Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH BAHASA INDONESIA

(SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA)

DOSEN PENGAMPUH:

IBU IRAMADHANA SOLIHIN, S. Pd.I., M.Pd

KELAS: IAT 1

OLEH KELOMPOK 2

Amirul Saleh

Muh. Fatih Farhat

Muhammad Yuslih

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI DATOKARAMA PALU

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat-Nyalah tulisan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan makalah yang berjudul “Sejarah Bahasa Indonesia” untuk memenuhi
tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.

Kami memohon maaf jika makalah yang kami susun ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran pembaca
akan penulis terima dengan senang hati demi perbaikan makalah selanjutnya.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................

A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan...................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................
A. Asal Mula Bahasa Indonesia................................................................
B. Proses Pengesahan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan ........
C. Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia sampai saat Ini......................
D. Kedudukan Bahasa Indonesia...............................................................

BAB III PENUTUP.........................................................................................


A. kesimpulan ...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup
sendiri sehingga memerlukan adanya suatu interaksi. Salah satu alat untuk
berinteraksi dan berkomunikasi adalah bahasa. Bahasa digunakan untuk
mempermudah manusia dalam menyampaikan pikiran, gagasan, ataupun
perasaan. Bahasa lahir berbeda-beda sesuai dengan daerahnya sehingga
muncul bahasa yang beraneka ragam.

Indonesia merupakan negara yang memiliki lebih dari 300 bahasa


daerah. Hal ini dikarenakan kondisi geografis Indonesia yang memiliki
banyak pulau, sehingga terdiri atas banyak suku dan adat istiadat.
Walaupun memiliki banyak bahasa daerah, Indonesia memiliki bahasa
persatuan, yakni bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia lahir sebagai
identitas bangsa Indonesia.

Namun, pada era Globalisasi ini menyebabkan masuknya bahasa


asing dan bahasa pergaulan yang digunakan masyarakat Indonesia saat ini.
Tentu hal ini menyimpang dari kaidah bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Masyarakat lebih memilih menggunakan bahasa pergaulan sebagai
alat komunikasi sehari-hari. Dengan demikian lambat laun, penggunaan
bahasa baku menjadi berkurang.

Untuk itu, kita sebagai masyarakat Indonesia, wajib melestarikan


bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Dalam melestarikan bahasa
Indonesia, kita perlu mengetahui sejarah dan asal-usul terbentuknya
bahasa Indonesia itu sendiri. Oleh karena itu, dalam tulisan ini dijelaskan

1
lebih rinci mengenai sejarah terbentuknya bahasa Indonesia sampai
perkembangannya saat ini, termasuk perkembangan ejaannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah asal mula munculnya bahasa indonesia?
2. Bagaimanakah proses disahkannhya bahasa indonesia sebagai
bahasa persatuan Indonesia?
3. Bagaimanakah perkembangan ejaan dalam bahasa Indonesia?
4. Bagaiamanakah kedudukan bahasa indonesia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui asal mula munculnya bahasa indonesia
2. Untuk mengetahui proses disahkannhya bahasa indonesia sebagai
bahasa persatuan Indonesia
3. Untuk mengetahui perkembangan ejaan dalam bahasa Indonesia
4. Untuk mengetahui kedudukan bahasa indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Asal Mula Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia yang digunakan saat ini berasal dari bahasa


Melayu. Bahasa telah lama digunakan sebagai bahasa perantara (lingua
franca) atau bahasa pergaulan. Pada tanggal 28 Oktober 1928, bertepatan
dengan "sumpah Pemuda", penggunaan Bahasa Indonesia secara resmi
diumumkan. Nama Bahasa Indonesia bersifat politis karena bertepatan
dengan nama negara yang diimpikan yaitu, "Bangsa Indonesia". Sifat
politis itu bermula dari harapan agar bangsa Indonesia memiliki
semangat juang yang sama dalam proses memperoleh kemerdekaan
sehingga merasa lebih bersatu: satu tanah air, satu negara, satu bahasa.
Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dijanjikan melalui butir-butir
Sumpah Pemuda berikut ini:

Pertama : Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang
satu, tanah Indonesia.
Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu,
bangsa Indonesia.
Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan,
bahasa Indonesia.

Di antara ketiga sumpah tersebut, sumpah ketiga berbeda dengan


sumpah pertama dan kedua, yaitu pengakuan dan keteguhan. Sumpah
pertama dan kedua adalah ”mengaku bertumpah darah yang satu dan
mengaku berbangsa yang satu” Artinya kita hanya memiliki satu tanah air
dan satu bangsa, yaitu Indonesia. Berbeda dengan menjunjung bahasa
persatuan, bahasa Indonesia”. Komitmen ini menunjukkan bahwa Bahasa
Indonesia adalah bahasa yang digunakan untuk mempersatukan bangsa

3
Indonesia. Bukan berarti bahasa daerah dihapuskan. Sebagai kekayaan
budaya bangsa, bahasa daerah tetap perlu dijaga dan dilestarikan.

Bahasa Indonesia sebagai bahasa kesatuan diartikan sebagai


bahasa yang digunakan dalam kegiatan komunikasi yang melibatkan
banyak tokoh atau orang dari berbagai daerah di Indonesia. Oleh karena
itu, bahasa Indonesia memiliki fungsi dan status sebagai bahasa
persatuan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan bahasa Melayu
menjadi bahasa nasional, yaitu:
a. Sejak zaman Kerajaan Sriwijaya, Bahasa Melayu menjadi lingua
franca dan tersebar luas di seluruh Nusantara.
b. Sistem bahasa Melayu mudah dipelajari karena tidak dikenal tingkatan
bahasa untuk bahasa ini.
c. Kebutuhan politik persatuan bangsa.
d. Suku Jawa, Sunda dan lainnya dengan sukarela menerima bahasa
Melayu sebagai bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional mereka.
e. Bahasa Melayu diajarkan di sekolah-sekolah Belanda dan digunakan
dalam peraturan perundang-undangan Pemerintah Hindia Belanda.

Bahasa Melayu (Melayu Kuno) digunakan sebagai bahasa


nasional pada masa Kerajaan Sriwijaya (abad ke-7 Masehi). Hal ini
terlihat dari ditemukannya empat prasasti kuno yang berdekatan di
Sumatera bagian selatan yang merupakan peninggalan kerajaan. Prasasti
tersebut antara lain ditemukan di Kedukan Bukit (Palembang) tahun 683
M, Talang Tuwo (Palembang) tahun 684 M, Kota Kapur (Bangka Barat)
tahun 686 M dan Karang Brahi tahun 688 (Jabi) M. Prasasti itu ditulis
dalam alfabet Melayu Pranagari kuno. Bahasa Melayu yang digunakan
saat itu bercampur dengan bahasa Sanskerta. Sebagai penguasa
perdagangan, di Nusantara para pedagang memaksa mereka yang
berdagang menggunakan bahasa Melayu, meskipun dengan cara yang
tidak sempurna. Hal ini memunculkan berbagai varian bahasa Melayu

4
lokal dan temporal, yang oleh para peneliti sering disebut sebagai Melayu
Pasar.

penemuan prasasti berbahasa Melayu Kuno di Jawa Tengah


(berangka tahun abad ke- 9) serta prasasti di dekat Bogor (Prasasti Bogor)
dari abad ke- 10 menampilkan penyebaran pemakaian bahasa itu di Pulau
Jawa.

Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bentuk


resmi bahasa Melayu karena dipakai oleh Kesultanan Malaka, yang kelak
disebut sebagai bahasa Melayu Tinggi. Penggunaanya terbatas di kalangan
keluarga kerajaan di sekitar Sumatra, Jawa, dan Semenanjung Malaya.
Kemudian, Malaka merupakan tempat bertemunya para nelayan dari
berbagai negara dan mereka membuat sebuah kota serta mengembangkan
bahasa mereka sendiri dengan mengambil kata-kata yang terbaik dari
bahasa di sekitar daerah tersebut. Kota Malaka yang posisinya sangat
menguntungkan (strategis) menjadi bandar utama di kawasan Asia
Tenggara. Bahasa Melayu menjadi bahasa yang paling sopan dan paling
tepat di kawasa timur jauh. Ejaan resmi bahasa Melayu pertama kali
disusun oleh Ch. A. van Ophuijsen yang dibantu oleh Moehammad Taib
Soetan Ibrahim dan Nawawi Soetan Ma’moer yang dimuat dalam kitab
Logat Melayu pada tahun 1801.

B. Proses Pengesahan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan

Pada zaman penjajahan Belanda diawal abad-20, Pemerintah


Kolonial Hindia Belanda melihat penduduk pribumi yang memiliki
kemampuan yang sangat rendah dalam memahami bahasa Belanda. Hal ini
yang menyebabkan pemerintah kolonial Belanda ingin menggunakan
bahasa Melayu untuk mempermudah dalam berkomunikasi, dengan

5
patokan bahasa Melayu Tinggi yang sudah mempunyai kitab-kitab
rujukan.

Para Sarjana Belanda mulai membuat standarisasi bahasa, mereka


mulai menyebarkan bahasa Melayu yang memakai ejaan Van Ophusijen
dari Kitab Logat Melayu. Dengan adanya Penyebaran bahasa Melayu
secara lebih luas lagi sehinga dibentuklah Commissie voor de Volkslectuur
(Komisi Bacaan Rakyat) pada tahun 1908 dan Pada tahun 1917 namanya
diubah menjadi Balai Poestaka.

Pada tanggal 16 Juni 1927, saat sidang Volksraad (Rapat Dewan


Rakyat), Jahja Datoek Kajo pertama kalinya menggunakan bahasa
Indonesia dalam pidatonya. Mulai dari sinilah bahasa Indonesia mulai
berkembang. Pada 28 Oktober 1928, Muhammad Yamin dalam pidatonya
pada kongres nasional kedua mengusulkan bahasa Melayu sebagai bahasa
nasional. Shingga bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai "bahasa
persatuan bangsa" pada saat Sumpah Pemuda.

Muhammad Yamin berkata, "Jika mengacu pada masa depan


bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua
bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan, yaitu bahasa Jawa
dan Melayu. Namun, dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat
laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan."

pada tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang


menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang diketuai oleh Sutan
Takdir Alisyahbana. Tiga tahun setelahnya , Sultan Takdir Alisyahbana
menyusun “Tata bahasa Baru Bahasa Indonesia”. Pada tanggal 18 Agustus
1945, sehari setelah kemerdekaan, ditandatanganilah Undang-Undang
Dasar 1945. Pada Bab XV, Pasal 36, ditetapkan secara sah bahwa bahasa
Indonesia adalah bahasa negara.

6
C. Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia sampai Saat Ini

Ejaan merupakan keseluruhan aturan atau tata cara tuntuk menuIis


suatu bahasa, baik yang menyangkut lambang bunyi, penulisan kata,
penulisan kalimat, maupun penggunaan tanda baca. Ejaan bahasa
Indonesia mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan-perubahan
tersebut dilakukan untuk melakukan penyempurnaan terhadap ejaan.
Setelah diresmikannya bahasa Melayu oleh van Ohuijsen, yang kemudian
berkembang menjadi bahasa Indonesia hingga ditetapkan sebagai bahasa
persatuan, mulailah muncul ejaan-ejaan baru, yaitu sebagai berikut:

1. Ejaan Republik
Ejaan Republik merupakan hasil penyederhanaan Ejaan van
Ophuysen. Ejaan Republik mulai diberlakukan pada 19 Maret 1947.
Pada saat itu yang menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran,
dan Kebudayaan Republik Indonesia adalah Mr. Suwandi, sehingga
ejaan tersebut dikenal dengan nama Ejaan Suwandi.

Ejaan Repulik ini merupakan hasil kesepakatan dari Kongres


Bahasa Indonesia di Surakarta, Jawa Tengah, tahun 1938 yang
menghasilkan suatu keputusan penyusunan kamus istilah.

Berikut beberapa perbedaan yang bisa dilihat dalam Ejaan


Republik dengan Ejaan van Ophusyen, yaitu:

a. Gabungan huruf oe dalam ejaan van Ophusyen digantikan dengan u


dalam Ejaan Republik.
b. Bunyi hamzah (‘) dalam Ejaan van Ophusyen diganti dengan k
dalam Ejaan Republik.
c. Kata ulang boleh ditandai dengan angka dua dalam Ejaan Republik.
Huruf e taling dan e pepet dalam Ejaan Republik tidak dibedakan.
d. Tanda trema (‘) dalam Ejaan van Ophusyen dihilangkan dalam Ejaan
Republik.

7
contoh perubahan ejaan dari van Ophusyen ke ejaan republik:
 oemoer = umur
 koeboer = kubur
 ma’loem= maklum

2. Ejaan Pembaharuan
Ejaan Pemabaharuan merupakan suatu ejaan yang sudah
direncanakan untuk memperbaharui Ejaan Republik. Penyusunan ejaan
ini dilakukan oleh Panitia Pembaharuan Ejaan Bahasa Indonesia yang
pernah diketuai oleh dua tokoh yaitu Profesor Prijono dan E. Katoppo.

Pada tahun 1957 panitia itu berhasil merumuskan patokan-


patokan ejaan baru. Namun, hasil kerja panitia tersebut tidak pernah
diumumkan secara resmi sehingga ejaan itu pun belum pernah
diberlakukan.

Salah satu hal yang menarik di dalam konsep Ejaan Pembaharuan


ini ialah disederhanakannya huruf-huruf yang berupa gabungan
konsonan dengan huruf tunggal. Hal itu, bisa dilihat dalam contoh di
bawah ini.
a. Gabungan konsonan dj diubah menjadi j
b. Gabungan konsonan tj diubah menjadi ts
c. Gabungan konsonan ng diubah menjadi ŋ
d. Gabungan konsonan nj diubah menjadi ń
e. Gabungan konsonan sj diubah menjadi š
f. Kecuali itu, gabungan vokal ai, au, dan oi, atau yang lazim disebut
diftong ditulis berdasarkan pelafalannya yaitu menjadi ay, aw, dan
oy.
Misalnya:
 santai = santay
 gulai = gulay
 harimau = harimaw

8
 kalau = kalaw
 amboi = amboy

3. Ejaan Melindo

Ejaan Melindo (Melayu- Indonesia) merupakan hasil perumusan


ejaan Melayu dan Indonesia pada tahun 1959. Pada tahun 1945, di
Medan Sumatra Utara dilaksanakannya kongres bahasa indonesia yang
kedua yang menjadi awal Perumusan Ejaan Melindo. Bentuk rumusan
Ejaan Melindo ini merupakan bentuk penyempurnaan dari ejaan yang
sebelumnya.akan tetapi, ejaan melindo ini belum sempat dipergunakan
karena pada masa-masa itu terjadi konfrontasi antara negara kita
Republik Indonesia dengan pihak Malaysia.

Ejaan Melindo dapat dikenali dari enam ciri berikut (Admin


Padamu, 2016 dan Erikha, 2015). Yaitu:

a. gabungan konsonan tj pada kata tjara, diganti dengan csehingga


dituliscara
b. gabungan konsonan njpada kata njanji, ditulis dengan huruf nc,
sehingga menjadi huruf yang baru
c. kata menyapu akan ditulis meɳapu
d. gabungan sy pada kata syair ditulis menjadi Ŝyair
e. gabungan ng pada kata ngopi ditulis menjadi ɳopi
f. diftong oi seperti pada kata koboi ditulis menjadi koboy

4. Ejaan Baru (Ejaan LBK)

Ejaan Baru pada merupakan lanjutan dari usaha pembaharuan


ejaan yang telah dirintis oleh panitia Ejaan Malindo. Panitia pelaksana
ejaan baru ini terdiri atas panitia Ejaan LBK, dan juga panitia ejaan dari
Malaysia. Mereka pun berhasil merumuskan suatu konsep ejaan yang
kemudian diberi nama Ejaan Baru. Mereka bekerja atas Dasar Surat

9
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, No. 062/67, 19
September 1967.

Perubahan yang terdapat pada Ejaan Baru atau Ejaan LBK, yakni
sebagai berikut:

a. Gabungan konsonan dj diubah menjadi j. Misalnya


 remadja = remaja
 djalan = jalan
 perdjaka = perjaka
b. Gabungan konsonan tj diubah menjadi c. Misalnya
 tcakap = cakap
 batja = baca
 tjipta = cipta
c. Gabungan konsonan nj diubah menjadi ny. Misalnya
 sunji = sunyi
 njala = nyala
 bunji = bunyi
d. Gabungan konsonan sj diubah menjadi sy. Misalnya:
 sjarat = syarat
 isjarat = isyarat
 sjukur = syukur
e. Gabungan konsonan ch diubah menjadi kh. Misalnya
 tachta = takhta
 machluk = makhIuk
 ichlas = ikhlas

5. Ejaan yang Disempurnakan

Pada tanggal 17 agustus bertepatan dengan Ulang Tahun


Kemerdakan Republik Indonesia yang ke 27 tahun diresmikanlah
pemakaikan ejaan baru untuk bahasa Indonesia oleh Presiden Republik

10
Indonesia. Dengan Keputusan Presiden No. 57 Tahun 1972, ejaan
tersebut dikenal dengan nama Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (EYD). Ejaan itu merupakan hasil yang dicapai oleh
kerja panitia ejaan bahasa Indonesia yang telah dibentuk pada tahun
1966. Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan ini merupakan
penyederhanaan serta penyempurnaan Ejaan Suwandi atau Ejaan
Republik yang dipakai sejak Maret 1947.

Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam EYD, yakni


seperti di bawah ini.
a. Perubahan Huruf
 djika = jika
 tjakap = cakap
 njata = nyata
 sjarat = syarat
 achir = akhir
 supaja = supaya
b. Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing
diresmikan pemakaiannya. Misalnya:
 khilaf
 fisik
 valuta
 universitas
 zakat
 khazanah
c. Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan
tetap digunakan, misalnya pada kata Furqan, dan xenon.
d. Penulisan di- sebagai awalan dibedakan dengan di- yang merupakan
kata depan. Sebagai awalan, di- ditulis sering kali dengan unsur yang
menyertainya, sedangkan di- sebagai kata depan ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya. Contoh:
Awalan
 dicuci
 dibelikan

11
 dicium
 dilatar belakangi
Kata depan
 di kantor
 di sekolah
 di samping
 di tanah
e. Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya.
Angka dua tidak digunakan sebagai penanda perulangan. Misalnya:
 anak-anak, bukan anak2
 bersalam-salaman, bukan bersalam2an

6. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)

Zaman terus berubah, teknologi terus berkembang, dan bahasa


pun terns menyesuaikan perubahan. Masyarakat yang kritis terns
mendesak Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa untuk segera
merevisi pedoman EYD sehingga muncul PU EBI sebagai bentuk
jawaban atas kritikan yang diterima.

Selanjutnya EYD berubah menjadi EBI (Ejaan Bahasa Indonesia)


sebagai pedoman umum sejak akhir 2015 silam. Perubahan yang
dilakukan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia
ini, berlandaskan Peraturan Menteri dan Kebudayaan Rl Nomor 50
Tahun 2015.

Dalam perihal ini, EBI dibangun atas bawah EYD lebih dahulu,
cuma saja pada EBI ada penambahan- penambahan ketentuan dalam
penyusunan. Perbandingan Ejaan Bahasa Indonesia dengan Ejaan yang
Disempurnakan yang bisa dilihat seperti berikut:

12
1) Penambahan huruf vokal diftong. Pada EYD, huruf diftong hanya
tiga yaitu ai, au, dan oi, sedangkan pada EBI, huruf diftong ditambah
satu, yaitu ei (misalnya pada kata geiser dan survei).
2) Penggunaan huruf kapital. Pada EYD tidak diatur bahwa huruf
kapital digunakan untuk menulis unsur julukan, sedangkan dalam
EBI, unsur julukan diatur dan ditulis dengan awal huruf kapital.
3) Penggunaan huruf tebal. Dalam EYD, fungsi huruf tebal ada tiga,
yaitu menuliskan judul buku, bab, dan semacamnya, mengkhususkan
huruf, serta menulis lema atau sublema dalam kamus. Dalam EBI,
fungsi ketiga dihapus.

Bermacam upaya dicoba buat melindungi eksistensi bahasa


Indonesia jadi bahasa nasional. Upaya pemerintah serta para tokoh
bahasa yang mempunyai komitmen terhadap pelestarian bahasa
Indonesia mengadakan kongres-kongres dalam rangka mangulas
pertumbuhan bahasa Indonesia, Pertemuan yang teratur dilaksanakan
ini diberi nama kongres bahasa Indonesia. Keberlngsungan Kongres-
kongres tersebut sangatlah berarti untuk proses pertumbuhan bahasa
Indonesia.

Oleh sebab dengan terdapatnya kongres bahasa Indonesia, muatan


dari bahasa Indonesia jadi lebih komprehensif serta di sesuaikan dengan
pertumbuhan zaman. Berikut ini kongres bahasa Indonesia yang telah
dilaksanakan:

Kongres Bahasa Indonesia I (Awal): Kongres bahasa Indonesia yang


awal dilaksanakan pada pada 25- 28 Juni tahun 1938 di kota Solo,
Jawa Tengah. Kongres awal ini menciptakan kesepakatan serta
kesepahaman ialah urgensi dari usaha pembinaan serta pengembangan
bahasa Indonesia sudah dicoba secara sadar oleh para cendikiawan serta
budayawan Indonesia pada waktu itu. Hingga pada kesimpulannya pada
18 Agustus 1945 disahkannya Undang-Undang Dasar1945, pada Pasal

13
36 menetapkan bahasa Indonesia selaku bahasa negeri. Diresmikannya
pemakaian Ejaan Republik selaku pengganti Ejaan van Ophuijsen yang
berlaku lebih dahulu, peresmian ini terjalin pada bertepatan pada 19
Maret 1947.

Kongres Bahasa Indonesia II: Kongres bahasa Indonesia yang kedua


dilaksanakan di Kota Medan, Sumatra Utara, pada 28 Oktober- 1
November 1954. Kongres bahasa Indonesia ini ialah suatu perwujudan
tekad yang kokoh dari bangsa Indonesia untuk terus serta terus
menyempurnakan bahasa Indonesia yang dijadikan kebanggaan untuk
bangsa Indonesia. Presiden H. M. Soeharto yang waktu itu berprofesi
selaku Presiden Republik Indonesia pada 16 Agustus 1972, meresmikan
pemakaian Ejaan yang Disempurnakan( EYD) lewat fasilitas pidato
kenegaraan pada persidangan DPR yang dikokohkan dengan
terdapatnya Keputusan Presiden Nomor. 57 Tahun 1972. Mentri
Pembelajaran serta Kebudayaan pada 31 Agustus 1972, menetapkan
Pedoman umum Bahasa Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
serta Pedoman umum Pembuatan istilah resmi berlaku di segala daerah
Indonesia( wawasan Nusantara).

Kongres Bahasa Indonesia III: Kongres bahasa Indonesia ketiga


dilaksanakan di ibu kota Jakarta, pada 28 Oktober - 2 November 1978.
Simpulan pada kongres bahasa yang ketiga ini adalah memperingati
Sumpah Pemuda yang ke-50 yang memperlihatkan kemajuan,
pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928
dan berusaha terns untuk memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa
Indonesia

Kongres Bahasa Indonesia IV: Kongres bahasa Indonesia keempat


dilaksanakan pada tanggal 21-26 November 1983 di Jakarta. Pada
pelaksanaan kongres bahasa Indonesia ke empat bertepatan dengan hari
Sumpah Pemuda yang ke-55 yang menghasilkan kesepakatan bahwa

14
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih
ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam GBHN, yang
mewajibkan kepada seluruh warga negara Indonesia untuk
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar tercapai seoptimal
mungkin.

Kongres Bahasa Indonesia V: Kongres bahasa Indonesia yang kelima


dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober-3 November 1988 di Jakarta..
Pada kongres bahasa Indonesia kelima ini, menghasilkan karya
monumental yaitu sebuah Kamus Besar Bahasa Indonesia serta Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia.

Kongres Bahasa Indonesia VI: Kongres bahasa Indonesia yang


keenam dilaksanakan di Jakarta, yakni pada 28 Oktober - 2 November
1993 sebanyak 770 peserta dari Indonesia untuk menghadiri konggres
bahasa keenam ini. Dalam hal ini dari berbagai negara juga ikut serta
sebagai tamu sebanyak 53 peserta, yakni dari negara Brunai Darusalam,
Australia, Jepang, Rusia, Hongkong, India, Jerman, Singapura,
Amerika Serikat, dan Korea Selatan. Kesimpulan dan hasil dari kongres
ini adalah pengusulan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Indonesia ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia,
di samping mengusulkan disusunnya Undang- Undang Bahasa
Indonesia.

Kongres Bahasa Indonesia VII: Kongres bahasa Indonesia ketujuh


dilaksanakan pada tanggal 26-30 Oktober 1998 di Jakarta. kesepakatan
yang dihasilkan dari kongres bahasa Indonesia ke tujuh yaitu
mengusulkan untuk membentuk Badan Pertimbangan Bahasa Indonesia

Kongres Bahasa Indonesia VIII: Kongres bahasa Indonesia kedelapan


diselenggarakan pada tanggal 14-17 Oktober 2003 di Jakarta. Pada
kongres bahasa Indonesia ke tujuh ini menghasilkan kesepakatan agar
bulan Oktober untuk dijadikan sebagai bulan bahasa. Kegiatan yang

15
dilakukan pada bulan bahasa ini adalah berlangsungnya seminar bahasa
Indonesia di berbagai lembaga yang memperhatikan bahasa Indonesia.

Kongres Bahasa Indonesia IX: Kongres bahasa Indonesia kesembilan


diselenggarakan pada tanggal 28 Oktober-1 November 2008 di Jakarta.
Kongres bahasa Indonesia ke lima membahas lima hal utama, yaitu
bahasa Indonesia, bahasa daerah, penggunaan bahasa asing, pengajaran
bahasa dan sastra, serta bahasa media massa. Kongres bahasa ini
berskala internasional sehingga menghadirkan pembicara-pembicara
dari dalam dan luar negeri. ahli bahasa dan sastra yang selama ini telah
melakukan penelitian serta mengembangkan bahasa Indonesia di luar
negeri diberikan kesempatan untuk memaparkan pandangannya dalam
Kongres Bahasa Indonesia IX ini.

Kongres Bahasa Indonesia X: Kongres bahasa Indonesia yang


kesepuluh dilaksanakan pada tanggal 28-31 Oktober 2013 di Jakarta.
Hasil kesepakatan dari kongres bahasa Indonesia ke sepuluh ini
merekomendasikan yaitu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Mendikbud), merekomendasikan hal-hal yang perlu dilakukan
pemerintah.

D. Kedudukan Bahasa Indonesia


Kedudukan diartikan sebagai status relatif bahasa sebagai sistem
lambang nilai budaya yang dirumuskan atas dasar nilai sosial bahasa yang
bersangkutan. Sedangkan fungsi adalah nilai pemakaian bahasa yang
dirumuskan sebagai tugas pemakaian bahasa itu dalam kedudukan yang
diberikan kepadanya. Bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan utama,
yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Sebagai bahasa nasional,
bahasa Indonesia memiliki fungsi untuk mempererat hubungan antarsuku
di Indonesia. Fungsi ini, sebelumnya, sudah disebutkan di poin ketiga ikrar

16
Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi “Kami putra dan putri Indonesia
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara disahkan


sehari setelah kemerdekaan RI disampaikan atau seiring dengan
diberlakukannya Undang-Undang Dasar 1945. Bab XV Pasal 36 dalam
UUD 1945 menegaskan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia.
Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia juga berfungsi sebagai bahasa
dalam penyelenggaraan administrasi negara. Bahasa Indonesia mempuyai
kedudukan sangat penting, seperti tercantum pada ikrar ketiga Sumpah
Pemuda 1928 yang berbunyi “kami putra dan putri Indonesia menjunjung
bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Ini menyatakan bahwa bahasa
Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional dan kedudukannya
berada diatas bahasa-bahasa daerah.

Selain itu, di dalam Undang-Undang Dasar 1945 tercantum pasal


khusus (Bab XV, Pasal 36) mengenai kedudukan bahasa Indonesia yang
menyatakan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia. Dengan istilah
lain, ada dua macam kedudukan bahasa Indonesia. Pertama, bahasa
Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional yang sesuai dengan
sumpah pemuda 1928, kedua, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
bahasa negara yang sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sampai saat ini, bahasa
Indonesia merupakan bahasa yang hidup yang terus berkembang dengan
pengayaan kosakata baru, baik melalui penciptaan maupun melalui
penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing. Pada abad keM5
berkembang bentuk yang dianggap sebagai bentuk resmi bahasa Melayu
karena dipakai oleh Kesultanan Malaka, yang kelak disebut sebagai bahasa
Melayu Tinggi.
Pada zaman penjajahan Belanda pada awal abad - 20, pemerintah
kolonial Belanda ingin menggunakan bahasa Melayu untuk mempermudah
komunikasi dengan berpatokan pada bahasa Melayu Tinggi yang sudah
mempunyai kitab - kitab rujukan. Pada 16 Juni 1927 dalam sidang
Volksraad (Rapat Dewan Rakyat), Jahja Datoek Kajo pertama kalinya
menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya. Di sinilah bahasa
Indonesia mulai berkembang. Bahasa Indonesia secara resmi diakui
sebagai "bahasa persatuan bangsa" pada saat Sumpah Pemuda.
Pada 18 Agustus 1945, sehari setelah kemerdekaan,
ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945. Pada Bab XV, Pasal 36,
ditetapkan secara sah bahwa bahasa Indonesia ialah bahasa negara.
Selanjutnya, sehubungan dengan perkembangan ejaan, setelah bahasa
Melayu ditetapkan menjadi bahasa Indonesia, yakni muncul Ejaan
Republik, Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo, Ejaan LBK, Ejaan yang
disempurnakan, dan EBI.

B. Saran
Dengan segala kerendahan hati, kami merasakan tulisan ini sangat
sederhana dan jauh dari sempurna. Saran, kritik yang konstuktif sangat

18
diperlukan demi kesempurnaan tulisan ini. Demikian pula, perlu
penyempurnaan di sana – sini agar tulisan ini menjadi lebih lengkap dan
lebih bermanfaat bagi pembaca dan pecinta bahasa Indonesia.

19
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Ade Suryani, Anis Syafa Wani, and Edi Syahputra. "Sejarah
Perkembangan Bahasa Indonesia." Jurnal Multidisiplin Dehasen (MUDE) 1.3
(2022): 197-202.

Pramuki, B. Esti. "Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia." (2014).

Repelita, Tridays. "SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA


(Ditinjau dari Prespektif Sejarah Bangsa Indonesia)." Jurnal Artefak 5.1 (2018):
45-48.

Mijianti, Yerry. "Penyempurnaan Ejaan Bahasa Indonesia." BELAJAR BAHASA:


Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 3.1
(2018).

20

Anda mungkin juga menyukai