Puji syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat-Nyalah
sehingga makalah ini berhasil penyusun selesaikan. Penyusunan makalah ini merupakan
tugas mata kuliah Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Adapun judul yang diambil dalam
makalah ini adalah “Kategori Pengukuran Kinerja”.
Ucapan terima kasih penyusun berikan kepada semua pihak yang telah membantu
untuk menyelesaikan makalah ini. Tanpa dukungan dari mereka semua, penyusunan
makalah ini belum tentu bisa terselesaikan tepat pada waktunya.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini, sehingga
kritik dan saran sangat diharapkan. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan dapat memberi manfaat bagi semua pihak.
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
adalah:
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah:
Selain itu, pihak legislatif menggunakan ukuran kinerja ini untuk menentukan
kelayakan biaya pelayanan (cost of service) yang dibebankan kepada masyarakat pengguna
jasa publik karena mereka tidak mau selalu ditarik pungutan tanpa adanya peningkatan
kualitas dan kuantitas dari pelayanan yang diterima tersebut.
Kinerja sektor publik bersifat multidimensional, sehingga tidak ada indikator tunggal
yang dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara komprehensif. Berbeda dengan
sektor swasta, karena sifat output yang dihasilkan sektor publik lebih banyak bersifat
intangible output, maka ukuran finansial saja tidak cukup untuk mengukur kinerja sektor
publik. Oleh karena itu, perlu dikembangkan ukuran kerja non-finansial.
A. Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja
Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih ukuran-
ukuran kinerja instansi yang sesuai dengan skema indikator:
D. Skala Pengukuran
2. Skala Ordinal
Skala ini lebih tinggi tingkatannya atau lebih baik dari pada skala nominal karena
selain memiliki ciri-ciri yang sama dengan skala nominal, yaitu dapat mengolongkan obyek
dalam golongan yang berbeda, skala ordinal juga mempunyai kelebihan dari skala nominal,
yaitu bahwa golongan-golongan atau klasifikasi dalam skala ordinal ini dapat dibedakan
tingkatannya.
3. Skala Interval
Skala interval memiliki kelebihan yaitu mempunyai unit pengukuran yang sama,
sehingga jarak antara satu titik dengan titik yang lain, atau antara satu golongan dengan
golongan yang lain dapat diketahui.
4. Skala rasio
Skala rasio merupakan skala yang paling tinggi tingkatannya karena skala ini
mempunyai ciri-ciri yang dimiliki oleh semua skala di bawahnya. Skala rasio memiliki titik
nol yang sebenarnya yang berarti bahwa apabila suatu obyek diukur dengan skala rasio
dan berada pada titik nol, maka gejala atau sifat yang diukur benar-benar tidak ada.
E. Siklus Pengukuran Kinerja
Dalam proses penciptaan nilai tambah bagi pelanggan, proses inovasi merupakan
salah satu kritikal proses, dimana efisiensi dan efektifitas serta ketepatan waktu dari
proses inovasi ini akan mendorong terjadinya efisiensi biaya pada proses penciptaan nilai
tambah bagi pelanggan. Proses inovasi dapat dibagi menjadi dua yaitu:
Pengukuran terhadap proses inovasi yang bersifat penelitian dasar dan terapan.
Pengukuran terhadap proses pengembangan produk.
b. Proses Operasi
Pada proses operasi yang dilakukan oleh masing-masing organisasi bisnis, lebih
menitikberatkan pada efisiensi proses, konsistensi, dan ketepatan waktu dari barang dan
jasa yang diberikan kepada pelanggan.
Agar pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan baik, berikut ini merupakan hal-hal yang
perlu diperhatikan:
1) Membuat suatu komitmen untuk mengukur kinerja dan memulainya dengan segera.
2) Hal yang perlu dilakukan oleh instansi adalah sesegera mungkin memulai upaya
pengukuran kinerja dan tidak perlu mengharap pngukuran kinerja akan langsung
sempurna. Nantinya, perbaikan atas pengukuran kinerja akan dilakukan.
3) Perlakuan pengukuran kinerja sebagai suatu proses yang berkelanjutan (on-going
process)
4) Pengukuran kinerja merupakan suatu proses yang bersifat interaktif. Proses ini
merupakan suatu cerminan dari upaya organisasi untuk selalu berupaya
memperbaiki kinerja.
5) Sesuaikan proses pengukuran kinerja dengan organisasi
6) Organisai harus menetapkan ukuran kinerja yang sesuai dengan besranya
organisasi, budaya, visi, tujuan, dan struktur organisasi.
Indikator biaya diukur dalam bentuk biaya unit (unit cost), misalnya biaya per unit
pelayanan (panjang jalan yang diperbaiki, jumlah ton sampah yang terangkut, biaya per
siswa.
2. Penggunaan (utilization)
Indikator ini membandingkan antara jumlah pelayanan yang ditawarkan (supply of service)
dengan permintaan publik (public demand).
Indikator ini merupakan indikator yang paling sulit diukur karena menyangkut
pertimbangan yang sifatnya subyektif. Contohnya yaitu perubahan jumlah komplain
masyarakat atas pelayanan tertentu.
Indikator ini perlu dipertimbangkan jika terdapat kebijakan atau peraturan perundangan
yang mensyaratkan untuk memberikan pelayanan dengan tingkat pelayanan minimal yang
telah ditetapkan.
5. Kepuasan (satisfaction)
Indikator kepuasan diukur melalui metode jajak pendapat secara langsung. Bagi
pemerintah daerah, metode penjaringan aspirasi masyarakat (need assessment) dapat juga
digunakan untuk menetapkan indikator kepuasan.
Contoh Pengembangan Indikator Kinerja
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sistem Pengukuran Kinerja sector public adalah suatu system yang bertujuan untuk
membantu manajer public menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial
dan non finansial. System pengukuran kinerja merupakan salah satu alat pengendalian
organisasi karena diperkuat dengan adanya mekanisme reward dan punishment.
Pengukuran kinerja sector public dimkasudkan untuk membantu memperbaiki kinerja
pemerintah, memperbaiki pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan, serta
untuk memfasilitasi terwujudnya akuntabilitas publik
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.