Anda di halaman 1dari 74

FUNGSI DAN KEDUDUKAN

BAHASA INDONESIA D
W
Oleh S
Dr. Dadi Waras Suhardjono, S.S., M.Pd.
 Perang
 Bencana alam
 Urbanisasi
 Wabah, epidemi, dan pandemi
 Pernikahan antarsuku dan antarbangsa

Saat ini diperkirakan terdapat 6.912 bahasa di dunia.


Namun, pada akhir abad ke-21 tersisa hanya 748
bahasa. Ini berarti hilang 90%nya dan bahasa daerah
di Indonesia yang saat ini berjumlah 700-an tersisa
hanya 75 bahasa daerah.

Sumber:
Cetak Biru Pembelajaran BIPA
PBB: Populasi Manusia Tembus
8 Miliar Orang Pada Akhir 2022
https://www.dream.co.id/stories/pbb-populasi-manusia-tembus-8-miliar-orang-pada-
akhir-2022-221109m.html
https://www.halopedeka.com/iptek/pr-5765734184/populasi-manusia-di-bumi-capai-
8-miliar-apakah-bumi-kelebihan-penduduk
Sepuluh Bahasa yang Paling Banyak
Digunakan di Dunia (www.detik.com)
1. Inggris (1,12 miliar penutur)
2. Mandarin (1,10 miliar penutur)
3. Hindi (698 juta penutur)
4. Spanyol (512 juta penutur
5. Prancis (284 juta penutur)
6. Arab (273 juta penutur)
7. Bengali (265 juta penutur)
8. Rusia (258 juta penutur)
9. Portugis (234 juta penutur)
10. Indonesia (200 juta penutur)
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6478219/20-bahasa-yang-paling-
banyak-digunakan-di-dunia-bahasa-jawa--indonesia-
masuk#:~:text=Berdasarkan%20data%20hingga%20tahun%202022,penutur
%20di%20peringkat%20tiga%20besar diakses pada 02 Maret 2023
SEBAGAI BAHASA NASIONAL

1. Lambang Kebanggaan Nasional


2. Lambang Identitas Nasional
3. Alat Pemersatu Berbagai
Masyarakat yang Berbeda Latar
Belakang Sosial Budayanya
4. Alat Perhubungan Antarbudaya
dan Antardaerah
Amran Halim, Pembinaan Bahasa Indonesia, (Jakarta:Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa, 1979)
SEBAGAI BAHASA NEGARA

1. Bahasa Resmi Kenegaraan


2. Bahasa Pengantar di Lembaga
Pendidikan
3. Alat perhubungan pada tingkat nasional
untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan
4. Sarana pengembangan kebudayaan
nasional

Amran Halim, Pembinaan Bahasa Indonesia, (Jakarta:Pusat Pembinaan dan


Pengembangan Bahasa, 1979)
SEBAGAI BAHASA NEGARA

 Transaksi dan dokumentasi niaga


 Sarana pengembangan dan
pemanfaatan ilmu, teknologi, dan
seni
 Bahasa media massa

Amran Halim, Pembinaan Bahasa Indonesia, (Jakarta:Pusat Pembinaan dan


Pengembangan Bahasa, 1979)
 Bahasa Melayu merupakan lingua franca atau
bahasa perhubungan dan perdagangan
 Bahasa Melayu sederhana, sehingga mudah
dipelajari karena tidak ada tingkatan bahasa
 Suku-suku lain di Indonesia secara sukarela
menerima bahasa Melayu
 Bahasa Melayu berkesanggupan dipakai sebagai
bahasa kebudayaan dalam arti luas

E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk


Perguruan Tinggi, (Jakarta:Akademika Pressindo, 2008), hlm. 8
Prasasti Kedukan Bukit ditemukan
oleh M. Batenburg pada tanggal 29
November 1920 di Kampung Kedukan
Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang,
Sumatera Selatan, di tepi Sungai
Tatang yang mengalir ke Sungai Musi.
Prasasti ini berbentuk batu kecil
berukuran 45 × 80 cm, ditulis dalam
aksara Pallawa, menggunakan bahasa
Melayu Kuna. Prasasti ini sekarang
disimpan di Museum Nasional
Indonesia dengan nomor D.146.
Alih Aksara Alih Bahasa
Prasasti Kedukan Bukit Selamat ! Tahun Śaka telah lewat 604, pada hari ke sebelas
paro-terang bulan Waiśakha Dapunta Hiyang naik di
sampan mengambil siddhayātra. Di hari ke tujuh paro-terang
svasti śrī śakavaŕşātīta 605 bulan Jyestha Dapunta Hiyang berlepas dari Minanga
(604 ?) ekādaśī śu tambahan membawa bala tentara dua laksa dengan
klapakşa vulan vaiśākha perbekalan
dua ratus cara (peti) di sampan dengan berjalan seribu
dapunta hiya<m> nāyik di tiga ratus dua belas banyaknya datang di mata jap (Mukha
sāmvau mangalap siddhayātra Upang)
sukacita. Di hari ke lima paro-terang bulan....(Asada)
di saptamī śuklapakşa lega gembira datang membuat wanua....
vulan jyeşţha dapunta Śrīwijaya jaya, siddhayātra sempurna....

hiya<m> maŕlapas dari


minānga
tāmvan mamāva yamvala
dualakşa dangan ko-(sa)
duaratus cāra di sāmvau dangan
jālan sarivu
tlurātus sapulu dua vañakña
dātamdi mata jap
sukhacitta di pañcamī
śuklapakşa vula<n>...
laghu mudita dātam marvuat
vanua...
śrīvijaya jaya siddhayātra
Bahasa Indonesia tumbuh dan
berkembang dari bahasa Melayu,
yang sejak dahulu sudah digunakan
sebagai bahasa perantara (lingua
franca), bukan saja di kepulauan
Nusantara, melainkan juga hampir di
seluruh kawasan Asia Tenggara.

E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk


Perguruan Tinggi, (Jakarta:Akademika Pressindo, 2008), hlm. 3
1) Prasasti Kedukan Bukit di
Palembang berangka tahun 683
Masehi
2) Prasasti Talang Tuo di Palembang
berangka tahun 684 Masehi
3) Prasasti Kota Kapur di Bangka
Barat berangka tahun 686 Masehi

E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk


Perguruan Tinggi, (Jakarta:Akademika Pressindo, 2008), hlm. 3
4) Prasasti Karang Brahi antara
Jambi dan Sungai Musi berangka
tahun 688 Masehi.

Hal ini memberi petunjuk bahwa bahasa


Melayu Kuno sudah dipakai sebagai alat
komunikasi pada zaman kerajaan Sriwijaya.

E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk


Perguruan Tinggi, (Jakarta:Akademika Pressindo, 2008), hlm. 3
5) Prasasti Gandasuli terdapat di Jawa Tengah
berangka tahun 832 Masehi.
6) Prasasti Bogor terdapat di Bogor berangka
tahun 942 Masehi.

Kedua prasati di atas memperkuat dugaan


bahwa bahasa Melayu Kuno bukan hanya
dipakai di Pulau Sumatera, melainkan juga di
Pulau Jawa

E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk


Perguruan Tinggi, (Jakarta:Akademika Pressindo, 2008), hlm. 3
a) Bahasa Melayu sebagai bahasa
kebudayaan, yaitu bahasa buku-buku
yang berisi aturan kehidupan dan sastra
b) Bahasa Melayu sebagai bahasa
perhubungan atau lingua franca
c) Bahasa Melayu sebagai bahasa
perdagangan
d) Bahasa Melayu sebagai bahasa resmi
kerajaan

E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk


Perguruan Tinggi, (Jakarta:Akademika Pressindo, 2008), hlm. 4
Meskipun dipahami dan
dituturkan oleh lebih dari
90% warga Indonesia,
Bahasa Indonesia bukanlah
bahasa ibu bagi kebanyakan
penutur Indonesia. Sebagian
besar warga Indonesia masih
menggunakan salah satu
dari748 bahasa daerah yang
ada di Indonesia sebagai
bahasa ibu.[1] Penutur
bahasa Indonesia sering kali
menggunakan versi sehari-
hari (kolokial) dan/atau
mencampuradukkan dengan
Jalan Daksinapati Barat 4, dialek Melayu lainnya atau
Rawamangun, Pulo Gadung, Jakarta bahasa ibunya.
Timur, DKI Jakarta, kode pos 13220
 Menggunakan huruf Latin dengan ejaan dan
pengucapan yang relatif konsisten.
 Tidak mengenal perubahan bentuk kata
kerja untuk menyatakan kala/waktu
 Kata benda tidak berjenis kelamin
 Tidak ada perubahan bentuk kata untuk
menyatakan bentuk jamak

http://nellahutasoit.wordpress.com
 Diajarkan di 52 negara di dunia
 Peringkat ke-5 bahasa yang paling banyak
digunakan di facebook
 Dari 250 bahasa yang ada di wikipedia, bahasa
Indonesia peringkat ke-25
 Peringkat ke-3 yang paling banyak digunakan di
posting-an wordpress setelah bahasa Inggris dan
Spanyol
 Sebagai bahasa kedua di Vietnam

http://www/asal-usul.com/2010/06/10-bahasa paling banyak


digunakan-dunia.html
 Bahasa Indonesia dipelajari & diajarkan di 52 negara di
dunia melalui sekolah-sekolah mulai SD hingga SMA,
sampai dengan jenjang perguruan tinggi sebagai mata
kuliah pilihan dan program studi hingga jenjang
pascasarjana, seperti di Rusia dan Australia termasuk
Jepang.
 Di dalam negeri terdapat tidak kurang dari 76 lembaga
BIPA
 Di luar negeri terdapat 232lembaga kursus BIPA yang
tersebar di 52 negara

http://www.beritadaerah.com/artikel_national, diakses pada 10


Januari 2013
 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009
terdapat 19 pasal yang mengatur tentang
bahasa (sejak 9 Juli 2009)
 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas
 Peraturan Menteri No. 22 s.d. SK Dirjen Dikti
No. 43 Tahun 2006 tentang Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian

Dadi Waras Suhardjono, dkk., Bahasa Indonesia Mata Kuliah


Pengembangan Kepribadian untuk Penulisan Akademik Perguruan Tinggi,
(Jakarta:Mitra Wacana Media, 2012), hlm. 22 – 24
 Pada 1953 terdapat 23.000 kata
 Pada 1976 terdapat 24.000 kata
 Pada 1988 terdapat 62.000 kata
 Pada 2009 terdapat 90.000 kata dan dari
jumlah tersebut 78.000 kata umum
 Pada 2014 terdapat 101.611 kata
 Pada 2018 terdapat 109.000 kata

Sumber:
Badan Bahasa berdasarkan jumlah kata dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia atau KBBI tahun 1953, 1976, 1988, 2009,
2014, dan 2018
1. Pada 1901 disusun ejaan resmi bahasa
Melayu oleh Charles Adrian van Ophuijsen
dan dimuat dalam kitab Logat Melajoe
2. Pada 1908, pemerintah mendirikan sebuah
badan penerbit buku-buku bacaan yang
diberi nama Taman Bacaan Rakyat
(Commissie voor de Volkslectuur), yang
kemudian pada 1917 diubah menjadi Balai
Pustaka

E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk


Perguruan Tinggi, (Jakarta:Akademika Pressindo, 2008), hlm. 8
3. Tanggal 28 Oktober 1928 peristiwa
Sumpah Pemuda yang merupakan
tonggak kukuh perjalanan bahasa
Indonesia
4. Tahun 1933 secara resmi berdiri
Pujangga Baru, kumpulan sastrawan
muda, dan dipimpin oleh Sutan Takdir
Alisyahbana

E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk


Perguruan Tinggi, (Jakarta:Akademika Pressindo, 2008), hlm. 8
5. Pada 25–28 Juni 1938, kongres ke-1
bahasa Indonesia di Solo.
6. Pada 18 Agustus 1945
ditandatangani UUD 1945 dan di
salah satu pasalnya, pasal 36,
menetapkan bahwa bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara

E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk


Perguruan Tinggi, (Jakarta:Akademika Pressindo, 2008), hlm. 8
7. Pada 19 Maret 1947 diresmikan Ejaan
Repoeblik (Ejaan Soewandi) sebagai
pengganti Ejaan van Ophoeijsen.
8. Pada 28 Oktober–2 November 1954
diselenggarakan kongres ke-2 bahasa
Indonesia di Medan.

E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk


Perguruan Tinggi, (Jakarta:Akademika Pressindo, 2008), hlm. 9
9. Pada 16 Agustus 1972, Presiden ke-2 RI,
Soeharto, meresmikan penggunaan
Ejaan yang Disempurnakan (EyD) dan
diperkuat dengan Keppres No. 57/1972.
10. Pada 31 Agustus 1972, Mendikbud RI
menetapkan Pedoman Umum EyD &
Pedoman Umum Pembentukan Istilah
resmi berlaku.

E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk


Perguruan Tinggi, (Jakarta:Akademika Pressindo, 2008), hlm. 9
11. Pada 28 Oktober–2 November 1978
diselenggarakan kongres ke-3 bahasa
Indonesia di Jakarta.
12. Pada 21–26 November 1983 diadakan
kongres ke-4 bahasa Indonesia di
Jakarta.

E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk


Perguruan Tinggi, (Jakarta:Akademika Pressindo, 2008), hlm. 9
13. Pada 28 Oktober–3 November 1988
diselenggarakan kongres ke-5 bahasa
Indonesia di Jakarta menghasilkan
Kamus Besar Bahasa Indonesia dan
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
dengan dihadiri 700 pakar bahasa
Indonesia.

E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk


Perguruan Tinggi, (Jakarta:Akademika Pressindo, 2008), hlm. 9
14. Pada 28 Oktober–2 November 1993
diadakan kongres ke-6 bahasa
Indonesia yang dihadiri 770 pakar
bahasa Indonesia dan 53 peserta
tamu dari mancanegara; Australia,
Brunei, Jerman, Hongkong, India,
Italia, Jepang, Rusia, Singapura,
Korea Selatan, dan Amerika Serikat.

E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk


Perguruan Tinggi, (Jakarta:Akademika Pressindo, 2008), hlm. 9
15. Pada 26–30 Oktober 1998 diadakan
kongres ke-7 bahasa Indonesia di
Hotel Indonesia, Jakarta, dan
mengusulkan dibentuknya “Badan
Pertimbangan Bahasa”.

E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk


Perguruan Tinggi, (Jakarta:Akademika Pressindo, 2008), hlm. 9
Van Ophuijsen Republik/Soewandi EyD Edisi V
(1901–1947) (1947–1972) (2022–sekarang )

choesoes chusus khusus


Djoem’at Djum’at Jumat
ja’ni jakni yakni
pajoeng pajung payung
tjoetjoe tjutju cucu
soenji sunji sunyi

E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk


Perguruan Tinggi, (Jakarta:Akademika Pressindo, 2008), hlm. 164 – 167

Anda mungkin juga menyukai