Penulis
DAFTAR ISI
TEMA 1
TEMA 2
TEMA 3
TEMA I
SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA
TEMA II
SIKAP PEMAKAI BAHASA INDONESIA
Sosiolinguistik menempatkan bahasa sebagai bagian dari sistem komunikasi
serta merupakan bagian dari masyarakat dan kebudayaan tertentu. Pemakaian bahasa
adalah bentuk interaksi sosial yang terjadi di dalam berbagai situasi. Interaksi sosial
tersebut akan hidup berkat adanya aktivitas bicara pada anggota pemakai bahasa.
Aktivitas bicara itu akan lebih berhasil apabila didukung oleh alat-alat dan faktor lain
yang turut menentukannya, antara lain faktor situasi. Sikap berbahasa dan perilaku
berbahasa merupakan dua hal yang erat hubungannya yang dapat menentukan pilihan
bahasa.
Pada dasarnya seseorang bebas memilih bahasa dan bebas pula menggunakan
bahasa itu. Kebebasan ini merupakan bagian tertentu dari hak asasi manusia. Namun
harus tetap menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Karena bahasa
Indonesia merupakan bahasa yang sudah disahkan oleh NKRI, sehari setelah proklamasi
kemerdekaan sebagai alat pemersatu bangsa. Dimana disebutkan pada isi Sumpah
Pemuda yaitu “ Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa
Indonesia.”
Namun di era globalisasi seperti saat ini banyak pengaruh kebudayaan luar
yang masuk ke Indonesia dan banyaknya konsep kosa kata asing yang menjadi bahasa
rutin dikalangan anak muda. Semua hal itu sebaiknya dijadikan sebagai proses menuju
pengungkapan jati diri sistem bahasa Indonesia. Di indonesia sekarang banyak muncul
bahasa yang hanya digunakan oleh kelompok atau kalangan tertentu tidak dapat
dihindarkan, yaitu bahasa gaul. Semua fenomena sikap dan perilaku serta variasi
berbahasa seperti bahasa gaul tersebut memberikan banyak sekali ruang dan peluang
bagi para pemerhati bahasa lebih-lebih peneliti bahasa untuk dapat mengkaji lebih jauh
mengenai aspek bahasa dalam tinjauan sosiolinguistik.
Sikap bahasa merupakan anggapan atau pandangan seseorang terhadap suatu
bahasa, baik itu senang maupun tidak senang terhadap bahasa. Selain itu, sikap
merupakan suatu peristiwa kejiwaan dalam bentuk tindakan atau perilaku yang tidak
dapat diamati secara langsung. Jadi sikap bahasa adalah posisi mental atau perasaan
terhadap bahasa sendiri atau bahasa orang lain. Sikap bahasa dapat diamati melalui
perlaku berbahasa atau perilaku tutur seseorang.
Sikap pemakai bahasa ada 2 jenis yaitu, sikap positif dan sikap negatif. Sikap
positif bahasa adalah penggunaan bahasa sesuai dengan kaidah bahasa dan sesuai
dengan situasi kebahasaan, seperti halnya bangga menggunakan bahasa Indonesia,
menghargai bahasa Indonesia, dan peduli terhadap bahasa Indonesia. Sedangkan sikap
negatif bahasa adalah sikap tak acuh, tidak menghargai dan tidak perduli terhadap
bahasa Indonesia.
Pada dasarnya dalam berbicara kita harus bersikap yang baik dan positif, apalagi
jika lawan bicara kita itu lebih tua dari kita sehingga kita harus berbicara dan bersikap
yang baik karena dari bersikap yang positif dalam berinteraksi terhadap masyarakat kita
akan mendapat manfaat yang baik pula. Manfaat yang kita dapat bisa berupa pengakuan
yang baik dari masyarakat, seperti dianggap sopan dan berbudi pekerti yang baik dimata
masyarakat dan lingkungan sekitar. Sedangkan jika seseorang memiliki sikap negatif
dalam bersikap saat berbicara dan berinteraksi kepada masyarakat maka orang itu
dianggap orang yang tidak memiliki budi pekerti yang baik dan luhur.
Di era globalisasi seperti saat ini, bahasa dikalangan anak muda pada saat
memulai pergaulan tidak lagi menggunakan bahasa Indonesia yang biasa, namun ada
trend dan bahasa sendiri yang menjadi bahasa pergaulan mereka yang disebut “Bahasa
Gaul’. Bahasa gaul ini bahkan menjadi bahasa wajib saat berbicara dan berinteraksi di
dalam pergaulan mereka. Bahasa gaul sebenernya sudah ada sejak tahun 1970-an.
Awalnya istilah –istilah dalam bahasa gaul itu untuk merahasiakan isi obrolan dalam
komunitas tertentu, tetapi karena sering juga digunakan di luar komunitasnya, lama-
lama istilah-istilah tersebut jadi bahasa sehari-hari. Komunitas yang menciptakan
bahasa ini adalah para preman yang bertujuan untuk menyamarkan apa yang mereka
bicarakan agar tidak terlacak oleh orang lain, terutama polisi. Bahasa mereka disebut
dengan bahasa prokem. Kata prokem sendiri merupakan bentukan dari kata preman
kemudian menjadi koprem dan terakhir menjadi prokem. Bentukan-bentukan kata
dalam bahasa prokem pun tidak jauh berbeda dengan istilah aslinya,seperti:
1. Bokap => yang merupakan pengganti dari kata bapak atau ayah.
Biasanya pembentukannya adalah dengan cara dibalik pembacaannya atau ditambahi
huruf di akhir kata. Kata bokap adalah contoh kata yang pembentukannya dengan cara
terbalik, sedangkan pembentukan kata dalam bahasa prokem yang dengan cara
menambahkan ko di awal kata, contohnya adalah kata mokat yang berarti mati
pembentukannya adalah mati-(ko+mat)-mokat. Selain para preman yang menggunakan
bahasa-bahasa rahasia ini, para waria juga menggunakannya untuk berkomunikasi
bersama sesama waria. Bentukan katanya pun berbeda dengan bahasa yang diciptakan
preman. Bahasa waria ini disebut bahasa bencong.
Dalam perkembangannya justru remaja-remaja inilah yang lebih bayak
menggunakan bahasa gaul untuk digunakan dalam percakapan sehari-hari bersama
teman-temannya. Remaja memiliki peran yang besar dalam perkembangan bahasa gaul
ini karena saat remaja adalah saat dimana aspek kognitif berkembang pesat. Mereka
menyukai penggunaan metafora, ironi dan bermain dengan kata-kata untuk
mengekspresikan pendapat mereka. Terkadang mereka menciptakan ungkapan-
ungkapan baru yang sifatnya tidak baku. Bahasa seperti inilah yang kemudian banyak
dikenal dengan istilah bahasa gaul. Bahasa gaul ini merupakan ciri dari perkembangan
psikososial remaja. Hal yang dominan terjadi pada tahapan ini adalah pencarian dan
pembentukan identitas. Bahasa gaul itu seperti:
1. Elo yang artinya kamu
2. Gue yang artinya aku
3. OMG
4. Plis dehh
Dampak negatif dari bahasa gaul yaitu dapat mengancam bahasa persatuan yaitu
bahasa Indonesia sendiri. Kaum muda menghianati sumpah pemuda yang didalamnya
tetulis tentang bahasa pemersatu bangsa yaitu bahasa Indonesia. Dampak positif dari
bahasa gaul yaitu kita dapat menikmati tiap perubahan atau inovasi bahasa yang
muncul. Asalkan digunakan pada situasi yang tepat, media yang tepat dan komunikan
yang tepat juga.
Sikap bahasa adalah posisi mental atau perasaan terhadap bahasa sendiri atau
bahasa orang lain. Sikap bahasa dapat diamati melalui perilaku berbahasa atau perilaku
tutur seseorang. Sikap pemakai bahasa ada 2 jenis yaitu, sikap positif dan sikap negatif.
Sikap positif bahasa adalah penggunaan bahasa sesuai dengan kaidah bahasa dan sesuai
dengan situasi kebahasaan, sedangkan sikap negatif bahasa adalah sikap tak acuh, tidak
menghargai dan tidak perduli terhadap bahasa Indonesia. Jadi sikap positif berbahasa
adalah selalu merasa bangga menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar,
setia menggunakan bahasa Indonesia, dan bertanggung jawab dalam menggunakan
bahasa Indonesia sesuai kaidah dan konteks berkomunikasi. Sikap negative berbahasa
adalah menganggap bahasa Indonesia mudah, adanya anggapan bahasa Indonesia ada
secara alami, dan menganggap bahasa Indonesia lebih rendah daripada bahasa asing.
TEMA III
BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR
Istilah bahasa baku telah dikenal oleh masyarakat secara luas. Namun pengenalan
istilah tidak menjamin bahwa mereka memahami secara komprehensif konsep dan
makna istilah bahasa baku itu. Hal ini terbukti bahwa masih banyak orang atau
masyarakat berpendapat bahasa baku sama dengan bahasa yang baik dan benar. Kita
berusaha agar dalam situasi resmi kita harus berbahasa yang baku. Begitu juga dalam
situasi yang tidak resmi kita berusaha menggunakan bahasa yang baku. Pergunakanlah
bahasa Indonesia dengan baik dan benar tampaknya mudah diucapkan, namun
maknanya tidak jelas. Slogan itu hanyalah suatu retorika yang tidak berwujud nyata
sebab masih diartikan bahwa di segala tempat kita harus menggunakan bahasa baku.
Atau mereka masih selalu dipengaruhi oleh bahasa daerahnya jika mereka berbahasa
Indonesia secara lisan. Terakhir dibahas tentang ciri-ciri bahasa baku dan bahasa
nonbaku, serta berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Benar Salah
C. Kesalahan ejaan
Kesalahan ejaan berpengaruh terhadap kalimat efektif, bukan hanya memperkecil
kualitas kalimat melainkan juga dapat mengakibatkan kesalahan kalimat. Oleh karena
itu, penggunaan ejaan perlu diperhatikan dalam keseluruhan penulisan.
Jenis kesalahan ejaan:
1. Penggunaan huruf kapital, huruf kecil, huruf miring, dan huruf tebal,
2. Pemenggalan kata,
3. Penulisan kata baku,
4. Penulisan unsur serapan,
5. Penulisan kata asing tidak dicetak miring,
6. Penggunaan tanda baca: titik, koma, tanda petik, titik dua, titik koma, tanda
petik satu(‘…’), tanda penyingkatan (‘…), dan lain-lain
7. Penulisan kalimat atau paragraf: induk kalimat dan anak kalimat,kutipan
langsung, kutipan tidak langsung,
8. Penulisan keterangan tambahan, penulisan aposisi
9. Penulisan judul buku, judul makalah, skripsi, disertai, tesis, surat kabar, majalah,
jurnal,
10. Penulisan judul bab, subbab, bagian, subbagian, dan
11. Penulisan: daftar pustaka dalam teks dan catatan.
Menurut penulis penggunaan bahasa baku didalam masyarakat masih sangat
jarang digunakan apalagi oleh anak-anak remaja sekarang. Mereka cenderung memilih
bahasa gaul dari pada bahasa baku, alasannya mereka tidak terbiasa menggunakan
bahasa baku. Bahkan yang lebih miris mereka berbicara kepada orang yang lebih tuapun
menggunakan bahasa yang gaul bahkan kepada orang tuanya sendiri.
Kesalahan berbahasa tidak sama dengan kekeliruan berbahasa. Keduanya
memang merupakan pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang menyimpang. Kesalahan
berbahasa terjadi secara sistematis kerena belum dikuasainya sistem kaidah bahasa yang
bersangkutan. Kekeliruan berbahasa tidak terjadi secara sistematis, bukan terjadi karena
belum dikuasainya sistem kaidah bahasa yang bersangkutan, melainkan karena
kegagalan merealisasikan sistem kaidah bahasa yang sebenarnya sudah dikuasai.
Kekeliruan pada umumnya disebabkan oleh faktor performansi. Keterbatasan
dalam mengingat sesuatu atau kelupaan menyebabkan kekeliruan dalam bunyi bahasa,
kata, urutan kata, tekanan kata, atau kalimat, dsb. Kekeliruan ini bersifat acak, artinya
dapat terjadi pada berbagai tataran linguistik. Kekeliruan biasanya dapat diperbaiki
sendiri oleh siswa bila yang bersangkutan, lebih mawas diri, lebih sadar atau
memusatkan perhatian. Siswa sebenarnya telah mengetahui sistem linguistik bahasa
yang digunakan, tetapi karena suatu hal dia lupa akan sistem tersebut. Kelupaan itu
biasanya tidak lama.
Sebaliknya, kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi, artinya siswa
memang belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannya. Kesalahan
biasanya terjadi secara konsisten dan sistematis. Kesalahan itu dapat berlangsung lama
apabila tidak diperbaiki. Perbaikan biasanya dilakukan oleh guru, misalnya melalui
remedial, latihan, praktik, dan sebagainya. Sering dikatakan bahwa kesalahan
merupakan gambaran terhadap pemahaman siswa akan sistem bahasa yang sedang
dipelajari olehnya. Bila tahap pemahaman siswa tentang sistem bahasa yang sedang
dipelajari olehnya ternyata kurang, kesalahan berbahasa tentu sering terjadi. Penjelasan
terkait kesalahan ejaan akan lebih spesifik dan mendalam dibahas pada bab khusus
ejaan (PUEBI). Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar adalah menggunakan
bahasa Indonesia yang memenuhi norma baik dan benar bahasa Indonesia. Norma yang
dimaksud adalah “ketentuan” bahasa Indonesia, misalnya tata bahasa, ejaan, kalimat,
dan sebagainya. Kata yang dipakai dalam Bahasa Indonesia adalah kata yang tepat dan
serasi serta baku. Kata yang tepat dan serasi merupakan kata yang sesuai dengan
gagasan atau maksud penutur atau sesuai dengan arti sesungguhnya dan sesuai dengan
situasi pembicaraan.
TEMA IV
KALIMAT DAN JENIS-JENISNYA
Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa yang mengandung pikiran lengkap. Sebuah
kalimat paling kurang mengandung subjek dan predikat. Kalimat dalam wujud lisan
diucapkan dengan suara naik turun, keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan
intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital
dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!).
Susilo (1990:2) mengemukakan lima ciri kalimat bahasa Indonesia ialah:
bermakna, bersistem urutan frase, dapat berdiri sendiri dalam hubungannya dengan
kalimat yang lain, berjeda dan berhenti dengan berakhirnya intonasi. Namun hal itu
belum menjamin bahwa kalimat itu ialah kalimat bahasa Indonesia baku.
Contoh kalimat:
di tempat itu dijadidkan tempat pertemuan bagi pihak yang berdamai di Poso.
Kalimat ini bukanlah kalimat baku meskipun memiliki kelima ciri kalimat
diatas. Hal itu karena tidak terlihat unsur subjek di dalam kalimat tersebut. Ciri kalimat
baku menurut Susilo (1990:4), yaitu: gramatikal, masuk akal, bebas dari unsur mubazir,
bebas dari kontaminasi, bebas dari interfensi, sesuai dengan ejaan yang berlaku dan
sesuai dengan lafal bahasa Indonesia.
Pengertian SPOK
Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur
kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat
antara lain SPOK:
a. Subjek (S)
Subjek atau pokok kalimat merupakan unsur utama kalimat. Subjek
menentukan kejelasan makna kalimat. Penempatan subjek yang tidak tepat,
dapat mengaburkan makna kalimat. Keberadaan subjek dalam kalimat berfungsi:
1) membentuk kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal, dan kalimat majemuk,
2) memperjelas makna,
3) menjadi pokok pikiran,
4) menegaskan makna,
5) memperjelas pikiran ungkapan, dan
6) membentuk kesatuan pikiran.
Ciri-ciri subjek:
1. jawaban apa atau siapa
2. didahului kata bahwa
3. berupa kata atau frasa benda (nomina)
4. disertai dengan kata ini atau itu
5. disertai pewatas yang
6. kata sifat didahului kata si atau sang: si cantik, si hitam, sang perkasa
7. tidak didahului preposisi: di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dari, menurut,
berdasarkan, dan lain-lain.
8. tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat dengan kata bukan.
Contoh Subjek :
Jawaban atas pertanyaan Apa atau Siapa kepada Predikat.
1. Sidi memelihara burung Beo.
2. Siapa memelihara? Jawab:Sidi. (maka Sidi adalah Subjek (S))
3. Lukisan itu dibeli oleh kakek. Apa dibeli? = jawab Meja
4. Biasanya disertai kata itu, ini, dan yang (yang, ini, dan itu juga
sebagai pembatas antara subyek dan predikat).
5. Anak itu membawa bukuku
S P
b. Predikat (P)
Predikat adalah bagian yang memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri
sendiri atau subjek itu. Memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri
tentulah menyatakan apa yang dikerjakan atau dalam keadaan apakah subjek itu. Oleh
karena itu, biasanya predikat terjadi dari kata kerja atau kata keadaan. Kita selalu dapat
bertanya dengan memakai kata tanya mengapa, artinya dalam keadaan apa, bagaimana,
atau mengerjakan apa.
Ciri-ciri predikat:
1. jawaban mengapa, bagaimana
2. dapat diingkarkan dengan tidak atau bukan
3. dapat didahului keterangan aspek: akan, seudah, sedang, selalu, hamper
4. dapat didahului keterangan modalitas: sebaiknya, seharusnya, seyogyanya,
mesti, selayaknya, dan lain-lain
5. tidak didahului kata yang, jika didahului yang predikat berubah fungsi menjadi
perluasan subjek
6. didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni
7. predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat atau bilangan.
Jenis Keterangan
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.
1. Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang
berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang,
kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian
kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu
depan. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang
menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
2. Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh
preposisi, seperti di, pada, dan dalam.
3. Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang
menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan perulangan
adjektiva. Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh kata dengan atau secara.
Terakhir, keterangan cara yang berupa anak kalimat ditandai oleh kata dengan dan
dalam.
4. Keterangan Sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa
frasa ditandai oleh kata karena atau lantaran yang diikuti oleh nomina atau frasa
nomina. Keterangan sebab yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor karena
atau lantaran.
5. Keterangan Tujuan
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa
frasa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa
anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk.
6. Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek.
Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (--), atau tanda kurang.
Perhatikan contoh berikut :
• Dosen saya, Pak Sidi, terpilih sebagai dosen teladan.
7. Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi
berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang
diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang
diterangkan.Seperti contoh berikut.
Siswanto, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.
Keterangan tambahan itu tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan
yaitu kata Siswanto.
8. Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat,
objek, keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan,
keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan. Contohnya sebagai berikut.
Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.
Contoh diatas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang mendapat beasiswa,
melainkan hanya mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih.
Pelengkap (Pel)
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam
kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang
menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap:
1) Di belakang predikat
2) Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang
predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek.
Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
Gede mengirimi saya buku baru.
Mereka membelikan adiknya sepeda baru
3) Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan
tidak mendahului predikat.
4) Hasil jawaban dari predikat dengan pertanyaan apa. Contoh:
a. Perempuan itu bersenjatakan parang.
Kata parang adalah pelengkap.
Bersenjatakan apa? jawab parang (maka parang sebagai pelengkap)
b. Aditya membaca buku.
Membaca apa? jawab buku (buku sebagai obyek karena dapat
menempati subjek)
Kalimat majemuk
Kalimat yang terdiri dari beberapa kalimat dasar. Struktur kalimat majemuk
terdiri dari dua atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan baik secara
kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas 3 jenis:
1. Kalimat Majemuk Setara (KMS)
Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang terdiri dari 2 atau lebih
kalimat tunggal, dan kedudukan tiap kalimat tunggal itu ialah setara baik secara
struktur maupun makna kalimat itu.
Struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya dua kalimat dasar dan
masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal. Contoh: Saya makan; dia
minum. Kalimat tersebut terdiri dari dua kalimat dasar yaitu a) Saya makan dan b) Dia
minum. Jika kalimat a) ditiadakan, kalimat b) masih dapat berdiri sendiri dan tidak
tergantung baik dari segi struktur maupun makna kalimat. Demikian juga, jika kalimat
dasar b) ditiadakan, kalimat dasar b) masih dapat berdiri sendiri sebagai kalimat
tunggal. Kedua kalimat tersebut memiliki kedudukan yang sama di dalam kalimat
majemuk setara.
Hubungan kedua kalimat dasar dalam kalimat majemuk setara tersebut tidak
tampak jelas karena tidak digunakan konjungsi di antara kedua kalimat dasar tersebut.
Hubungan yang paling dekat dengan makna kalimat majemuk setara tersebut adalah
hubungan urutan peristiwa. Konjungsi yang cocok adalah lalu, lantas, terus, atau
kemudian. 1a) Saya makan lalu dia minum.
Jika konjungsi kalimat itu diganti dengan kata tetapi, hubungan kedua kalimat
tersebut akan berubah. Hubungan kalimat yang semula hubungan urutan peristiwa akan
berubah menjadi hubungan pertentangan. 1b) Saya makan, tetapi dia minum.
Jadi, konjungsi mempunyai peranan yang penting dalam kalimat majemuk.
Peranan konjungsi adalah menyatakan hugungan antarkalimat dasar di dalam kalimat
majemuk. Kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan kedalam beberapa bagian,
yaitu:
Kalimat majemuk setara penggabungan ialah jenis kalimat yang dapat
diidentifikasi dengan adanya kalimat yang dihubungkan dengan kata “dan” atau
“serta”. Contoh: "Gede menulis surat itu dan Kinta yang mengirimnya ke kantor
pos.", "Mahasiswa Seni Rupa membuat karya lukis itu serta memajangnya di
pameran."
Kalimat majemuk setara pertentangan ialah jenis kalimat majemuk yang
dihubungkan dengan kata “tetapi”, “sedangkan”, “melainkan”, “namun”.
Contoh: "Anak itu rajin mengikuti protokol keshatan, tetapi positif terkena
virus.", "Geg Ayu memasak di dapur, sedangkan saya membantu membersihkan
rumah.", " Karya patung itu bukan dibuat adiknya melainkan kakaknya", "Dia
tidak membuat makanan itu namun hanya menyiapkannya untuk para tamu."
Kalimat majemuk setara pemilihan ialah jenis kalimat majemuk yang didalam
kalimatnya dihubungkan dengan kata “atau”. Contoh" "Yoga bingung memilih
antara polisi atau tentara."
Kalimat majemuk setara penguatan ialah jenis kalimat yang mengalami
penguatan dengan menambahkan kata “bahkan”. Contoh: "Sidi tidak hanya
pandai bermain alat musik bahkan pandai bernyanyi."
- Si Kinta pergi
b) Kalimat tak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna. Kalimat dengan bentuk
tidak sempurna kadang hanya berupa sebuah subjek saja, atau sebuah predikat,
bahkan ada yang hanya berupa objeknya saja atau keterangannya saja. Kalimat
tidak lengkap ini sering dipakai untuk kalimat semboyan, salam, perintah,
pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan, dan kekaguman.
Contoh :
- Jangan dilempar!
- Astaga, indahnya!
- Silakan masuk!
- Kapan menikah?
Kalimat Aktif Intransitif adalah kalimat yang tidak berobjek dan mempunyai tiga
unsur wajib, yakni subjek, predikat, dan objek. Predikat pada kalimat ini biasanya
berawalan “ber-“. Kalimat ini tidak dapat diubah menjadi kalimat pasif.
Contoh:
Kami berjaga di luar rumah.
Ketut berteriak dari dalam kamar mayat.
Kalimat Semi Transitif adalah jenis kalimat yang tidak dapat diubah ke dalam
bentuk pasif, hal itu dikarenakan adanya unsur pelengkap bukannya objek. Ciri-
cirinya berupa adanya subjek, predikat, pelengkap, dan tanpa atau dengan
keterangan.
Contoh:
- Tata tertib ini berdasarkan keputusan bersama.
S P Pel
- Dia menjadi ketua BEM UPMI.
S P Pel
Pengembangan Paragraf
Pengembangan paragraf sangat berkaitan erat dengan posisi kalimat topik karena
kalimat topiklah yang mengandung inti permasalahan atau ide utama paragraf.
Pengembangan paragraf deduktif, misalnya yang menempatkan ide/gagasan utama pada
awal paragraf, pasti berbeda dengan pengembangan paragraf induktif yang merupakan
kebalikan dari paragraf deduktif. Demikian juga dengan tipe paragraf yang lainnya.
Selain kalimat topik, pengembangan paragraf berhubungan pula dengan fungsi
paragraf yang akan dikembangkan: sebagai paragraf pembuka, paragraf pengembang,
atau paragraf penutup. Fungsi tersebut akan memengaruhi pemilihan metode
pengembangan karena misi ketiga paragraf tersebut dalam karangan saling berbeda.
Metode pengembangan paragraf akan bergantung pada sifat informasi yang akan
disampaikan, yaitu: persuasif, argumentatif, naratif, deskriptif, dan eksposisi. Metode
tersebut sudah pasti digunakan untuk mengembangkan alinea argumentatif, misalnya
akan berbeda dengan naratif.
Setelah mempertimbangkan faktor tersebut barulah kita memilih salah satu
metode pengembangan paragraf yang dianggap paling tepat dan efektif. Diantara
banyak metode pengembangan paragraf yang terdapat di dalam buku – buku komposisi,
di sini diangkat enam metode yang umum dipakai untuk mengembangkan alinea dalam
penulisan karangan. Metode yang dimaksud adalah : metode definisi, metode contoh,
metode sebab-akibat, metode umum-khusus, dan metode klasifikasi. Di dalam
mengarang, keenam metode pengembangan paragraf tersebut dapat dipakai silih
berganti sesuai dengan keperluan mengarang si penulisnya.
Metode Definisi
Definisi adalah usaha penulis untuk menerangkan pengertian/konsep istilah
tertentu. Untuk dapat merumuskan definisi yang jelas, penulis hendaknya
memperhatikan klasifikasi konsep dan penentuan ciri khas konsep tersebut. Satu
hal yang perlu diingat dalam membuat definisi, kita tidak boleh mengulang kata
atau istilah yang kita definisikan di dalam teks definisi itu.
Metode Proses
Sebuah paragraf dikatakan memakai metode proses apabila isi alinea
menguraikan suatu proses. Proses ini merupakan suatu urutan tindakan atau
perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu. Bila urutan atau tahap-
tahap kejadian berlangsung dalam waktu yang berbeda, penulis harus
menyusunnya secara runtut (kronologis). Banyak sekali peristiwa atau kejadian
yang prosesnya berbeda satu sama lainnya. Proses kerja suatu mesin, misalnya
tentu berbeda sangat jauh dengan proses peristiwa sejarah.
Metode Contoh
Dalam karangan ilmiah, contoh dan ilustrsi selalu ditampilkan. Contoh-contoh
terurai, lebih-lebih yang memerlukan penjelasan rinci tentu harus disusun
berbentuk paragraf.
Metode Sebab-Akibat
Metode sebab-akibat atau akibat-sebab (kausalitas) dipakai untuk menerangkan
suatu kejadian dan akibat yang ditimbulkannya, atau sebaliknya. Faktor yang
terpenting dalam metode kausalitas ini adalah kejelasan dan kelogisan. Artinya,
hubungan kejadian dan penyebabnya harus terungkap jelas dan informasinya
sesuai dengan jalan pikiran manusia. Metode kausalitas atau sebab-akibat
umumnya tampil di tengah karangan yang berisi pembahasan atau analisis. Sifat
paragrafnya argumentatif murni atau dikombinasikan dengan deskriptif atau
eksposisi.
Metode Umum-Khusus
Metode umum-khusus dan khusus-umum paling banyak dipakai untuk
mengembangkan gagasan paragraf agar tampak teratur. Bagi penulis pemula,
belajar menyusun paragraf dengan metode ini adalah yang paling disarankan.
Pertimbangannya, di samping mengembangkan urutan umum-khusus relatif
lebih gampang, juga karena model inilah yang paling banyak dipakai dalam
karangan ilmiah dan tulisan eksposisi seperti arikel dalam media massa.
Metode Klasifikasi
Bila kita akan mengelompokan benda-benda atau non-benda yang memiliki
persamaan ciri seperi sifat, bentuk, ukuran, dan lain-lain, cara yang paling tepat
adalah dengan metode klasifikasi. Klsifikasi sebenarnya bukan khusus untuk
persamaan faktor tersebut di atas, tetapi juga untuk perbedaan. Namun,
pengelompokan tidak berhenti pada inventarisasi persamaan dan perbedaan.
Setelah dikelompokan, lalu dianalisis untuk mendapatkan generalisasi, atau
paling tidak untuk diperbandingkan atau dipertentangkan satu sama lainnya.
Jenis-Jenis Paragraf
Paragraf memiliki banyak ragamnya. Untuk membedakan paragraf yang satu dari
paragraf yang lain berdasarkan kelompoknya, yaitu : jenis paragraf menurut posisi
kalimat topiknya, menurut sifat isinya, dan menurut fungsinya dalam karangan.
Jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya
Kalimat yang berisi gagasan utama paragraf adalah kalimat topik. Karena berisi
gagasan utama itulah keberadaan kalmat topik dan letak posisinya dalam paragraf
menjadi penting. Posisi kalimat topik di dalam paragraf yang akan memberi warna
sendiri bagi sebuah paragraf. Berdasarkan posisi kalimat topik, paragraf dapa dibedakan
atas empat macam, yaitu : paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf deduktif-
induktif, paragraf penuh kalimat topik.
Paragraf Deduktif
Paragraf Deduktif adalah paragraf yang letak kalimat pokoknya ditempatkan
pada bagian awal paragraf, yaitu paragraf yang menyajikan pokok permasalahan
terlebih dahulu, lalu menyusul uraian yang terinci mengenai permasalahan atau gagasan
paragraf (urutan umum-khusus).
Contoh paragraf deduktif :
"Universitas PGRI Mahadewa Indonesia merupakan salah satu kampus swasta
yang berkualitas. Kualitas tersebut tampak dari prestasi yang dicapai baik secara
akademik dan non-akademik. Selain prestasi yang moncer Mahadewa Univesity juga
didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Universitas Mahadewa juga sudah
terakreditasi BAN-PT."
Paragraf Induktif
Bila kalimat pokok ditempatkan pada akhir paragraf akan terbentuk paragraf
induktif, yaitu paragraf yang menyajikan penjelasan terlebih dahulu, barulah diakhiri
dengan pokok pembicaraan.
Contohnya:
"Target vaksinasi di Indonesia sampai bulan Juni 2021 belum mencapai hasil
yang maksimal. Selain itu, masyarakat banyak yang abai dan mulai jenuh dengan
pandemi ini. Masyarakat melanggar prokes kesehatan. Larangan mudik tahun ini pun
juga tidak dihiraukan. Warga seakan tidak menggap bahwa virus itu ada dan hanya
sebagian kecil saja yang percaya. Maka peningkatan kasus Coovid-19 dua minggu ini
pun meningkat tajam.
Paragraf Deduktif-Induktif
Bila kalimat pokok ditempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf, terbentuklah
paragraf deduktif-induktif. Kalimat pada akhir paragraf umumnya menjelaskan atau
menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf.
Contoh paragraf deduktif-induktif :
"Pemerintah menyadari bahwa rakyat Indonesia memerlukan rumah yang kuat,
murah, dan sehat. Pihak dari pekerjaan umum sudah lama menyelidiki bahan rumah
yang murah, tetapi kuat. Tampaknya bahan perlit yang diperoleh dari batuan gunung
berapi sangat menarik perhatian para ahli. Bahan ini tahan api dan air tanah. Usaha ini
menunjukan bahwa pemerintah berusaha membangun rumah yang kuat, murah dan
sehat untuk memenuhi kebutuhan rakyat."
Paragraf penuh kalimat topik
Seluruh kalimat yang membangun paragraf sama pentingnya sehingga tidak
satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Kondisi seperti itu dapat atau biasa
terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat topik karena kalimat yang satu dan lainnya
sama-sama penting. Paragraf semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian bersifat
deskriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi.
Contoh paragraf penuh kalimat topik :
"Pagi hari itu aku berolahraga di sekitar lingkungan rumah. Dengan udara yang sejuk
dan menyegarkan aku berlari-lari kecil mengitari kompleks perumahanku. Di sekitar
lingkungan rumah terdengar suara ayam berkokok yang menandakan pagi hari yang
sangat indah. Kuhirup udara pagi yang segar sepuas-puasku."
Jenis Paragraf Menurut Sifat Isinya
Isi sebuah paragraf dapat bermacam-macam bergantung pada maksud
penulisannya dan tuntutan korteks serta sifat informasi yang akan disampaikan.
Penyelarasan sifat isi paragraf dengan isi karangan sebenarnya cukup beralasan karena
pekerjaan menyusun paragraf adalah pekerjaan mengarang juga. Berdasarkan sifat
isinya, alinea dapat digolongkan atas lima macam, yaitu:
Paragraf Persuasif
Paragraf Persuasif adalah isi paragraf mempromosikan sesuatu dengan cara
memengaruhi atau mengajak pembaca. Paragraf persuasif banyak dipakai dalam
penulisan iklan, terutama majalah dan koran. Sedangkan paragraf argumentasi,
deskripsi, dan eksposisi umumnya dipakai dalam karangan ilmiah, seperti buku, skripsi
makalah dan laporan. Paragraf naratif sering dipakai untuk karangan fiksi seperti cerpen
dan novel.
Contoh :
“Marilah kita menaati protokol kesehatan agar kita segara bebas dari pandemi dan bebas
dari virus. Jangan sampai kita abai sehingga semua menuai. Oleh karena itu, perlu
kesadaran pada diri kita masing – masing untuk menjaga imunitas tubuh dan kesehatan
keluarga.
Paragraf argumentasi
Paragraf argumentasi adalah isi paragraf membahas satu masalah dengan bukti_bukti
alasan yang mendukung.
Contoh :
“Menurut Ketua panitia, Gede Jayaarta, Panggung Pandemi merupakan kegiatan rutin
yang diselenggarakan oleh FKIP Universitas Mahadewa untuk memperkenalkan
kampus sekaligus ajang berkreativitas mahasiswa. Kegiatan ini sangat urgen dilakukan
di tengah pandemi sebagai langkah mendukung pemerintah dalam mengatasi pandemi
saat ini.”
Paragraf naratif
Paragraf naratif adalah isi paragraf menuturkan peristiwa atau keadaan dalam bentuk
data atau cerita.
Contoh :
“Pada game pertama, Kido yang bermain dengan lutut kiri dibebat mendapat
perlawanan ketat Chai/Liu hingga skor imbang 16 – 16. Pada posisi ini, Kido/Hendra
yang lebih berpengalaman dalam berbagai kejuaraan memperlihatkan keunggulan
mereka.”
Paragraf deskriptif
Paragraf deskriptif adalah paragraf yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu
dengan bahasa.
Contoh :
“Kini hadir mesin cuci dengan desain bunga chrysant yang terdiri dari beberapa pilihan
warna, yaitu pink elegan dan dark red untuk ukuran tabung 15 kg. Disamping itu, mesin
cuci dengan bukaan atas ini juga sudah dilengkapi dengan LED display dan tombol-
tombol yang dapat memudahkan penggunaan. Adanya fitur I-sensor juga akan
memudahkan proses mencuci”.
Paragraf Eksposisi
Paragraf eksposisi adalah paragraf yang memaparkan sesuatu fakta atau kenyataan
kejadian tertentu.
Contoh :
“Rachmat Djoko Pradopo lahir 3 November 1939 di Klaten, Jawa Tengah. Tamat SD
dan SMP (1955) di Klaten, SMA II (1958) di Yogyakarta. Masuk Jurusan Sastra
Indonesia Universitas Gadkah Mada, tamat Sarjana Sastra tahun 1965. pada tahun 1978
Rachmat mengikuti penataran sastra yang diselenggarakan oleh Pusat Bahasa Jakarta
bersama ILDEP dan terpilih untuk melanjutkan studi di Pascasarjana Rijkuniversiteit
Leiden, Nederland, tahun 1980 – 1981, di bawah bimbingan Prof. Dr. A. Teeuw”.
2.4.3.2. Paragraf Pengembang
Bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya
telah dirumuskan dalam alinea pembuka. Paragraf ini didalam karangan dapat
difungsikan untuk:
a. Mengemukakan inti persoalan
b. Memberikan ilustrasi
c. Menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya
d. Meringkas paragraf sebelumnya
e. Mempersiapkan dasar bagi simpulan.
2.4.3.3. Paragraf Penutup
Paragraf ini berisi simpulan bagian karangan atau simpulan seluruh karangan.
Paragraf ini sering merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar lebih jelas.
Mengingat paragraf penutup dimaksudkan untuk mengakhiri karangan. Penyajian harus
memperhatikan hal sebagai berikut:
a. sebagai bagian penutup,paragraf ini tidak boleh terlslu psnjsng
b. isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai
cerminan inti seluruh uraian
c. sebagai bagian yang paling akhir dibaca, disarankan paragraf ini dapat
menimbulkan kesan yang medalam bagi pembacanya.
b. Kalimat utama
Kalimat utama adalah kalimat yang terletak secara tersirat.Kalimat utama
adalah sebuah kalimat umum. Hal ini dikarenakan agar kalimat utama dapat
dikembangkan oleh kalimat-kalimat penjelas yang ada di dalam sebuah paragraf.
c. Kalimat pendukung
Kalimat pendukung adalah kalimat yang akan membantu menjelaskan
kalimat utama. Kalimat penjelas adalah kalimat yang mendukung adanya
kalimat utama, kalimat utama biasanya berisi fakta, opini dan lain – lain.
Kalimat pendukung dan kalimat utama haru saling mempengaruhi agar tercipta
sebuah kalimat yang baik dan mudah untuk dipahami.
d. Transisi
Transisi atau konjungsi adalah penghubung kalimat ke kalimat lain. Untuk
mendapatkan kalimat yang baik dalam paragraf harus disusun dengan
menggunakan transisi atau kanjungsi. Transisi memiliki dua jenis yaitu transisi
intra kalimat seperti ( agar, dan, tetapi, karena dan lain-lain ) selain itu konjungsi
antar kalimat seperti ( oleh karena itu, karena, di samping itu, namun, lagipula
dan lain-lain ).
e. Penegas
Penegas adalah unsur yang tidak selalu dihadirkan dalam sebuah paragraf
karena unsur penegas dianggap tidak terlalu penting. Fungsi dari adanya sebuah
penegas di dalam paragraf berfungsi untuk menambah daya tarik sebuah tulisan.
d. Paragraf Persuasif
Paragraf persuasif adalah paragraf yang bertujuan meyakinkan dan
membujuk pembaca agar melaksanakan atau menerima gagasan penulis
terhadap suatu hal. Ciri-ciri paragraf persuasif :
Terdapat bukti dan fakta yang mempengaruhi atau membujuk pembaca
Tulisan yang mendorong dan mempengaruhi dalam suatu hal
Bahasa yang digunakan dibuat menarik untuk memberikan kesan kepada
pembaca
Contoh paragraf persuasif :
” penggunaan sayuran organik dalam bahan makanan dirasakan lebih
sehat , awet, dan lebih enak. Selain itu, penjualan sayuran organik akan lebih
menguntungkan daripada sayuran biasa..”
e. Paragraf Narasi
Merupakan bentuk paragraf yang menceritakan serangkaian kejadian atau
peristiwa yang disusun berdasarkan urutan waktu terjadinya kejadian tersebut.
Ciri ciri paragraf narasi :
Terdapat tokoh, tempat, waktu, dan suasana dalam cerita
Mementingkan urutan waktu maupun urutan peristiwa
Digunakan dalam karya fiksi ( cerpen,novel,roman) maupun dalam tulisan
nonfiksi (biografi, cerita nyata dalam surat kabar,sejarah,riwayat perjalanan).
Contoh paragraf narasi :
“suatu siang yang terik terlihat gadis itu berjalan dengan mempercepat
langkahnya untuk menuju pintu rumahnya seperti ketakutan akan ada yang
memergoki kedatangannya. Dengan susah payah pintu rumah pun di buka
namun, mukanya berganti dengan rasa terkejut karena lelaki tersebut yang
membukakan pintunya..”
Paragraf adalah seperangkat kalimat yang berkaitan satu sama lain atau
mengemukakan satu gagasan utama atau gagasan pokok. Kalimat utama
adalah kalimat yang berisi ide pokok atau kalimat yang masih membutuhkan
penjelasan.
Paragraf berdasarkan letak kalimat utamanya, yaitu :
1. Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang meletakkan kalimat utamanya di
awal paragraf. Contoh paragraf deduktif :
Ada beberapa penyebab siswa tidak menyukai mata pelajaran bahasa
indonesia. Pertama, metode pengajaran yang digunakan guru tidak menarik.
Kedua, anak merasa bosan dengan mata pelajaran bahasa indonesia. Ketiga,
guru tidak menguasai materi bahasa indonesia.
2. Paragraf Induktif
Paragraf induktif adalah paragraf yang meletakkan kalimat utamanya di
akhir paragraf.
Contoh paragraf induktif :
Pada waktu anak didik memasuki pendidikan formal, pendidikan bahasa
indonesia secara metodologis dan sistematis bukanlah merupakan halangan
baginya untuk memperluas dan memantapkan bahasa daerah. Setelah anak
didik meninggalkan kelas, ia kembali mempergunakan bahasa daerah dengan
teman-temannya atau orang tuanya. Ia merasa lebih intim dengan bahasa
daerah. Jam sekolah hanya berlangsung selama beberapa jam. Baik waktu
istirahat ataupun diantara jam-jam pelajaran, unsur-unsur bahasa daerah tetap
digunakan. Ditambah lagi jika sekolah itu bersifat homogen dan gurunya
penutur asli bahasa daeah itu. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan
pengetahuan si anak terhadap bahasa daerahnya akan tetap maju
Paragraf induktif dapat dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu generalisasi,
analogi, dan kausalitas.
a) Generalisasi adalah pola pengembangan paragraf yang menggunakan
beberapa fakta khusus untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum.
Contoh:
Setelah karangan anak-anak kelas tiga diperiksa, ternyata ali, toto, alex,
dan burhan, mendapat nilai delapan. Anak-anak yang lain mendapat nilai
tujuh. Hanya maman yang enam dan tidak seorang pun mendapat nilai
kurang. Oleh karena itu, boleh dikatakan anak-anak kelas tiga cukup pandai
mengarang.
1. Sebab-Akibat
Penalaran ini berawal dari peristiwa yang merupakan sebab, kemudian
sampai pada kesimpulan sebagai akibatnya. Polanya adalah A mengakibatkan
B.
Contoh:
Era reformasi tahun pertama dan tahun kedua ternyata membuahkan hasil
yang membesarkan hati.Pertanian, perdagangan, dan industri, dapat
direhabilitasi dan dikendalikan.Produksi nasional pun meningkat. Ekspor
kayu dan naiknya harga minyak bumi di pasaran dunia menghasilkan devisa
bermiliar dolar as bagi kas negara. Dengan demikian, kedudukan rupiah
menjadi kian mantap. Ekonomi indonesia semakin mantap sekarang ini. Oleh
karena itu, tidak mengherankan apabila mulai tahun ketiga era reformasi ini,
indonesia sudah sanggup menerima pinjaman luar negeri dengan syarat yang
kurang lunak untuk membiayai pembangunan.
Hal penting yang perlu kita perhatikan dalam membuat kesimpulan pola
sebab-akibat adalah kecermatan dalam menganalisis peristiwa atau faktor
penyebab.
2. Akibat-Sebab
Dalam pola ini kita memulai dengan peristiwa yang menjadi akibat.
Peristiwa itu kemudian kita analisis untuk mencari penyebabnya.
Contoh:
Kemarin badu tidak masuk kantor. Hari ini pun tidak.Pagi tadi istrinya
pergi ke apotek membeli obat.Karena itu, pasti badu itu sedang sakit.
3. Sebab-Akibat-1 Akibat-2
Suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama
berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua. Demikian
seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa akibat.
Contoh:
Mulai tanggal 17 januari 2002, harga berbagai jenis minyak bumi dalam
negeri naik.Minyak tanah, premium, solar, dan lain-lain dinaikkan harganya.
Hal ini karena pemerintah ingin mengurangi subsidi dengan harapan supaya
ekonomi indonesia kembali berlangsung normal. Karena harga bahan bakar
naik, sudah barang tentu biaya angkutan pun akan naik pula. Jika biaya
angkutan naik, harga barang-barang pasti akan ikut naik karena biaya
tambahan untuk transportasi harus diperhitungkan. Naiknya harga barang-
barang akan dirasakan berat oleh rakyat. Oleh karena itu, kenaikan harga
barang harus diimbangi dengan usaha menaikkan pendapatan masyarakat.
Simpulan
Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil
penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi
paragraph, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti
seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan(gagasan tunggal). Paragraf
diperlukan untuk mengungkapkan ide yang lebih luas dari sudut pandang komposisi,
pembicaraan tentang paragraf sebenarnya ssudah memasuki kawasan wacana atau
karangan sebab formal yang sederhana boeh saja hanya terdiri dari satu paragraf. Jadi,
tanpa kemampuan menyusun paragraf, tidak mungkin bagi seseorang mewujudkan
sebuah karangan. Paragraf yang efektif harus memenuhi dua syarat ,yaitu adanya
kesatuan dan kepaduan.
Pengembangan paragraf sangat berkaitan erat dengan posisi kalimat topik karena
kalimat topiklah yang mengandung inti permasalahan atau ide utama paragraf. Selain
kalimat topik, pengembangan paragraf berhubungan pula dengan fungsi paragraf yang
akan dikembangkan: sebagai paragraf pembuka, paragraf pengembang, atau paragraf
penutup. Fungsi tersebut akan mempengaruhi pemilihan metode pengembangan karena
misi ketiga paragraf tersebut dalam karangan saling berbeda.
Metode pengembangan paragraf akan bergantung pada sifat informasi yang akan
disampaikan,yaitu: persuasive, argumentatif, naratif, deskriptif, dan eksposisi. Metode
tersebut sudah pasti digunakan untuk mengembangkan alinea argumentatif, misalnya
akan berbeda dengan naratif.
Setelah mempertimbangkan factor tersebut barulah kita memilih salah satu
metode pengembangan paragraf yang dianggap paling tepat dan efektif. Diantara
banyak metode pengembangan paragraf yang terdapat di dalam buku-buku komposisi,
disini diangkat enam metode yang umum dipakai untuk mengembangkan alinea dalam
penulisan karangan. Metode yang dimaksud adalah : metode definisi, metode contoh,
metode sebab-akibat, metode umum khusus, dan metode klasifikasi.
Di dalam mengarang, keenam metode pengembangan paragraf tersebut dapat
dipakai silih berganti sesuai dengan keperluan mengarang si penulisnya.
Paragraf memiliki banyak ragamnya. Untuk membedakan paragraf yang satu dari
paragraf yang lain berdasarkan kelompoknya,yaitu : jenis paragraf menurut posisi
kalimat topiknya, menurut sifat isinya, menurut fungsinya dalam karangan.
EYD
Pengertian Ejaan
Pengertian Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah
tulis-menulis yang distandardisasikan.Lazimnya, ejaan mempunyai tiga
aspek, yakni aspekfonologis yang menyangkut penggambaran fonem
dengan huruf danpenyusunan abjad aspek morfologi yang menyangkut
penggambaransatuan-satuan morfemis dan aspek sintaksis yang
menyangkut penandaujaran tanda baca (Badudu, 1984:7).
Keraf (1988:51) mengatakan bahwaejaan ialah keseluruhan peraturan
bagaimana menggambarkanlambang-lambang bunyi ujaran dan bagaimana
interrelasi antara lambang-lambang itu (pemisahannya,penggabungannya)
dalam suatubahasa. Adapun menurut KBBI (1993:250) ejaan ialah kaidah-
kaidah caramenggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya)
dalam bentuktulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Dengan
demikian,secara sederhana dapat dikatakan bahwa ejaan adalah seperangkat
kaidahtulis-menulis yang meliputi kaidah penulisan huruf, kata, dan tanda
baca.
EYD (Ejaan yang Disempurnakan) adalah tata bahasa dalam Bahasa
Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan,
mulai dari pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta
penulisan unsur serapan. EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang
disempurnakan.Dalam penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata
bahasa yang menyempurnakan sebuah karya tulis.Karena dalam sebuah
karya tulis memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail. Singkatnya
EYD digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar.
2.4.8 Partikel
~ Partikel lah, kah, tah ditulis serangai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh :
• Marilah kita tidur karena hari sudah malam.
• Siapakah yang mengambil bukuku ?
~ Patikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Contoh :
• Apa pun yang kau minta akan kuberikan.
• Ibu pun mengetahui kalau aku belum makan.
Kelompok kata yang berikut, sudah dianggap padu benar, ditulis
serangkai :adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun,
kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun.
Contoh :
• Meskipun sakit, dia tetap masuk sekolah.
• Walaupun hujan, dia tidak mau menggunakan paying.
• Walau bagaimanapun mereka adalah saudara kita.
~ Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian-
bagian kalimat yang mendampinginya.
Contoh :
• Harga beras sekarang Rp. 10.000,00 perkilo gram.
• Mereka menghitung buku itu satu persatu.
• Dia akan dipindahkan ke Surabaya per 1 April tahun ini.
2.4.9 Angka dan Lambang Bilangan
~ Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam
tulisan lazim digunakan angka arab dan angka romawi. Pemakaiannya diatur
lebih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.
Contoh :
• Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9.
• Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L, C, D, M.
~ Angka yang digunakan untuk menyatakan ukuran panjang, berat, isi, satuan
waktu, dan nilai barang.
Contoh:
• 8 meter.
• Rp. 2500,00.
•pukul 11.00.
~ Angka lazim untuk menandai nomor jalan, rumah, apartement, atau kamar pada
alamat.
Contoh:
• Jalan Jakarta No. 118.
• Hotel Majapahit, kamar 11.
~ Angka yang digunakan juga untuk menomori karangan atau bagiannya.
Contoh:
• Bab III, Pasal 10, halaman 25.
. • Surat Al-Fatihah: 3.
~ Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut
a. Bilangan utuh
Contoh :
• 15 lima belas.
•27 dua puluh tujuh.
b. Bilangan pecahan
Contoh:
• 1/3 sepertiga.
• 5% lima persen.
3,9 tiga sembilan persepuluh.
~ Penulisan tingkat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut
Contoh:
• Tingkat III.
• Tingkat ke-3.
• Tingkat 3.
~ Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran-an mengikuti cara berikut
Contoh:
•tahun 60-an atau enam puluhan.
•uang 5000-an atau lima ribuan.
•empat uang 1000-an atau empat uang ribuan.
~ Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tulisan
dengan hurufkecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan,
seperti dalam perincian dan pemaparan.
Contoh :
• Kita harus menggosok gigi dua kali sehari.
• Diantara 50 siswa yang hadir, 23 orang laki-laki, dan 27 orang perempuan.
• Ibu pergi ke pasar membeli 3 ikat kangkung, 2 ekor ikan gurami, dan 10
butir telur.
~ Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan
kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau
dua kata, tidak terdapat lagi pada awak kalimat.
Contoh:
• Dua belas orang yang mendapat kenaikan pangkat.
Bukan: 12 orang yang mendapat kenaikan pangkat.
~ Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat dieja sebagian
supaya lebih mudah dibaca.
Contoh:
• Iwan baru saja membeli rumah rbaru seharga 100 juta rupiah.
~ Kecuali di dalam dokumen resmi, seperti kata dan kwitansi, bilangan tidak
perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks.
Contoh:
• Sekolah kami memiliki 20 orang tenaga pengajar.
Bukan: sekolah kami memiliki 20 ( dua puluh ) orang tenaga pengajar
~ Kalau bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus
tepat.
Contoh:
• Dengan ini kami kirimkan uang sebesar Rp.50.000,00 (lima puluh ribu
rupiah).
• Dengan ini kami kirimkan uang sebesar 50.000 (lima puluh ribu) rupiah.
2.5 Tanda Baca Yang Benar
2.5.1 Tanda Titik
~ Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan
Contoh:
• Dina memasak nasi di dapur.
• Nenek sedang menjahit baju.
• Rudi belajar Matematika di kamar.
~ Tanda titik dipakai pada akhir singatan nama orang
Contoh:
• Muh.Yamin.
• R.A. Kartini.
~ Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh:
• S.H. Sarjana Hukum.
• Ir. Insinyur.
• Dr. Dokter.
~ Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat
umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai
satu tanda titik
Contoh:
•tgl. Tanggal.
•dsb. dan sebagainya.
•dkk. dan kawan-kawan.
~ Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit, dan detik
untukmenunjukkan waktu.
Contoh :
•pukul 08.30.45 (pukul 8 lewat 30 menit 45 detik).
~ Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit,dan detik yang
menunjukkan angka waktu.
Contoh:
• 3.10.35 jam (3 jam, 10 menit, 35 detik).
~ Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan
seterusnya yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh:
• Andi pindah ke Surabaya tahun 2005.
• Pesawat teleponnya nomor 3723722.
~ Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang gterdiri dari huruf-huruf awalan
kata atau suku kata, atau gabungan keduanya, atau yang terdapat di dalam
akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
Contoh:
• ABRI Angkatan Bersejata Republik Indonesia.
• DPR Dewan Perwakilan Rakyat.
• MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat.
~ Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran,
takaran, timbangan, dan mata uang.
Contoh:
• Ka Kalium.
• TNT Trinitrolulena.
• 20 cm Panjangnya 20 cm.
~ Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan,
atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Contoh:
• Acara Pembukaan Olimpiade.
• Habis Gelap Terbitlah Terang.
~ Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan surat atau nama
alamat penerima surat.
Contoh:
• Putri Anggita
Jalan Pemuda 88
Jakarta
• Yth. Sdr. Irma Wijaya
Jalan Tunjungan 100
Surabaya
~ Tanda titik dipakai dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagian, ikhtisar,
atau daftar.
Contoh:
• II.Departement Dalam Negeri
A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa.
B. Direktorat Jendral Agraria.
Penyiapan Naskah: 1. Patokan Umum
1.1 Isi karangan
1.2 Ilustrasi
2.5.2 Tanda Koma
~ Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilang
Contoh:
• Adik membeli buku, pensil dan penggaris.
• Satu, dua, tiga, empat, lima, enam!
~ Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi, melainkan.
Contoh:
•Bapak tidak pergi ke Malang, melainkan ke Medan.
• Adik ingin pergi ke sekolah, tetapi badannya kurang sehat.
~ Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila
anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Contoh:
• Karena sakit, Santi tidak pergi ke sekolah.
• Kalau hari hujan, Nina tidak akan pergi ke pasar.
~ Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
Contoh:
• Nina tidak akan pergi ke pasar kalau hari hujan.
•Santi tidak pergi ke sekolah karena sakit.
~ Tanda koma dipakai dibelakang ungkapan atau kata penghubung antara kalimat
yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya, oleh, karena itu, jadi,
lagipula, meskipun, begitu, akan tetapi.
Contoh:
• Oleh sebab itu, kita harus belajar giat.
• Jadi, kita harus berangkat sekarang juga.
~ Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.
Contoh:
• Ayah berkata, "Saya sedang memebaca koran."
• "Saya senang sekali," kata Ibu, ”karena anak-anakku sudah bekerja
semua."
~ Tanda koma dipakai diantara nama dan alamat, bagian-bagian alamat, tempat,
dan tanggal, nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan
Contoh:
• Bapak Agus Hermawan, Jalan Tentara Pelajar 135, Surabaya.
• Surabaya, 10 november 1945.
~ Tanda koma dipakai diantara tempat penerbitan, nama penerbitan.
Contoh:
• Yuwono, Salim Sanotoso Drs. Perkembangan Sastra Indonesia, Surabaya,
Binasarana, 1979.
~ Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya
dalamdaftar pustaka.
Contoh:
• Siregar, Merai, Azab dan Sengsara, Weltevreden, Bali Pustaka, 1920.
~ Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya, untuk membedakan dari singkatan nama keluarga atau marga.
Contoh:
• M. Singgih, S.H.
• Ny. Siti Fatimah, M.A.
~ Tanda koma dipakai dimuka persepuluhan dan di antara rupiah dan sen dalam
bilangan.
Contoh:
• 30,50 kg.
• 2,5 liter.
• Rp 50,25.
~ Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan
aposisi.
Contoh:
• Pak Heru, Pak Maryadi, termasuk orang kaya di kampung ini.
~ Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat apabila petikan langsung tersebut berakhir dengan tanda tanya
atau tanda seru, dan mendahului bagian lain dalam kalimat itu.
Contoh:
• "Apakah kamu sudah makan?", tanya Ibu
• "Ayo kita belajar giat!", seru Pak Guru
2.5.3 Tanda Titik Koma (;)
~ Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang
sejenis dan setara.
Contoh:
• Usia semakin tua; belum juga mendapatkan anak.
~ Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam
suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh:
• Ayah bekerja di kantor pos; Ibu bekerja di pabrik; Adik memasak di
dapur
2.5.4 Tanda Titik Dua(:)
~ Tanda titik dua dipakai pada suatu akhir pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian
atau pemerian.
Contoh:
• Untuk membuat rumah, kita membutuhkan bahan bangunan seperti:
pasir, batu bata dan lain-lain.
~ Tanda titik dua dipakai sesudah ungkapan atau kata yang memerlikan pemerian
Contoh:
• Ketua : Andrea Anastasya
Sekretaris : Heri Kurniawan
Bendahara : Laila Indah
~ Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalampercakapan
Contoh:
• Ibu : "Ayo kitta berangkat sekarang, Mas!"
• Imas : "Baik, Bu"
~ Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Contoh:
• Kita sekarang memerlukan buku, pensil, penggaris, dan alat tuis
lainnya.
~ Tanda titik dua dipakai di antara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan
ayat dalam kitab-kitab suci, atau di antara judul dan anak judul suatu karangan.
Contoh:
• Surat Al-Imron:13.
• Karangan Idrus, Kisah Sebuah Celana Pendek: Celana Kepar, made
in Italia.
2.5.5 Tanda Tanya (?)
~ Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya
Contoh:
• Dimana kamu tinggal?
• Haruskah aku kembali?
~ Tanda tanya dipakai di antara tanda kurung atau menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh:
• Helen dilaharikan tahun 1925s(?)
2.5.6 Tanda seru(!)
~ Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa
emosi yang kuat.
Contoh:
• Sungguh bagus pemandangan itu!
• Tutup pintu rapat-rapat!
• Hidup!
2.5.7 Tanda Kurung()
~ Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Contoh:
• Di sekolah di SMA (Sekolah Menengah Atas) Negeri 1 Denpasar.
~ Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang satu seri keterangan. Angka atau
huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung tutup saja.
Contoh:
• Pendidikan adalah tanggung jawab bersama yang harus dipikul
secara bersama oleh unsur-unsur:
(1) pemerintah a) pemerintah
(2) masyarakat b) masyarakat
(3) orangtua murid c) orangtua murid
~ Tanda kurung mengapit atau penjelasan yang bukan merupakan bagian integral
dari pokok pembicaraan.
Contoh:
• Dua jenis pelajaran(menurut kami harus dikatakan 'pengajaran') ini
ada metode dan sistemnya.
2.5.8 Tanda Hubung
~ Tanda hubung menyambung suku-suku dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Contoh:
• ......mari kita menunjuan pretasi yang lebih baik dari kemarin.
~ Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata belakangnya, atau
akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Contoh:
• .....merupakan suatu permain-
an yang sangat menarik.
~ Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh:
•ibu-ibu.
•bermacam-macam.
` • berbondong-bondong.
~ Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian
tanggal.
Contoh:
•p-e-n-s-i-l.
• 30-11-85.
~ Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian
ungkapan
Bandingkan:
•ber-evolusi dengan be-revolusi.
~ Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan se- dengan kata kata berikutnya yang
dimulai dengan huruf kapital, ke- dengan angka, dengan -an, dan singkatan huruf
kapital dengan imbuhan atau kata.
Contoh:
•se-Kabupaten.
•se-Indonesia.
•hadiah ke-3.
~ Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa indonesia dengan unsur
bahasa asing.
Contoh:
•di-ekspor.
•di-charter.
2.5.9 Tanda Petik Ganda ("....")
~ Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah,
atau bahan penulisan lainnya. Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama tinggi di
sebelah atas baris.
Contoh:
• "Kapan kamu pergi?" tanya Tika.
• "Besok, mungkin," jawab Sinta
~ Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku , apabila dipakai dalam
kalimat.
Contoh:
• Pelajarilah"Sistem Pernafasan" dalam buku pelajaran biologi.
~ Tanda petik penutup mengkuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Contoh:
• Kata Linda,"saya sudah makan."
~ Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang masih kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Contoh:
• Penemu "telepone" telah mendapat penghargaan.
• Andi memakai celana yang dikenal dengan nama "pantolan".
~ Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda
petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus.
Contoh:
• Karena warnanya , anjingku memberi nama "Si Putih."
• Ken Arok seorang "maha raja" pada masa kerajaan Singosari.
2.5.10 Tanda Pisah (-)
~ Untuk menyatakan suatu pikiran sampingan atau tambahan.
Contoh :
• Ada kritik yang menyatakan bahwa cara siswa belajar bahasa
Inggris -khusus dalam pengucapannya- kurang baik.
• Bentuk karangan yang sederhana dapat mendrong orang - orang
awam - seperti saya ini – dapat mempelajari dengan baik.
~ Untuk menghipun atau memperluas suatu subyek atau bagian kalimat, sehingga
menjadi lebih jelas.
Contoh :
• Rangkaian kegiatan ini – memcuci piring – menyapu lantai –
merupakan kegiatanku setiap harinya.
• Warga kampung – pria, wanita, tua, muda – semua menyaksikan
pertandingan sepaknola itu.
~ Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan berarti ‘sampai dengan’ sedangkan
bila dipakai antara dua tempat atau kota berarti ke atau sampai.
Contoh :
• Ima tinggalndi Surabaya dari tahun 2000-2009.
• Pertandingan itu akan diselenggarakan mulai tanggal 8 – 12
November 2005.
~ Tanda pisah dipakai juga untuk menyatakan suatu ringkasan atau suatu gelar.
Contoh :
• Hanya satu pekerjaannya- berjualan sayur.
• Inilah kedua anak saya yang saya ceritakan – Dina dan Diva.
Dalam hal ini lazim dipergunakan titik-titik (……) daripada tanda
pisah.
2.5.11 Tanda Petik Tunggal (‘……’)
~ Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Contoh :
• Mita berkata, “Tiba-tiba saya mendengar suara menegur
seseorang ‘Siapa kamu?’’’
atau Mita berkata,
• ‘Tiba-tiba saya mendengar suara menegur seseorang “Siapa
Kamu?”
~ Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit terjemahan atau penjelasan sebuah
kata atau ungkapan asing.
Contoh :
• Teriakan-teriakan binatang dan orang primitive oleh Wund
disebut LAUTGEBARDEN ‘gerak-gerik bunyi’.
2.5.12 Tanda Ulang (…..2) (angka 2 biasa)
~ Tanda ulang dapat dipakai dalm tulisan cepat dan notula untuk menyatakan
pengulangan kata dasar.
Contoh :
• macam2
• lain2
• jalan2
2.5.13 Tanda Penyingkat (apostrof) (‘)
~ Tanda apostrof menunjukkan, menghilangkan bagian kata.
Contoh :
• Maya, ‘kan ku antar. (‘kan = akan)
• Dia t’lah pergi kemarin. (t’lah = telah)
2.5.14 Tanda Garis Miring (/)
~ Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat.
Contoh :
• No. 118/SK/1978.
~ Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata an, atau, per, atau nomor
alamat.
Contoh :
• saudara/saudari.
• Jalan Jawa V/30.
• harganya Rp.100,00/biji.
2.5.15 Tanda Elipsis (………..)
Tanda elipsis (titik-titik) yang dilambangkan dengan tiga titik (…) dipakai untuk
menyatakan hal-hal berikut :
~ Untuk menyatakan ujaran yang terputus-putus atau menyatakan ujaran yang
terputus dengan tiba-tiba.
Contoh :
• Ria seharusnya…seharusnya…belajar giat supaya baik kelas.
~ Tanda elipsis dipakai untuk menyatakan bahwa dalam suatu kutipan ada bagian
yang dihilangkan.
Contoh :
• Sikap disiplin yang tinggi unuk menjalankan pemerintahan yang
bersih dan berwibawa…perlu dimantapkan.
~ Tanda elipsis yang digunakan pada akhir kalimat karena menghilangkan bagan
tertentu sesudah kalimat itu berakhir, menggunakan empat titik, yaitu satu sebagai
titik bagi kalimat sebelumnya, dan tiga bagi bagian yang dihilangkan.
Contoh :
• Demi tegaknya hokum, serta kelancaran tata tertib hal ini sangat
perlu… sehingga setiap “orang yang melanggar”, harus ditindak
tegas.
~ Tanda elipsis dipergunakan juga untuk meminta kepada pembaca mengisi sendiri
kelanjutan dari sebuah kalimat.
Contoh :
• Mulanya bermodal kecil. Tetapi dia mempunyai dagangan yang
cukup lengkap, gula, kopi, tape record, televise berwarna,…
bahkan semua kebutuhan dilayani. Enah darimana dia dapat
mengumpulkan modal sebesar itu!
2.5.16 Tanda Kurung Siku ([….])
~ Dipakai untuk menerangkan sesuatu di luar jalannya teks, atau sisipan keterangan
(interpolasi) yang tidak ada hubungan dengan teks.
Contoh :
• Bila kita perhatikan lingkungan pemuda dari desa ini berhubungan
[maksudnya : berhubungan] dengan kenyataan-kenyataan yang ada
di luar desa ini.
~ Mengapit keterangan ataun penjelasan bagi suatu kalimat yang sudah ditemptkan
dalam tanda kurung.
Contoh :
• (Hanya menggunakan nada atau kombinasi nada-nada dan apa yang
saya sebut persendian [atau mungkin kata lain perjedahan atau
juncture itu])
2.1.2 Penggunaan EYD yang benar pada penulisan huruf dan kata
2.1.3 Penggunaan EYD yang benar pada partikel, singkatan, akronim, dan
angka
1. PENULISAN PARTIKEL
Penulisan partikel -lah, -kah, dan –tah Pedoman EYD menetapkan ketentuan
pertama menyatakan partikel -lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Contoh: bacalah, tidurlah, apakah, siapakah, apakah.
a. Penulisan partikel pun
Butir 2 tentang penulisan partikel mengingatkan, partikel pun dituliskan terpisah dari
kata yang mendahuluinya.
b. Penulisan partikel per
Butir 3 tentang penulisan partikel menyebutkan, pertikel per yang berarti mulai, demi,
dan tiap ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
1. Tanda Titik ( . )
o Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya: Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
o Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Misalnya: A. S. Kramawijaya
Muh.Yamin
o Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Misalnya: Bc. Hk. (Bakalaureat Hukum)
Dr. (Doktor)
2. Tanda Koma ( , )
o Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagianbagian kalimat yang
sejenis dan setara.
Misalnya: Malam makin larut; kami belum selesai juga.
o Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam
suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Misalnya: Ayah mengurus tanaman di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik
menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan
siaran pilihan pendengar.
o Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti
rangkaian atau pemerian.
Misalnya: Yang kita perlukan sekarang ialah barang yang berikut: kursi, meja,
dan lemari.
Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonorni Umum dan Ekonomi
Perusahaan.
o Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya: a. Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : S. Handayani
Bendahara : B. Hartawan
b. Tempat sidang : Ruang 104
Pengantar Acara : Bambang S.
Hari : Senin
Jam : 9.30 pagi
5. Tanda Hubung ( – )
o Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian
baris.
Misalnya: … ada cara ba-ru juga.
Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan terdapat
satu huruf saja pada ujung baris.
o Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya, atau
akhiran dengan bagian kata di depannya pada.
Misalnya: …cara baru meng-ukur panas.
… cara baru me-ngukur kelapa.
… alat pertahan-an yang baru.
Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal
baris.
o Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya: Anak-anak
Berulang-ulang
Dibolak-balikkan
Kemerah-merahan
Tanda ulang (2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada
teks karangan.
6. Tanda Pisah ( – )
o Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan
khusus di luar bangun kalimat.
Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu -saya yakin akan tercapai- diperjuangkan
oleh bangsa itu sendiri.
o Tanda pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga
kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya: Rangkaian penemuan ini-evolusi, teori kenisbisan, dan kini juga
pembedahan atom- tidak mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
7. Tanda Elipsis ( … )
8. Tanda Tanya ( ? )
o Tanda tanya dipakai di antara tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya: la dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
9. Tanda Seru (!)
o Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa
emosi yang kuat.
Misalnya: Alangkah seramnya peristiwa itu!
Bersihkan kamar ini sekarang juga!
Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak- istrinya!
Merdeka!
o Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi
atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda
itu jadi isyarat bahwa kesalahan itu memang terdapat di dalam naskah asal.
Misalnya: Sang Sapurba men[d] engar bunyi gemerisik.
o Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung.
Misalnya: (Perbedaan antara dua macam proses ini [lihat BabI] tidak
dibicarakan.)
o Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah,
atau bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama tinggi di
sebelah atas baris.
Misalnya: “Sudah siap?” tanya Awal.
“Saya belum siap,” seru Mira, “tunggu sebentar!”
o Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila dipakai
dalam kalimat.
Misalnya: Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu
Tempat.
o Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya: Tanya Basri, “Kaudengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
“Waktu kubuka pintu kamar depan, kudengar teriak anakku, ‘Ibu,
Bapak pulang’, dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.
o Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan
asing (Lihat pemakaian tanada kurung).
Misalnya: Rate of inflation ’laju inflasi’
o Tanda ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk menyatakan
pengulangan kata dasar.
Misalnya: Kata2
Lebih2
Sekali2
Alwi, Hasan. 2013. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Andre, Ardiansyah. 2015 Ejaan Yang Disempurnakan. Surabaya;Pustaka Agung
Harapan.
Budiharso, Teguh. 2009. Panduan Lengkap Penulisan Karya Ilmiah. Angkasa.
Dini, Dahlia dan Sitorus. 2004. Bimbingan Pemantapan Bahasa Indonesia. Bandung :
CV Yrama Widya.
Ening, Hemiti. 2005. Bahasa Indonesia. Yogyakarta:Pokja Akademik UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
Indriaty, Etty. 2008. Menulis Karya Ilmiah . Gramedia Pustaka Utama.
Muda, Ahmad A.K. 2008. Kamus Saku Bahasa Indonesia Idx Ed.terbaru. Tititk Terang
Rahardi, Kunjana. 2010. Teknik-teknik Pengembangan Paragraf Karya Tulis Ilmiah.
Graha Media.
Rosdianti, Candra. 2013.Ragam Bahasa Indonesia.Jakarta:Gramedia.
Wahyu R.N, Tri. 2006. Bahasa Indonesia. Jakarta. Universitas Gunadarma
Wiyanto, Asul. 2006. Terampil Menulis Paragraf. Grasindo.
Wuryanto, R. 2010. Pedoman Lengkap Eyd ( Ejaan Yang Disempurnakan ). Paung
Bona Jaya.
SUMBER INTERNET
M.Agus Salim.2014.Bahasa Baku Dan Tidak Baku (http://id.shvoong.com,diakses 09
Desember 2015 Pukul 19.06 WIB).
Fitri Harsono.2013.Ragam Bahasa Indonesia (http://marmoet5.blogspot.com,diakseses
09Desember 2015 Pukul 19.31 WIB).
1. Wikipedia.com (diakses pada kamis 20 oktober 2016, pukul 14.27 WITA).
2. Mukhlisi, ihwan. 2015. www.bahasaindonesiaku.net/2015/09/pengertian-
kalimat-efektif-dan-contoh-kalimat-efektif-lengkap.html (diakkses pada kamis
20 oktober 2016, pukul 14.32 WITA)
3. Mukhlisi, ihwan. 2015.
www.bahasaindonesiaku.net/2015/12/pengertian-jenis-dan-contoh-kalimat-aktif-dan-
pasif-lengkap.html (diakkses pada kamis 20 oktober 2016, pukul 14.32
WITA)
Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta :
Depdiknasa.
http://fusliyanto.wordpress.com/kumpulan-materi-bahasa-indonesia-3/
http://ellopedia.blogspot.com/2010/09/paragraf.html