Anda di halaman 1dari 247

MATERI KULIAH ONLINE AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

MODUL -07
PENGUKURAN KINERJA PADA
ORGANISASI SEKTOR PUBLIK

Oleh :
Muh. Arief Effendi, SE, MSi, Ak, QIA, CPMA, CA, ACPA, CACP
TRISAKTI SCHOOL OF MANAGEMENT

(STIE TRISAKTI) JAKARTA


Edisi 02 – Agustus 2021
MATERI KULIAH

1. Pusat Pertanggungjawaban pada Pemerintah.


2. Pengukuran Kinerja pada Pemerintah Teori
dan Aplikasi.
3. Akuntansi Pemerintah di Indonesia dan
Amerika Serikat.
Pusat Pertanggungjawaban
pada Pemerintah

1. Sistem Pengendalian Manajemen Sektor


Publik.
2. Struktur Pengendalian Manajemen.
3. Konsep Pusat Pertanggungjawaban di
Organisasi Sektor Publik.
4. Pusat Pertanggungjawaban sebagai Basis
Pengembangan Pengukuran Kinerja.
5. Implementasi Pusat Pertanggungjawaban di
Organisasi Pemerintahan.
Sistem Pengendalian Manajemen
Sektor Publik

➢ Sistem pengendalian manajemen (SPM) memberi


jaminan dilaksanakannya strategi organisasi secara
efektif dan efisien.
➢ Aktivitas pengendalian manajemen meliputi:
1. Perencanaan
2. Koordinasi antar berbagai bagian dalam organisasi
3. Komunikasi informasi
4. Pengambilan keputusan
5. Memotivasi individu agar berperilaku sesuai dengan
tujuan organisasi
6. Pengendalian
7. Penilaian kinerja
Sistem Pengendalian Manajemen
Sektor Publik

➢ Proses pengendalian manajemen terdiri dari 8 tahap:


1. Perumusan Strategi.
2. Perencanaan Startegis.
3. Pembuatan Program.
4. Penganggaran.
5. Implementasi.
6. Pelaporan Kinerja.
7. Evaluasi Kinerja.
8. Umpan Balik.
Struktur Pengendalian Manajemen

➢ Struktur Pengendalian Manajemen terdiri dari 3


(tiga) elemen:
1. Pusat Pertanggungjawaban.
2. Kompensasi.
3. Jejaring informasi.
➢ Pusat pertanggungjawaban : unit organisasi yang
dipimpin oleh seorang manajer yang mempunyai
wewenang untuk melakukan tindakan-tindakan
tertentu dalam rangka melaksanakan sebagian
kegiatan-kegiatan organisasi yang menjadi
tanggungjawabnya.
Struktur Pengendalian Manajemen

➢ Tujuan dibuatnya Pusat pertanggungjawaban (responsibility


centers):
1. Sebagai basis perencanaan, pengendalian, & penilaian
kinerja manajer dan unit organisasi yang dipimpinnya.
2. Memudahkan mencapai tujuan organisasi.
3. Memfasilitasi terbentuknya goal congruence.
4. Mendelegasikan tugas & wewenang ke unit-unit yang
memiliki kompetensi shg mengurangi beban tugas
manajer pusat.
5. Mendorong kreativitas & daya inovasi bawahan.
6. Sebagai alat untuk melaksanakan strategi organisasi
secara efektif & efisien
7. Sebagai alat pengendalian manajemen.
Konsep Pusat Pertanggungjawaban di
Organisasi Sektor Publik

➢ Konsep pusat pertanggungjawaban merupakan wujud dari model


pengambilan keputusan secara terdesentralisasi.
➢ Pusat pertanggungjawaban pada Organisasi Sektor Publik
dibedakan menjadi 4 (empat):
1. Pusat biaya (expense center).
Pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya dinilai
berdasarkan biaya yang telah dikeluarkan, bukan nilai ouput
yang dihasilkan.
2. Pusat Pendapatan (revenue center).
Pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya dinilai
berdasarkan pendapatan yang dihasilkan sebagaimana pada
organisasi perusahaan manajer pada pusat pendapatan hanya
bertanggung jawab terhadap penjualan.
Konsep Pusat Pertanggungjawaban di
Organisasi Sektor Publik

3. Pusat Laba (profit center).


Pusat pertanggungjawaban yang menandingkan
input (expense) dengan output (revenue) dalam
satuan moneter.
Kinerja manajer dinilai berdasarkan laba yang
dihasilkan.
4. Pusat Investasi (investment center).
Pusat pertanggungjawaban yang prestasi
manajernya dinilai berdasarkan laba yang
dihasilkan diakitkan dengan investasi yang
ditanamkan pada Pusat Pertanggungjawaban yang
dipimpinnya.
Pusat Pertanggungjawaban sebagai Basis
Pengembangan Pengukuran Kinerja

➢ 2 alasan mengapa manajer perlu menerapakan pengukuran kinerja


pada Unit Kinerja (desentralisasi):
1. Masalah Kesesuaian Tujuan.
Hasil dari kesesuaian tujuan adalah ketika manajer Sub Unit
membantu organisasi dalam memenuhi tujuannya sesuai dengan
yang ditetapkan oleh manajemen puncak.
2. Masalah Eksternalitas.
Penerapan pengukuran kinerja menjadi sangat penting bagi
organisasi sektor publik karena tingginya ketergantungan
organisasi sektor publik kepada Oversight Body (lembaga
pengawasan) yang mengakibatkan tingginya ketidakpastian
lingkungan yang dihadapi serta banyak dan bervariasinya pihak
yang berkepentingan dan sasaran organisasi yang smart.
Implementasi Pusat Pertanggungjawaban
di Organisasi Pemerintahan

1. Pusat Biaya:
a. Pemerintah Pusat (Kemenkes, Kemendikbud dll)
b. Pemerintah daerah (Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas
Pekerjaan Umum dll).
2. Pusat Pendapatn:
a. Pemerintah Pusat (Ditjen Pajak, Ditjen Bea& Cukai dll)
b. Pemerintah daerah (Dinas Pendapatan, Pengelolaan, keuangan dan
Aset Daerah/DPPKAD) dan kantor Pelayanan Perijinan Terpadu
(KPPT).
3. Pusat laba: BUMN, BUMD, Obyek Wisata Pemda dll
4. Pusat Investasi: Dinas Bina Marga, Dinas Pekerjaan umum.
5. Pusat Beban terbatas (Discretionary Expense Centre): bagian sekteratriat
atau bagan tata Usaha pada SKPD (Satuan Kerja Perangkat daerah)
yang betangungjawab atas belanja, adminsitrasi kantor untuk
mendukung operasional kantor sehari-hari serta pelaksanan program
dan kegiatan SKPD secara keseluruhan.
Pengukuran Kinerja pada
Pemerintah Teori dan Aplikasi

1. Pengukuran kinerja dan Fungsi Pengendalian


Manajemen Organisasi Sektor Publik.
2. Kesesuaian Disain Pengukuran Kinerja dengan
Disain Sistem Pengendalian Manajemen.
3. Konsep Value for Money pada Pengukuran Kinerja.
4. Konsep Dasar : Input, Output dan Outcome.
5. Konsep Best Value.
6. Implementasi Pengukuran Kinerja di
Pemerintahan.
Pengukuran kinerja dan Fungsi Pengendalian
Manajemen Organisasi Sektor Publik

➢ Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu


sistem yang bertujuan untuk membantu manajer
publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat
ukur finansial dan nonfinansial.
➢ Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk
memenuhi 3 (tiga) maksud :
1. Membantu memperbaiki kinerja pemerintah.
2. Pengalokasian sumber daya dan pembuatan
keputusan.
3. Mewujudkan pertanggungjawaban publik dan
memperbaiki komunikasi kelembagaan.
Pengukuran kinerja dan Fungsi Pengendalian
Manajemen Organisasi Sektor Publik

➢ Tujuan dilakukannya Pengukuran kinerja pada


Organisasi sektor publik :
1. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan
organisasi.
2. Menyediakan sarana pembelajaran bagi pegawai.
3. Memperbaiki kinerja untuk periode berikutnya.
4. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam
pembuatan keputusan pemberian reward &
punishment.
5. Memotivasi pegawai.
6. Menciptakan akuntabilitas publik.
Pengukuran kinerja dan Fungsi Pengendalian
Manajemen Organisasi Sektor Publik

➢ Manfaat disusunnya Pengukuran kinerja bagi Organisasi Pemerintahan :


1. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk
menilai kinerja manajemen;
2. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan;
3. Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan
membandingkannya dengan target kinerja serta melakukan tindakan
korektif untuk memperbaiki kinerja;
4. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward &
punishment) secara obyektif atas pencapaian prestasi
5. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka
memperbaiki kinerja organisasi;
6. Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah
terpenuhi;
7. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah; dan
8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.
Kesesuaian Disain Pengukuran Kinerja dengan
Disain Sistem Pengendalian Manajemen

➢ Faktor-faktor yang perlu menjadi pertimbangan


dalam menyusun SPM yang juga mempengaruhi
dalam menyusun Sistem Pengukuran Kinerja:
1. Disain Disain Sistem Pengendalian tergantung
pada karakteristik lingkungan yang dihadpi.
2. Paradigma merupakan peta yang
menggambarkan kondisi lingkungan yang
dihadapi oleh suatu organisasi.
3. Sistem yang terdiri atas 2 bagian : proses dan
struktur.
4. Keahlian manajerial (managerial skill).
Konsep Value for Money pada
Pengukuran Kinerja

➢ Konsep Value for Money merupakan konsep untuk


mengukur ekonomi, efektivitas dan efisiensi kinerja
program, kegiatan dan organisasi.
➢ Indikator value for money dibagi menjadi 2 (dua)
bagian, yaitu:
1. indikator alokasi biaya (ekonomi dan efisiensi)
2. indikator kualitas pelayanan (efektivitas).
➢ Terdapat 3 macam pengukuran:
1. Pengukuran ekonomi.
2. Pengukuran efisiensi.
3. Pengukuran efektivitas.
Konsep Value for Money pada
Pengukuran Kinerja

1. Pengukuran ekonomi
Hanya mempertimbangkan masukan yang
dipergunakan
a. Apakah biaya organisasi lebih besar dari yang telah
dianggarkan oleh organisasi?
b. Apakah biaya organisasi lebih besar daripada biaya
organisasi lain yang sejenis yang dapat
diperbandingkan?
c. Apakah organisasi telah menggunakan sumber daya
finansialnya secara optimal?
Konsep Value for Money pada
Pengukuran Kinerja
2. Pengukuran efisiensi
➢ Efisiensi diukur dengan rasio antara output dengan input.
➢ Perbaikan terhadap efisensi dapat dilakukan dengan beberapa
cara:
1. Meningkatkan output pada tingkat input yang sama.
2. Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar daripada
proporsi peningkatan input.
3. Menurunkan input pada tingkatan output yang sama.
4. Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar daripada
proporsi penurunan output.
➢ Penyebut atau input seringkali diukur dalam bentuk satuan mata
uang.
➢ Pembilang atau output dapat diukur baik dalam jumlah uang
ataupun satuan fisik.
Konsep Value for Money pada
Pengukuran Kinerja

➢ Pengukuran kinerja VFM Efisiensi dapat dibagi


menjadi 2 (dua):

a. Efisiensi alokasi
Terkait dengan kemampuan mendayagunakan
sumber daya input pada tingkat kapasitas optimal
b. Efisiensi teknis atau manajerial
Terkait dengan kemampuan mendayagunakan
sumber daya input pada tingkat output tertentu
Konsep Value for Money pada
Pengukuran Kinerja
3. Pengukuran efektivitas
➢ Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya
suatu organisasi mencapai tujuannya.
➢ Efektivitas tidak menyatakan tentang berapa
besar biaya yang telah dikeluarkan untuk
mencapai tujuan tersebut.
➢ Efektivitas hanya melihat apakah suatu
kegiatan atau program telah mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Konsep Dasar : Input, Output dan
Outcome
1. Indikator Input.
➢ Input adalah semua jenis sumber daya masukan yang
digunakan dalam suatu proses tertentu untuk
menghasilkan output.
➢ Input dibagi 2 (dua):
a. Input primer (kas)
b. Input sekunder (bahan baku, personil, infrasktur dll.
➢ Pengukuran input dilakukan dengan cara
membandingkan input sekunder dengan input primer.
➢ Pengukuran input = pengukuran ekonomi untuk
mengetahui biaya per unit input (cost of input).
Konsep Dasar : Input, Output dan
Outcome
2. Indikator Output.
➢ Output adalah hasil langsung dari suatu proses.
➢ Pengukuran output adalah pengukuran keluaran yang
dihasilkan dari proses.
➢ Ukuran ouput menunjukkan hasil implementasi program atau
aktivitas.
➢ Pengukuran output memeiliki harus karakteristik:
a. Ditujukan ke bidang kinerja sesungguhnya.
b. Tepat sasaran.
c. Tepat waktu.
d. Obyektif.
➢ Jika pengukuran output tidak memiliki salah satu dari 4
karakteristik tsb maka sistem pengendalian yang berorientasi
pada output dapat mengalami kegagalan.
Konsep Dasar : Input, Output dan
Outcome
3. Indikator Outcome.
➢ Outcome adalah dampak suatu kegiatan terhadap masyarakat.
➢ Outcome lebih tingginya nilainya dari pada output, karena output
hanya mengukur hasil tanpa mengukur dampaknya terhadap
masyarakat.
➢ Outcome mengukur kualitas output dan dampak yang dihasilkan
➢ Pengukuran outcome memiliki dua peran,
1. Peran retrospektif penilaian kinerja masa lalu: menentukan
apakah manfaat yang diharapkan (expected benefit) dari suatu
program publik telah terwujud.
2. Peran prospektif terkait dengan perencanaan kinerja di masa
yang akan datang: memberikan bukti terhadap praktik yang
baik (good management). Bukti tersebut dapat menjadi dasar
untuk menetapkan target di masa yang akan datang dan
mendorong untuk menggunakan praktik yang terbaik.
Konsep Best Value

➢ Konsep Best Value merupakan perluasan dari konsep VFM.


➢ Dalam konteks organisasi Pemerintahan konsep best value
merupakan konsep yang mewajibkan unit kerja Pemerintah
memberi pelayanan publik untuk memberikan pelayanan terbaik
(best value).
➢ Karakteristik utama Konsep Best Value adalah penetapan
serangkaian indikator kinerja untuk mengukur kinerja unit kerja
pemberi layanan yang merupakan unit kerja best value.
➢ Indikator kerja ditetapkan untuk menilai kinerja dan kesehatan
organisasi secara keseluruhan.
➢ Indikator kerja yang digunakan untuk menilai kinerja organisasi
adalah indikator outcome, sedangkan indikator input dan output
digunakan untuk menilai level kegiatan.
Implementasi Pengukuran Kinerja di
Pemerintahan

➢ Manajemen Kinerja yang terintegrasi terdiri


perencanaan kinerja dan pengukuran kinerja.
➢ Perencanaan kinerja terdiri atas 4 (empat) tahap
1. Penentuan Visi Misi dan Tujuan serta Strategi.
2. Penerjemahan Visi Misi Tujuan serta Strategi
kedalam:
a. Sasaran strategis.
b. Inisiatif strategis.
c. Indikator kinerja.
d. Target kinerja.
3. Penyusunan program.
4. Penyusunan anggaran.
Implementasi Pengukuran Kinerja di
Pemerintahan

➢ Perencanaan kinerja VFM dibangun atas 3 (tiga) komponen


utama:
1. Komponen Visi, MisiTujuan dan Strategi.
2. Komponen Input, Proses, output dan Outcome.
3. Komponen pengukuran ekonomi, efisiensi dan efektivitas.
➢ Sejak dikeluarkanya UU no 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara terjadi perubahan mendasar pada sistem pengangaran
di Indonesia, yaitu ditetapkannya penganggaran terpadu
(unified budgeting), penganggaran berbasis kinerja
(performance based budgeting) dan penganggaran denga
perspektif jangka menengah (Mediun Term Expenditure
Framework/MTEF).
Akuntansi Pemerintah di Indonesia

➢ Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP):


1. Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN) .
2. Sistem Akuntansi Instansi (SAI) .
➢ SA-BUN terdiri:
1. Sistem Akuntansi Pusat (SiAP).
2. Sistem Akuntansi Utang Pemerintah dan Hibah (SA-UP&H).
3. Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah (SA-IP).
4. Sistem Akuntansi Penerusan Pinjaman (SA-PP).
5. Sistem Akuntansi Transfer ke Daerah (SA-TD).
6. Sistem Akuntansi Bagian Anggaran Perhitungan dan
Pembiayaan (SA-BAPP).
7. Sistem Akuntansi Transaksi Khusus (SA-TK).
8. Sistem Akuntansi Badan Lainnya (SA-BL).
Akuntansi Pemerintah di Indonesia

➢ Sistem Akuntansi Instansi (SAI) terdiri 3 subsistem:


1. Sistem Akuntansi Keuangan (SAK).
2. Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-
BMN).
3. Sistem Akuntansi Bagian Anggaran Pembiayaan
dan Perhitungan (SA-BAPP).
➢ Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) terdiri
2 subsitem:
1. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD).
2. Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SASKPD)
Akuntansi Pemerintah
di Amerika Serikat

➢ Sistem Akuntansi yang berlaku di Pemerintah Amerika serikat


adalah Akuntansi Dana (Fund Accounting).

➢ Dalam pelaksanaan Akuntansi Dana, terdiri dari:


1. Expandable Fund.
2. Non Expandable Fund.

➢ Dana Pemerintah (Governmental Fund) dibagi menjadi:


1. Dana Umum (General Fund).
2. Dana Proyek Modal (Capital Project Fund).
3. Dana Pelunasan Utang (Debt Service Fund).
Akuntansi Pemerintah
di Amerika Serikat

➢ Terdapat 5 (lima) Jurnal dalam pencatatan di Dana


Umum:
1. Jurnal Anggaran.
2. Jurnal pendapatan.
3. Jurnal Belanja.
4. Jurnal Penyesuaian.
5. Jurnal Penutup.
Referensi

Halim, Abdul & M. Syam Kusufi; Teori, Konsep dan Aplikasi


Akuntansi Sektor publik; Edisi 2, Salemba Empat; 2014; bab 8
& 9.

Nordiawan, Deddi & Ayuningtyas Hertianti; Akuntansi Sektor


Publik; Edisi 2; Salemba Empat; 2010; bab 9 &10.
MATERI KULIAH ONLINE AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
MODUL -08
REGULASI PADA
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Oleh :
Muh. Arief Effendi, SE, MSi, Ak, QIA,CPMA,CA,ACPA, CACP
TRISAKTI SCHOOL OF MANAGEMENT
(STIE TRISAKTI) JAKARTA
Edisi 02 – Agustus 2021
MATERI KULIAH

1. Regulasi dan Standar di Sektor Publik.


2. Standar Akuntansi dalam Akuntansi Sektor
Publik.
3. PSAP VS PSAK.
Regulasi dan Standar di Sektor Publik

1. Kebutuhan Regulasi dan Standar di Sektor


Publik.
2. Perkembangan Regulasi di Sektor Publik.
3. Perkembangan Standar di Sektor Publik.
4. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN)
Kebutuhan Regulasi dan Standar
di Sektor Publik

➢ Pada era keterbukaan, penyajian informasi yang utuh akan


menciptakan transparansi dan akan mewujudkan
akuntabilitas publik.
➢ Kebutuhan Regulasi dan Standar akuntansi di Sektor Publik
dimaksudkan sebagai avuan dan pedoman bagi para akuntan /
praktisi yang berada pada organisasi sektor publik.
➢ Dalam konteks pada organisasi sektor publik, paket standar
akuntansi tersendiri diperlukan karena kekhususan yang
signifikan antara organisasi sektor publik dengan perusahaan
komersial, diantaranya adanya kewajiban
pertanggungjawaban yang lebih besar kepada publik atas
penggunaan dana-dana yang dimiliki.
Perkembangan Regulasi di Sektor Publik

1. Perkembangan Regulasi terkait organisasi Nirlaba.


a. Regulasi tentang Yayasan.
b. Regulasi tentang Partai politik.
c. Regulasi tentang Badan Hukum Milik negara (BHMN) dan Badan
Hukum Pendidikan (BHP).
d. Regulasi tentang Badan Layanan Umum (BLU).
2. Perkembangan Regulasi terkait Keuangan Negara.
a. UU no 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
b. UU No 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
c. UU No 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
tanggung Jawab Keuangan Negara.
3. Perkembangan Regulasi terkait Otonomi Daerah.
a. UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
b. UU No 33tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Regulasi tentang Yayasan

Regulasi yang terkait Yayasan adalah UU no 16 tahun 2001


tentang yayasan. UU tersebut diperbaharui dengan UU No 28
tahun 2004 tentang Perubahan atas UU No 16 tahun 2001
tentang yayasan.

Selain itu, terdapat Peraturan Pemerintah (PP) No 63 tahun


2008 tentang Pelaksanaan UU tentang Yayasan. PP tsb
memberikan penjelasan yang lebih detail dan aplikatif dari
ketentuan yang telah diatur dalam UU tentang Yayasan.
Regulasi tentang Partai Politik (Parpol)

Regulasi yang terkait Parpol adalah UU no 2 tahun 1999 tentang


Partai politik.
UU tsb telah diperbaharui dengan keluarnya UU No 31 tahun
2002 tentang Partai Politik.
Pada tahun 2008 diperbaharui lagi melalui UU No 2 tahun 2008.
Menurut UU No 2 tahun 2008, partai politik adalah organisasi
yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok WNI
secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita
untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik
anggota, masyarakat, bangsa dan negara serta memelihara
keutuhan NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Regulasi tentang Badan Hukum Milik Negara
dan Badan hukum Pendidikan (BHMN & BHP)

1. Badan Hukum Milik Negara (BHMN)


1. PP No 152 tahun 2000 tentang penetapan Universitas Indonesia (UI)
sebagai BHMN.
2. PP No 153 tahun 2000 tentang penetapan Universitas Gadjah Mada
(UGM) sebagai BHMN.
3. PP No 154 tahun 2000 tentang penetapan Institut Pertanian Bogor
(IPB) sebagai BHMN.
4. PP No 155 tahun 2000 tentang penetapan Institut Teknologi Bandung
(ITB) sebagai BHMN.
5. PP No 56 tahun 2003 tentang penetapan Universitas Sumatera Utara
(USU) sebagai BHMN.
6. PP No 6 tahun 2004 tentang penetapan Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI) sebagai BHMN.
7. PP No 30 tahun 2003 tentang penetapan Universitas Airlangga
(Unair) sebagai BHMN
Regulasi tentang Badan Hukum Milik Negara
dan Badan hukum Pendidikan (BHMN & BHP)

Ciri-ciri Badan Hukum Milik Negara (BHMN):


a. Memiliki majelis Wali Amanat (MWA).
b. Memiliki senat Akademik (SA).
c. Memiliki otonomi manajemen dana dan akademik.

2. Badan Hukum Pendidikan (BHP).


BHP adalah badan hukum penyelenggaraan pendidikan formal dengan
berprinsip Nirlaba yang memiliki kemandirian dalam pengelolaannya
dengan tujuan memajukan satuan pendidikan.

Mekanisme perubahan Universitas menjadi BHP telah diatur pada pasal


65, 66 dan 67 UU BHP tersebut.
Regulasi tentang Badan Layanan Umum (BLU)

Badan Layanan Umum (BLU) diatur melalui Peraturan


pemerintah (PP) No 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan
keuangan Badan Layanan Umum.

BLU dibentuk untuk mempromosikan peningkatan


pelayanan publik melaluiflekbilitas keuangan BLU yang
dikelola secara profesional dengan menonjolkan
produktivitas, efisiensi dan produktivitas.

BLU diatur oleh Direktorat Pengelolaan keuangan BLU


dibawah Dirjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan.
Perkembangan Regulasi terkait Keuangan Negara
UU no 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Beberapa hal penting terkait UU tentang keuangan negara:


1. Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara.
2. Penyusunan dan penetapan APBN.
3. Penyusunan dan penetapan APBD.
4. Hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Bank
Sentral, Pemerintah Daerah srta Pemerintah / lembaga
Asing.
5. Hubungan keuangan antara Pemerintah dan Perusahaan
Negara, Perusahaan daerah, Perusahaan swasta serta
pengelola dana masyarakat.
6. Pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan APBD.
Perkembangan Regulasi terkait Keuangan Negara
UU No 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

Perbendaharaan Negara dalam UU ini adalah pengelolaan dan


pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk invstasi dan kekayaan yang
dipisahkan yang ditetapkan dalam APBN dan APBD.
UU No 1 tahun 2004 tsb antara lain mengatur:
1. Ruang lingkup dan asas umum perbendaharaan negara.
2. Kewenangan pejabat perbendaharaan negara.
3. Pelaksanaan pendapata dan belanja negara / daerah.
4. Pengelolaan uang negara / daerah.
5. Pengelolaan piutang dan utang negara / daerah.
6. Pengelolaan investasi dan barang milik negara / daerah.
7. Penatausahaan dan pertanggungjawaban APBN/APBD.
8. Pengendalian intern pemerintah.
9. Penyelesaian kerugian negara / daerah.
10. Pengelolaan keuangan Badan Layanan umum.
Perkembangan Regulasi terkait Keuangan Negara
UU No 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
tanggung Jawab Keuangan Negara

Pemeriksaan Keuangan Negara meliputi pemeriksaan atas pengelolaan


keuangan negara dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan negara.

Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dilakukan


oleh Badan pemeriksa Keuangan (BPK) meliputi seluruh unsur keuangan
negara sebagaimana dimaksud pada pasal 2 UU no 17 tahun 2003 tentang
keuangan negara.

Pemeriksaan terdiri atas pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja dan


pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

Pemriksaan dilaksanakan berdasarkan standar pemeriksaan yang disusun


oleh BPK setelah berkonsultasi dengan Pemerintah.
Perkembangan Regulasi terkait Otonomi Daerah
UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah mengatur pokok-pokok


tentang:
a. Pembentukan daerah dan kawasan khusus.
b. Pembagan urusan pemerintahan.
c. Pemerintah daerah.
d. Perangkat daerah.
e. Keuangan daerah.
f. Peraturan daerah dan peraturan kepala daerah.
g. Kepegawaian daerah.
h. Pembinaan dan pengawasan.
i. Desa.

Ketentuan tsb berimplikasi pada pengaturan pengelolaan keuangan daerah,


yaitu Gubernur/Bupati/Walikota bertanggung jawab atas pengelolaan
keuangan daerah sebagai bagian dari kekuasaan pemerintah daerah.
Perkembangan Regulasi terkait Otonomi Daerah
UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah


mencakup pembagian keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah secara proporsional, demokratis, adil dan transparan dengan
mempertimbangkan potensi, kondisi dan kebutuhan daerah.
Dana perimbangan merupakan pendanaan daerah yang bersumber dari APBN
yang terdiri atas:
1. Dana Bagi hasil (DBH)adalah dana yang berseumberdari APBN yang
dibagihasilkan kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu.
2. Dana Alokasi Umum (DAU) bertujuan bagi pemerataan kemampuan antar
daerah yang dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan kemampuan
keuangan antar daerah melalui penerapan formula yang
mempertimbangkan kebutuhan dan potensi daerah.
3. Dana Alokasi Khusus (DAK) dimaksudkan untuk membantu membiayai
kegiatan-kegiatan khusus di daerah tertentu yang merupakan urusan
daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
Perkembangan Regulasi
di Sektor Publik
Perkembangan UU setelah otonomi daerah
Standar Akuntansi dalam
Akuntansi Sektor Publik atau Pemerintah

1. Standar Akuntansi Sektor Publik atau Pemerintah


di Indonesia.
2. PP No 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah.
3. PSAK No 45 tentang Pelaporan Keuangan
Organisasi Nirlaba.
4. Perbandingan Standar Akuntansi Sektor Publik
atau Pemerintah di Indonesia dengan Amerika.
5. Peningkatan Standar Akuntansi Internasional.
StandarAkuntansi Sektor Publik atau
Pemerintah di Indonesia

➢ Standar Akuntansi di Sektor Swasta lebih berkembang dari


pada Sektor Pemerintah.
➢ Sektor Swasta dan Pemerintah di Amerika serikat telah
memiliki Standar Akuntansi.
➢ Standar Akuntansi Keuangan (SAK) untuk Sektor Swasta di
Indonesia sejak tahun 2011 telah mengacu Standar Akuntansi
Internasional (IFRS), sedangkan untuk Sektor Pemerintah di
Indonesia baru akan menerapkan akuntansi berbasis akrual ,
meskipun masih dianggap belum akrual penuh.
➢ Standar akuntansi pemerintahan sangat penting peranannya
dalam organisasi pemerintahan untuk menjawab tuntutan akan
akuntabilitas dan transparansi publik.
Peraturan Pemerintah (PP) No 71 Tahun 2010
tentang Akuntansi Sektor Pemerintah (SAP)

➢ Lingkup pengaturan PP No 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi


Pemerintah (SAP) meliputi:
o SAP berbasis akrual.
o SAP berbasis kas menuju akrual.
➢ SAP berbasis kas menuju akrual dapat berlaku selama masa transisi bagi entitas
yang belum siap menerapkan SAP berbasis akrual.
➢ Laporan keuangan (SAP berbasis akrual) dimaksudkan untuk memberikan
manfaat lebih baik dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan bagi para:
o Pemangku kepentingan (stakeholders).
o Pengguna laporan.
o Pemeriksa laporan keuangan Pemerintah.
➢ PP No 71 tahun 2010 mendelegasikan perubahan terhadap PSAP diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan (Permenkeu).
➢ Penyiapan PSAP oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintah (KSAP) tetap harus
melalui proses baku penyusunan SAP dan mendapat pertimbangan dari BPK.
Peraturan Pemerintah (PP) No 71 Tahun 2010
tentang Akuntansi Sektor Pemerintah (SAP)

➢ Sistematika SAP berbasis akrual terdiri dari:


a. Kerangka Konseptual (KK) Akuntansi Pemerintahan.
b. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP), terdiri dari 12 pernyataan:
1. PSAP 01: Penyajian Laporan Keuangan.
2. PSAP 02: Laporan realisasi Anggaran (LRA) berbasis kas.
3. PSAP 03: Laporan Arus Kas (LAK).
4. PSAP 04: Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
5. PSAP 05: Akuntansi Persediaan.
6. PSAP 06: Akuntansi Investasi.
7. PSAP 07: Akuntansi Aset Tetap.
8. PSAP 08: Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan.
9. PSAP 09: Akuntansi Kewajiban.
10. PSAP 10: Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan
Estimasi Akuntansi dan Operasi yang Tidak Dilanjutkan.
11. PSAP 11: Laporan Keuangan Konsolidasian.
12. PSAP 12: Laporan operasional (LO).
Peraturan Pemerintah (PP) No 71 Tahun 2010
tentang Akuntansi Sektor Pemerintah (SAP)

Basis Akuntansi
➢ Basis Akuntansi:
o Perlakuan pengakuan atas hak dan kewajiban yang timbul dari transaksi
keuangan.
o Perbedaan basis akan berpengaruh terhadap proses akuntansi.
➢ PP No 71 tahun 2010 (berbasis akrual):
o Basis akuntansi yang digunakan tidak sepenuhnya berbasis akrual.
o Mengarah pada penggunana Basis Akrual Modifikasian (Modified Accrual
basis), transaksi tertentu dicatat menggunakan basis kas dan untuk sebagai
besar transaksi menggunakan basis akrual.
o SAP yang mengakui:
▪ Pendapatan-LO, beban, aset, utang dan ekuitas dalam pelaporan finansial
berbasis akrual.
▪ Pendapatan-LRA, belanja dan pembiayaan dalam Pelaporan Pelaksanaan
Anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN / APBD (basis
kas).
➢ SAP berbasis akrual secara bertahap akan diatur dalam Permenkeu untuk
Pemerintah Pusat dan Permendagri untuk Prmrrintah Daerah.
Peraturan Pemerintah (PP) No 71 Tahun 2010
tentang Akuntansi Sektor Pemerintah (SAP)

Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi


➢ Entitas Akuntansi:
o Unit pada pemerintahan yang mengelola anggaran , kekayaan dan
kewajiban yang menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan
keuangan atas dasar akuntansi yang diselenggarakan.
➢ Entitas Pelaporan:
o Unit Pemerintahan yang terdiri atas satu atau lebih entitas akuntansi
yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.
o Pemerintah Pusat : Kementerian Negara atau Lembaga.
o Pemerintah Daerah: seluruh Pemerintah Provinsi dan seluruh
Pemerintah Kabupaten / Kota.
o Di Indonesia : lebih dari 500 entitas pelaporan yang semuanya akan
menyusun Laporan keuangan dan diaudit oleh BPK.
Peraturan Pemerintah (PP) No 71 Tahun 2010
tentang Akuntansi Sektor Pemerintah (SAP)

Penyusunan Laporan Keuangan


➢ Laporan Keuangan Pokok yang wajib disusun dan disajikan Entitas Pelaporan (SAP
berbasis kas menuju akrual):
1. Laporan realisasi Anggaran (LRA).
2. Neraca.
3. Laporan Arus kas (LAK).
4. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
➢ SAP berbasis akrual mewajibkan entitas pelaporan menyusun dan menyajikan 7
laporan keuangan pokok:
1. Pelaporan Finansial berbasis akrual:
a. Neraca.
b. Laporan Operasional (LO).
c. Laporan Arus Kas (LAK).
d. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE).
2. Pelaporan pelaksanaan anggaran berbasis kas:
a. Laporan realisasi Anggaran (LRA).
b. Laporan Perubahan saldo Anggaran Lebih (SAL).
3. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
PSAK No 45 tentang Pelaporan Keuangan
Organisasi Nirlaba
Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba
1. Laporan Posisi Keuangan pada akhir periode pelaporan.
2. Laporan Aktivitas diifokuskan pada organisasi secara keseluruhan yang
menyajikan:
a. Perubahan aset neto selama suatu periode yang tercermin pada aset neto
atau ekuitas dalam laporan posisi keuangan.
b. Perubahan jumlah aset neto terikat permanen, terikat temporer dan
tidak terikat dalam suatu periode.
c. Pendapatan sebagai penambah aset neto tidak terikat, kecuali jika
penggunaannya dibatasi oleh penyumbang.
d. Beban sebagai pengurang aset neto tidak terikat.
e. Keuntungan dan kerugian yang diakui dari investasi dan aset lain (atau
kewajiban) sebagai penambah atau pengurang aset neto tidak terikat, ,
kecuali jika penggunaannya dibatasi.
f. Jumlah pendapatan dan beban secara bruto.
g. Informasi mengenai beban menurut klasifikasi fungsional : menurut
kelompok program jasa utama dan aktivitas pendukung.
PSAK No 45 tentang Pelaporan Keuangan
Organisasi Nirlaba
Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba
2. Laporan Arus kas untuk periode pelaporan.
➢ Tujuan utama menyajikan informasi mengenai penerimaan dan
pengeluaran kas dalam suatu periode.
➢ Disajikan sesuai PSAK No 2 tentang Laporan Arus kas, dengan
tambahan:
1) Aktivitas Pendanaan:
a. Penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya
dibatasi untuk jangka panjang.
b. Penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi
yang penggunaanya dibatasi untuk pemerolehan,
pembangunan dan pemeliharaan aset tetap atas peningkatan
dana abadi (endowment).
2) Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan
pendanaan non kas (sumbangan berupa bangunan atau aset
investasi).
3. Catatan atas Laporan Keuangan.
Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba:
Contoh Laporan Posisi Keuangan
Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba:
Contoh Laporan Aktivitas (Bentuk A)
Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba:
Contoh Laporan Aktivitas (Bentuk A)
Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba:
Contoh Laporan Aktivitas (Bentuk B)
Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba:
Contoh Laporan Aktivitas (Bentuk B)
Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba:
Contoh Laporan Pendapatan, Beban dan Perubahan Aset Neto
Tidak Terikat (Bentuk C)
Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba:
Contoh Laporan Pendapatan, Beban dan Perubahan Aset Neto
Tidak Terikat (Bentuk C)
Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba:
Contoh Laporan Perubahan Aset Neto (Bentuk Alternatif)
Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba:
Contoh Laporan Arus Kas (Metode Langsung)
Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba:
Contoh Laporan Arus Kas (Metode Tidak Langsung)
Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba:
Contoh Laporan Arus Kas (Metode Tidak Langsung)
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN)

➢ BPK telah mengembankan standar penting yang akan menjadi


panduan dalam prose audit di Indonesia.
➢ SPKN menjadi acuan bagi auditor pemerintah dalam melaksanakan
tugasnya sebagai pemeriksa (peraturan BPK No. 1 Tahun 2007).
➢ SPKN hanya mengatur hal-hal yang tidak terdapat dalam Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang dikeluarkan oleh IAI.
➢ SPKN membagi jenis audit menjadi 3 jenis:
1. Pemeriksanaan keuangan.
2. Pemeriksanaan kinerja
3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Perbandingan Standar Akuntansi Sektor Publik atau
Pemerintah di Indonesia dengan Amerika

➢ Di Indonesia:
o penyusunan standar akuntansi pemerintahan dilakukan
oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP),
yang ditetapkan melalui Keputusan Presiden (Keppres)
no 84 tahun 2004 tentang keanggotaan KSAP.
o Penetapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
melalui Peraturan Pemerintah (PP).
➢ Di Amerika serikat:
o Terdapat Pemerintah Pusat (State Government) dan
Pemerintah Daerah (Local Government).
o Standar akuntansi dikeluarkan oleh Government
Accounting Standard Board (GASB).
Perbandingan Standar Akuntansi Sektor Publik atau
Pemerintah di Indonesia dengan Amerika

U.S STANDART SETTER


Perbandingan Standar Akuntansi Sektor Publik atau
Pemerintah di Indonesia dengan Amerika

U.S STANDART SETTER


Peningkatan Standar Akuntansi Internasional

➢ International Public Sector Accountang Standard Board


(IPSASB) penyusun standar akuntansi internasional untuk
standar publik dibawah International federation of Accountant
(IFAC).
➢ Tahun 2005 IPSASB telah melakukan peningkatan berupa
revisi dari 11 standar menjadi 20 standar.
➢ Basis akuntansi yang digunakan dalam seluruh standar yang
dikeluarkan oleh IPSAS adalah basis akrual.
➢ IPSAS diterapkan untuk laporan keuangan berbasis akrual.
➢ Ruang lingkup sektor publik yang dimaksudkan dalam IPSAS
adalah Pemerintah, tidak termasuk organisasi nirlaba lainnya.
➢ Saat ini IPSAS telah mengeluarkan 21 Standar.
Peningkatan Standar Akuntansi Internasional

1. IPSAS 1 - Presentation of Financial Statements


2. IPSAS 2 - Cash Flow Statements
3. IPSAS 3 - Net Surplus or Deficit for the Period, Fundamental Errors and Changes in
Accounting Policies
4. IPSAS 4 - The Effects of Changes in Foreign Exchange Rates
5. IPSAS 5 - Borrowing Costs
6. IPSAS 6 - Consolidated Financial Statements and Accounting for Controlled Entities
7. IPSAS 7 - Accounting for Investments in Associates
8. IPSAS 8 - Financial Reporting of Interests in Joint Ventures
9. IPSAS 9 - Revenue from Exchange Transactions
10. IPSAS 10 - Financial Reporting in Hyperinflationary Economies
11. IPSAS 11 - Construction Contracts
12. IPSAS 12 - Inventories
13. IPSAS 13 - Leases
14. IPSAS 14 - Events After the Reporting Date
15. IPSAS 15 - Financial Instruments: Disclosure and Presentation
16. IPSAS 16 - Investment Property
17. IPSAS 17 - Property, Plant and Equipment
18. IPSAS 18, Segment Reporting
19. IPSAS 19 - Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets
20. IPSAS 20 - Related Party Disclosures
21. IPSAS 21 - Impairment of NonCash-Generating Assets
PSAP VS PSAK

➢ Standar Akuntansi keuangan (SAK) pada umumnya mengatur


organisasi bisnis, sedangkan SAP mengatur organisasi pemerintahan.
➢ PSAK juga mengatur organisasi nirlaba (PSAK no. 45).
➢ Tujuan kerangka koseptual menurut PSAP dan PSAK sama, yaitu
sebagai acuan bagi:
1. Penyusun standar (standard setters) dalam melaksanakan tugasnya.
2. Penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah
akuntansi yang belum diatur dalam standar.
3. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan
keuangan yang disusun sesuai dengan prinsip atau standar
akuntansi yang beralku.
4. Para pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai
standar.
Perbedaan PSAP dan PSAK

1. Dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan (KKAP)


terdapat pembahasan mengenai lingkungan akuntansi pemerintahan
yang menjelaskan bahwa lingkungan operasional organisasi pemerintah
berpengaruh terhadapkarakteristik tujuan akuntansi dan pelaporan
keuangannya. Sedangkan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK), dinyatakan bahwa kerangka
dasar berlaku untuk semua jenis perusahaan komersial baik sektor
publik maupun sektor swasta.
2. KKAP Laporan keuangan dilakukan untuk kepentingan akuntabilitas,
manajemen, transparansi, keseimbangan antar generasi dan evaluasi
kinerja. Selain itu tujuannya adalah untuk menyajika informasi yang
bermanfaat bagi pengguna dalam menilai akuntabilitas dan pembuatan
keputusan ekonomi, sosial maupun politik. Sedangkan KDPPLK lebih
menekankan pada pengambilan keputusan ekonomi.
Perbedaan PSAP dan PSAK

3. Komponen laporan keuangan pada KKAP : Laporan Realisasi


Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan
Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, laporan Arus Kas dan
Catatan atas Laporan Keuangan sebagai komponen laporan keuangan
pokok serta laporan lain dan atau elemen informasi akuntansi yang
diwajibkan oleh ketentuan perundang-undangan. Laporan keuangan
pada KDPPLK: Laporan Posisi keuangan, Laporan Laba Rugi dan
Laporan Arus Kas.
4. SAP membagi dua entias, entitas pelaporan dan entitas akuntansi,
sedangkan SAK tidak mengenal pemebdaan tersebut.
5. Asumsi dasar pada KKAP : kemandirian entitas, kesinambungan entitas
dan keterukuran dalam satuan uang, sedangkan pada KDPPLK,
standar tersebuthanya dapat digunakan jika asumsi tersebut terpenuhi.
Perbedaan PSAP dan PSAK

6. Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan pada KKAP adalah


ketentuan yang dipahami dan ditatai oleh pembuat standar dalam
penyusunan standar akuntansi, sedangkan pada KDPPLK terdiri atas
basis akuntansi, prinsip nilai historis, realisasi, substansi mengungguli
bentuk, periodesitas, konsistensi, pengungkapan lengkap dan penyajian
wajar.
7. Basis akuntansi pada KKAP adalah basis akrual untuk pengakuan
Pendapatan-LO, beban, aset, kewajiban dan ekuitas, apabila anggaran
disusun dan dilaksanakan bedasarkan basis kas, maka LRA disusun
berdasarkan basis kas. SAK berdasarkan basis akrual.
8. Adanya konsep modal dan pemeliharaan modal pada KDPPLK, yaiyu
konsep modal keuangan dan modal fisik (dipandang sebagai kapasitas
produkstif perusahaan), dalam KKAP tidak dikenal konsep laba.
Perbedaan PSAP dan PSAK

9. Jumlah PSAP pada SAP dan jumlah PSAK pada SAK. SAK
jauh lebih matang daripada SAP. Jumlah PSAP hanya 12 ,
sedangkan PSAK bertambah seiring dengan adanya
penyesuaian / adopsi IFRS.
Terdapat keunikan tersendiri yang dimiliki oleh organisasi
pemerintah yang tidak dapat dinaungi oleh PSAK.
PSAK dapat dijadikan pembanding bagi KSAP dalam
menyusun atau merevisi PSAP.
Referensi

Halim, Abdul & M. Syam Kusufi; Teori, Konsep dan Aplikasi


Akuntansi Sektor publik; Edisi 2, Salemba Empat; 2014; bab 16
& 17.

Nordiawan, Deddi & Ayuningtyas Hertianti; Akuntansi Sektor


Publik; Edisi 2; Salemba Empat; 2010; bab 2.
MATERI KULIAH ONLINE AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
MODUL -09
PERNYATAAN STANDAR
AKUNTANSI PEMERINTAHAN
(PSAP)

Oleh :
Muh. Arief Effendi, SE, MSi, Ak, QIA,CPMA,CA,ACPA,CACP
TRISAKTI SCHOOL OF MANAGEMENT

(STIE TRISAKTI) JAKARTA


Edisi 02 – Agustus 2021
MATERI KULIAH

1. Tinjauan atas PSAP terkait Laporan


Realisasi anggaran (LRA), Laporan Arus Kas
(LAK) danCatatan atas Laporan Keuangan
(CALK).
2. Tinjauan atas PSAP terkait dengan
Akuntansi Aset tetap dan Investasi.
3. Tinjauan atas PP No 77 tahun 2010 dan
terkait dengan Laporan Operasional.
Tinjauan atas PSAP LRA,
LAK dan CALK

1. PSAP Nomor 2 : Laporan Realisasi


Anggaran (LRA).
2. PSAP Nomor 3 : Laporan Arus Kas
(LAK).
3. PSAP Nomor 4 : Catatan atas Laporan
Keuangan (CALK).
PSAP No. 2 : Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Ruang lingkup & Manfaat PSAP No 2


➢ PSAP No. 02 diterapkan dalam penyajian Laporan Realisasi
Anggaran yang disusun dan disajikan dengan menggunakan
anggaran berbasis kas;
➢ LRA menyediakan informasi mengenai realisasi pendapatan-
LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan
dari suatu entitas pelaporan yang masing-masing
diperbandingkan dengan anggarannya.

Definisi LRA
➢ Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu
komponen laporan keuangan pemerintah yang menyajikan
informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan
secara tersanding untuk suatu periode tertentu.
PSAP No. 2 : Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Basis Akuntansi

Pencatatan LRA menggunakan Basis Kas :


1. Pendapatan-LRA diakui pada saat diterima pada
rekening Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah.
2. Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari
rekening Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah.
3. Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima
pada rekening Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah.
4. Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat
dikeluarkan dari rekening Kas Umum Negara/Kas
Umum Daerah.
PSAP No. 2 : Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Isi LRA :

ISI LRA DEFINISI


Pendapatan-LRA Semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang
menambah saldo anggaran lebih dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah,
dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.

Belanja Semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah


yang mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode tahun
anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah.

Transfer Penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan


dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana
perimbangan dan dana bagi hasil
PSAP No. 2 : Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Isi LRA :
ISI LRA DEFINISI
Surplus/defisit-LRA Selisih lebih/kurang antara pendapatan – LRA dan belanja
selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos
Surplus/Defisit LRA
Penerimaan Pembiayaan Semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah
antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan
obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan
negara/daerah, penerimaan kembali pinjaman yang
diberikan kepada fihak ketiga, penjualan investasi
permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan

Pengeluaran Pembiayaan Semua pengeluaran Rekening Kas Umum Negara/Daerah


antara lain pemberian pinjaman kepada fihak ketiga,
penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali
pokok pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu,
dan pembentukan dana cadangan
PSAP No. 2 : Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Isi LRA :

ISI LRA DEFINISI


Pembiayaan Neto Selisih antara penerimaan pembiayaan setelah dikurangi
pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran
tertentu
Sisa Lebih/kurang pembiayaan Selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan
anggaran (SILPA/SIKPA) pengeluaran selama satu periode pelaporan
PSAP No. 2 : Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Informasi yang disajikan LRA

1. Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi


pendapatan menurut jenis pendapatan LRA.
Rincian lebih lanjut jenis pendapatan disajikan
pada Catatan atas Laporan Keuangan;

2. Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi belanja


menurut jenis belanja dalam LRA. Klasifikasi
belanja menurut fungsi disajikan dalam Catatan
atas Laporan Keuangan.
PSAP No. 2 : Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Akuntansi Anggaran

1. Akuntansi anggaran merupakan teknik pertanggungjawaban


dan pengendalian manajemen yang digunakan untuk
membantu pengelolaan pendapatan, belanja, transfer, dan
pembiayaan.
2. Anggaran pendapatan meliputi estimasi pendapatan yang
dijabarkan menjadi alokasi estimasi pendapatan.
3. Anggaran belanja terdiri dari apropriasi yang dijabarkan
menjadi otorisasi kredit anggaran (allotment).
4. Anggaran pembiayaan terdiri dari penerimaan pembiayaan
dan pengeluaran pembiayaan.
5. Akuntansi anggaran diselenggarakan pada saat anggaran
disahkan dan anggaran dialokasikan.
PSAP No. 2 : Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Akuntansi Pendapatan LRA

1. Pendapatan-LRA diakui pada saat diterima pada Rekening Kas


Umum Negara/Daerah (RKUN/D).
2. Pendapatan-LRA diklasifikasikan menurut jenis pendapatan.
3. Transfer masuk adalah penerimaan uang dari entitas pelaporan
lain, misal Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Bantuan
Hibah (DBH).
4. Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto,
yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak
mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan
pengeluaran).
5. Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LRA bruto
(biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan
tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan proses
belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan;
PSAP No. 2 : Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Akuntansi Pendapatan LRA

6. Dalam hal Badan Layanan Umum (BLU), pendapatan diakui dengan


mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Pengembalian yang sifatnya sistemik (normal) dan berulang
(recurring) atas penerimaan pendapatan-LRA pada periode
penerimaan maupun pada periode sebelumnya dibukukan sebagai
pengurang pendapatan-LRA.
8. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-
recurring) atas penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada
periode penerimaan pendapatan-LRA dibukukan sebagai pengurang
Pendapatan-LRA pada periode yang sama;
9. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-
recurring) atas penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada
periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang Saldo Anggaran
Lebih pada periode ditemukannya koreksi dan pengembalian
tersebut.
PSAP No. 2 : Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Akuntansi Belanja

1. Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari


Rekening Kas umum Negara/Daerah
2. Pengeluaran melalui bendahara pengeluaran,
pengakuan belanjanya terjadi pada saat
pertanggungjawab an atas pengeluaran tersebut
disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi
perbendaharaan.
3. Belanja BLU diakui dengan mengacu pada peraturan
perundang-undangan yang mengatur BLU.
4. Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi
(jenis belanja), organisasi, dan fungsi.
PSAP No. 2 : Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Akuntansi Surplus / Defisit LRA

1. Selisih antara pendapatan-LRA dan belanja


selama satu periode pelaporan dicatat dalam
pos Surplus/Defisit-LRA.
2. Surplus-LRA adalah selisih lebih antara
pendapatan-LRA dan belanja selama satu
periode pelaporan.
3. Defisit-LRA adalah selisih kurang antara
pendapatan-LRA dan belanja selama satu
periode pelaporan.
PSAP No. 2 : Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Akuntansi Pembiayaan

1. Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan


pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang
perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam
penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk
menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
2. Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada
Rekening Kas Umum Negara/Daerah.
3. Akuntansi penerimaan pembiayaan dilaksanakan
berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan
penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya
(setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
PSAP No. 2 : Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Akuntansi Pembiayaan

4. Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat


dikeluarkan dari RKUN/D;
5. Pencairan Dana Cadangan mengurangi Dana
Cadangan yang bersangkutan;
6. Pembentukan Dana Cadangan menambah Dana
Cadangan yang bersangkutan. Hasil-hasil yang
diperoleh dari pengelolaan Dana Cadangan di
pemerintah daerah merupakan penambah Dana
Cadangan. Hasil tersebut dicatat sebagai Pendapatan-
LRA dalam pos pendapatan asli daerah lainnya.
PSAP No. 2 : Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Transaksi dalam Mata uang Asing

1. Transaksi dalam mata uang asing harus dibukukan dalam


mata uang rupiah.
2. Dalam hal tersedia dana dalam mata uang asing yang sama
dengan yang digunakan dalam transaksi, maka transaksi
dalam mata uang asing tersebut dicatat dengan
menjabarkannya ke dalam mata uang rupiah berdasarkan
kurs tengah bank sental pada tanggal transaksi.
3. Dalam hal tidak tersedia dana dalam mata uang asing yang
digunakan dalam transaksi dan mata uang asing tersebut
dibeli dengan rupiah, maka transaksi dalam mata uang
asing tersebut dicatat dalam rupiah berdasarkan kurs
transaksi, yaitu sebesar rupah yang digunakan untuk
memperoleh valuta asing tersebut.
PSAP No. 2 : Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Transaksi dalam Mata uang Asing

4. Dalam hal tidak tersedia dana dalam mata uang asing


yang digunakan untuk bertransaksi dan mata uang
asing tersebut dibeli dengan mata uang asing lainnya,
maka:
a) Transaksi mata uang asing ke mata uang asing
lainnya dijabarkan dengan menggunakan kurs
transaksi;
b) Transaksi dalam mata uang asing lainnya tersebut
dicatat dalam rupiah berdasarkan kurs tengah
bank sentral pada tanggal transaksi.
PSAP No. 2 : Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
LRA dalam Akuntansi Berbasis Akrual

1. LRA dihasilkan dari siklus anggaran yang sebaiknya


tidak disatukan dengan siklus akuntansi.
2. Untuk siklus anggaran, yang dicatat hanyalah
transaksi anggaran dan harus sesuai dengan pos
anggarannya.
3. LRA hanya berfokus pada transaksi dengan basis
kas, sehingga untuk penerimaan dan pengeluaran
yang tidak terkait dengan kas tidak dicatat dalam
LRA. Jika ditambahkan boleh dimasukkan dalam
informasi tambahan LRA.
PSAP No. 3 : Laporan Arus Kas (LAK)
Tujuan Pelaporan Arus Kas dan Ruang lingkup

➢ Tujuan pelaporan arus kas, memberikan informasi :


1. sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara
selama suatu periode akuntansi, serta
2. saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.
➢ Ruang lingkup:
Pemerintah pusat dan daerah yang menyusun dan
menyajikan laporan keuangan dengan basis akuntansi
akrual wajib menyusun laporan arus kas sesuai dengan
standar ini untuk setiap periode penyajian laporan
keuangan sebagai salah satu komponen laporan
keuangan pokok.
PSAP No. 3 : Laporan Arus Kas (LAK)
Kas dan Setara Kas serta Entitas Pelaporan

Kas dan Setara Kas


1. Kas dan setara kas harus disajikan dalam laporan arus kas.
2. Suatu investasi disebut setara kas kalau investasi dimaksud
mempunyai masa jatuh tempo 3 (tiga) bulan atau kurang dari
tanggal perolehannya.
3. Mutasi antar pos-pos kas dan setara kas tidak diinformasikan
dalam laporan keuangan.
4. Entitas pelaporan mengungkapkan komponen kas dan setara
kas dalam LAK yang jumlahnya sama dengan pos terkait di
neraca.
Entitas Pelaporan Arus Kas
Entitas pelaporan yang wajib menyusun dan menyajikan laporan
arus kas adalah unit organisasi yang mempunyai fungsi
perbendaharaan umum.
PSAP No. 3 : Laporan Arus Kas (LAK)
Penyajian LAK

UNSUR PENYAJIAN PENJELASAN


LAPORAN ARUS KAS
1. Aktivitas operasi ❑ Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan
dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk
kegiatan operasional pemerintah selama satu
periode akuntansi
❑ Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan
indikator yang menunjukkan kemampuan
operasi pemerintah dalam menghasilkan kas
yang cukup untuk membiayai aktivitas
operasionalnya di masa yad tanpa
mengandalkan sumber pendanaan dari luar
PSAP No. 3 : Laporan Arus Kas (LAK)
Penyajian LAK

UNSUR PENYAJIAN PENJELASAN


LAPORAN ARUS KAS
2. Aktivitas Investasi ❑ Aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang
ditujukan untuk perolehan dan pelepasan aset
tetap serta investasi lainnya yang tidak termasuk
dalam setara kas
❑ Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan
penerimaan dan pengeluaran kas bruto dalam
rangka perolehan dan pelepasan sumber daya
ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan
dan mendukung pelayanan pemerintah kepada
masyarakat di masa yad.
PSAP No. 3 : Laporan Arus Kas (LAK)
Penyajian LAK

UNSUR PENYAJIAN PENJELASAN


LAPORAN ARUS KAS
3. Aktivitas Pendanaan Aktivitas pendanaan adalah penerimaan dan
pengeluaran kas yang berhubungan dengan
pemberian piutang jangka panjang dan/atau
pelunasan utang jangka panjang yang
mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan
komposisi piutang jangka panjang dan utang jangja
panjang

4. Aktivitas transitoris Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan dan


pengeluaran kas yang tidak termasuk dalam
aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
PSAP No. 3 : Laporan Arus Kas (LAK)

Pelaporan Arus Kas


1. Entitas pelaporan dapat menyajikan arus kas dari aktivitas operasi
dengan cara:
a. Metode langsung.
b. Metode tidak langsung.
2. Entitas pelaporan pemerintah pusat/daerah sebaiknya menggunakan
metode langsung dalam melaporkan arus kas dari aktivitas operasi.

Arus Kas Mata Uang Asing


1. Arus kas yang timbul dari transaksi mata uang asing harus dibukukan
dengan menggunakan mata uang rupiah dengan menjabarkan mata
uang asing tersebut ke dalam mata uang rupiah berdasarkan kurs
pada tanggal transaksi.
2. Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasikan akibat
perubahan kurs mata uang asing tidak akan mempengaruhi arus kas.
PSAP No. 3 : Laporan Arus Kas (LAK)

Transaksi Bukan Kas


1. Transaksi operasi, investasi, dan pendanaan yang tidak mengakibatkan
penerimaan atau pengeluaran kas dan setara kas tidak dilaporkan dalam
LAK.
2. Transaksi tersebut harus diungkapkan dalam CaLK.
Contoh transaksi bukan kas yang tidak mempengaruhi LAK adalah perolehan
aset dengan pertukaran atau hibah.
Pengungkapan
1. Entitas pelaporan mengungkapkan jumlah saldi kas dan setara kas yang
signifikan yang tidak boleh digunakan oleh entitas.
2. Hal ini dijelaskan dalam CaLK.
Contoh kas dan setara kas yang tidak boleh digunakan oleh entitas adalah kas
yang ditempatkan sebagai jaminan dan kas yang dikhususkan penggunaannya
untuk kegiatan tertentu.
Ilustrasi Laporan Arus Kas (LAK)
Ilustrasi Laporan Arus Kas (LAK)
PSAP No. 4 : Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Tujuan CaLK , Tujuan Penyajian CaLK dan
Ruang lingkup

➢ Tujuan Pernyataan Standar CaLK adalah mengatur


penyajian dan pengungkapan yang diperlukan pada CaLK.
➢ Tujuan Penyajian CaLK:
Untuk meningkatkan transparansi laporan keuangan dan
penyediaan pemahaman yang lebih baik atas informasi
keuangan pemerintah.
➢ Ruang Lingkup:
1. Laporan Keuangan untuk tujuan umum untuk entitas
pelaporan.
2. Laporan Keuangan yang diharapkan menjadi Laporan
Keuangan untuk tujuan umum oleh entitas yang bukan
merupakan entitas pelaporan.
PSAP No. 4 : Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Ketentuan Umum

1. Setiap entitas pelaporan diharuskan untuk menyajikan Catatan atas


Laporan Keuangan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
laporan keuangan untuk tujuan umum.
2. Catatan atas Laporan Keuangan dimaksudkan agar laporan
keuangan dapat dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas
hanya untuk pembaca tertentu ataupun manajemen entitas
pelaporan.
3. Laporan Keuangan mungkin mengandung informasi yang dapat
mempunyai potensi kesalahpahaman di antara pembacanya.
4. Kesalahpahaman dapat saja disebabkan oleh persepsi dari pembaca
laporan keuangan.
5. Perlunya pengungkapan basis akuntansi dan kebijakan akuntansi
yang diterapkan akan membantu pembaca menghindari
kesalahpahaman dalam memahami laporan keuangan.
PSAP No. 4 : Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Struktur dan Isi

1. CaLK harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam


Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional
dan dan Laporan Arus Kas harus dapat mempunyai referensi
silang dengan informasi terkait dalam CaLK.
2. CaLK meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis
atas nilai suatu pos yang disajikan dalam seluruh komponen
laporan keuangan.
3. CaLK menyajikan informasi yang diharuskan dan
dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP) serta pengungkapan-pengungkapan
lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas
laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan
komitmen-komitmen lainnya.
PSAP No. 4 : Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Struktur dan Isi

CaLK menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos laporan keuangan


dalam rangka pengungkapan yang memadai, mengenai:

a. Informasi umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi


b. Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro
c. Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan, berikut kendala
dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;
d. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan
akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-
kejadian penting lainnya;
e. Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar muka
laporan keuangan
f. Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;
g. informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak
disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
Tinjauan atas PSAP No. 4 : Catatan atas Laporan
Keuangan (CaLK)

1. Kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan bisa


terjadi karena perbedaan persepsi pembaca dengan isi
kandungan informasi laporan keuangan.
2. Laporan keuangan harus disertai dengan CaLK yang berisi
informasi yang dapat memudahkan pengguna dalam
memahami laporan keuangan.
3. CaLK merupakan bentuk laporan yang paling tidak
terstruktur.
4. CaLK dapat memuat aspek-aspek yang memadai dan
lengkap, sehingga dapat menjadi suatu sumber informasi
yang relevan bagi pengambilan keputusan pengguna umum
dan apabila tidak dijelaskan akan dapat menyesatkan
pembaca laporan keuangan Pemerintah.
PSAP No. 7 : Aset Tetap
Ruang Lingkup

1. PSAP 07 diterapkan untuk seluruh unit pemerintahan yang


menyajikan laporan keuangan untuk tujuan umum dan
mengatur tentang perlakuan akuntansiny, termasuk
pengakuan, penilaian, penyajian dan pengungkapan yang
diperlukan.
2. PSAP 07 tidak diterapkan untuk:
a. Hutan dan sumber daya alam yang dapat diperbaharui
(regenerative natural resources).
b. Kuasa pertambangan, eksplorasi dan penggalian mineral,
minyak, gas alam dan sumber daya alam serupa yang
tidak dapat diperbaharuhi (non-regenerative natural
resources).
PSAP No. 7 : Aset Tetap
Klasifikasi Aset Tetap

1. Peralatan dan Mesin.


2. Gedung dan Bangunan.
3. Jalan, Irigasi, dan Jaringan.
4. Tanah.
5. Aset Tetap Lainnya.
6. Konstruksi dalam Pengerjaan.
PSAP No. 7 : Aset Tetap
Pengakuan Aset Tetap

1. Aset Tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa


depan dapat diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan
handal.
2. Kriteria suatu aset diakui sebagai aset tetap:
a. Berwujud;
b. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;
c. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;
d. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal
entitas;
e. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
3. Pengakuan aset tetap akan andal bila aset tetap telah
diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau
pada saat penguasaannya berpindah.
PSAP No. 7 : Aset Tetap
Pengukuran dan Penilaian awal Aset Tetap

Pengukuran Aset Tetap


1. Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan.
2. Aset tetap yang tidak diketahui harga perolehannya
disajikan dengan nilai wajar pada saat perolehan.

Penilaian Awal Aset Tetap


1. Penilaian awal aset tetap harus diukur berdasarkan biaya
perolehan.
2. Bila aset tetap diperoleh dengan tanpa nilai, biaya aset
tersebut adalah sebesar nilai wajar pada saat aset tersebut
diperoleh.
3. Untuk penyusunan neraca awal suatu entitas, biaya
perolehan aset tetap adalah nilai wajar pada saat neraca
awal tersebut disusun.
PSAP No. 7 : Aset Tetap
Komponen Biaya

Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya


atau konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang
dapat diatribusikan secara langsung dalam membawa aset
tersebut ke kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja
untuk penggunaan yang dimaksudkan.
Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung:
1. Biaya persiapan tempat.
2. Biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan bongkar
muat (handling cost).
3. Biaya pemasangan (instalation cost).
4. Biaya profesional seperti arsitek dan insinyur.
5. Biaya konstruksi
PSAP No. 7 : Aset Tetap
Komponen Biaya Perolehan Tanah

1. Tanah diakui pertama kali sebesar biaya perolehan


2. Biaya perolehan mencakup:
a. Harga pembelian atau biaya pembebasan tanah.
b. Biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak.
c. Biaya pematangan, penimbunan.
d. biaya lainnya yang dikeluarkan , maupun yang masih
harus dikeluarkan sampai tanah tersebut siap pakai
e. Nilai tanah juga meliputi nilai bangunan tua yang
terletak pada tanah yang dibeli tersebut jika bangunan
tua tersebut dimaksudkan untuk dimusnahkan
PSAP No. 7 : Aset Tetap
Komponen Biaya Perolehan Peralatan dan Mesin

1. Biaya perolehan peralatan dan mesin menggambarkan


jumlah pengeluaran yang telah dan yang masih harus
dilakukan untuk memperoleh peralatan dan mesin tersebut
sampai siap pakai.
2. Biaya perolehan peralatan dan mesin antara lain meliputi:
a. Harga pembelian.
b. Biaya pengangkutan.
c. Biaya instalasi.
d. Serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan
mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut
siap untuk digunakan.
PSAP No. 7 : Aset Tetap
Komponen Biaya Perolehan Gedung dan bangunan

1. Biaya perolehan gedung dan bangunan


menggambarkan seluruh biaya yang
dikeluarkan dan yang mas masih harus
dikeluarkan untuk memperoleh gedung dan
bangunan sampai siap pakai.
2. Biaya perolehan gedung dan bangunan
antara lain meliputi:
a. Harga pembelian atau biaya konstruksi.
b. Biaya pengurusan IMB, notaris dan pajak.
PSAP No. 7 : Aset Tetap
Komponen Biaya Perolehan Jalan, irigasi dan jaringan

1. Biaya perolehan jalan, irigasi, dan jaringan


menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan
dan masih harus dikeluarkan untuk memperoleh
gedung dan bangunan sampai siap pakai.
2. Biaya perolehan jalan, irigasi, dan jaringan antara
lain meliputi:
a. Biaya perolehan atau biaya konstruksi.
b. Biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai jalan,
irigasi dan jaringan tersebut siap pakai.
PSAP No. 7 : Aset Tetap

Komponen Biaya Perolehan Aset Tetap Lainnya


➢ Biaya perolehan aset tetap lainnya menggambarkan seluruh
biaya yang dikeluarkan dan yang masih harus dikeluarkan
untuk memperoleh aset tersebut sampai siap pakai.

Pengecualian Komponen Biaya Perolehan Aset tetap


1. Biaya Administrasi dan biaya umum lainnya bukan
merupakan suatu komponen biaya aset tetap sepanjang biaya
tersebut tidak dapat diatribusikan secara langsung pada biaya
perolehan aset atau membawa aset ke kondisi kerjanya.
2. Biaya permulaan (start-up cost) dan pra-produksi serupa tidak
merupakan bagian biaya suatu aset kecuali biaya tersebut
perlu untuk membawa aset ke kondisi kerjanya.
PSAP No. 7 : Aset Tetap

Perolehan Secara Gabungan


➢ Biaya perolehan dari masing-masing aset tetap yang diperoleh secara
gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut
berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing aset ybs.
Pertukaran Aset
➢ Biaya suatu aset tetap yang diperoleh melalui pertukaran yang tidak serupa
atau aset lainnya diukur berdasarkan nilai wajar aset yang diperoleh yaitu
nilai ekuivalen atas nilai tercatat aset yang dilepas setelah disesuaikan
dengan jumlah setiap kas atau setara kas dan kewajiban lain yang ditransfer
/diserahkan.
➢ Suatu aset tetap dapat diperoleh melalui pertukaran atas suatu aset yang
serupa yang memiliki manfaat yang serupa dan memiliki nilai wajar yang
serupa. Suatu aset tetap juga dapat dilepas dalam pertukaran dengan
kepemilikan aset yang serupa. Dalam keadaan tersebut tidak ada
keuntungan dan kerugian yang diakui dalam transaksi ini. Biaya aset yang
baru diperoleh dicatat sebesar nilai tercatat (carrying amount) atas aset yang
dilepas.
PSAP No. 7 : Aset Tetap

Aset Donasi
1. Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan (donasi) harus
dicatat sebesar nilai wajar pada saat perolehan.
2. Perolehan suatu aset tetap yang memenuhi kriteria
perolehan aset donasi, maka perolehan tersebut diakui
sebagai pendapatan operasional.
Pengeluaran setelah Perolehan.
Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang
memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar
memberi manfaat ekonomi di masa yang akan datang dalam
bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar
kinerja, harus ditambahkan pada nilai tercatat aset yang
bersangkutan.
PSAP No. 7 : Aset Tetap
Penyusutan dan Prasyarat Penyusutan

Penyusutan
1. Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap
yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset
ybs.
2. Nilai penyusutan untuk masing-masing periode diakui sebagai
pengurang nilai tercatat aset tetap dalam neraca dan beban
penyusutan dalam laporan operasional.
3. Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap
dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tsb.
Prasyarat Penyusutan
1. Diketahui nilai buku yang dapat disusutkan.
2. Identifikasi aset yang nilainya menurun.
3. Harus diketahui masa manfaatnya
4. Diketahui Kondisi yang menyebabkan penurunan aset tetap (misalnya yang
mudah obsolet).
PSAP No. 7 : Aset Tetap
Metode Penyusutan

1. Metode garis lurus (straight line method); atau


2. Metode saldo menurun ganda (double declining method);
atau
3. Metode unit produksi (unit of production method)

➢ Metode penyusutan yang digunakan harus dapat


menggambarkan manfaat ekonomi atau kemungkinan jasa
(service potential) yang akan mengalir ke pemerintah.
➢ Masa manfaat aset tetap yang dapat disusutkan harus
ditinjau secara periodik dan jika terdapat perbedaan besar
dari estimasi sebelumnya, penyusutan periode sekarang dan
yang akan datang harus dilakukan penyesuaian.
PSAP No. 7 : Aset Tetap
Penilaian Kembali (Revaluation)

1. Penilaian kembali atau revaluasi aset tetap pada


umumnya tidak diperkenankan karena Standar
Akuntansi Pemerintahan menganut penilaian aset
berdasarkan biaya perolehan atau harga
pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini
mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan
pemerintah yang berlaku secara nasional.
2. Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai tercatat
dibukukan dalam akun ekuitas.
PSAP No. 7 : Aset Tetap
Penghentian / Pelepasan

1. Suatu aset tetap dieliminasi dari neraca ketika


dilepaskan atau bila aset secara permanen
dihentikan penggunaannya dan tidak ada manfaat
ekonomi masa yang akan datang.
2. Aset tetap yang secara permanen dihentikan atau
dilepas harus dieliminasi dari Neraca dan
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.
3. Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif
pemerintah tidak memenuhi definisi aset tetap dan
harus dipindahkan ke pos aset lainnya sesuai dengan
nilai tercatatnya.
PSAP No. 7 : Aset Tetap
Pengungkapan

Laporan Keuangan harus mengungkapkan untuk masing-masing


jenis aset tetap sbb:
(a) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat (carrying
amount);
(b) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang
menunjukkan:
(1) Penambahan;
(2) Pelepasan;
(3) Akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, jika ada;
(4) Mutasi aset tetap lainnya.
(c)Informasi penyusutan, meliputi:
(1) Nilai penyusutan;
(2) Metode penyusutan yang digunakan;
(3) Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
(4) Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir
periode;
PSAP No. 7 : Aset Tetap
Pengungkapan

Laporan keuangan juga harus mengungkapkan:


1. Eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap;
2. Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang
berkaitan dengan aset tetap;
3. Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam
konstruksi;
4. Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap.
PSAP No. 6 : Akuntansi Investasi

Definisi:
Aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomik seperti
bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial sehingga dapat
meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan
kepada masyarakat.
Manfaat Sosial:
Manfaat yang tidak dapat diukur secara langsung dengan satuan
uang namun berpengaruh pada peningkatan pelayanan Pemerintah
pada masyarakat luas maupun golongan masyarakat tertentu.
Investasi yang dilakukan Pemerintah dapat berupa pemanfaatan
surplus anggaran untuk mendapatkan pendapatan dalam jangka
Panjang dan pemanfaatan dana menganggur untuk investasi jangka
pendek dalam rangka manajemen kas.
PSAP No. 6 : Akuntansi Investasi
Investasi Jangka Pendek

1. Diharapkan dapat segera dicairkan dan


dimaksudkan untuk dimiliki selama setahun atau
kurang.
2. ditujukan dalam rangka manajemen kas.
3. Berisiko rendah atau bebas dari perubahan atau
pengurangan harga yang signifikan.
4. Terdiri:
a. Deposito berjangka waktu 3 - 12 bulan.
b. Pembelian obligasi pemerintah jangka pendek oleh
pemerintah daerah.
c. Pembelian Sertifikat Bank Indonesia (SBI) .
PSAP No. 6 : Akuntansi Investasi
Investasi Jangka Panjang

1. Dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 bulan.


2. Sifat penanaman:
a. Investasi permanen : Investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki
secara berkelanjutan, contoh:
➢ Penyertaan Modal Pemerintah pada perusahaan negara/daerah,
➢ Penyertaan Pemerintah pada badan internasional dan badan hukum
lainnya;
➢ Investasi permanen lainnya
b. Investasi non permanen : Investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk
dimiliki secara tidak berkelanjutan, contoh:
➢ Investasi dalam Surat Utang Negara
➢ Penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan
kepada pihak ketiga
➢ Investasi non permanen lainnya.
PSAP No. 6 : Akuntansi Investasi
Pengakuan Investasi

Pengeluaran kas dan/atau aset , penerimaan hibah dalam


bentuk investasi dan perubahan piutang menjadi investasi
dapat diakui sebagai investasi apabila memenuhi kriteria:

1. Kemungkinan manfaat ekonomi atau manfaat sosial atau


jasa potensial di masa yang akan datang atas suatu
investasi tersebut dapat diperoleh pemerintah
2. Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur
secara memadai (reliable).
PSAP No. 6 : Akuntansi Investasi
Pengukuran Investasi

1. Jika mempunyai pasar aktif yang dapat membentuk nilai pasar, nilai
pasar dipergunakan sebagai dasar penerapan nilai wajar
2. Investasi yang tidak memiliki pasar yang aktif dapat dipergunakan
nilai nominal, nilai tercatat atau nilai wajar lainnya.
3. Investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga, misalnya
saham dan obligasi jangka pendek, dicatat sebesar biaya
perolehan.
4. Apabila investasi dalam bentuk surat berharga diperoleh tanpa
biaya perolehan, maka investasi dinilai berdasarkan nilai wajar
investasi pada tanggal perolehannya yaitu sebesar harga pasar.
Apabila tidak ada nilai wajar, investasi dinilai berdasarkan nilai
wajar aset lain yang diserahkan untuk memperoleh investasi tsb.
PSAP No. 6 : Akuntansi Investasi
Pengukuran Investasi

5. Investasi jangka pendek dalam bentuk non saham, misalnya dalam


bentuk deposito jangka pendek dicatat sebesar nilai nominal
deposito tersebut.
6. Investasi jangka panjang yang bersifat permanen misalnya
penyertaan modal pemerintah, dicatat sebesar biaya perolehannya
meliputi harga transaksi investasi itu sendiri ditambah biaya lain
yang timbul dalam rangka perolehan investasi tersebut.
7. Investasi nonpermanen dalam bentuk pembelian obligasi jangka
panjang dan investasi yang dimaksudkan tidak untuk dimiliki
berkelanjutan, dinilai sebesar nilai perolehannya.
8. Investasi nonpermanen yang dimaksudkan untuk penyehatan/
penyelamatan perekonomian, dinilai sebesar nilai bersih yang
dapat direalisasikan, misalnya dana talangan dalam rangka
penyehatan perbankan.
PSAP No. 6 : Akuntansi Investasi
Metode Penilaian Investasi

1. Metode biaya:
Investasi dicatat sebesar biaya perolehan. Penghasilan atas investasi tersebut
diakui sebesar bagian hasil yang diterima dan tidak mempengaruhi
besarnya investasi pada badan usaha/badan hukum yang terkait.
2. Metode ekuitas:
Pemerintah mencatat investasi awal sebesar biaya perolehan dan
ditambah atau dikurangi sebesar bagian laba atau rugi pemerintah setelah
tanggal perolehan. Bagian laba kecuali dividen dalam bentuk saham yang
diterima pemerintah akan mengurangi nilai investasi pemerintah.
Penyesuaian terhadap nilai investasi juga diperlukan untuk mengubah porsi
kepemilikan investasi pemerintah, misalnya adanya perubahan yang timbul
akibat pengaruh valuta asing serta revaluasi aset tetap.
3. Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan:
Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan digunakan terutama untuk
kepemilikan yang akan dilepas/dijual dalam jangka waktu dekat.
PSAP No. 6 : Akuntansi Investasi
Kriteria Metode Penilaian Investasi

1. Kepemilikan kurang dari 20% menggunakan metode


biaya.
2. Kepemilikan 20% sampai 50%, atau kepemilikan
kurang dari 20% tetapi memiliki pengaruh yang
signifikan menggunakan metode ekuitas.
3. Kepemilikan lebih dari 50% menggunakan metode
ekuitas.
4. Kepemilikan bersifat nonpermanen menggunakan
metode nilai bersih yang direalisasikan.
PSAP No. 6 : Akuntansi Investasi
Pengakuan Hasil Investasi

1. Hasil investasi yang diperoleh dari investasi jangka pendek,


antara lain berupa bunga deposito, bunga obligasi, dan dividen
tunai (cash dividend), diakui pada saat diperoleh dan dicatat
sebagai pendapatan.
2. Hasil investasi berupa dividen tunai yang diperoleh dari
penyertaan modal pemerintah yang pencatatannya
menggunakan metode biaya, dicatat sebagai pendapatan hasil
investasi.
3. Sedangkan apabila menggunakan metode ekuitas, bagian laba
berupa dividen tunai yang diperoleh oleh pemerintah dicatat
sebagai pendapatan hasil investasi dan mengurangi nilai investasi
pemerintah.
4. Dividen dalam bentuk saham yang diterima tidak akan
menambah nilai investasi pemerintah.
PSAP No. 6 : Akuntansi Investasi
Pengungkapan

Hal-hal lain yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan


pemerintah berkaitan dengan investasi pemerintah, antara lain:

1. Kebijakan akuntansi untuk penentuan nilai investasi.


2. Jenis-jenis investasi, investasi permanen dan nonpermanen.
3. Perubahan harga pasar baik investasi jangka pendek maupun
investasi jangka Panjang.
4. Penurunan nilai investasi yang signifikan dan penyebab
penurunan tersebut.
5. Investasi yang dinilai dengan nilai wajar dan alasan
penerapannya.
6. Perubahan pos investasi.
Tinjauan atas PSAP
terkait dengan Investasi

➢ Terkait dengan klasifikasi investasi , pngelompokan


investasi jangka Panjang kedalam permanen dan non
permanen agak membingungkan terutama pada
penjelasan ada niat atau tidak ada niat untuk
diperjualbelikan atau menarik Kembali.

➢ Terkait dengan pengakuan investasi, kata manfaat


ekonomi dan manfaat sosial , menimbulkan penafsiran
bahwa suatu pengeluaran kas atau asset dapat diakui
sebagai investasi jika memiliki kedua kemungkinan
manfaat dimasa yang akan dating, yaitu manfaat
ekonomi dan manfaat social.
PSAP No. 12 :Laporan Operasional (LO)
Ruang lingkup dan Manfaat LO

Ruang Lingkup

Berlaku untuk setiap entitas pelaporan dan entitas akuntansi, baik


pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, dalam menyusun
laporan operasional yang menggambarkan pendapatan-LO, beban,
dan surplus/defisit operasional dalam suatu periode pelaporan
tertentu, tidak termasuk perusahaan negara/daerah.

Manfaat LO
Menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional
keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO,
beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan
yang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.
PSAP No. 12 :Laporan Operasional (LO)
Konsepsi Basis

➢ Pendapatan LO dan beban dalam bentuk barang/jasa


harus dilaporkan berdasarkan nilai wajarnya pada
tanggal transaksi dan diungkap dalam CaLK.
➢ Transaksi pendapatan dan beban dalam bentuk
barang/jasa antara lain hibah dalam wujud barang,
barang rampasan, dan jasa konsultasi.
➢ Pembiayaan tidak diperhitungkan dalam perhitungan
surplus/defisit LO karena transaksi pembiayaan tidak
terkait dengan operasi pada periode pelaporan.
PSAP No. 12 :Laporan Operasional (LO)
Peranan LO
• Laporan Operasional menyajikan informasi beban akrual yang dapat
digunakan untuk menghitung cost per program/kegiatan pelayanan

Laporan Operasional Perhitungan Cost


Beban pegawai
Beban belanja barang
Beban bunga Labor cost COST untuk
Beban subsidi setiap
Beban hibah program/
Material cost kegiatan
Beban bantuan sosial
Beban penyusutan
Beban transfer
Beban lain-lain Overhead cost
PSAP No. 12 :Laporan Operasional (LO)
Peranan LO
UU 1/2004 & PP 8/2006
Mengatur tentang laporan keuangan dan kinerja instansi
pemerintah

Kinerja berupa keluaran/hasil dari kegiatan/program yang hendak atau


telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran (beban/cost),
dengan kuantitas dan kualitas terukur

Manajemen Keuangan Manajemen Kinerja

Aset &
Pendapatan Beban Cost Kinerja
Kewajiban
Mengaitkan cost dengan kinerja

LAPORAN LAPORAN
EVALUASI KINERJA
KEUANGAN KINERJA
PSAP No. 12 :Laporan Operasional (LO)
Peranan LO - Ekuitas

PP 24/2005 CTA PP 71/2010 AKRUAL


Melaporkan perubahan ekuitas
Opsional dan surplus/defisit

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

Surplus/defisit LO pada
periode bersangkutan

Dampak kumulatif perubahan


Ekuitas awal kebijakan/kesalahan
Ekuitas mendasar
akhir
67
PSAP No. 12 :Laporan Operasional (LO)
Periode Pelaporan

Disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.


Jika disatjikan lebih pendek entitas harus
mengungkapkan :
1. alasan penggunaan periode pelaporan tidak
satu tahun.
2. fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif dalam
Laporan Operasional dan catatan-catatan
terkait tidak dapat diperbandingkan.
STRUKTUR LAPORAN OPERASIONAL
• Hak pemerintah • Penurunan manfaat
• Diakui sebagai ekonomi/potensi jasa
dalam periode pelaporan
penambah ekuitas • menurunkan ekuitas
• Dalam tahun • berupa pengeluaran/
anggaran yg konsumsi
bersangkutan Pendapatan-LO aset atau timbulnya
Beban (dari kewajiban
• Tidak perlu dibayar (dari kegiatan kegiatan
kembali operasional) operasional)

• Pendapatan/Beban yg
• Sifatnya tidak rutin, termasuk Kegiatan Non bukan n operasi biasa
surplus/defisit dari penjualan Pos Luar Biasa • Tidak diharapkan
aset non lancar dan Operasional sering/rutin terjadi
penyelesaian kewajiban • Di luar kendali/ pengaruh
jangka panjang entitas ybs
• Sifat & jumlah diungkap
dalam CalK
69
PSAP No. 12 :Laporan Operasional (LO)
Struktur dan Isi

➢ Menyajikan berbagai unsur :


1. pendapatan-LO,
2. beban,
3. surplus/defisit dari operasi,
4. surplus/defisit dari kegiatan non operasional,
5. surplus/defisit sebelum pos luar biasa,
6. pos luar biasa,
7. surplus/defisit-LO.
➢ Dalam Laporan Operasional ditambahkan pos, judul, dan sub
jumlah Lainnya apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan, atau apabila penyajian tersebut
diperlukan untuk menyajikan Laporan Operasional secara wajar .
Referensi

Halim, Abdul & M. Syam Kusufi; Teori, Konsep dan Aplikasi


Akuntansi Sektor publik; Edisi 2, Salemba Empat; 2014; bab 19,
20 & 22.

Komite Standar Akuntansi Pemerintah (KSAP); PSAP No 1 s/d


PSAP 12.
MATERI KULIAH ONLINE AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
MODUL -10
AKUNTANSI KEUANGAN
DAERAH DAN AKUNTANSI DESA

Oleh :
Muh. Arief Effendi, SE, MSi, Ak, QIA,CPMA,CA,ACPA,CA
TRISAKTI SCHOOL OF MANAGEMENT

(STIE TRISAKTI) JAKARTA


Edisi 02 – Agustus 2021
MATERI KULIAH

A. AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH:


1. Transaksi dalam Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah.
2. Laporan Keuangan Perangkat Daerah
Pemerintah Daerah.
3. Laporan Keuangan Lembaga Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD).
B. AKUNTANSI DESA.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

1. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD)


adalah rangkaian sistematik dari prosedur,
penyelenggara, peralatan dan elemen lain untuk
mewujudkan fungsi akuntansi sejak analisis
transaksi sampai dengan pelaporan keuangan
dilingkungan organisasi pemerintahan daerah.

2. Sistem akuntansi pada dasarnya berisikan jurnal


standar untuk mencatat transaksi , baik transakasi
anggaran (LRA) maupun transaksi finansial (LO
dan Neraca).
Transaksi dalam Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah

1. Akuntansi Pendapatan Daerah.


2. Akuntansi Belanja Daerah.
3. Akuntansi Piutang.
4. Akuntansi Persediaan.
5. Akuntansi Aset.
6. Akuntansi Kewajiban.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Bagan Akun Standar (BAS)

1. BAS mencakup akun-akun yang menggambarkan struktur


laporan keuangan secara lengkap.
2. BAS dapat digunakan di dalam pencatatan transaksi pada buku
jurnal, posting pada buku besar, pengikhtisaran pada neraca
saldo, dan laporan keuangan.

3. BAS disusun sampai dengan level 5 :


level 1 = kode akun
level 2 = kode kelompok
level 3 = kode jenis
level 4 = kode obyek
level 5 = kode rincian obyek.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Kode Akun

Kode akun terdiri atas:


1. akun 1 (satu) menunjukkan aset.
2. akun 2 (dua) menunjukkan kewajiban.
3. akun 3 (tiga) menunjukkan ekuitas.
4. akun 4 (empat) menunjukkan pendapatan-LRA.
5. akun 5 (lima) menunjukkan belanja.
6. akun 6 (enam) menunjukkan transfer.
7. akun 7 (tujuh) menunjukkan pembiayaan.
8. akun 8 (delapan) menunjukkan pendapatan-LO.
9. akun 9 (sembilan) menunjukkan beban.
Akuntansi Pendapatan Daerah
Klasifikasi

Klasifikasi berdasarkan sumbernya, terdapat 3 kelompok Pendapatan Daerah:


1. Pendapatan Asli daerah (PAD).
a. Pajak daerah.
b. Retribusi daerah.
c. Hasil Pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.
d. Lain-lain PAD yang sah.
2. Pendapatan Transfer.
a. Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat.
b. Pendapatan Transfer Pemerintah Lainnya.
c. Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya.
d. Bantuan Keuangan.
3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.
a. Pendapatan Hibah.
b. Dana darurat.
c. Pendapatan lainnya.
Akuntansi Pendapatan Daerah
Klasifikasi Pengakuan Pendapatan

1. Alternatif I Pengakuan pendapatan:


➢ Ketika pendapatan didahului dengan adanya penetapan besaran
terlebih dahulu oleh Pemda ybs.
➢ Penetapan besaran tsb terdapat jumlah uang yang harus diserahkan
kepada Pemda.
➢ Pendapatan diakui sbg Pendapatan-LO ketika dokumen penetapan tsb
telah disahkan.
➢ Pendapatan-LRA diakui ketika pembayaran telah dilakukan (dilunasi).
➢ Apabila dokumen penetapan disahkan, besaran pendapatan yang
diakui sebesar nilai yang tertera dalam dokumen penetapan, maka
dibuat jurnal:

Piutang Pendapatan xxxxxx


Pendapatan LO xxxxxx
Akuntansi Pendapatan Daerah
Klasifikasi Pengakuan Pendapatan

1. Alternatif II Pengakuan pendapatan (terkait pajak):


➢ Pendapatan diakui pada Pendapatan LO dan
Pendapatan LRA ketika wajib pajak melakukan
pembayaran pajak.
➢ Apabila saat pemeriksaan kurang bayar, maka akan
diterbitkan Surat ketetapan kurang bayar yang akan
dijadikan dasar pengakuan Pendapatan LO.
➢ Apabila dalam pemeriksaan ditemukan lebih bayar
pajak, maka akan diterbitkan Surat ketetapan lebih
bayar yang akan dijadikan pengurang Pendapayan
LO.
Akuntansi Pendapatan Daerah
Klasifikasi Pengakuan Pendapatan

3. Alternatif III Pengakuan pendapatan:


➢ Terkait pendapatan yang pembayarannya
dilakukan dimuka oleh wajib bayar untuk
memenuhi kewajiban selama beberapa tahun atau
periode kedepan.
➢ Pendapatan LO diakui ketika periode yang
bersangkutan telah terlalui.
➢ Pendapatan LRA diakui pada saat uang telah
diterima.
Akuntansi Belanja Daerah
Perbedaan Beban dan Belanja

No Beban Belanja
1 Diukur dan diakui dengan basis Diukur dan diakui dengan basis
Akuntansi Akrual Akuntansi Kas.

2 Merupakan unsur pembentuk Laporan Merupakan unsur pembentuk Laporan


Operasional (LO). Realisasi Anggaran (LRA).
3 Menggunakan Kode Akun 9 Menggunakan Kode Akun 5.
Akuntansi Belanja Daerah
Klasifikasi Beban dan Belanja

1. Berdasarkan organisasi perangkat daerah:


➢ Klasifikasi berdasarkan unit organisasi pengguna anggaran.
➢ Untuk Pemda:
a. Belanja sekretariat DPRD.
b. Belanja sekretariat daerah Provisnsi/Kota/Kabupaten.
c. Belanja Dinas Provisnsi/kota/Kabupaten dan Lembaga teknis
tingkat Provisnsi/kota/Kabupaten.

2. Menurut fungsi organisasi:


➢ Klasifikasi yang didasarkan pada fungsi-fungsi utama Pemerintah
Daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
➢ Contoh: Belanja Pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan
keamanan, ekonomi, perlindungan lingkungan hidup, perumahan dan
pemukiman, kesehatan, pariwisata dan budaya, agama dan pendidikan.
Akuntansi Piutang

➢ Piutang dikategorisasikan berdasarkan asal muasal kejadiannya.


➢ Dalam pengungkapan, pitang diklasifikasikan berdasarkan sifat
kelancarannya.
➢ Pos piutang:
1. Pitang pajak.
2. Retribusi.
3. Piutang denda.
4. Penjualan angsuran.
5. Tuntutan ganti rugi.
6. Piutang lainnya uang diharapkan diterima dalam waktu 12 bulan setelah
tanggal pelaporan.
➢ Piutang Pemda dapat diakui ketika:
1. Diterbitkan surat ketetapan.
2. Telah diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan.
3. Belum dilunasi sampai dengan akhir periode pelaporan.
Akuntansi Persediaan
Klasifikasi
Aset diklasifikan sebagai Persediaan apabila memenuhi salah satu kriteria:
1. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka
kegiatan operasional Pemda.
Contoh : Barang habis pakai (ATK), barang tak habis pakai (komponen
peralatan dan pipa) dan barang bekas pakai (komponen barang bekas).
2. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam proses
produksi.
Contoh : bahan baku pembuatan peralatan pertanian dll.
3. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat.
Contoh: Alat-alat pertanian setengah jadi.
4. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat
dalam rangka kegiatan pemerintahan.
Contoh: hewan dan bibit tanaman.
Akuntansi Persediaan
Pengakuan Persediaan dan beban Persediaan

1. Pengakuan Persediaan.
Persediaan diakui saat:
a. Potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh pemerintah.
b. Mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
c. Telah diterima atau hak kepemilkannya dan/ atau kepenguasaannya
berpindah.
2. Pengakuan Beban Persediaan.
Terdapat 2 pendekatan:
a. Pendekatan Aset.
Pengakuan beban persediaan diakui ketika persediaan telah dipakai
atau dikonsumsi.
Pendekatan aset disarankan untuk persediaan yang nilainya material
dan penggunaannya selama satu periode.
b. Pendekatan beban.
Setiap pembelian persediaan akan langsung dicatat sebagai beban.
Akuntansi Persediaan
Metode Pencatatan Persediaan

1. Metode Perpetual.
➢ Fungsi akuntansi selalu mengkinikan nilai persediaan setiap ada persediaan yang
masuk maupun keluar.
➢ Umumnya digunakan untuk jenis persediaan berkaitan dengan operasional
utama dan membutuhkan pengendalian yang kuat.
➢ Contoh: Persediaan obata-obatan di RSUD, persediaan pupuk di Dinas Pertanian
dll.
2. Metode Periodik.
➢ Fungsi akuntansi tidak langsung mengkinikan nilai persediaan ketika terjadi
pemakaian persediaan.
➢ Jumlah persediaan akhir diketahui dengan melakukan perhitungan fisik (stock
opname) pada akhir periode dan dibuatkan jurnal penyesuaian untuk
mengkinikan nilai persediaan.
➢ Umumnya digunakan untuk jenis persediaan yang sifatnya sebagai pendukung
kegiatan Pemda.
➢ Contoh: Persediaan ATK di sekretariat.
Akuntansi Persediaan
Pengakuan Selisih Persediaan

1. Selisih Persediaan sering terjadi antara catatan persediaan menurut


Bendahara banag / pengurus barang dengan hasil Stock Opname.
2. Penyebabnya :
a. Persediaan Hilang.
b. Uasang.
c. Kedaluarsa.
d. Rusak.
3. Jika Pertimbangan:
a. Sebagai jumlah yang normal, maka selisih persediaan diperlakukan
sebagai Beban.
b. Sebagai jumlah yang abnormal, maka selisih persediaan diperlakukan
sebagai kerugian Daerah.
4. Pengakuan atas Selisih Persediaan hanya terdapat dalam metode perpetual.
5. Penetapan besaran selisih persediaan sebagai normal atau abnormal
ditentukan oleh Pemda dalam Kebijakan Akuntansinya.
Akuntansi Aset
Klasifikasi

➢ Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan


dalam sifat atau fungsinya dalam aktivitas oeprasi
entitas.
➢ Klasifikasi Aset:
1. Tanah.
2. Peralatan dan Mesin.
3. Gedung dan Bangunan.
4. Jalan, Irigasi dan Jaringan.
5. Aset tetap lainnya.
6. Konstruksi dalam Pengerjaan.
Akuntansi Aset
Pengakuan Aset Tetap

➢ Pengakuan Aset tetap ditandai dengan telah diterimanya


atau diserahkannya hak kepemilikan atas aset tetapdan atau
pada saat pengusaannya berpindah.
➢ Pada saat pengakuan aset tetap terjadi, maka Fungsi
Akuntansi melakukan pencatatan berdasarkan dokumen
sumber yang relevan.
➢ jurnal:

Aset Tetap xxxxx


Kas / Utang xxxxx
Akuntansi Aset
Ilustrasi Pencatatn Aset Tetap

1. Perolehan Aset tetap dengan pembayaran


sekaligus.
2. Perolehan Aset tetap dengan sistem
pembayaran termyn.
3. Perolehan Aset tetap dengan pertukaran aset.
4. Perolehan Aset tetap dengan Donasi.
Akuntansi Kewajiban
Kategorisasi

Kewajiban dikategorisasikan berdasarkan waktu jatuh tempo penyelesaiannya.

1. Kewajiban Jangka Pendek.


➢ Merupakan kewajiban yang diharapkan dibayar dalam waktu paling lama 12 bulan.
➢ Contoh:
a. Hutang Transfer Pemerintah Daerah.
b. Hutang kepada Pegawai.
c. Bunga Pinjaman.
d. Hutang kepada Pihak Ketiga.

2. Kewajiban Jangka Panjang.


➢ Merupakan kewajiban yang jatuh temponya lebih dari 12 bulan.
➢ Hutang dapat diklasifikaiskan sebagai Kewajiban jangka Panjang, jika:
a. Jangka waktu untuk periode lebih dari 12 bulan.
b. Entitas bermaksud untuk mendanai kembali (refinancing0 kewajiban tsb atas
dasar jangka panjang.
c. Maksud tsb didukung dengan adanya suatu perjanjian pendanaan kembali atau
adanya penjadwalan kembali terhadap pembayaran yang diselesaikan sebelum
pelaporan keuangan disetujui.
Akuntansi Kewajiban
Timbulnya Kewajiban

1. Transaksi dengan pertukaran (Exchange Transactions).


➢ Kewajiban diakui ketika Pemda menerima barang atau jasa sebagai ganti janji untuk
memberikan uang atau sumber daya lain di masa depan.
➢ Contoh : Hutang atas belanja ATK.
2. Transaksi tanpa pertukaran (Non Exchange Transactions).
➢ Kewajiban diakui ketika Pemda berkewajiban memberikan uang atau sumber daya lain
kepada pihak lain di masa depan secara Cuma-Cuma.
➢ Contoh: Hibah atau Transfer pendapatan yang telah dianggarkan.
3. Kejadian yang berkaitan dengan Pemerintah (Government Related Events).
➢ Kewajiban diakui ketika Pemda berkewajiban mengeluarkan sejumlah sumber daya
ekonomi sebagai akibat adanya interaksi Pemerintah dan lingkungannya.
➢ Contoh: Ganti rugi atas kerusakan pada kepemilikan pribadi yang disebabkan aktivitas
Pemda.
4. Kejadian yang diakui Pemerintah (Goverment Acknowledge Events).
➢ Kewajiban diakui ketika Pemda memutuskan untuk merespon suatu kejadian yang tidak
ada kaitannya dengan kegiatan Pemerintah yang kemudian menimbulkan konsekuensi
keuangan bagi Pemerintah.
➢ Contoh: Pemda memutuskan untuk menanggulangi kerusakan akabiat bencana alam di
masa depan.
Laporan Keuangan Perangkat Daerah
Pemerintah Daerah

Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di


lingkungan pemerintah:
1. Asumsi kemandirian Entitas.
2. Asumsi kesinambungan entitas.
3. Asumsi keterukuran dalam satuan uang.
Karakteristik kualitatif laporan keuangan:
1. Relevan.
2. Andal.
3. Dapat dibandingkan.
4. Dapat dipahami.
Laporan Keuangan Perangkat Daerah Pemerintah Daerah
Manfaat Laporan Keuangan

Tujuan Pelaporan Keuangan sektor Publik:


1. Kepatuhan dan Pengelolaan.
2. Akuntabilitas dan Pelaporan Restropektif.
3. Perencanaan dan Informasi otorisasi.
4. Kelangsungan Organisasi.
5. Hubungan Masyarakat.
6. Sumber Fakta dan Gambaran.
Laporan Keuangan Perangkat Daerah Pemerintah Daerah
Prinsip Penyusunan Laporan Keuangan

Prinsip Penyusunan Laporan Keuangan:


1. Prinsip Nilai Historis.
2. Prinsip Realisasi.
3. Prinsip substansi mengungguli bentuk
formal.
4. Prinsip Periodesitas.
5. Prinsip Konsistensi.
6. Prinsip Pengungkapan Lengkap.
7. Prinsip Penyajian Wajar.
Laporan Keuangan Lembaga Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD)

➢ Pengertian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.


▪ Sistem Akuntansi pemerintah Daerah (SAPD) merupakan suatu
instrumen penting yang harus disiapkan dalam rangka implementasi
SAP berbasis akrual.
▪ SAPD sebagai alat untuk mewujudkan prinsip-prinsip dasar yang
ditetapkan oleh SAP dan kebijakan akuntansi menjadi serangkaian
prosedur pencatatan dengan menggunakan akuntansi double entry
melalui alat-alatnya berupa Buku Jurnal, Buku Besar, Neraca saldo
dan Laporan keuangan itu sendiri.
➢ Komponen Laporan Keuangan Pemda.
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA).
2. Laporan perubahan Saldo Anggaran lebih (LP-SAL).
3. Neraca.
4. Laporan Operasional (LO).
5. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE).
Dasar Hukum Penyusunan Laporan Keuangan

1. Pasal 1 UU 17/2003 (UU Keuangan Negara)


Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual
dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun.
2. Pasal 70 ayat (2) UU No. 1 Tahun 2004 (Perbendaharaan Negara)
Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual
dilaksanakan selambat-lambatnya pada tahun anggaran 2008
3. PP No 71 Tahun 2010 (Standar Akuntansi Pemerintahan
Lampiran 1 (basis akrual) dan Lampiran II (basis Kas Menuju Akrual)
4. Pasal 7 ayat (3) PP No 71 Tahun 2010 (Standar Akuntansi Pemerintahan)
Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual pada pemerintah daerah diatur
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri.

Lampiran PP 71 Tahun 2010, mengamanatkan :


Lampiran 1. Apabila entitas pelaporan belum dapat menerapkan PSAP berbasis akrual, maka dapat menerapkan
PSAP berbasis kas menuju akrual paling lama 4 tahun setelah TA 2010.
Lampiran 2. dapat diberlakukan untuk laporan keuangan atas pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran sampai
dengan tahun anggaran 2014

Permendagri 64 Th 2013 tentang Penerapan SAP Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah

Pasal 10 ayat (1) PMDN 64/2013 27


Peraturan kepala daerah yang mengatur Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah dan peraturan kepala daerah
yang mengatur SAPD ditetapkan paling lambat tanggal 31 Mei 2014.
LAPORAN KEUANGAN PEMDA
Pendapatan-LRA 1 4 7
Belanja LRA SAL
Transfer
Pembiayaan
Pendapatan-LO
PP Beban
2
C
5
71/2010 Kas & Setara Kas A
LO LPE
Piutang L
Persediaan
Permen Kebijakan K
Akt & Investasi Jangka
dagri
64/2013 SAPD Panjang 3 **)
Aset Tetap & Neraca
Penyusutan
6
*) LAK disusun berdasarkan Dana Cadangan
hasil analisis arus masuk dan LAK*)
keluar kas. Aset Lainnya
*) **) CaLK merupakan Kewajiban Transaksi
penjelasan deskriptif atas Koreksi Kesalahan Transitoris***)
keseluruhan laporan.
***) Transaksi Transitoris
dapat berupa Potongan Konsolidasi
Pajak, Penyetoran Pajak, Laoran ReStatement Laporan
PPh21, dll. Keuangan
SKPD
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Komponen Laporan Keuangan
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-SAL):
1. Laporan Realisasi Anggaran a. Saldo Anggaran Lebih awal;
(LRA): b. Penggunaan Saldo Anggaran Lebih;
a. Pendapatan-LRA; c. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun
b. Belanja; berjalan;
c. Transfer;
d. Surplus/Defisit-LRA; d. Koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya;
e. Pembiayaan; dan e. Lain-lain; dan
f. Sisa lebih/kurang pembiayaan f. Saldo Anggaran Lebih akhir
anggaran

3. NERACA: 4. Laporan Operasional (LO):


a. Pendapatan-LO dari kegiatan operasional;
a. Aset b. Beban dari kegiatan operasional;
b. Kewajiban, c. Surplus/defisit dari kegiatan non operasional;
c. Ekuitas d. Pos luar biasa; dan
e. Surplus/defisit-LO
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Komponen Laporan Keuangan

5. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS:


a. Ekuitas awal.
b. Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan.
c. Koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, antara
lain dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan kebijakan
akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar, seperti:
1). Koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi
pada periode sebelumnya;
2). Perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.
d. Ekuitas akhir.
Akuntansi Desa
Pendahuluan

➢ Latar Belakang : Desa melakukan pengelolaan keuangan desa dan


membuat pertanggungjawaban, Terdapat alokasi Dana Desa dari
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, dan Tuntutan
akuntabilitas dari masyarakat atas pengelolaan keuangan Desa.
➢ Tujuan : Mengatur penyajian LK Desa dan meningkatkan transparansi
serta akuntabilitas keuangan desa.
➢ Ruang Lingkup : seluruh entitas pemerintah desa dalam menyusun
laporan keuangan.
➢ Basis akuntansi : Basis Kas untuk LRA dan Basis Akrual untuk Neraca
serta dapat sepenuhnya menggunakan akrual untuk menghasilkan
informasi yang lebih lengkap berdasarkan PSAP Berbasis Akrual yang
telah ada.
➢ Tanggung Jawab : Tanggung jawab penyusunan dan penyajian laporan
keuangan Pemerintah Desa berada pada Kepala Desa.
Akuntansi Desa
Pendahuluan

➢ Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan
nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau
hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
➢ Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang
dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang
dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban Desa.
AKUNTABILITAS PEMERINTAH DAN DESA

Undang Undang Undang Undang


No 17 tahun 2003 No 6 tahun 2014
Tentang Keuangan Negara Tentang Desa

PP 71 tahun 2010 Standar Permendagri 113 Tahun 2014


Akuntansi Pemerintahan Pengelolaan Keuangan Desa

Laporan Keuangan Pemerintah Laporan Keuangan Desa


(Pusat dan Daerah)
Akuntansi Desa
Komponen Laporan Keuangan Desa

1. Laporan Realisasi Anggaran Desa.


2. Neraca.
3. Catatan atas Laporan Keuangan Desa.
Akuntansi Desa
Laporan Realisasi Anggaran Desa

1. Laporan Realisasi Anggaran Desa memuat anggaran dan realisasi selama


periode pelaporan serta menyediakan informasi mengenai apakah
sumber daya ekonomi telah diperoleh dan digunakan sesuai dengan
anggaran yang telah ditetapkan (Prinsip Ketaatan).
2. Pendapatan Desa : Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan Transfer, dan
Pendapatan Lain-Lain.
3. Belanja Desa : Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, Belanja Modal
dan Belanja Tak Terduga (berdasarkan jenis belanja)
4. Surplus/Defisit : Selisih antara Pendapatan Desa dan Belanja Desa
5. Pembiayaan : penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
6. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran Desa : Selisih lebih/kurang
antara realisasi Anggaran Desa, serta penerimaan dan pengeluaran
pembiayaan dalam Anggaran Desa selama satu periode pelaporan.
7. informasi Kas : Saldo Awal Kas, Penerimaan Kas, Pengeluaran Kas, dan
Saldo Akhir Kas.
Akuntansi Desa
Neraca

➢ Memberikan informasi mengenai Aset (kekayaan) dan


Kewajiban entitas pemerintah Desa pada tanggal pelaporan
dan perubahan kekayaan selama periode berjalan. Informasi
ini diperlukan pengguna untuk melakukan penilaian terhadap
kemampuan entitas Pemerintah Desa dalam
menyelenggarakan kegiatan pemerintahan Desa di masa
mendatang
➢ Menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya,
antara lain pos-pos berikut:
1. Aset : Kas; Piutang; Persediaan; Investasi; Aset Tetap; Aset
Lainnya;
2. Kewajiban;
3. Ekuitas
Akuntansi Desa
Neraca

➢ Aset : diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan


diperoleh oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya
yang dapat diukur dan diakui pada saat diterima atau
kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah.

➢ Kewajiban Desa : diakui pada saat dana pinjaman diterima atau


pada saat kewajiban timbul. Kewajiban dicatat sebesar nilai
nominal .

➢ Ekuitas : kekayaan bersih pemerintah desa yang merupakan


selisih antara aset dan kewajiban pemerintah desa pada tanggal
laporan.
Akuntansi Desa
Catatan atas Laporan keuangan Desa

➢ Cakupan : Pemerintah Desa harus mengungkapkan


semua informasi penting, baik yang telah tersaji
dalam Neraca dan LRA maupun yang tidak tersaji,
pada Catatan atas Laporan Keuangan Desa .

➢ Catatan atas Laporan Keuangan Desa disajikan secara


sistematis. Setiap pos dalam Laporan Keuangan Desa
harus mempunyai referensi silang dengan informasi
terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan Desa.
Tantangan Adanya UU No 6 Tahun 2014
tentang Desa

Perubahan adanya UU Desa:


1. Bertambahnya sumber pendapatan desa.
2. Berubahnya formulasi perhitungan bagi hasil
pajak, retribusi dan Anggaran Dana desa
(ADD).
3. Perlindungan terhadap implementasi ADD.
Referensi

Halim, Abdul & M. Syam Kusufi; Teori, Konsep dan Aplikasi


Akuntansi sector Publik; Edisi 2; Cetakan ketriga; Salemba
Empat;2017; bab 29.

Sinurat, Marja; Teori, Akuntansi Keuangan Daerah; Ghalia


Indonesia; 2018; bab 4, 5 & 6.
MATERI KULIAH ONLINE AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
MODUL -11
AKUNTANSI PARTAI POLITIK DAN
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
(BLUD)

Oleh :
Muh. Arief Effendi, SE, MSi, Ak, QIA,CPMA,CA,ACPA,CACP
TRISAKTI SCHOOL OF MANAGEMENT

(STIE TRISAKTI) JAKARTA


Edisi 02 – Agustus 2021
MATERI KULIAH

A. AKUNTANSI PARTAI POLITIK:


1. Partai Politik sebagai Sebuah Entitas.
2. Akuntabilitas Keuangan Partai Politik.
3. Peran dan Fungsi Akuntansi dalam Lingkungan
Partai politik.
4. Tinjauan terhadap PSAK No 45 dan Kebutuhan
Standar Akuntansi untuk Partai Politik.
B. AKUNTANSI BADAN LAYANAN UMUM
DAERAH (BLUD).
1
PARTAI POLITIK SEBAGAI SEBUAH ENTITAS
Pengertian dan tujuan Parpol

➢ Dasar Hukum Parpol:


UU No 2 tahun 2011 tentang perubahan atas UU No 2 tahun
2008 tentang Partai Politik.

➢ Pengertian Parpol:
Organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh
sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar
kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan
membela kepentingan politik anggota masyarakat, bangsa dan
negara serta memelihara keutuhan Negara kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD negara RI
tahun 1945. 2
PARTAI POLITIK SEBAGAI SEBUAH ENTITAS
Tujuan Umum dan Khusus Parpol

➢ Tujuan Umum Parpol:


1. Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia (sesuai
Pembukaan UUD 1945).
2. Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan
Pancasila dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat
dalam NKRI.
3. Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

➢ Tujuan Khusus Parpol:


Memperjuangkan cita-cita para anggotanya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang diwujudkan
secara konstitusional. 3
PARTAI POLITIK SEBAGAI SEBUAH ENTITAS
Fungsi dan Peran Parpol

Parpol berfungsi:
1. Untuk mengembangkan kesadaran atas hak dan
kewajiban politik rakyat.
2. Menyalurkan kepentingan masyarakat dalam
pembuatan kebijakan negara.
3. Untuk membina dan mempersiapkan anggota
masyarakat untuk mengisi jabatan-jabatan politik
sesuai dengan mekanisme demokrasi.
4. Sebagai sarana pengatur konflik dengan mengatasi
persaingan dan perbedaan pendapat dalam
4
masyarakat.
PARTAI POLITIK SEBAGAI SEBUAH ENTITAS
Karakteristik Aktivitas Parpol

1. Aktivitas politik : aktivitas untuk memperoleh, mengelola


dan mengatur kekuasaan sebagai amanat dan mandat dari
konstituennya dengan cara-cara yang demokratis.
2. Karakteristik utama : faktor kekuasaan yang dimilkinya
dan perannya dalam mewakili rakyat.
3. Tujuan akhir : mendapatkan mandat dari konstituennya
untuk memegang kekuasaan lewat cara-cara demokratis
(Pemilihan Umum).
4. Setiap keputusan yang dibuat Parpol akan berdampak
sangat luas terhadap harkat hidup orang banyak.
5. Parpol harus berhati-hati dalam setiap gerak langkahnya
harus bebas dari politik uang dan pengaruh kelompok
kepentingan (vested interest group). 5
PARTAI POLITIK SEBAGAI SEBUAH ENTITAS
Struktur dan Mekanisme dalam Organisasi Parpol

1. Struktur Organisasi Parpol :


a. DPP (Dewan Pengurus Pusat) : Tingkat Nasional.
b. DPW (Dewan Pengurus Wilayah) : Tingkat Propinsi.
c. DPC (Dewan Pengurus Cabang) : Tingkat Kabupaten/Kota.
d. DPRt (Dewan Pengurus Ranting) : Tingkat Kecamatan.
e. DPARt (Dewan Pengurus Anak Ranting) : Tingkat Desa/Kelurahan.

2. Perangkat Organisasi : Sekretariat.

3. Entitas Pelaporan
▪ DPP dapat diperlakukan sebagai entitas pelaporan.
▪ Laporan dana kampanye harus dilakukan pada tingkat DPP, DPW dan DPC
secara terpisah, sesua dengan pembagian pada Pemilu (Legislatif),
Pemilihan anggota DPR, DPRD Proviinsi dan DPRD Kabupaten/Kota.
6
PARTAI POLITIK SEBAGAI SEBUAH ENTITAS
Keuangan Parpol

1. Sumber Pendanaan Partai Politik:


a. Iuran anggota.
b. Sumbangan dari pihak lain yang sah menurut hukum.
c. Bantuan keuangan dari anggaran negara atau daerah.
2. Aktivitas pencarian dana yang dilarang:
a. Menerima sumbangan dari pihak asing dalam bentuk apapun yang
bertentangan dengan hukum dan peraturan perundang-undangan.
b. Menerima sumbangan, berupa barang atau uang, dari pihak manapun
tanpa mencamtumkan identitas yang jelas.
c. Menerima sumbangan dari perorangan dan/atau perusahaan/ badan
usaha melebihi batas yang ditetapkan.
d. Meminta atau menerima dana dari BUMN, BUMD,BUMDes atau
dengan sebutan lainnya, Koperasi, Yayasan, LSM, Ormas dan Organisasi
Kemanusiaan.
e. Memperoleh hasil dari aktivitas bisnis (mendirikan badan usaha yang
menghasilkan laba /menanamkan modal berupa saham pada suatu
badan usaha). 7
AKUNTABILITAS KEUANGAN PARTAI POLITIK

➢ Pembentukan Parpol merupakan perwujudan kedaulatan rakyat,


bukan perwujudan kekuatan ekonomi.
➢ Perlu pembatasan sumber keuangan Parpol untuk mencegah
penyalahgunaan uang demi kepentingan politik (money politics).
➢ Keterbukaan Parpol dalam hal keuangan merupakan informasi
penting bagi warga negara untuk menilai dan memutuskan
dukungannya terhadap Parpol.
➢ Akuntabilitas yang tinggi dapat meminimalisasi kecurigaan
penyalahgunaan dana dan mengatisipasi munculnya konflik.
➢ Kebutuhan untuk menciptakan Good Political Party Governance
sangat mendesak, terutama untuk Parpol peserta Pemilu.
➢ Mekanisme akuntabilitas public pada Parpol diperlukan untuk
menciptakan pemerintahan yang demokratis.
➢ Akuntabilitas public bagi Parpol dalam rangka Menyusun Laporan
keuangan Parpol dan Laporan Dana Kapanye sesuai dengan Standar
Akuntansi dan aturan perundang-undangan yang berlaku serta 8
mudah diakses oleh publik.
PERAN DAN FUNGSI AKUNTANSI DALAM
LINGKUNGAN PARTAI POLITIK

1. Pihak Internal:
a. Ketua Papol.
b. Staf.
c. Anggota.

2. Pihak Eksternal:
a. Donatur.
b. Suplier/Pemasok/Kreditur.
c. Konstituen/Basis Massa.
d. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
e. Pemerintah (Pusat dan Daerah). 9
TINJAUAN TERHADAP PSAK NO 45 DAN KEBUTUHAN
STANDAR AKUNTANSI UNTUK PARTAI POLITIK

➢ Perlakuan akutansi dan pelapotan keuangan Parpol mengacu pada


PSAK no 45 tentang Standar Akuntansi untuk Entitas Nirlaba:
1. Laporan Posisi Keuangan.
2. Laporan Aktivitas.
3. Laporan Perubahan dalam Aset Neto/Ekuitas.
4. Laporan arus Kas.
5. Catatan atas Laporan Keuangan.
➢ Terdapat 3 pendapat terkait Pelaporan Keuangan Parpol:
1. PSAK No 45 masih bisa dipakai sebagai standar akuntansi
keuangan Parpol.
2. Standar Akuntansi keuangan khusus Parpol tidak perlu dibuat
tetapi dapat melakukan modifikasi PSAK No. 45.
3. Standar Laporan Keuangan khusus untuk Parpol perlu dibuat.
10
TINJAUAN TERHADAP PSAK NO 45 DAN KEBUTUHAN STANDAR
AKUNTANSI UNTUK PARTAI POLITIK
Perbedaan Karakteristik Organisasi Nirlaba dan Parpol
NO ORGANISASI NIRLABA PARPOL
1 UU Yayasan UU Parpol dan UU Pemilu.
2 Tidak ada batasan penyumbang. Ada batasan penyumbang.
3 Tidak ada batasan maksimal jumlah Ada batasan maksimum jumlah
sumbangan. sumbangan.
4 Tidak ada kewajiban melaporkan daftar Daftar penyumbang wajib dilaporkan.
penyumbang (terutama individu)

5 Hasil kegiatan berupa jasa pelayanan untuk Hasil kegiatan berupa kekuasan
kepentingan umum. politik.
6 Akuntabilitas berupa kegiatan sesuai dengan Akuntabilitas: bersih dari politik uang,
tujuan organisasi dan manajemen yang baik. kepatuhan pada hukum dan posisi
politik sesuai janji kepada rakyat.
7 Kinerjanya dinilai dari rasio biaya terhadap Kinerjanya dinilai dari rasio biaya dan
kualitas jasa/ produk social yang dihasilkan. jumlah suara yang didapatkannya
dalam Pemilu.
8 Kecuali Ormas, Kebutuhan publik untuk Kebutuhan publik untuk menilai
menilai kinerjanya lebih kecil dibanding kinerjanya Parpol lebih besar 11
Parpol. dibanding Organisasi Nirlaba lainnya
LAPORAN KEUANGAN PARTAI POLITIK
PEDOMAN PENYUSUNAN & AUDIT

➢ Ketentuan teknis tentang pedoman penyusunan laporan


keuangan untuk Partai Politik terdapat dalam SK KPU No. 676
tahun 2003 tentang Tata Administrasi Keuangan dan Sistem
Akuntansi Keuangan Partai Politik, serta Pelaporan Dana
Kampanye Peserta Pemilihan Umum.
➢ Audit atas laporan keuangan tahunan partai politik dilakukan
oleh auditor independen yaitu Kantor Akuntan Publik (KAP).
➢ Produk dari audit oleh KAP adalah laporan auditor independen
yang memuat pendapat auditor atas laporan keuangan yang
disajikan oleh partai politik.
➢ Partai politik dapat meminta KAP untuk melakukan jenis audit
lain yang relevan yang diperlukan oleh partai politik terkait 12
dengan pelaporan keuangan.
AKUNTANSI BADAN LAYANAN
UMUM DAERAH (BLUD)

1. Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan


BLUD.
2. Komponen Sistem Akuntansi Keuangan BLUD.
3. Penyusunan Laporan keuangan.
4. Komponen Laporan keuangan.
5. Penyajian Laporan keuangan.

13
Pelaporan dan Pertanggungjawaban
Keuangan BLUD

1. Sistem Akuntansi Keuangan.


➢ Sistem akuntansi yang menghasilkan laporan keuangan pokok untuk tujuan
umum (general purpose) sbb:
a. Akuntabilitas.
b. Manajemen.
c. Tranasparansi.
➢ Laporan keuangan pokok sesuai SAK / SAP:
a. Laporan Realisasi Anggaran / Laporan Operasional.
b. Neraca.
c. Laporan Arus Kas.
d. Catatan atas Laporan Keuangan.
➢ Laporan keuangan sesuai SAK digunakan untuk kepentingan pelaporan
kepada pengguna umum laporan keuangan BLUD.
➢ Laporan keuangan sesuai SAP digunakan untuk kepentingan konsolidasi
laporan keuangan BLUD dengan Laporan keungan Pemerintah Daerah.
14
Pelaporan dan Pertanggungjawaban
Keuangan BLUD
2. Sistem Akuntansi Aset Tetap.
➢ Menghasilkan laporan tentang aset tetap untuk
keperluan manajemen aset.
➢ Menyajikan informasi tentang jenis, kuantitas, nilai,
mutasi, dan kondisi aset tetap milik BLUD ataupun
bukan milik BLUD tetapi dalam pengelolaan BLUD.
3. Sistem Akuntansi Biaya.
➢ Menghasilkan informasi tentang harga pokok
produksi (HPP), biaya satuan (unit cost) per unit
layanan dan evaluasi varian.
➢ Berguna dalam perencanaan dan pengendalian,
pengambilan keputusan dan perhitungan tarif
layanan. 15
Komponen Sistem Akuntansi
Keuangan BLUD

1. Kebijakan Akuntansi.
➢ Meliputi pilihan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi,
peraturan dan prosedur yang digunakan BLUD.
➢ Pertimbangan dan pemilihan kebijakan akuntansi perlu
disesuaikan dengan kondisi BLUD, sbb:
a. Penyajian wajar.
b. Substansi mengungguli bentuk (substance over form).
c. Materialitas.

2. Sub Sistem akuntansi.


➢ Sub sistem akuntansi penerimaan kas.
➢ Sub sistem akuntansi pengeluaran kas 16
Komponen Sistem Akuntansi
Keuangan BLUD

3. Prosedur Akuntansi.
➢ Digunakan untuk menganalisis, mencatat, mengklasifikasi dan
mengikhtisarkan informasi untuk disajikan di laporan
keuangan.
➢ Mengacu pada sikulus akuntansi (accounting cycle).
4. Bagan akun Standar (BAS).
➢ Merupakan daftar perkiraan buku besar yang ditetapkan dan
disusun secara sistematis oleh pimpinan BLUD untuk
memudahkan perencanaan, penganggaran, pelaksanaan
anggaran serta akuntansi dan pelaporan keuangan.
➢ Untuk tujuan konsolidasi Laporan keuangan BLUD dengan
Laporan Keuangan Daerah digunakan BAS yang telah
ditetapkan oleh Kepala daerah. 17
Penyusunan Laporan Keuangan

1. Tujuan Laporan keuangan.


➢ Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan,
operasional keuangan, arus kas BLUD yang bermanfaat
bagi para pengguna laporan keuangan dalam membuat
dan mengevaluasi keputusan ekonomi.
➢ Tujuan umum: memenuhi kebutuhan bersama sebagain
besar pengguna.
➢ Tidak menyediakan semua informasi yang mungkin
dibutuhkan pengguna laporan keuangan dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
➢ Laporan keuangan BLUD menyajikan informasi
tentang Aset, Kewajiban, Ekuitas, Pendapatan & Biaya 18
dan Arus Kas.
Penyusunan Laporan Keuangan

1. Tujuan Laporan keuangan.


➢ Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, operasional
keuangan, arus kas BLUD yang bermanfaat bagi para pengguna
laporan keuangan dalam membuat dan mengevaluasi keputusan
ekonomi.
➢ Tujuan umum: memenuhi kebutuhan bersama sebagain besar
pengguna.
➢ Tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan
pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan
ekonomi.
2. Tanggungjawab atas Laporan keuangan.
➢ Pimpinan BLUD bertanggungjawab atas penyusunan
dan penyajian laporan keuangan BLUD. 19
Komponen Laporan Keuangan

1. Laporan Realisasi anggaran / Laporan


Operasional.
2. Neraca.
3. Laporan arus Kas.
4. Catatan atas Laporan Keuangan.

20
Penyajian Laporan Keuangan

1. Konsolidasi Laporan keuangan BLUD kedalam


Laporan keuangan Pemerintah daerah.
2. Format Laporan Keuangan.
a. Format Neraca, sesuai SAK.
b. Format Neraca, sesuai SAP.
c. Format Laporan Aktivitas untuk BLUD.
d. Format Laporan Arus Kas untuk BLUD.
e. Format Laporan Arus Kas untuk BLUD
Bertahap.
21
Referensi

Halim, Abdul & M. Syam Kusufi; Teori, Konsep dan Aplikasi


Akuntansi sector Publik; Edisi 2; Cetakan ketriga; Salemba
Empat;2017; bab 25.

Sinurat, Marja; Teori, Akuntansi Keuangan Daerah; Ghalia


Indonesia; 2018; bab 7.

22
MATERI KULIAH ONLINE AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

MODUL -12
AKUNTANSI UNTUK LSM DAN LEMBAGA NON
PROFIT LAINNYA (UNIVERSITAS, YAYASAN,
RUMAH SAKIT & TEMPAT IBADAH)

Oleh :
Muh. Arief Effendi, SE, MSi, Ak, QIA,CPMA,CA,ACPA,CACP
TRISAKTI SCHOOL OF MANAGEMENT

(STIE TRISAKTI) JAKARTA


Edisi 02 – Agustus 2021
MATERI KULIAH

1. Akuntansi untuk LSM.


2. Akuntansi untuk Tempat Ibadah.
3. Akuntansi untuk Institusi
Pendidikan (Universitas dan
Badan Layanan Umum).
Akuntansi untuk LSM

1. Pengertian LSM.
2. Ciri-ciri dan Tipologi LSM.
3. Fungsi dan Peran LSM.
4. Struktur Organisasi LSM.
5. Pengelolaan keuangan LSM.
6. Akuntabilitas LSM.
7. Mengembangkan Akuntansi untuk LSM.
8. Sistem Akuntansi LSM.
Akuntansi untuk LSM
Pengertian LSM

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau Non-Government


Organization (NGO):
➢ Organisasi yang dikelola oleh swasta (diluar Pemerintah).
➢ Bukan seperti organisasi bisnis (profit oriented).
➢ Tujuan:
a. Membebaskan penderitaan.
b. Memajukan kepentingan kaum miskin.
c. Melindungi lingkungan.
d. Menyediakan pelayanan dasar bagi masyarakat.
e. Menangani pengembangan masyarakat.
➢ Organisasi yang berbasis nilai (secara keseluruhan atau
sebagain) pada lembaga donor atau pelayanan sukarela.
Akuntansi untuk LSM
Ciri-ciri dan Tipologi LSM
Ciri-ciri LSM:
1. Formal.
Secara organisasi bersifat permanen, mempunyai kantor
denagn seperangkat aturan dan prosedur.
2. Swasta.
Kelembagaan dluar / terpisah dari Pemerintah.
3. Tidak mencari keuntungan (non profit).
Tidak dokontrol oleh pihak luar.
4. Menjalankan organisasinya sendiri.
5. Sukarela.
6. Non religius.
Tidak mempromosikan ajaran agama.
7. Non politik.
Tidak ikut dalam Pemilu.
Akuntansi untuk LSM
Ciri-ciri dan Tipologi LSM
Kelebihan LSM:

1. Kuatnya jaringan dengan grassroots.


2. Keahlian pengembangan berdasarkan bidang.
3. Kemampuan berinovasi dan beradaptasi.
4. Penekatan berorientasi proses pengembangan.
5. Metodologi partisipasi dan peralatan.
6. Komitmen jangka panjang dan menekankan
keberlanjutan.
7. Eketivitas biaya.
Akuntansi untuk LSM
Ciri-ciri dan Tipologi LSM
Kekurangan / kelemahan LSM:
1. Keterbatasan biaya dan keahlian pengelola
organisasi.
2. Keterbatasan kapasitas kelembagaan.
3. Keberlanjutan diri rendah.
4. Kurangnya komunikasi antar organisasi dan/atau
koordinasi.
5. Intervensi dalam skala kecil.
6. Kurangnya pemahaman konteks sosial ekonomi
secara luas.
Akuntansi untuk LSM
Fungsi dan Peran LSM
Peran LSM sebagai:
1. Motivator.
Bertugas memberikan motivasi, menggali potensi, menumbuhkan
dan mengembangkan kesadaran masyarakat terhadap masalah yang
dihadapi dan lingkungannya.
2. Komunikator.
Bertugas mengamati / merekam, memonitor/mengawasi, memberi
penyuluhan dan membantu melancarkan hubungan dan kerjasama.
3. Dinamisator.
Bertugas merintis strategi, mengembangkan metode program,
memperkenalkan inovasi dibidang teknologi.
4. Fasilitator.
Bertugas memberikan bantuan teknis dalam pelaksanaan program:
menyediakan bantuan dana, modal kerja, peralatan, bahan-bahan
baku, saluran pemasaran bagi kelompok-kelompok sasaran yang
membutuhkannya.
Akuntansi untuk LSM
Fungsi dan Peran LSM
LSM memerlukan Sumber Daya:
1. Sumber Daya Manusia (SDM).
Terutama staf/relawan yang sangat penting dan berpengaruh
terhadap peran LSM.
2. Material dan bahan.
Sangat krusial bagi terselenggaranya implementasi program
LSM.
3. Dana.
➢ Diperlukan untuk membiayai operasional organisasi.
➢ Diperoleh dari para donatur atau lembaga donor,
termasuk Lembaga Donor Internasional.
4. Peralatan dan teknologi.
Berperan untuk mempercepat dan mempermudah program
dan operasional LSM.
Akuntansi untuk LSM
Struktur Organisasi LSM

➢ Secara kelembagaan LSM berbeda dengan


organisasi lainnya, meskipun sama-sama termasuk
organisasi publik.
➢ Tidak terlalu formal.
➢ Struktur organisasi sngat dipengaruhi oleh tipologi
pemimpin / tokoh, dalam hal:
▪ Kebijakan dan pengelolaan organisasi.
▪ Pilihan dan orientasi kebijakannya.
Akuntansi untuk LSM
Pengelolaan keuangan LSM

➢ Pengelolaan keuangan LSM terkait dengan aspek pendanaan


dan penggunaan dana.
➢ Sumber pendanaan LSM:
1. Sumbangan masyarakat (filantropi).
2. APBD/APBN.
3. Lembaga Donor lokal.
4. Lembaga donor internasional.
5. Lembaga pembangunan internasional (Agen PBB, ADB,
World Bank dll.).
6. Pemerintah luar negeri (USAID, AUSAID dll.
7. LSM/NGO internasional (Grren Peace, Care dll).
8. Sayap usaha / ekonomi LSM (fund raising).
Akuntansi untuk LSM
Akuntabilitas LSM

➢ Tumbuh pesatnya LSM di Indonesia pasca reformasi, tidak


disertai dengan perhatian yang memadai akan akuntabilitas
LSM dari kalangan aktivis LSM sendiri.

➢ Kurangnya perhatian LSM terhadap akuntabilitas dan


minimnya akses informasi tentang LSM merupakan
penyebab kecilnya peluang LSM untuk mendapatkan
dukungan dana lokal, termasuk filantropi dan CSR
(Corporate Social Responsibility).

➢ Salah satu bentuk akuntabilitas adalah penyusunan laporan


keuangan LSM, sehingga diperlukan sistem akuntansi utnuk
LSM.
Akuntansi untuk LSM
Mengembangkan Akuntansi untuk LSM

➢ Pola pertanggungjawaban organisasi LSM.


1. Pertanggungjawaban horisontal (horizontal accoutability).
▪ Pertanggungjawaban kepada secara perorangan maupun lembaga,
khususnya yang menjadi donator / penyandang dana dan obyek
program dan kegiatan LSM.
▪ Jika diabaikan, dapat berdampak kepada ketidakpuasan dan
ketidakpercayaan masyarakat.
2. Pertanggungjawaban vertikal (vertical accoutability).
▪ Pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang
lebih tinggi, misalnya pembina organisasi (jika ada).
➢ Keduanya merupakan elemen penting dari proses akuntabilitas publik.
➢ Pertanggungjawaban manajemen (management accoutability) merupakan
bagian terpenting untuk menciptakan kredibiltas manajemen organisasi
LSM.
➢ Informasi akuntansi LSM diperlukan dalam pembuatan laporan keuangan
LSM.
Akuntansi untuk LSM
Sistem Akuntansi LSM
➢ Akuntansi dan pelaporan LSM mengacu pada PSAK no 45
tentang Standar Akuntansi untuk Entitas Nirlaba.
➢ Siklus akuntansi pada organisasi nirlaba termasuk LSM:
1. Tahap pencatatan.
2. Tahap pengikhtisaran.
3. Tahap pelaporan.
a. Laporan Posisi keuangan.
b. Laporan Arus Kas.
c. Catatan atas Laporan Keuangan.
➢ Para pengguna laporan keuangan nirlaba (LSM) memiliki
kepentingan untuk menilai:
1. Jasa yang diberikan oleh LSM dan kemampuannya untuk
memberikan jasa yang berkesinambungan (terus menerus).
2. Cara pengelolaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban.
3. Aspek kinerja pengelola.
Akuntansi untuk LSM
Sistem Akuntansi LSM

➢ Selain sistem akuntansi keuangan, sistem akuntansi biaya juga


mempengaruhi organisasi LSM.
➢ Tujuan akuntansi biaya dalam organisasi LSM untuk:
1. Mengefektifkan dan mengefisienkan penggunaan dana
LSM.
2. Mengetahui penyebab utama biaya yang terjadi di LSM.
3. Memberikan informasi berupa laporan biaya yang akurat.
4. Memberikan jaminan akuntabilitas dan transparansi atas
penggunaan dana dan pelaporannya.
5. Menghasilan laporan biaya terkini (up to date) sebagai
bahan pertimbangan yang penting terhadap keputusan
pengelola LSM, terutama dari aspek keuangan.
Akuntansi untuk LSM
Laporan keuangan LSM

1. Laporan Posisi keuangan.


➢ Penyajian Aset dan kewajiban.
➢ Pengakuan dan pengukuran Aset dan kewajiban.
➢ Klasifikasi aset Bersih Terikat dan Tidak Terikat.
2. Laporan Aktivitas.
Menyajikan informasi mengenai:
a. Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah
dan sifat aset bersih.
b. Hubungan antar transaksi dan peristiwa lain.
c. Bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan
berbagai program atau kegiatan.
3. Laporan Arus Kas.
Disajikan sesuai PSAK No 2 tentang Laporan Arus Kas.
Akuntansi untuk Tempat Ibadah

1. Tempat Ibadah sebagai sebuah Entitas.


a. Tujuan Organisasi peribadatan.
b. Fungsi dan Peran Organisasi peribadatan.
c. Manajemen Organisasi peribadatan.
d. Manajemen keuangan Organisasi
peribadatan.
2. Akuntabilitas pada Organisasi peribadatan.
3. Peran Strategis Akuntansi dalam Organisasi
peribadatan.
4. Implementasi Akuntansi pada Organisasi tempat
ibadah.
Akuntansi untuk Tempat Ibadah
Tempat Ibadah sebagai sebuah Entitas

➢ Organisasi tempat ibadah disebut juga sebagai organisasi keagamaan,


msilanya Masjid, Mushola, Gereja, Kapel, Kuil, Klenteng, Wihara dan Pura.
➢ Bertujuan untuk melayani umat atau pengikut agamanya.
➢ Berperan untuk melayani keperluan umat dalam rangka melaksanakan
ibadah ritual rutin maupun yang sifatnya insidental.
➢ Biasanya struktur organisasi pada organisasi peribadatan tidak terlalu
formal dan cukup sederhana.
➢ Manajemen keuangan organisasi peribadatan adalah usaha yang dilakukan
pengelola tempat peribadatan dalam menggunakan dana umat sesuai
dengan ketentuan dalam ajaran agama dan ketentuan umat beragama, serta
bagaiman memperoleh dana dari umat dengan cara-cara yang dibenarkan
oleh ajaran agama.
➢ Terdapat 2 fungsi dalam manajemen keuangan :
1. Fungsi mendapatkan dana.
2. Fungsi menggunakan dana.
Akuntansi untuk Tempat Ibadah
Akuntabilitas pada Organisasi peribadatan

Pola / sifat pertanggungajwaban /Akuntabilitas pada Organisasi


keagamaan:
A. Pertanggungjawaban vertikal.
➢ Pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada
otoritas yang lebih tinggi (misalnya pembina).
➢ Penyusunan laporan pertanggungjawaban yang baik
secara jujur, benar, obyektif dan adil.
B. Pertanggungjawaban horizontal.
➢ Pertanggungjawaban kepada masyarakat luas,
khususnya pengguna atau penerima layanan organisasi
keagamaan.
➢ Jika diabaikan, akan berdampak pada tidak percayanya
masyarakat kepada Pengurus / pengelola.
Akuntansi untuk Tempat Ibadah
Peran Strategis Akuntansi dalam Organisasi peribadatan

➢ Akuntansi dapat dijadikan sebagai alat untuk mengembangkan


fungsi dan peran tempat ibadah selain untuk tempat
peribadatan.
➢ Dengan menerapkan sistem akuntansi yang baik, diharapkan
akan tercipta pengendalian internal yang baik pula, sehingga
pengurus / pengelola tempat peribadatan tidak mudah untuk
melakuka penyimpangan dari tujuan organisasi maupun
penyimpangan karena adanya moral hazard.
➢ Akuntansi juga dapat membantu pengelola tempat peribadatan
lebih akuntabel, lebih transparan, lebih amanah dan lebih
terarah (efektif dan efisien), sehingga keberadaan tempat
peribadatan menjadi penting dan memberikan manfaat lebih
besar bagi kehidupan sosial kemasyarakatan.
Akuntansi untuk Tempat Ibadah
Implementasi Akuntansi pada Organisasi tempat ibadah

➢ Siklus akuntansi untuk organisasi nirlaba termasuk organisasi tempat


ibadah meliputi 3 tahap:
1. Tahap Pencatatan terdiri dari : Identifikasi , pengukuran bukti
transaksi dan bukti pencatatan, Pencatatan bukti transaksi ke Buku
Harian dan jurnal.
Serta Posting dari jurnal.
2. Tahap Pengikhtisaran terdiri dari : Trial balance, Ajusting entries.,
Penyusunan kertas kerja (Worksheet), Closing entries, Post closing trial
balance dan Reversing entries.
3. Tahap pelaporan terdiri dari : Laporan Surplus defisit, Laporan Arus
Kas., Neraca dan Catatan atas Laporan keuangan.
➢ Untuk dapat menjalankan siklus akuntansi tsb dengan baik diperlukan
sumber daya manusia yang berkompeten dalam bidang akuntansi dan
pengelolaan keuangan, sehingga dapat mengelola administrasi dan
keuangan tempat peribadatan dengan tertib dan baik.
Akuntansi untuk Institusi Pendidikan

1. Akuntansi Universitas.
2. Badan Layanan Umum (BLU).
3. Akuntansi BLU Universitas.
4. Implikasi penerapan BLU terhadap
Aplikasi Akuntansi.
Akuntansi Universitas

➢ Universitas : salah satu institusi pendidikan yang berbentuk


perguruan tinggi, selain Akademi, Politeknik dan Institut
➢ Ditinjau dari aplikasi akuntansi dananya termasuk jenis
organisasi nirlaba.
➢ Jenis Universitas menjadi 2 kelompok universitas yang
dikelola oleh:
1. Pihak swasta (private university).
Standar akuntansi : FASB (Financial Accounting
Standard Board) dan SFAC (Statament of Financial
Accounting Concept) No 4.
2. Pihak Pemerintah (public University).
Standar akuntansi: GASB (Governmental Accounting
Standard Board).
Akuntansi Universitas
Siklus Akuntansi Universitas
1. Tahap Pencatatan.
a. Identifikasi , pengukuran bukti transaksi dan bukti pencatatan.
b. Pencatatan bukti transaksi ke Buku Harian dan jurnal.
c. Posting dari jurnal.
2. Tahap Pengikhtisaran.
a. Trial balance.
b. Ajusting entries.
c. Penyusunan kertas kerja (Worksheet).
d. Closing entries.
e. Post closing trial balance.
f. Reversing entries.
3. Tahap pelaporan.
a. Laporan Surplus defisit.
b. Laporan Arus Kas.
c. Neraca.
d. Catatan atas Laporan keuangan.
Akuntansi Universitas
Struktur Dana di Universitas

1. Dana Lancar (Current Fund).


a. Dana yang penggunaannya tidak terbatas
(Unrestricted Current Fund).
b. Dana yang penggunaannya terbatas (Restricted
Current Fund).
2. Dana Pinjaman (Loan Fund).
3. Dana Abadi (Endowment Fund).
4. Dana Anuitas dan Pensiun (Annuity and Life
Income Fund).
5. Dana Pembangunan (Plant Fund).
Badan Layanan Umum (BLU)

➢ PP No 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum


(BLU).
➢ Penetapan BLU terkait dengan pengelolaan keuangannya, bukan dalam
kelembagaannya.
➢ Asas-asas BLU:
1. BLU beroperasi sebagai Unit Kerja Kementerian negara / lembaga.
2. BLU merupakan bagian perangkat pencapaian tujuan Kementerian
negara / lembaga.
3. Menterian / lembaga bertanggungjawab atas pelaksanaan kebijakan
penyelenggaraan pelayanan umum yang didelegasikan kepada BLU.
4. Yang bertanggungjawab adalah pejabat yang ditunjuk mengelola BLU.
5. BLU menyelenggarakan kegiatannya tanpa mengutamakan pencarian
keuantungan.
6. Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja BLU
metupakan bagian tak terpisahkan dari kementerian negara / lembaga.
7. Pengelolaan BLU sejalan dengan praktik bisnis yang sehat.
Akuntansi BLU Universitas

Penyusunan Laporan Keuangan BLU:


1. Laporan keuangan berdasarkan SAK.
▪ Akuntansi dan pelaporan keuangan BLU sesuai yang
diterbitkan oleh Asosiasi profesi akuntansi Indonesia
(Ikatan Akuntan Indonesia).
▪ Laporan keuangan: Laporan aktivitas, Neraca, Laporan
Arus Kas dan Catatan atas laporan keuangan.
2. Laporan keuangan berdasarkan SAP.
a. Laporan Realisasi Anggaran.
b. Neraca.
c. Catatan atas Laporan keuangan.
Implikasi penerapan BLU terhadap
Aplikasi Akuntansi
1. Keuangan dan Anggaran:
a. Dana masyarakat yang diterima oleh perguruan tinggi BLU
menjadi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang
pengelolaannya harus mengikuti UU tentang keuangan negara.
b. Penyimpangan atas pengelolaan PNBP dikategorikan merugikan
keuangan negara
c. Anggaran yang disusun oleh perguruan tinggi BLU harus
dikonsolidasikan dengan anggaran kemndikbud (Pemerintah).
d. Sumber:
1) Rupuah Murni (DIPA) dilaporkan sesuai SAI (Sistem
Akuntansi Instansi) dan pencatatan berbasis kas.
2) Dana masyarakat / PNBP dilaporkan sesuai SAK (Sistem
Akuntansi keuangan) dan pencatatan berbasis akrual.
Implikasi penerapan BLU terhadap
Aplikasi Akuntansi
2. Pengelolaan Aset:
a. Aset yang dioperasionalkan di Universitas (BLU) kategori barang milik
negara.
b. Pengelolaannya mengikuti PP No 6 tahun 2006 tentang Barang Milik Negara.
c. Pengelolaan barang milik negara meliputi:
1) Perencanaan kebutuhan dan penganggaran.
2) Pengadaan.
3) Penggunaan.
4) Pemanfaatan.
5) Pengamanan dan pemeliharaan.
6) Penghapusan.
7) Pemindahtanganan.
8) Penatausahaan.
9) Pembinaan.
10) Pengawasan dan pengendalian.
d. Masing-masing kegiatan memiliki dampak secara teknis pengelolaananya
meaupun secara akuntansi pencatatannya.
Implikasi penerapan BLU terhadap
Aplikasi Akuntansi
3. Pengelolaan Piutang dan Utang:

a. Mengikuti aturan yang berlaku pada satker Pemerintah lainnya.


b. Dapat memberikan piutang terkait dengan tagihan.
c. Terkait dengan penghapusannya harus berdasarkan PP No. 14
tahun 2005 tentang Tata cara Penghapusan Piutang Negara dan
daerah.
d. Pembayaran utang menjadi tanggungjawab BLU.
e. Pengelolaan utang harus sesuai peruntukannya: utang jangka
pendek untuk belanja operasional dan utang jangka panjang
untuk menutupi belanja modal.
f. Hak atas tagih utang, BLU kedaluwarsa setelah 5 tahun sejak
utang tsb jatuh tempo, kecuali diterapkan lain oleh peraturan
yang ada (Undang-Undang).
Implikasi penerapan BLU terhadap
Aplikasi Akuntansi
4. Pengelolaan Investasi:

a. Tidak diperkenankan melakukan investasi jangka


panjang, kecuali atas persetujuan Menteri
Keuangan.
b. Jenis investasi jangka panjang : penyertaan modal,
pemilikan obligasi jangka panjang (pendirian
perusahaan).
c. Jika BLU mendirikan / membeli badan usaha yang
bebadan hukum, kepemilikannya oleh Menteri
keuangan, keuntungan yang diperoleh merupakan
pendapatan BLU.
Referensi

Halim, Abdul & M. Syam Kusufi; Teori, Konsep dan Aplikasi


Akuntansi sector Publik; Edisi 2; Cetakan ketriga; Salemba
Empat;2017; bab 26, 27 & 28.

Anda mungkin juga menyukai