Anda di halaman 1dari 9

UNIVERSITAS SANGGA BUANA YPKP

Jl. PHH. Mustopa No. 68 Bandung - 40124


Telp 7275489 - email : info@usbypkp.ac.id atau sia@usbypkp.ac.id

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) GASAL TAHUN AKADEMIK 2020/2021


Mata Kuliah(Kls) : Bahasa Indonesia(A, B, D) Semester :1
SKS : 2 sks
Dosen Pembina : Reza Saeful Rachman, S.S., M.Pd Waktu : 90 (Sembilan puluh) menit
Fakultas : Fakultas Ekonomi, FISIP Sifat : Buka Buku

1. INFORMASI AKADEMIK DAN PETUNJUK UJIAN :


1. Ujian Akhir Semester (UAS) Semester Gasal 2020/2021 dilaksanakan pada Tanggal 11– 23 Januari 2021!
2. Diinformasikan, Perwalian Semester Genap TA 2020/2021 dilaksanakan pada Tanggal 27 - 30 Januari 2021
untuk Semua Fakultas dan Direktorat. Perwalian Semester Genap diwajibkan bagi seluruh Mahasiswa USB
YPKP s.d. mahasiswa dinyatakan lulus dari hasil Yudisium Sidang Akhir Studi !
Selesaikan kewajiban keuangan sebelum perwalian dilaksanakan dan pastikan ikut perwalian mulai dari
Pertemuan dengan Dosen Wali s.d Print Out KRS untuk divalidasi Dosen Wali.
3. Yang belum menyelesaikan kewajiban keuangan, tidak bisa mengikuti Perkuliahan, Ujian, dan tidak bisa
melihat Nilai di web http://sia.usbypkp.ac.id/.
4. Berdoalah sebelum Ujian dimulai !

2. SOAL :

1. Jelaskan mengenai sejarah perkembangan bahasa Indonesia!


Sejarah perkembangan Bahasa Indonesia dimulai saat Bahasa melayu mengalami
perkembangan dan pertumbuhan yang pesat. Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara
bersamaan dengan menyebarnya agama Islam. Ini mudah diterima masyarakat dan dijadikan sebagai
bahasa perhubungan antarpulai, antarsuku, atau antarpedagang. Lama kelamaan, bahasa Melayu
dipakai di wilayah Nusantara. Dalam perkembangannya bahasa Melayu dipengaruhi budaya di
Nusantara. Bahasa Melayu mulai menyerap kosakata dari berbagai bahasa. Seperti bahasa Sansekerta,
bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Kemudian muncul berbagai variasi dan dialek
dari bahasa Melayu. Ini mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa
Indonesia.Bahasa Indonesia yang kini kita gunakan sebagai bahasa resmi di negara kita berasal dari
bahasa Melayu. Bahasa Melayu yang kita gunakan tersebut merupakan bahasa Melayu tua yang
sampai sekarang masih dapat kita selidiki sebagai peninggalan masa lampau. Bukan baru sekarang
bahasa Indonesia atau bahasa Melayu itu digunakan sebagai bahasa penghubung di beberapa negara
Asia Tenggara. Sudah sejak dulu kala, bahasa Indonesia atau bahasa Melayu itu dikenal oleh
penduduk daerah yang bahasa sehari-harinya bukan bahasa Indonesia atau Melayu. Hal tersebut
dibuktikan oleh adanya beberapa prasasti yang ditemukan di daerah-daerah yang bahasa sehari-hari
penduduknya bukan bahasa Indonesia atau Melayu. Tentu saja ada juga ditemukan di daerah yang
bahasa sehari-hari penduduknya sudah menggunakan bahasa Indonesia atau Melayu. Sejarah
perkembangan bahasa ini dapat dibuktikan dengan adanya prasasti Kedukan Bukit (683 M), Talang
Tuo (684 M), Kota Kapur (686 M), Karah Barahi (686 M). Ketika bangsa Eropa pertama kali datang
ke Indonesia, bahasa Melayu sudah mempunyai kedudukan yang luar biasa di tengah-tengah
bahasabahasa daerah di Nusantara ini. Pigafetta yang mengikuti perjalanan Magelhaen mengelilingi
dunia, ketika kapalnya berlabuh di Tidore pada tahun 1521 menuliskan kata-kata Melayu. Itu
merupakan bukti yang jelas bahwa bahasa Melayu yang berasal dari bagian barat Indonesia pada
zaman itu pun sudah menyebar sampai ke bagian Indonesia yang berada jauh di sebelah timur.
Demikian juga menurut Jan Huygen van Lischoten, pelaut Belanda yang 60 tahun kemudian berlayar
ke Indonesia, mengatakan bahwa bahasa Melayu bukan saja sangat harum namanya tetapi juga
dianggap bahasa yang terhormat di antara bahasa-bahasa negeri timur. Hal tersebut dapat
dibandingkan dengan orang yang tidak dapat atau tidak tahu bahasa. Bahasa Indonesia Indonesia,
seperti orang yang tidak tahu dan tidak dapat berbahasa Prancis di Negeri Belanda pada zaman itu.
Berarti hal tersebut menunjukkan bahwa bahasa Indonesia sudah demikian terkenal dan terhormat
pada masa itu.
Pada tanggal 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia resmi menjadi bahasa persatuan atau bahasa
nasional. Nama bahasa Indonesia tersebut sifatnya adalah politis, karena setujuan dengan nama negara
yang diidam-idamkan yaitu Bangsa Indonesia.
Sifat politik ditimbulkan karena keinginan agar bangsa Indonesia mempunyai semangat juang
bersama-sama dalam memperoleh kemerdekaan agar lebih merasa terikat dalam satu ikatan: Satu
Tanah Air, Satu Bangsa, Satu Bahasa. Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia diikrarkan melalui
butir-butir Sumpah pemuda sebagai berikut. Pertama : Kami putra dan putri Indonesia mengaku
bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia. Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku
berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa
persatuan, bahasa Indonesia. Pada ketiga ikrar tersebut terdapat perbedaan ikrar antara ikrar ketiga
dengan ikrar pertama dan kedua yaitu pada kata mengaku dan menjunjung. Ikrar pertama dan kedua
menyatakan ”mengaku bertumpah darah yang satu dan mengaku berbangsa yang satu”. Artinya, tanah
air dan bangsa kami hanya satu yaitu Indonesia. Berbeda dengan ”menjunjung bahasa persatuan,
bahasa Indonesia”. Ikrar ini menunjukkan bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan
dalam mempersatukan bangsa Indonesia. Tidak berarti bahwa, bahasa daerah dihapuskan. Bahasa
daerah tetap harus dijaga dan dilestarikan sebagai kekayaan budaya bangsa. Jadi, sangatlah keliru jika
ada warga daerah yang malu menggunakan bahasa daerahnya dalam berkomunikasi. Bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan diartikan sebagai bahasa yang digunakan di dalam kegiatan
berkomunikasi yang melibatkan banyak tokoh atau masyarakat yang berasal dari berbagai daerah di
Indonesia. Itulah sebabnya bahasa Indonesia memiliki fungsi dan kedudukan sebagai bahasa
persatuan.
Prof. Dr. Slametmulyana mengemukakan faktor-faktor yang menjadi penyebabnya, sebagai berikut.
1. Sejarah telah membantu penyebaran bahasa melayu. Bahasa Melayu merupakan lingua franca di
Indonesia, bahasa perhubungan atau bahasa perdagangan. Dengan bantuan para pedagang, bahasa
Melayu disebarkan ke seluruh pantai Nusantara terutama di kota-kota pelabuhan. Bahasa Melayu
menjadi bahasa penghubung antara individu.
2. Bahasa Melayu mempunyai sistem yang sederhana, mudah dipelajari. Tak dikenal tingkatan bahasa
seperti dalam bahasa Jawa atau bahasa Bali, atau perbedaan pemakaian bahasa kasar dan halus seperti
dalam bahasa Sunda atau bahasa Jawa.
3. Faktor psikologis, yaitu suku bangsa Jawa dan Sunda telah dengan sukarela menerima bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional, sematamata didasarkan pada keinsafan akan manfaatnya ada
keikhlasan mengabaikan semangat dan rasa kesukuan karena sadar akan perlunya kesatuan dan
persatuan.
4. Kesanggupan bahasa itu sendiri juga menjadi salah satu faktor penentu. Jika bahasa itu tidak
mempunyai kesanggupan untuk dapat dipakai menjadi bahasa kebudayaan dalam arti yang luas,
tentulah bahasa itu tidak akan dapat berkembang menjadi bahasa yang sempurna. Pada kenyataannya
dapat dibuktikan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang dapat dipakai untuk merumuskan
pendapat secara tepat dan mengutarakan perasaan secara jelas.
Prof. Soedjito menjelaskan secara sederhana alasan mengapa bahasa Melayu yang dijadikan landasan
lahirnya bahasa Indonesia sebagai berikut.
1. Bahasa Melayu telah digunakan sebagai lingua franca (bahasa perhubungan) selama berabad-abad
sebelumnya di seluruh kawasan tanah air kita (Nusantara). Hal tersebut tidak terjadi pada bahasa
Jawa, Sunda, ataupun bahasa daerah lainnya.
2. Bahasa Melayu memiliki daerah persebaran yang paling luas dan melampaui batas-batas wilayah
bahasa lain meskipun penutur aslinya.Bahasa Indonesia tidak sebanyak penutur asli bahasa Jawa,
Sunda, Madura, ataupun bahasa daerah lainnya.
3. Bahasa Melayu masih berkerabat dengan bahasa-bahasa Nusantara lainnya sehingga tidak dianggap
sebagai bahasa asing.
4. Bahasa melayu bersifat sederhana, tidak mengenal tingkat-tingkat bahasa sehingga mudah
dipelajari. Berbeda dengan bahasa Jawa, Sunda, Madura yang mengenal tingkat-tingkat bahasa.
5. Bahasa melayu mampu mengatasi perbedaan-perbedaan bahasa antarpenutur yang berasal dari
berbagai daerah. Dipilihnya bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan tidak menimbulkan perasaan
kalah terhadap golongan yang lebih kuat dan tidak ada persaingan antarbahasa daerah. Sehubungan
dengan hal yang terakhir itu, kita wajib bersyukur atas kerelaan mereka membelakangkan bahasa
ibunya demi cita-cita yang lebih tinggi, yakni cita-cita nasional. Tiga bulan menjelang Sumpah
Pemuda, tepatnya 15 Agustus 1926, Soekarno dalam pidatonya menyatakan bahwa perbedaan bahasa
di antara suku bangsa Indonesia tidak akan menghalangi persatuan, tetapi makin luas bahasa Melayu
(bahasa Indonesia) itu tersebar, makin cepat kemerdekaan Indonesia terwujud. Pada zaman Belanda
ketika Dewan Rakyat dibentuk, yakni pada 18 Mei 1918 bahasa Melayu memperoleh pengakuan
sebagai bahasa resmi kedua di samping bahasa Belanda yang berkedudukan sebagai bahasa resmi
pertama di dalam sidang Dewan rakyat. Sayangnya, anggota bumiputra tidak banyak yang
memanfaatkannya. Masalah bahasa resmi muncul lagi dalam Kongres Bahasa Indonesia pertama di
Solo pada tahun 1938.
Pada kongres itu ada dua hal hasil keputusan penting yaitu bahasa Indonesia menjadi (1) bahasa resmi
dan (2) bahasa pengantar dalam badan-badan perwakilan dan perundangundangan. Demikianlah
”lahir”nya bahasa Indonesia bukan sebagai sesuatu yang tiba-tiba jatuh dari langit, tetapi melalui
perjuangan panjang disertai keinsafan, kebulatan tekad, dan semangat untuk bersatu. Api perjuangan
itu berkobar terus untuk mencapai Indonesia merdeka yang sebelum itu harus berjuang melawan
penjajah. Pada tahun 1942 Jepang menduduki Indonesia dan Jepang tidak dapat menggunakan bahasa
lain selain bahasanya sendiri. Bahasa Belanda jatuh dari kedudukannya sebagai bahasa resmi.
Bahkan, dilarang untuk digunakan. Jepang mengajarkan bahasa Jepang kepada orang Indonesia dan
bermaksud menggunakan bahasa Jepang sebagai pengganti bahasa Belanda untuk digunakan oleh
orang Indonesia. Akan tetapi, usaha itu tidak dapat dilakukan secara cepat seperti waktu dia
menduduki Indonesia. Karena itu, untuk sementara Jepang memilih jalan yang praktis yaitu memakai
Indonesia yang sudah tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Satu hal yang perlu dicatat bahwa
selama zaman pendudukan Jepang 1942-1945 bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di
semua tingkat pendidikan. Demikianlah, Jepang terpaksa harus menumbuhkan dan mengembangkan
bahasa Indonesia secepat-cepatnya agar pemerintahannya dapat berjalan dengan lancar. bagi orang
Indonesia hal itu merupakan keuntungan besar terutama bagi para pemimpin pergerakan
kemerdekaan. Dalam waktu yang pendek dan mendesak mereka harus beralih dari bahasa Belanda ke
Bahasa Indonesia. Selain itu, semua pegawai negeri dan masyarakat luas yang belum paham akan
bahasa Indonesia, secara cepat dapat memahami bahasa Indonesia. Waktu Jepang menyerah, tampak
bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan makin kuat kedudukannya. Berkaitan dengan hal di
atas, semua peristiwa tersebut menyadarkan kita tentang arti bahasa nasional. Bahasa nasional identik
dengan bahasa nasional yang didasari oleh nasionalisme, tekad, dan semangat kebangsaan. Bahasa
nasional dapat terjadi meskipun eksistensi negara secara formal belum terwujud. Sejarah bahasa
Indonesia berjalan terus seiring dengan sejarah bangsa pemiliknya.

2. Jelaskan mengenai kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia!


Kedudukan diartikan sebagai status relatif bahasa sebagai sistem lambang nilai budaya yang
dirumuskan atas dasar nilai sosial bahasa yang bersangkutan. Sedangkan fungsi adalah nilai
pemakaian bahasa yang dirumuskan sebagai tugas pemakaian bahasa itu dalam kedudukan yang
diberikan kepadanya. Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa nasional dan sebagai
bahasa negara. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dimiliki sejak diikrarkan
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, sedangkan kedudukan sebagai bahasa negara dimiliki
sejak diresmikan 1.8 Bahasa Indonesia Undang-Undang Dasar 1945 (18 Agustus 1945). Dalam UUD
1945, Bab XV, Pasal 36 tercantum ”Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia”. Bahasa Indonesia
sebagai Bahasa Nasional Salah satu kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa nasional.
Kedudukan sebagai bahasa nasional tersebut dimiliki oleh bahasa Indonesia sejak dicetuskannya
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. kedudukan ini dimungkinkan oleh kenyataan bahwa
bahasa Melayu, yang mendasari bahasa Indonesia, telah dipakai sebagai lingua franca selama
berabad-abad sebelumnya di seluruh kawasan tanah air kita. Dan ternyata di dalam masyarakat kita
tidak terjadi persaingan bahasa, yaitu persaingan di antara bahasa daerah yang satu dan bahasa daerah
yang lain untuk mencapai kedudukan sebagai bahasa nasional.
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai :
(1) lambang kebanggaan nasional
(2) lambang identitas nasional
(3) alat pemersatu berbagai suku bangsa yang berlatar belakang sosial budaya dan bahasa yang
berbeda
(4) alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya.

Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya
yang mendasari rasa kebanggaan kita. Melalui bahasa nasional, bangsa Indonesia menyatakan harga
diri dan nilai-nilai budaya yang dijadikannya pegangan hidup. Atas dasar itulah, bahasa Indonesia kita
pelihara dan kita kembangkan. Begitu pula rasa bangga dalam memakai bahasa Indonesia wajib kita
bina terus. Rasa bangga merupakan wujud sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Sikap positif itu
terungkap jika lebih suka menggunakan bahasa Indonesia dari pada bahasa atau katakata asing.
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia dapat menimbulkan wibawa, harga diri, dan
teladan bagi bangsa lain. Hal ini dapat terjadi jika bangsa Indonesia selalu berusaha membina dan
mengembangkan bahasa Indonesia secara baik sehingga tidak tercampuri oleh unsur-unsur bahasa
asing (terutama bahasa Inggris). Untuk itu kesadaran akan kaidah pemakaian bahasa Indonesia harus
selalu ditingkatkan. Percampuran bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris dalam berbahasa masih
sering kita temukan, seperti contoh berikut ini.
Sebagai alat pemersatu, bahasa Indonesia mampu menunjukkan fungsinya yaitu mempersatukan
bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai suku, agama, budaya, dan bahasa ibunya. hal itu tampak
jelas sejak diikrarkannya Sumpah Pemuda. Pada zaman Jepang yang penuh kekerasan dan
penindasan, bahasa Indonesia digembleng menjadi alat pemersatu yang ampuh bagi bangsa Indonesia.
Dengan bahasa nasional itu kita letakkan kepentingan nasional di atas kepentingan daerah atau
golongan. Sebagai alat perhubungan, bahasa Indonesia mampu memperhubungkan bangsa Indonesia
yang berlatar belakang sosial budaya dana bahasa ibu yang berbeda-beda. Berkat bahasa Indonesia,
suku-suku bangsa yang berbeda-beda bahasa ibu itu dapat berkomunikasi secara akrab dan lancar
sehingga kesalahpahaman antarindividu antarkelompok tidak pernah terjadi. Karena bahasa Indonesia
pula kita dapat menjelajah ke seluruh pelosok tanah air tanpa hambatan. Sehubungan dengan hal
tersebut, bahasa Indonesia memungkinkan berbagai suku bangsa mencapai keserasian hidup sebagai
bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan pada nilai-
nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan. Dengan bahasa nasional,
kita dapat meletakkan kepentingan nasional kita jauh di atas kepentingan daerah dan golongan kita.
Sejalan dengan fungsinya sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya, bahasa Indonesia
telah berhasil pula melaksanakan fungsinya
Bahasa Indonesia sebagai alat pengungkapan perasaan. Jika beberapa tahun yang lalu masih ada
orang yang merasa bahwa bahasa Indonesia belum sanggup mengungkapkan nuansa perasaan yang
halus, maka sekarang dapat kita lihat dalam kenyataan bahwa seni sastra, baik yang tertulis maupun
lisan, serta dunia perfilman kita telah berkembang sedemikian rupa sehingga nuansa perasaan yang
betapa halus pun dapat diungkapkan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Kenyataan tersebut
tentulah menambah tebalnya rasa bangga kita akan kemampuan bahasa nasional yaitu bahasa
Indonesia. Selain kedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai
bahasa negara, sesuai dengan ketentuan yang tertera di dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV,
Pasal 36. Di dalam kedudukan sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai: (1) bahasa
resmi negara; (2) bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan; (3) alat perhubungan dalam tingkat
nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan
pemerintah; dan (4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Salah satu
fungsi bahasa Indonesia di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara adalah pemakaiannya sebagai
bahasa resmi kenegaraan.
Di dalam hubungan dengan fungsi ini, bahasa Indonesia dipakai di dalam segala upacara, peristiwa,
dan kegiatan kenegaraan baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan. Dokumen-dokumen dan
keputusan-keputusan serta surat-surat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan badan-badan kenegaraan
lainnya seperti Dewan Perwakilan Rakyat dan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditulis di dalam
bahasa Indonesia. Pidato-pidato, terutama pidato kenegaraan, ditulis dan diucapkan di dalam bahasa
Indonesia. Hanya di dalam keadaan tertentu, demi kepentingan komunikasi antarbangsa, kadang-
kadang pidato resmi ditulis dan diucapkan di dalam bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Demikian
pula halnya dengan pemakaian bahasa Indonesia oleh warga masyarakat kita di dalam hubungan
dengan upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan. Dengan kata lain, komunikasi timbal balik
antarpemerintah dan masyarakat berlangsung dengan mempergunakan bahasa Indonesia. Untuk
melaksanakan fungsinya sebagai bahasa resmi kenegaraan dengan sebaik-baiknya, pemakai bahasa
Indonesia di dalam pelaksanaan administrasi pemerintahan perlu senantiasa dibina dan
dikembangkan, penguasaan bahasa Indonesia perlu dijadikan salah satu faktor yang menentukan di
dalam pengembangan ketenagaan seperti penerimaan karyawan baru, kenaikan pangkat baik sipil
maupun militer, dan pemberian tugas-tugas khusus baik di dalam maupun di luar negeri. Di samping
itu, mutu kebahasaan siaran radio dan televisi perlu pula senantiasa dibina dan ditingkatkan. Di dalam
kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi pula sebagai bahasa pengantar di
lembaga-lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi di
seluruh Indonesia kecuali di daerah-daerah bahasa seperti daerah bahasa Aceh, Batak, Sunda, Jawa,
Madura, Bali, dan Makasar. Di daerah-daerah bahasa ini bahasa daerah yang bersangkutan dipakai
sebagai bahasa pengantar sampai dengan tahun ketiga pendidikan dasar. Sebagai alat perhubungan
tingkat nasional, bahasa Indonesia dipakai sebagai alat komunikasi timbal balik antara pemerintah dan
masyarakat luas, alat perhubungan antardaerah dan antarsuku, dan juga sebagai alat perhubungan
dalam masyarakat yang latar belakang sosial budaya dan bahasa yang sama. Dewasa ini orang sudah
banyak menggunakan bahasa Indonesia apapun masalah yang dibicarakan, apakah itu masalah yang
bersifat nasional maupun kedaerahan.
Sebagai alat pengembang kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan, dan teknologi, bahasa
Indonesia adalah satu-satunya bahasa yang digunakan untuk membina dan mengembangkan
kebudayaan nasional yang memiliki ciri-ciri dan identitas sendiri. Di samping itu, bahasa Indonesia
juga dipekai untuk memperluas ilmu pengetahuan dan teknologi modern baik melalui penulisan buku-
buku teks, penerjemahan, penyajian pelajaran di lembagalembaga pendidikan umum maupun melalui
sarana-sarana lain di luar lembaga pendidikan.

3. Jelaskan pengertian dari bahasa!


Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok
sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi mengidentifikasikan diri. Bahasa adalah sebuah sistem.
Artinya, bahasa adalah sejumlah unsur yang beraturan. Unsur-unsur bahasa itu diatur. Bahasa
terbentuk oleh suatu aturan atau kaidah atau pola yang teratur dan berulang, baik dalam tata bunyi,
tata bentuk kata maupun tata kalimat. Apabila aturan atau kaidah ini dilanggar maka komunikasi
dapat terhambat.Bahasa sebagai lambang dimana Bahasa merupakan lambang bunyi yang bersifat
arbitrer. Lambang merupakan tanda yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial berdasarkan
perjanjian dan untuk memahaminya harus dipelajari. Bahasa itu adalah bunyi dimana Bunyi yang
dihasilkan alat ucap manusia saja yang dapat digolongkan bahasa. Namun, tidak semua bunyi yang
dihasilkan alat ucap manusia dapat disebut bahasa. Batuk, bersin, misalnya bukanlah bahasa. Hanya
bunyi berupa ujaranlah yang disebut bahasa. Huruf-huruf adalah turunan bunyi. Sifatnya pun arbitrer
atau manasuka. Bahasa itu bermakna Bahasa adalah sistem lambang yang berwujud bunyi atau
bunyi ujar. Lambang itu mengacu pada suatu pengertian, konsep ide atau gagasan maka dapat
disimpulkan bahwa bahasa memiliki makna. Bahasa itu konvensional yaitu Konvensi adalah
kesepakatan atau perjanjian. Bahasa bersifat konvensional artinya penggunaan lambang bunyi untuk
suatu konsep tertentu berdasarkan kesepakatan antara masyarakat pemakai bahasa. Bahasa itu
produktif dimana sebagai sistem dari unsur-unsur yang jumlahnya terbatas dapat dipakai secara tidak
terbatas oleh pemakainya. Contoh dari fonem /n /a/k/i/ kita dapat membentuk kata: / n/a/i/k/ - /k/i/a/n/
-k/i/n/a/ - /i/k/a/n/. Bahasa untuk mengidentifikasikan diri ,orang Melayu mengenal pepatah,
“Bahasa menunjukkan bangsa.” Bahasa merupakan ciri pembeda yang paling menonjol di antara ciri
budaya. Oleh karena dengan bahasa, setiap kelompok sosial merasa diri sebagai satu kesatuan yang
berbeda dengan kelompok lain.

4. Jelaskan dan berikan contohnya mengenai ragam dan laras bahasa!


Pada dasarnya, ragam bahasa dibelah menjadi golongan penutur dan ragam bahasa menurut
jenis pemakaian bahasanya. Kita bisa tahu ragam bahasa tertentu dengan menggunakan indikator
daerah asal, pendidikan, dan sikap penuturnya. Sejak dulu, ragam daerah dikenal dengan sebutan
dialek atau logat. Bahasa apapun yang tersebar secara luas dinamai sebagai logat. Masing-masing
dapat dipahami secara timbal balik oleh penuturnya, paling tidak oleh penutur dialek yang wilayahnya
berdekatan. Faktor sejarah dan semakin majunya masyarakat Indonesia semakin memicu perubahan
ragam bahasa Indonesia. Keragaman tetap menjadikan perbedaan dan perkembangan bahasa sebagai
sebuah „bahasa Indonesia‟, karena keragaman tersebut masih dalam koridor inti sari bersama yang
dapat dipahami secara umum. Sementara itu, sikap penutur bahasa yang meliputi sejumlah corak
bahasa Indonesia sesuai dengan asasnya, sangat melekat pada diri penutur. Dalam ilmu tata bahasa, hal
itu disebut dengan langgam atau gaya. Langgam atau gaya bergantung pada sikap penutur terhadap
orang yang diajak berbicara atau terhadap pembacanya. Beberapa faktor yang mempengaruhinya
antara lain faktor umur dan kedudukan orang yang diajak bicara, tingkat keakraban, materi yang
dibicarakan, serta tujuan komunikasi. Ragam bahasa yang berkaitan erat dengan sikap penutur, para
peserta tutur dihadapkan pada pola pemilihan bentuk bahasa yang menggambarkan sikap peserta tutur.
Sikap tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk sikap resmi, adab, kaku, dingin, hambar, akrab, atau
santai. Melalui sikapnya, dapat tercermin pilihan kata atau diksi, serta tata bahasa yang digunakan oleh
peserta tutur. Sesuai dengan caranya, ragam bahasa terdiri dari ragam lisan, ujaran, dan ragam tulisan.
Antara ragam lisan dan tulisan hubungannya sangat kuat dalam hal konteks pelaksanaannya. Hal yang
membedakan ragam lisan dan tulisan, yaitu yang berkaitan dengan beberapa upaya permainan intonasi
bahasa, seperti panjang pendeknya suara, tinggi rendahnya nada, dan indah tidaknya irama kalimat.
Pengkhususan fungsi ragam bahasa yang berbeda yang digunakan secara berdampingan di dalam
masyarakat bahasa. Ada dua macam fungsi ragam bahasa, yakni ragam bahasa tinggi (high dialect=H)
dan ragam bahasa rendah (low dialect=H). Kedua ragam tersebut sama-sama dianggap baku dan
mendapatkan pengakuan secara terbuka dalam masyarakat. Keduanya mempunyai fungsi yang berbeda
dan juga dalam ranah yang berbeda. Ragam rendah diperoleh dan dipelajari secara natural seperti
bahasa ibu, sedangkan ragam tinggi harus diperoleh melalui pendidikan formal karena fungsi ragam
tinggi khusus digunakan dalam ranah pendidikan (sebagai bahasa pengantar), keagamaan (untuk
khotbah), kesusastraan, dll. Sebaliknya, fungsi ragam rendah, yakni terbatas hanya untuk percakapan
yang bisa menimbulkan suasana akrab, santai, dan kekeluargaan. Secara umum, bahasa baku
mengusung empat fungsi sekaligus, yaitu (1) sebagai pemersatu, (2) pemberi kekhasan, (3) pembawa
kewibawaan, dan (4) sebagai kerangka acuan. Kaidah tata bahasa mengandung kemampuan untuk
menerapkan bahasa secara umum. Sementara itu, bentukan bahasa yang kaidahnya tidak dapat
dirumuskan secara umum masuk dalam bidang idiom dan hal itu merupakan kosakata bahasa.
Pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang sudah dibakukan atau untuk sementara dianggap baku,
merupakan bahasa yang benar. Dalam komunikasi transaksional, ragam lisan digunakan. Dalam
penggunaan ragam lisan, ragam baku bukan menjadi sumber pokok melainkan ragam lisan yang
efektif dan efisien sesuai dengan konteks. Laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan fungsi
pemakaiannya. Laras bahasa terkait langsung dengan selingkung bidang dan keilmuan sehingga
dikenallah laras bahasa ilmiah dengan bagian subsublarasnya. Pembedaan diantara sub-sublaras bahasa
seperti dalam laras ilmiah itu dapat diamati dari
(1) penggunaan kosakata dan bentukan kata,
(2) penyusunan frasa,klausa, dan kalimat,
(3) penggunaan istilah
(4) pembentukan paragraf,
(5) penampilan hal teknis,
(6) penampilan kekhasan dalam wacana.

Berdasarkan konsepsi laras bahasa tersebut, laras bahasa ekonomi mempunyai sub-sublaras bahasa
manajemen, sublaras akuntansi,sublaras asuransi, sublaras perpajakan, dll. Laras bahasa dapat
digolongkan kepada dua golongan besar, yaitu laras biasa dan laras khusus. Laras biasa ialah laras
khusus yang digunakan untuk masyarakat umum seperti bidang hiburan, pengetahuan, penerangan,
dan maklumat. Laras khusus merujuk kepada kegunaan untuk khalayak khusus seperti ahli-ahli atau
peminat dalam bidang tertentu dan pelajar-pelajar (rencana, laporan, buku).
Pembeda utama yang membedakan antara laras biasa dengan laras khsus ialah kosa kata, tata bahasa,
dan gaya.
Contoh ragam bahasa :

1. Ragam bahasa lisan.


 Zahra sedang baca surat kabar.
 Aqis mau nulis
 Tapi kau tak boleh nolak lamaran itu.
 Mereka tinggal di Mampang Prapatan.
 Jalan layang itu untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
 Saya akan tanyakan soal itu .

2. Ragam bahasa tulis.
 Zahra sedang membaca surat kabar.
 Aqis mau menulis
 Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
 Mereka bertempat tinggal di Mampang Prapatan.
 Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
 Akan saya tanyakan soal itu.

3. Jelaskan pengertian ejaan, tanda baca, serta kalimat efektif!


Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang distandardisasikan.
Lazimnya, ejaan mempunyai tiga aspek, yakni aspek fonologis yang menyangkut penggambaran
fonem dengan huruf dan penyusunan abjad. Ejaan ada dua macam, yakni ejaan fenetis dan ejaan
fomenis. Ejaan fenotis merupakan ejaan yang berusaha menyatakan setiap bunyi bahasa dengan huruf,
serta mengukur dan mencatatnya dengan alat pengukur bunyi bahasa (diagram). Ejaan adalah
keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lam-bang-lambang bunyi bahasa dan bagaimana
hubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan, penggabungan) dalam suatu bahasa
Dalam kamus besar bahasa Indonesia dinyatakan sebagai berikut:
Ejaan : kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat dsb) dibentuk tulisan
(huruf-huruf) serta penggunaan tanda-tanda baca.
Berdasarkan konsepsi ejaan, cakupan bahasan ejaan membicarakan:
(1) pemakian huruf vokal dan konsonan,
(2) penggunaan huruf kapital dan kursif,
(3) penulisan kosakata dan bentukan kata,
(4) penulisan unsur serapan afiksasi dan kosa kata asing,
(5) penempatan dan pemakaian tanda baca.
Penulisan ejaan yang diatur tersebut diantaranya:
1. Pemakaian abjad, huruf vokal, huruf konsonan,
2. Persukuan, yaitu pemisahan suku kata,
3. Penulisan huruf besar,
4. Penulisan huruf miring,
5. Penulisan kata dasar, kata ulang, kata berimbuhan, gabungan kata
6. Penulisan angka dan lambang bilangan,

Tanda baca sangat esensial dalam bahasa tulis, karena tanpa tanda baca, makna kata atau frasa
atau kalimat menjadi kabur bahkan kacau. Tanda baca yang lazim digunakan dewasa ini didasarkan
atas intonasi, dan sebagian didasarkan atas relasi gramatikal, frasa, dan inter-relasi antar bagian
kalimat. Tanda-tanda baca yang umumnya dipakai dalam bahasa Indonesia adalah: Tanda titik (.),
Tanda koma (,) ,Tanda titik koma (;),Tanda titik dua (:),Tanda hubung (-),Tanda tanya (?),Tanda seru
(!,)Tanda kurung ( ),Tanda garis miring (/),Tanda petik ganda (“...”)Tanda petik tunggal (‘...’),Tanda
pisah (-),Tanda elipsis (...),Tanda kurung siku [ ],Tanda ulang (2),Tanda penyingkat (apostrof) (‘).

Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-
gagasan pada pikiran pembaca atau pendengar seperti yang ada pada pikiran penulis atau pembicara.
Sebuah tulisan dapat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan,
maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Hal ini berarti suatu kalimat
efektif harus disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang tepat.
 Ciri-ciri kalimat efektif antara lain:
• Memiliki unsur pokok, minimal tersusun atas Subjek dan Predikat,
• Menggunakan diksi yang tepat,
• Menggunakan kesepadanan antara struktur bahasa dan jalan pikiran yang logis serta sistematis,
• Menggunakan tata aturan ejaan yang berlaku,
• Memperhatikan penggunaan kata yaitu penghematan penggunaan kata,
• Menggunakan variasi struktur kalimat, dan
• Menggunakan kesejajaran bentuk bahasa.
Kalimat efektif banyak digunakan pada berbagai tulisan, seperti makalah, skripsi, tesis,
disertasi, laporan penelitian, dan sebagainya.Syarat-Syarat Kalimat Efektif Seorang penulis yang
baik tidak hanya mementingkan gaya bahasa dan kecermatan ejaan saja, penggunaan kalimat
efektif juga perlu diperhatikan agar informasi yang ingin disampaikan penulis dapat tersampaikan
dengan baik. Syarat-syarat kalimat efektif, yaitu kesatuan gagasan, koherensi kalimat, kesejajaran,
ketepatan pemilihan diksi, kehematan kata, kelogisan, serta kecermatan tulisan. Di samping itu,
perlu diperhatikan juga tata kaidah ejaan yang benar. Misalnya penggunaan tanda baca yang tidak
tepat dapat menyebabkan tidak tersampaikannya informasi dengan baik. Kalimat tidak dapat
disebut Modul Materi Bahasa Indonesia (materibahasaindonesia.web.id) kalimat efektif jika tidak
tepat dalam penggunaan tata kaidah ejaan meskipun ketujuh syarat kalimat efektif sudah
terpenuhi.

Anda mungkin juga menyukai