Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat-Nyalah
sehingga makalah ini berhasil penyusun selesaikan. Penyusunan makalah ini merupakan
tugas mata kuliah Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Adapun judul yang diambil dalam
makalah ini adalah “Kategori Pengukuran Kinerja”.

Ucapan terima kasih penyusun berikan kepada semua pihak yang telah membantu
untuk menyelesaikan makalah ini. Tanpa dukungan dari mereka semua, penyusunan
makalah ini belum tentu bisa terselesaikan tepat pada waktunya.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini, sehingga
kritik dan saran sangat diharapkan. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan dapat memberi manfaat bagi semua pihak.

Kupang , 08 Januari 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1

1.1  LATAR BELAKANG .................................................................................................................... 1


1.2  RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................... 1
1.3  TUJUAN PENELITIAN ............................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3

2.1  PENGERTIAN PENGUKURAN KINERJA .......................................................................... 3


2.2  INFORMASI YANG DIGUNAKAN UNTUK PENGUKURAN KINERJA …….................. 7
2.3  PERANAN INDIKATOR KINERJA DALAM PENGUKURAN KINERJA …………….… 12
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 15

3.1  KESIMPULAN .......................................................................................................................... 15


3.2  SARAN ....................................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 16


BAB I

PENDAHULUAN

1.1        LATAR BELAKANG

Kinerja merupakan gambaran dari pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau


program atau kebijakan untuk mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.
Menurut Mardiasmo (2002), sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem
yang bertujuan untuk membantu manajer sektor publik menilai pencapaian suatu strategi
melalui alat ukur finansial dan nonfinansial. Sistem pengukuran kinerja ini dapat dijadikan
sebagai alat pengendalian organisasi.
Maksud dilakukannya pengukuran kinerja sektor publik antara lain:
1. Membantu memperbaiki kinerja pemerintah agar dapat berfokus pada tujuan dan
sasaran program unit kerja yangn pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan
efektivitas organisasi sektor publik dalam memberikan layanan kepada masyarakat.
2. Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan
pembuatan keputusan.
3. Untuk mewujudkan tanggung jawab publik dan memperbaiki komunikasi
kelembagaan.
4. Capital rationing

Tujuan sistem pengukuran kinerja antara lain:


1. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down and bottom up).
2. Untuk mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang sehingga
dapat ditelusur berkembangan pencapaian strateginya.
3. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan
bawah serta motivasi untuk mencapai good congruence.
4. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan
kemampuan kolektif yang rasional.
1.2        RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
adalah:

1. Bagaimana pengukuran kinerja sektor publik?

1.3        TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan memahami tentang bagaimana pengukuran kinerja sector


publik
BAB II
PEMBAHASAN

2.1        PENGERTIAN PENGUKURAN KINERJA

Kinerja merupakan gambaran dari pencapaian pelaksanaan suatu


kegiatan/program/kebijakan untuk mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.
Menurut Mardiasmo (2002), sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem
yang bertujuan untuk membantu manajer sektor publik menilai pencapaian suatu strategi
melalui alat ukur finansial dan nonfinansial. Sistem pengukuran kinerja ini dapat dijadikan
sebagai alat pengendalian organisasi.

Maksud dilakukannya pengukuran kinerja sektor publik antara lain:


1. Membantu memperbaiki kinerja pemerintah agar dapat berfokus pada tujuan dan
sasaran program unit kerja yangn pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan
efektivitas organisasi sektor publik dalam memberikan layanan kepada
masyarakat.
2. Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan
pembuatan keputusan.
3. Untuk mewujudkan tanggung jawab publik dan memperbaiki komunikasi
kelembagaan

Selain itu, pihak legislatif menggunakan ukuran kinerja ini untuk menentukan
kelayakan biaya pelayanan (cost of service) yang dibebankan kepada masyarakat pengguna
jasa publik karena mereka tidak mau selalu ditarik pungutan tanpa adanya peningkatan
kualitas dan kuantitas dari pelayanan yang diterima tersebut.

Kinerja sektor publik bersifat multidimensional, sehingga tidak ada indikator tunggal
yang dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara komprehensif. Berbeda dengan
sektor swasta, karena sifat output yang dihasilkan sektor publik lebih banyak bersifat
intangible output, maka ukuran finansial saja tidak cukup untuk mengukur kinerja sektor
publik. Oleh karena itu, perlu dikembangkan ukuran kerja non-finansial.
A. Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja

Tujuan sistem pengukuran kinerja antara lain:


1. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down and bottom up).
2. Untuk mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang sehingga
dapat ditelusur berkembangan pencapaian strateginya.
3. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan
bawah serta motivasi untuk mencapai good congruence.
4. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan
kemampuan kolektif yang rasional.

B. Manfaat Pengukuran Kinerja

Berikut ini adalah manfaat dari pengukuran kinerja:


1. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja
manajemen
2. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan.
3. Untuk memonitor dan mengawasi pencapaian kinerja dan membandingkannya
dengan target kinerja serta melakukan tindakan kolektif untuk memperbaiki
kinerja.
4. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward and
punishment).
5. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki
kinerja organisasi.
6. Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.
7. Membantu memahami kegiatan instansi pemerintah.
8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.
C. Prinsip – Prinsip Pemilihan Ukuran Kinerja

Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih ukuran-
ukuran kinerja instansi yang sesuai dengan skema indikator:

Evaluasi kembali ukuran yang Informasi kinerja tetap dibutuhkan oleh


ada manajemen. Apabila skema indikator
kinerja sudah tidak berfungsi, maka
manajemen akan mengembangkan skema
baru.
Mengukur kegiatan yang Kinerja selalu berorientasi hasil. Ukuran
penting, tidak hanya hasil hasil sering diformulasikan dalam rasio
keuangan. Pencapaian hasil akan
menunjukkan adanya permasalahan. Hasil
tersebut tidak akan menunjukkan
diagnosis hasil.
Pengukuran harus mendorong Pembagian proses pengukuran
tim kerja yang akan mencapai menciptakan lingkungan tim kerja yang
tujuan aktivitasnya diarahkan pada pencapaian
tujuan organisasi.
Pengukuran harus merupakan Agar efektif, sistem pengukuran harus
perangkat yang terintegrasi, diciptakan sebagai perangkat terintegrasi
seimbang dalam penerapannya yang diperoleh dari strategi perusahaan.
Sebagian besar perusahaan berusaha
meminimalkan biaya, meningkatkan
kualitas, mengurangi waktu pelaksanaan
produksi dan menciptakan pengembalian
investasi yang wajar.
Pengukuran harus memiliki Ukuran internal yang umum dipakai dalam
fokus eksternal jika sebuah organisasi perbandingan kinerja
memungkinkan dari tahun ke tahun. Suatu perbandingan
tertentu dapat dilakukan ke tingkatan
mikro: divisi, departemen, kelompok,
bahkan individu.

D. Skala Pengukuran

Skala pengukuran dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:


1. Skala Nominal

Skala nominal merupakan skala pengukuran yang paling rendah tingkatannya


karena denga skala ini obyek pengukuran hanya dapat dikelompokkan berdasarkan ciri-
ciri yang sama, yang berbeda dengan kelompok lain.

2. Skala Ordinal

Skala ini lebih tinggi tingkatannya atau lebih baik dari pada skala nominal karena
selain memiliki ciri-ciri yang sama dengan skala nominal, yaitu dapat mengolongkan obyek
dalam golongan yang berbeda, skala ordinal juga mempunyai kelebihan dari skala nominal,
yaitu bahwa golongan-golongan atau klasifikasi dalam skala ordinal ini dapat dibedakan
tingkatannya.

3. Skala Interval

Skala interval memiliki kelebihan yaitu mempunyai unit pengukuran yang sama,
sehingga jarak antara satu titik dengan titik yang lain, atau antara satu golongan dengan
golongan yang lain dapat diketahui.

4. Skala rasio

Skala rasio merupakan skala yang paling tinggi tingkatannya karena skala ini
mempunyai ciri-ciri yang dimiliki oleh semua skala di bawahnya. Skala rasio memiliki titik
nol yang sebenarnya yang berarti bahwa apabila suatu obyek diukur dengan skala rasio
dan berada pada titik nol, maka gejala atau sifat yang diukur benar-benar tidak ada.
E. Siklus Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja dilakukan dengan melalui lima tahapan berikut ini:


1. Perencanaan strategi: siklus pengukuran kinerja dimulai dengan proses
penskemaan strategi, yang berkenaan dengan penetapan visi, misi, tujuan dan
sasaran, kebijakan, program operasional san kegiatan/aktivitas.
2. Penciptaan indikator kinerja: penciptaan indikator kinerja dilakukan setelah
perumusan strategi. Indikator yang mudah adalah untuk aktivitas yang dapat
dihitung, contohnya adalah jumlah klaim yang diproses.
3. Mengembangkan sistem pengukuran kinerja: tahap ini terdiri dari tiga langkah,
yaitu: pertama, meyakinkan keberadaan data yang diperlukan dalam siklus
pengukuran kinerja.
4. Penyempurnaan ukuran: pada tahap ini dilakukan pemikiran kembali atas indikator
hasil (outcomes) dan indikator dampak (impacts) menjadi lebih penting
dibandingkan dengan pemikiran kembali atas indikator masukan (inputs) dan
keluaran (outputs).
5. Pengintegrasian dengan proses manajemen: bagaimana menggunakan ukuran
kinerja tersedian secara efektif merupakan tantangan selanjutnya. Penggunaan data
organisasi dapat dijadikan alat untuk memotivasi tindakan dalam organisasi.

2.2        INFORMASI YANG DIGUNAKAN UNTUK PENGUKURAN KINERJA

A.    Informasi Finansial


Penilaian laporan kinerja finansial diukur berdasarkan pada anggaran yang telah
dibuat. Penilaian tersebut dilakukan dengan menganalisis varians (selisih atau perbedaan)
antara kinerja aktual dengan anggaran yang dianggarkan.

Analisis varians secara garis besar berfokus pada :


1. Varians pendapatan (revenue varians)
Varians pendapatan adalah semua penerimaan dalam bentuk peningkatan aktiva
atau penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan.
2. Varians pengeluaran (expenditure variance)
a.       Varians belanja rutin
Anggaran belanja rutin adalah anggaran yang disediakan untuk membiayai
kegiatan-kegiatan yang sifatnya lancar dan terus menerus yang dimaksudkan untuk
menjaga kelemahan roda pemerintahan dan memelihara hasil-hasil pembangunan.
b.      Varians belanja investasi/modal (recurrent expenditure variance)
Belanja investasi/modal adalah pengeluaran yang manfaatnya cenderung melebihi
satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan pemerintah, dan selanjutnya
akan menambah anggaran rutin untuk biaya operasional dan pemeliharaan.
B.     Informasi Nonfinansial

Informasi nonfinansial dapat menambah keyakinan terhadap kualitas proses


pengendalian manajemen. Teknik pengukuran kinerja yang komprehensif dan banyak
dikembangkan oleh berbagai organisasi dewasa ini adalah Balanced Scorecard. Metode
Balanced Scorecard merupakan pengukuran kinerja organisasi berdasarkan aspek finansial
dan juga aspek nonfinasial. Pengukuran dengan metode ini melibatkan empat aspek, antara
lain :

1.      Perspektif finansial (financial perspective)

Perspektif finansial menjadi perhatian dalam balanced scorecard karena ukuran


keuangan merupakan ikhtisar dari konsekuensi ekonomi yang terjadi yang disebabkan
oleh pengambilan keputusan. Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya
tahapan dari siklus kehidupan bisnis, yaitu:
a. Growth (bertumbuh) : tahapan awal siklus kehidupan perusahaan dimana
perusahaan memiliki potensi pertumbuhan terbaik. Disini manajemen terikat
dengan komitmen untuk mengembangkan suatu produk/jasa dan fasilitas produksi,
menambah kemampuan operasi.
b. Sustain (bertahan) : tahapan kedua dimana perusahaan masih melakukan investasi
dan reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik. Pada tahap
ini, perusahaan mencoba mempertahankan pangsa pasar yang ada, bahkan
mengembangkannya jika memungkinkan.
c. Harvest (menuai) : Tahapan ketiga dimana perusahaan benar-benar menuai hasil
investasi ditahap-tahap sebelumnya. Tidak ada lagi investasi besar, baik ekspansi
pembangunan kemampuan baru, kecuali pengeluaran untuk pemeliharaan dan
perbaikan.

2.      Perspektif kepuasan pelanggan (customer perspective)

Dalam perspektif ini perhatian perusahaan harus ditujukan pada kemampuan


internal untuk peningkatan kinerja produk, inovasi dan teknologi dengan memahami selera
pasar. Dalam perspektif ini peran riset pasar sangat besar. Perspektif pelanggan memiliki
dua kelompok pengukuran, yaitu:
a. Core measurement group, yang memiliki beberapa komponen pengukuran,
yaitu:
 Pangsa Pasar (market share): pangsa pasar ini menggambarkan proporsi bisnis
yang dijual oleh sebuah unit bisnis di pasar tertentu.
 Retensi Pelanggan (Customer Retention) : menunjukkan tingkat dimana
perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan pelanggan.
 Akuisisi Pelanggan (Customer Acquisition) : pengukuran ini menunjukkan tingkat
dimana suatu unit bisnis mampu menarik pelanggan baru memenangkan bisnis
baru.
 Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction) : pengukuran ini berfungsi untuk
mengukur tingkat kepuasan pelanggan terkait dengan kriteria spesifik dalam
value proportion.
b. Customer Value Proportion yang merupakan pemicu kinerja yang terdapat
pada Core value proportion didasarkan pada atribut sebagai berikut:
 Product/service attributes yang meliputi fungsi produk atau jasa, harga dan
kualitas.
 Customer relationship adalah strategi dimana perusahaan mengadakan
pendekatan agar perasaan pelanggan merasa puas atau produk atau jasa yang
ditawarkan perusahaan.
 Image and reputation membangun image dan reputasi dapat dilakukan melalui
iklan dan menjaga kualitas seperti yang dijanjikan.

3.      Perspektif efisiensi proses internal (internal process efficiency)


Dalam hal ini perusahaan berfokus pada tiga proses bisnis utama yaitu:
a. Proses inovasi

Dalam proses penciptaan nilai tambah bagi pelanggan, proses inovasi merupakan
salah satu kritikal proses, dimana efisiensi dan efektifitas serta ketepatan waktu dari
proses inovasi ini akan mendorong terjadinya efisiensi biaya pada proses penciptaan nilai
tambah bagi pelanggan. Proses inovasi dapat dibagi menjadi dua yaitu:

 Pengukuran terhadap proses inovasi yang bersifat penelitian dasar dan terapan.
 Pengukuran terhadap proses pengembangan produk.
b. Proses Operasi

Pada proses operasi yang dilakukan oleh masing-masing organisasi bisnis, lebih
menitikberatkan pada efisiensi proses, konsistensi, dan ketepatan waktu dari barang dan
jasa yang diberikan kepada pelanggan.

c. Pelayanan Purna Jual

Tahap terakhir dalam pengukuran proses bisnis internal adalah dilakukannya


pengukuran terhadap pelayanan purna jual kepada pelanggan. Pengukuran ini menjadi
bagian yang cukup penting dalam proses bisnis internal, karena pelayanan purna jual ini
akan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pelanggan.

4.      Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective).

Kaplan (Kaplan, 1996) mengungkapkan betapa pentingnya suatu organisasi bisnis


untuk terus mempertahankan karyawannya, memantau kesejahteraan karyawan dan
meningkatkan pengetahuan karyawan karena dengan meningkatnya tingkat pengetahuan
karyawan akan meningkatkan pula kemampuan karyawan untuk berpartisipasi dalam
pencapaian hasil ketiga perspektif diatas dan tujuan perusahaan. Perspektif pembelajaran
dan pertumbuhan organisasi merupakan faktor pendorong dihasilkannya kinerja yang
istimewa dalam tiga perspektif Balanced Scorecard.

Perspektif / Faktor yang Dinilai Misi atau Visi


Jenis informasi non-finansial dapat dinyatakan dalam bentuk variabel kunci.
Variabel kunci adalah variabel yang mengindikasikan faktor-faktor yang menjadi
penyebab kesuksesan organisasi. Karakteristik variabel kunci, yaitu :
a.       Menjelaskan faktor pemicu keberhasilan dan kegagalan organisasi
b.      Sangat volatile (mudah berubah) dan dapat berubah dengan cepat
c.       Perubahannya tidak dapat diprediksi
d.      Jika terjadi perubahan perlu diambil tindakan segera
e.       Variabel tersebut dapat diukur, baik secara langsung maupun melalui ukuran antara
(surrogate). Sebagai contoh kepuasan masyarakat tidak dapat diukur secara langsung
akan tetapi dapat dibuat ukuran antaranya, misalnya jumlah aduan, tuntutan dan
demonstrasi dapat dijadikan variabel kunci.

Contoh Variabel Kunci


Dinas/Unit Kerja Variabel Kunci
Rumah Sakit dan Tingkat hunian kamar (kamar yang dipakai : jumlah
hotel total kamar yang tersedia)
Klinik Kesehatan Jumlah pelannggan (masyarakat) yang dilayani per
hari
Perusahaan KWH yang terjual
Listrik Negara
Perusahaan Jumlah pulsa yang terjual
Telekomunikasi
Perusahaan Air Jumlah debit air yang terjual
Minum
DLLAJ Jumlah alat angkutan umum
Paid seats/capacity seats
Pekerjaan Panjang jalan yang dibangun/diperbaiki
Umum Panjang jalan yang disapu/dibersihkan
Kepolisian Jumlah kriminalitas yang tertangani
Jumlah kecelakaan/pelanggaran lalu lintas
Jumlah pengaduan masyarakat yang tertangani
DPR/DPRD Jumlah pengaduan dan tuntutan masyarakat yang
tertangani
Jumlah rapat yang dilakukan
Jumlah undang-undang atau perda yang dihasilkam
Jumlah peserta rapat per total anggota
Dipenda Jumlah pendapatan yang terkumpul

Agar pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan baik, berikut ini merupakan hal-hal yang
perlu diperhatikan:

1) Membuat suatu komitmen untuk mengukur kinerja dan memulainya dengan segera.
2) Hal yang perlu dilakukan oleh instansi adalah sesegera mungkin memulai upaya
pengukuran kinerja dan tidak perlu mengharap pngukuran kinerja akan langsung
sempurna. Nantinya, perbaikan atas pengukuran kinerja akan dilakukan.
3) Perlakuan pengukuran kinerja sebagai suatu proses yang berkelanjutan (on-going
process)
4) Pengukuran kinerja merupakan suatu proses yang bersifat interaktif. Proses ini
merupakan suatu cerminan dari upaya organisasi untuk selalu berupaya
memperbaiki kinerja.
5) Sesuaikan proses pengukuran kinerja dengan organisasi
6) Organisai harus menetapkan ukuran kinerja yang sesuai dengan besranya
organisasi, budaya, visi, tujuan, dan struktur organisasi.

2.2        PERANAN INDIKATOR KINERJA DALAM PENGUKURAN KINERJA

Indikator Kinerja digunakan sebagai indikator pelaksanaan strategi yang telah


ditetapkan. Indikator kinerja tersebut dapat berbentuk faktor-faktor keberhasilan utama
organisasi (critical success factors) dan indikator kinerja kunci (key performance indicator).
Faktor Keberhasilan Utama adalah suatu area yang mengindikasikan kesuksesan
kinerja unit kerja organisasi. Area ini merefleksikan preferensi manajerial dengan
memperhatika variabel-variabel kunci finansial dan non-finansial pada kondisi waktu
tertentu.
Indikator Kinerja Kunci merupakan sekumpulan indikator yang dapat dianggap
sebagai ukuran kinerja kunci baik yang bersifat finansial maupun non-finansial untuk
melaksanakan operasi dan kinerja unit bisnis. Indikator ini digunakan oleh manajer untuk
mendeteksi dan memonitor capaian kinerja.

Komponen yang digunakan dalam penentuan indikator kinerja :

1. Biaya pelayanan (cost of service)

Indikator biaya diukur dalam bentuk biaya unit (unit cost), misalnya biaya per unit
pelayanan (panjang jalan yang diperbaiki, jumlah ton sampah yang terangkut, biaya per
siswa.

2. Penggunaan (utilization)

Indikator ini membandingkan antara jumlah pelayanan yang ditawarkan (supply of service)
dengan permintaan publik (public demand).

3. Kualitas dan standar pelayanan (quality and standards)

Indikator ini merupakan indikator yang paling sulit diukur karena menyangkut
pertimbangan yang sifatnya subyektif. Contohnya yaitu perubahan jumlah komplain
masyarakat atas pelayanan tertentu.

4. Cakupan pelayanan (coverage)

Indikator ini perlu dipertimbangkan jika terdapat kebijakan atau peraturan perundangan
yang mensyaratkan untuk memberikan pelayanan dengan tingkat pelayanan minimal yang
telah ditetapkan.

5. Kepuasan (satisfaction)

Indikator kepuasan diukur melalui metode jajak pendapat secara langsung. Bagi
pemerintah daerah, metode penjaringan aspirasi masyarakat (need assessment) dapat juga
digunakan untuk menetapkan indikator kepuasan.
Contoh Pengembangan Indikator Kinerja

Dinas/Unit Kerja Indikator Kinerja


Rumah Sakit Biaya total rata-rata rawat jalan per pasien yang masuk
Biaya rata-rata pelayanan medis dan paramedis per
pasien yang masuk
Biaya rata-rata pelayanan umum (non-klinis) per
pasien yang masuk
Penggunaan fasilitas
Rata-rata masa tinggal pasien di rumah sakit
Jumlah pasien rata-rata per bed per tahun
Klinik Kesehatan Jumlah pelanggan yang dilayani per hari per jumlah
total penduduk untuk wilayah tertentu
Pekerjaan Panjang jalan yang dibangun atau diperbaiki/total
Umum panjang jalan
Kondisi jalan
Keamanan jalan (road safety)
Kepolisian % Jumlah kriminalitas yang tertangani/Jumlah
kriminalitas yang terdeteksi/tercatat
% Penurunan jumlah kecelakaan atau pelanggaran lalu
lintas
% Jumlah pengaduan masyarakat yang
tertangani/Jumlah total pengaduan masyarakat yang
masuk
DPR/DPRD % Jumlah pengaduan dan tuntutan masyarakat yang
tertangani/Jumlah total aspirasi yang masuk
Jumlah rapat yang dilakukan per bulan/tahun
Jumlah peraturan yang dihasilkan per bulan/tahun
% Jumlah peserta rapat per total anggota
Dipenda % Jumlah pendapatan yang terkumpul/potensi
BAB III

PENUTUP
3.1        KESIMPULAN

Sistem Pengukuran Kinerja sector public adalah suatu system yang bertujuan untuk
membantu manajer public menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial
dan non finansial. System pengukuran kinerja merupakan salah satu alat pengendalian
organisasi karena diperkuat dengan adanya mekanisme reward dan punishment.
Pengukuran kinerja sector public dimkasudkan untuk membantu memperbaiki kinerja
pemerintah, memperbaiki pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan, serta
untuk memfasilitasi terwujudnya akuntabilitas publik

DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Anda mungkin juga menyukai