memadai dalam merumuskan pendapatnya. Auditor
independen lebih mengandalkan buktu yang bersifat mengarahkan daripada bukti yang bersifat
meyakinkan.

3. Standar Pelaporan
Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Istilah prisnsip akuntansi yang berlaku
umum adalah padanan kata dari frasa generally accepted accounting principle dimana suatu
istilah teknis akuntansi yang mencakup konvensi, aturan, dan prosedur yang diperlukan untuk
membatasi praktik akuntansi yang berlaku umum di wilayah tertentu pada saat tertentu. Untuk
laporan keuangan yang didistribusikan kepada umum di Indonesia harus disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidakkonsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan perode berjalan dibandingkan
dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. Tujuan standar
konsistensi adalah untuk memeberikan jaminan bahwa jika daya banding laporan keuangan
diantara dua periode dipengaruhi secara material oleh perubahan prinsip akuntansi maka auditor
akan mengungkapakn perubahan tersebut dalam laporannya. Perubahan dalam prinsip akuntansi
yang mempunyai pengaruh material atas laporan keuangan memerlukan penjelasan dalam,
laporan auditor independen dengan cara menambahkan paragraf penjelas yang disajikan setelah
paragraf pendapat.

Pengungkapan infomatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali


dinyatakan lain dalam lapran auditor”. Auditor harus memeprtimbangkan apakah masih terdapat
hal-hal tertentu yang harus diungkapkan sehubungan dengan keadaan dan fakta yang diketahui
pada saat audit. Bila majemen menghilangkan dari laporan keuangan, informasi yang seharusnya
diungkapkan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia termasuk catatan
atas laporan keuangan, auditor harus memberikan pendapat wajardengan pengecualian atau
pendapat tidakl wajar karena alasan tersebut dan harus memberikan informasi yang cukup dalam
laporannya.

Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika
pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal
nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan maka laporan auditor harus memuat petunjuk
yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada dan tingkat tanggungjawab
yang dipikul oleh auditor.

B. PERKEMBANGAN STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK


Tahun 1972, pertama kalinya ikatan Akuntan Indonesia berhasil menerbitkan Norma
Pemeriksaan Akuntan, yang disahkan dalam Kongres ke III Ikatan Akuntan Indonesia. Norma
Pemeriksaan Akuntan tersebut mencakup tanggung jawab akuntan publik, unsur-unsur norma
pemeriksaan akuntan yang antara lain meliputi: pengkajian dan penilaian pengendalian intern,
bahan pembuktian dan penjelasan informatif, serta pembahasan mengenai peristiwa kemudian,
laporan khusus dari berkas pemeriksaan. Pada Kongres IV Ikatan Akuntan Indonesia tanggal 25-
26 Oktober 1982, Komisi Norma Pemeriksaan Akuntan mengusulkan agar segera dilakukan
penyempurnaan atas buku Norma Pemeriksaan Akuntan yang lama, dan melengkapinya dengan
serangkaian suplemen yang merupakan penjabaran lebih lanjut norma tersebut. Untuk
melaksanakan tugas tersebut, telah dibentuk Komite Norma Pemeriksaan Akuntan yang baru
untuk periode kepengurusan 1982-1986, yang anggotanya berasal dari unsur-unsur akuntan
pendidik, akuntan publik dan akuntan pemerintah. Komite ini telah menyelesaikan konsep
Norma Pemeriksaan Akuntan yang disempurnakan pada tanggal 11 Maret 1984. Pada tanggal 19
April 1986, Norma Pemeriksaan Akuntan yang telah diteliti dan disempurnakan oleh Tim
Pengesahan, disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia sebagai norma
pemeriksaan yang berlaku efektif selambat-lambatnya untuk penugasan pemeriksaan atas
laporan keuangan yang diterima setelah tanggal 31 Desember 1986. Tahun 1992, Ikatan Akuntan
Indonesia menerbitkan Norma Pemeriksaan Akuntan, Edisi revisi yang memasukkan suplemen
No.1 sampai dengan No.12 dan interpretasi No.1 sampai dengan Nomor.2. Dalam Kongres ke
VII Ikatan Akuntan Indonesia tahun 1994, disahkan Standar Profesional Akuntan Publik yang
secara garis besar berisi:
1. Uraian mengenai standar profesional akuntan publik.
2. Berbagai pernyataan standar auditing yang telah diklasifikasikan.
3. Berbagai pernyataan standar atestasi yang telah diklasifikasikan.
4. Pernyataan jasa akuntansi dan review.
5. Pertengahan tahun 1999 Ikatan Akuntan Indonesia merubah nama Komite Norma
Pemeriksaan Akuntan menjadi Dewan Standar Profesional Akuntan Publik. Selama tahun
1999 Dewan melakukan perubahan atas Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus 1994
dan menerbitkannya dalam buku yang diberi judul “Standar Profesional Akuntan Publik per 1
Januari 2001”. Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001 terdiri dari lima standar,
yaitu:
1. Pernyataan Standar Auditing (PSA) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar
Auditing (IPSA).
2. Pernyataan Standar Atestasi (PSAT) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar
Atestasi (IPSAT).
3. Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR) yang dilengkapi dengan Interpretasi
Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (IPSAR).
4. Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (PSJK) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan
Standar Jasa Konsultasi (IPSJK).
5. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (PSPM) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan
Standar Pengendalian Mutu (IPSM). Selain kelima standar tersebut masih dilengkapi dengan
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang merupakan aturan normal yang wajib dipenuhi
oleh akuntan publik.

C. TIPE STANDAR PROFESIONAL


1. Standar Auditing
Standar Auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan,
dan standar pelaporan beserta interpretasinya. Standar auditing merupakan pedoman audit atas
laporan keuangan historis. Standar auditing terdiri atas sepuluh standar dan dirinci dalam bentuk
Pernyataan Standar Auditing (PSA). Dengan demikian PSA merupakan penjabaran lebih lanjut
masing-masing standar yang tercantum di dalam standar auditing. Di Amerika Serikat, standar
auditing semacam ini disebut Generally Accepted Auditing Standards (GAAS) yang dikeluarkan
oleh the American Institute of Certified Public Accountants (AICPA).
a. Pernyataan Standar Auditing (PSA)
PSA merupakan penjabaran lebih lanjut dari masing-masing standar yang tercantum
didalam standar auditing. PSA berisi ketentuan-ketentuan dan pedoman utama yang harus diikuti
oleh Akuntan Publik dalam melaksanakan penugasan audit. Kepatuhan terhadap PSA yang
diterbitkan oleh IAPI ini bersifat wajib bagi seluruh anggota IAPI. Termasuk didalam PSA
adalah Interpretasi Pernyataan Standar Auditng (IPSA), yang merupakan interpretasi resmi yang
dikeluarkan oleh IAPI terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh IAPI dalam PSA.
Dengan demikian, IPSA memberikan jawaban atas pernyataan atau keraguan dalam penafsiran
ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSA sehingga merupakan perlausan lebih lanjut
berbagai ketentuan dalam PSA. Tafsiran resmi ini bersifat mengikat bagi seluruh anggota IAPI,
sehingga pelaksanaannya bersifat wajib.

b. Standar umum
1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis
yang cukup sebagai auditor.
2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus
dipertahankan oleh auditor.
3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama.

c. Standar pekerjaan lapangan


1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi
dengan semestinya.
2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh unutk merencanakan audit dan
menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan
keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keungan yang diaudit.
d. Standar pelaporan
1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan
prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan
penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama
auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang
jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab
yang dipikul oleh auditor
2. Standar Atestasi
Atestasi (attestation) adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan yang diberikan
oleh seorang yang independen dan kompeten yang menyatakan apakah asersi (assertion) suatu
entitas telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Asersi adalah suatu pernyataan yang
dibuat oleh satu pihak yang dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain, contoh asersi dalam
laporan keuangan historis adalah adanya pernyataan manajemen bahwa laporan keuangan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Standar atestasi membagi tiga tipe perikatan atestasi (1) pemeriksaan (examination), (2) review,
dan (3) prosedur yang disepakati (agreed-upon procedures).
a. Standar umum
1) Perikatan harus dilaksanakan oleh seorang praktisi atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis cukup dalam fungsi atestasi
2) Perikatan harus dilaksanakan oleh seorang praktisi atau lebih yang memiliki pengetahuan cukup
dalam bidang yang bersangkutan dengan asersi
3) Praktisi harus melaksanakan perikatan hanya jika ia memiliki alasan untuk meyakinkan dirinya
bahwa kedua kondisi berikut ini ada:
Asersi dapat dinilai dengan kritera rasional, baik yang telah ditetapkan oleh badan yang diakui
atau yang dinyatakan dalam penyajian asersi tersebut dengan cara cukup jelas dan komprehensif
bagi pembaca yang diketahui mampu memahaminya. Asersi tersebut dapat diestimasi atau
diukur secara konsisten dan rasional dengan menggunakan kriteria tersebut.
4) Dalam semua hal yang bersangkutan dengan perikatan, sikap mental independen harus
dipertahankan oleh praktisi
5) Kemahiran profesional harus selalu digunakan oleh praktisi dalam melaksanakan perikatan,
mulai dari tahap perencanaan sampai dengan pelaksanaan perikatan tersebut
b. Standar pekerjaan lapangan
1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi
dengan semestinya
2) Bukti yang cukup harus diperoleh untuk memberikan dasar rasional bagi simpulan yang
dinyatakan dalam laporan
c. Standar pelaporan
1) Laporan harus menyebutkan asersi yang dilaporkan dan menyatakan sifat perikatan atestasi yang
bersangkutan
2) Laporan harus menyatakan simpulan praktisi mengenai apakah asersi disajikan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan atau kriteria yang dinyatakan dipakai sebagai alat pengukur
3) Laporan harus menyatakan semua keberatan praktisi yang signifikan tentang perikatan dan
penyajian asersi
4) Laporan suatu perikatan untuk mengevaluasi suatu asersi yang disusun berdasarkan kriteria yang
disepakati atau berdasarkan suatu perikatan untuk melaksanakan prosedur yang disepakati harus
berisi suatu pernyataan tentang keterbatasan pemakaian laporan hanya oleh pihak-pihak yang
menyepakati kriteria atau prosedur tersebut
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review
Standar jasa akuntansi dan review memberikan rerangka untuk fungsi non-atestasi bagi
jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Sifat pekerjaan non-atestasi tidak
menyatakan pendapat, hal ini sangat berbeda dengan tujuan audit atas laporan keuangan yang
dilaksanakan sesuai dengan standar auditing. Tujuan audit adalah untuk memberikan dasar
memadai untuk menyatakan suatu pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan,
sedangkan dalam pekerjaan non-atestasi tidak dapat dijadikan dasar untuk menyatakan pendapat
akuntan.
Jasa akuntansi yang diatur dalam standar ini antara lain:
a. Kompilasi laporan keuangan – penyajian informasi-informasi yang merupakan pernyataan
manajemen (pemilik) dalam bentuk laporan keuangan
b. Review atas laporan keuangan - pelaksanaan prosedur permintaan keterangan dan analisis yang
menghasilkan dasar memadai bagi akuntan untuk memberikan keyakinan terbatas, bahwa tidak
terdapat modifikasi material yagn harus dilakukan atas laporan keuangan agar laporan tersebut
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
c. Laporan keuangan komparatif – penyajian informasi dalam bentuk laporan keuangan dua
periode atau lebih yang disajikan dalam bentuk berkolom.
4. Standar Jasa Konsultansi
Standar Jasa Konsultansi merupakan panduan bagi praktisi (akuntan publik) yang
menyediakan jasa konsultansi bagi kliennya melalui kantor akuntan publik. Dalam jasa
konsultansi, para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan dan rekomendasi. Sifat dan lingkup
pekerjaan jasa konsultansi ditentukan oleh perjanjian antara praktisi dengan kliennya. Umumnya,
pekerjaan jasa konsultansi dilaksanakan untuk kepentingan klien.
Jasa konsultansi dapat berupa:
a. Konsultasi (consultation) – memberikan konsultasi atau saran profesional (profesional advise)
berdasarkan pada kesepakatan bersama dengan klien.
Contoh jenis jasa ini adalah review dan komentar terhadap rencana bisnis buatan klien
b. Jasa pemberian saran profesional (advisory services) - mengembangkan temuan, kesimpulan,
dan rekomendasi untuk dipertimbangkan dan diputuskan oleh klien.
Contoh jenis jasa ini adalah pemberian bantuan dalam proses perencanaan strategik
c. Jasa implementasi - mewujudkan rencana kegiatan menjadi kenyataan.
Sumber daya dan personel klien digabung dengan sumber daya dan personel praktisi untuk
mencapai tujuan implementasi. Contoh jenis jasa ini adalah penyediaan jasa instalasi sistem
komputer dan jasa pendukung yang berkaitan.
d. Jasa transaksi - menyediakan jasa yang berhubungan dengan beberapa transaksi khusus klien
yang umumnya dengan pihak ketiga.
Contoh jenis jasa adalah jasa pengurusan kepailitan.
e. Jasa penyediaan staf dan jasa pendukung lainnya - menyediakan staf yang memadai (dalam hal
kompetensi dan jumlah) dan kemungkinan jasa pendukung lain untuk melaksanakan tugas yang
ditentukan oleh klien. Staf tersebut akan bekerja di bawah pengarahan klien sepanjang keadaan
mengharuskan demikian.
Contoh jenis jasa ini adalah menajemen fasilitas pemrosesan data
f. Jasa produk - menyediakan bagi klien suatu produk dan jasa profesional sebagai pendukung atas
instalasi, penggunaan, atau pemeliharaan produk tertentu.
Contoh jenis jasa ini adalah penjualan dan penyerahan paket program pelatihan, penjualan dan
implementasi perangkat lunak komputer
5. Standar Pengendalian Mutu
Standar Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik (KAP) memberikan panduan bagi
kantor akuntan publik di dalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh
kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional
Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI) dan Aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh IAPI.
Unsur-unsur pengendalian mutu yang harus harus diterapkan oleh setiap KAP pada
semua jenis jasa audit, atestasi dan konsultansi meliputi:
a. Independensi – meyakinkan semua personel pada setiap tingkat organisasi harus
mempertahankan independensi
b. Penugasan personel – meyakinkan bahwa perikatan akan dilaksanakan oleh staf profesional yang
memiliki tingkat pelatihan dan keahlian teknis untuk perikatan dimaksud
c. Konsultasi – meyakinkan bahwa personel akan memperoleh informasi memadai sesuai yang
dibutuhkan dari orang yang memiliki tingkat pengetahuan, kompetensi, pertimbangan
(judgement), dan wewenang memadai
d. Supervisi – meyakinkan bahwa pelaksanaan perikatan memenuhi standar mutu yang ditetapkan
oleh KAP
e. Pemekerjaan (hiring) – meyakinkan bahwa semua orang yang dipekerjakan memiliki
karakteristik semestinya, sehingga memungkinkan mereka melakukan penugasan secara
kompeten
f. Pengembangan profesional – meyakinkan bahwa setiap personel memiliki pengetahuan
memadai sehingga memungkinkan mereka memenuhi tanggung jawabnya. Pendidikan
profesional berkelanjutan dan pelatihan merupakan wahana bagi KAP untuk memberikan
pengetahuan memadai bagi personelnya untuk memenuhi tanggung jawab mereka dan untuk
kemajuan karier mereka di KAP
g. Promosi (advancement) – meyakinkan bahwa semua personel yang terseleksi untuk promosi
memiliki kualifikasi seperti yang disyaratkan untuk tingkat tanggung jawab yang lebih tinggi.
h. Penerimaan dan keberlanjutan klien – menentukan apakah perikatan dari klien akan diterima
atau dilanjutkan untuk meminimumkan kemungkinan terjadinya hubungan dengan klien yang
manajemennya tidak memiliki integritas berdasarkan pada prinsip pertimbangan kehati-hatian
(prudence).
i. Inspeksi – meyakinkan bahwa prosedur yang berhubungan dengan unsur-unsur lain
pengendalian mutu telah diterapkan dengan efektif
D. KODE ETIK/KOMITMEN PROFESI AKUNTAN PUBLIK
Sehubungan dengan perkembangan yang terjadi dalam tatanan global dan tuntutan
transparansi dan akuntabilitas yang lebih besar atas penyajian Laporan Keuangan, IAPI merasa
adanya suatu kebutuhan untuk melakukan percepatan atas proses pengembangan dan
pemutakhiran standar profesi yang ada melalui penyerapan Standar Profesi International.
Sebagai langkah awal IAPI telah menetapkan dan menerbitkan Kode Etik Profesi Akuntan
Publik, yang berlaku efektif tanggal 1 Januari 2010. Untuk Standar Profesional Akuntan Publik,
Dewan Standar Profesi sedang dalam proses “adoption” terhadap International Standar on
Auditing yang direncanakan akan selesai di tahun 2010, berlaku efektif 2011.
Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang baru saja diterbitkan oleh IAPI menyebutkan 5
prinsip-prinsip dasar etika profesi, yaitu:
1. Prinsip Integritas
Prinsip integritas mewajibkan setiap praktisi untuk tegas, jujur, dan adil dalam hubungan
profesional dan hubungan bisnisnya.
Praktisi tidak boleh terkait dengan laporan, komunikais atau informasi lainnya yang diyakininya
terdapat :
a) Kesalahan material atau pernyataan yang menyesatkan;
b) Pernyataan atau informasi yang diberikan secara tidak hati-hati; atau
c) Penghilangan atau penyembunyian yang dapat menyesatkan atas informasi yang seharusnya
diungkapkan.
2. Prinsip Objektivitas
Prinsip objektivitas mengharuskan praktisi untuk tidak membiarkan subjektivitas, benturan
kepentingan atau pengaruh yang tidak layak dari pihak-pihak lain memengaruhi pertimbangan
profesional atau pertimbangan bisnisnya. Praktisi mungkin dihadapkan pada situasi yang dapat
mengurangi objektivitasnya. Karena beragam situasi tersebut, tidak mungkin untuk
mendefinisikan setiap situasi tersebut. setiap praktisi harus menghindari setiap hubungan yang
bersifat subjektif atau yang dapat mengakibatkan pengaruh yang tidak layak terhadap
pertimbangan profesionalnya.
3. Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional
Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional mewajibkan setiap
praktisi untuk :
a) Memelihara pengetahuan dan keahlian profesional yang dibutuhkan untuk menjamin pemberian
jasa profesional yang kompeten kepada klien atau pemberi kerja; dan
b) Menggunakan kemahiran profesionalnya dengan saksama sesuai dengan standar profesi dan
kode etik profesi yang berlaku dalam memberikan jasa profesionalnya.
Pemberian jasa profesional yang kompeten membutuhkan pertimbangan yang cermat dalam
menerapkan pengetahuan dan keahlian profesional. Kompetensi profesional dapat dibagi menjadi
dua tahap yang terpisah sebagai berikut :
a) Pencapaian kompetensi profesional; dan
b) Pemeliharaan kompetensi profesional
Pemeliharaan kompetensi profesional membutuhkan kesadaran pemahaman yang
berkelanjutan terhdap perkembangan teknis profesi dan perkembangan bisnis yang relevan.
Pengembangan dan pendidikan profesional yang berkelanjutan sangat diperlukan untuk
meningkatkan dan memelihara kemampuan Praktisi agar dapat melaksanakan pekerjaannya
secara kompeten dalam lingkungan profesional.
Sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional mengharuskan setiap praktisi untuk bersikap dan
bertindak secara hati-hati, menyeluruh dan tepat waktu sesuai dengan persyaratan penugasan.
Setiap praktisi harus memastikan tersedianya pelatihan dan penyeliaan yang tepat bagi
mereka yang bekerja di bawah wewenangnya dalam kapasitas profesional.
Praktisi harus menjelaskan keterbatasan jasa profesional yang diberikan kepada klien, pemberi
kerja, atau pengguna jasa profesional lainnya untuk menghindari terjadinya kesalahtafsiran atas
pernyataan pendapat yang terkait dengan jasa profesional yang diberikan.
4. Prinsip Kerahasiaanan
Prinsip kerahasiaan mewajibkan setiap praktisi untuk tidak melakukan tindakan-tindakan
sebagai berikut :
a. Mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional dan
hubungan bisnis kepada pihak di luar KAP atau jaringan KAP tempatnya bekerja tanpat adanya
wewenang khusus, kecuali jika terdapat kewajiban untuk mengungkapkannya sesuai dengan
ketentuan hukum atau peraturan lainnya yang berlaku; dan
b. Menggunakan informasi yang bersifat rahasian yang diperoleh dari hubungan profesional dan
hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga.
Setiap praktisi harus tetap menjaga prinsip kerahasiaan, termasuk dalam lingkungan
sosialnya. Setiap praktisi harus waspada terhadap kemungkinan pengungkapan yang tidak
disengaja, terutama dalam situasi yang melibatkan hubungan jangka panjang dengan rekan bisnis
maupun anggota keluarga langsung atau anggota keluarga dekatnya.
Setiap praktisi harus menjaga kerahasiaan informasi yang diungkapkan oleh calon klien atau
pemberi kerja harus mempertimbangkan pentingnya kerahasiaan informasi terjaga dalam KAP
atau jaringan KAP tempatnya bekerja.
Setiap praktisi harus menerapkan semua prosedur yang dianggap perlu untuk memastikan
terlaksananya prinsip kerahasiaan oleh mereka yang bekerja di bawah wewenangnya, serta pihak
lain yang memberkan saran dan bantuan profesionalnya.
Kebutuhan untuk mematuhi prinsip kerahasiaan terus berlanjut, bahkan setelah berakhirnya
hubungan antara praktisi dengan klien atau pemberi kerja. Ketika berpindah kerja atau
memperoleh klien baru, praktisi berhak untuk menggunakan pengalaman yang diperolehnya
sebelumnya. Namun demikian, praktisi tetap tidak boleh menggunakan atau mengungkapkan
setiap informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh sebelumnya dari hubungan profesional atau
hubungan bisnis.
Situasi-situasi yang mungkin mengharuskan praktisi untuk mengungkapkan informasi yang
bersifat rahasia atau ketika pengungkapan tersebut dianggap tepat :
a. Pengungkapan yang diperbolehkan oleh hukum dan disetujui oleh klien atau pemberi kerja;
b. Pengungkapan yang diharuskan oleh hukum, sebagai contoh :
(i) Pengungkapan dokumen atau bukti lainnya dalam sidang pengadilan; atau
(ii) Pengungkapan kepada otoritas publik yang tepat mengenai suatu pelanggaran hukum; dan
c. Pengungkapan yang terkait dengan kewajiban profesional untuk mengungkapan, selama tidak
dilarang oleh ketentuan hukum :
(i) Dalam mematuhi pelaksanaan penelaahan mutu yang dilakukan oleh organisasi profesi atau
regulator;
(ii) Dalam menjawab pertanyaan atau investigasi yang dilakukan oleh organisasi profesi atau
regulator;
(iii) Dalam melindungi kepentingan profesional praktisi dalam sidang pengadilan; atau
(iv) Dalam mematuhi standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku.
Dalam memutuskan untuk mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia, setiap praktisi
harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a) Dirugikan tidaknya kepentingan semua pihak, termasuk pihak ketiga, jika klien atau pemberi
kerja mengizinkan pengungkapan informasi oleh praktisi;
b) Diketahui tidaknya dan didukung tidaknya semua informasi yang relevan. Ketika fakta atau
kesimpulan tidak didukung bukti, atau ketika informasi tidak lengkap, pertimbangan profesional
harus digunakan untuk menentukan jenis pengungkapan yang harus dilakukan; dan
c) Jenis komunikasi yang diharapkan dan pihak yang dituju. Setiap praktisi harus memastikan tepat
tidaknya pihak yang dituju dalam komunikasi tersebut.
5. Prinsip Perilaku Profesional
Prinsip perilaku profesional mewajibkan setiap praktisi untuk mematuhi setiap ketentuan
hukum dan peraturan yang berlaku, serta menghindari setiap tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi. Hal ini mencakup setiap tindakan yang dapat mengakibatkan
terciptanya kesimpulan yang negatif oleh pihak ketiga yang rasional dan memiliki pengetahuan
mengenai semua informasi yang relevan, yang dapat menurunkan reputasi profesi.
Dalam memasarkan dan mempromosikan diri dan pekerjaannya, setiap praktisi tidak boleh
merendahkan martabat profesi. Setiap praktisi harus bersikap jujur dan tidak boleh bersikap atau
melakukan tindakan :
a) Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional yang dapat diberikan,
kualifikasi yang dimiliki atau pengalaman yang telah diperoleh
b) Membuat pernyataan yang merendahkan atau melakukan perbandingan yang tidak didukung
bukti terhadap hasil perkerjaan praktisi lain.

Anda mungkin juga menyukai