Anda di halaman 1dari 16

MATERI 1

KONSEP DASAR
BAHASA
Oleh
Handoyo, S.pd.
Sub Pokok Bahasan
 Konsep dasar bahasa
 Fungsi dan peran bahasa Indonesia
 Sejarah perkembangan bahasa Indonesia
pada masa prakemerdekaan
 Sejarah perkembangan bahasa Indonesia
pada masa pascakemerdekaan
KONSEP DASAR BAHASA
 Bahasa merupakan sistem tanda yang
arbitrer yang konvensional.
 Arbitrer: hubungan yang sifatnya
semena-mena antara makna dan bentuk.
 Konvensional: kesemena-menaan ini
dibatasi oleh kesepakatan antarpenutur.
FUNGSI BAHASA
 Fungsi umum: sebagai alat komunikasi
sosial.
 Fungsi khusus:
 Emotif: tumpuan pembicaraan pada si penutur.
Contoh: mengungkapkan rasa gembira, sedih,
terharu, dll.
 Konatif: tumpuan pembicaraan pada lawan bicara.
Contoh: berbahasa dengan tujuan agar lawan tutur
tidak tersinggung atau agar lawan bicara senang.
 Referensial: tumpuan pembicaraan pada konteks
pembicaraan.
Contoh: membicarakan suatu permasalahan
dengan topik tertentu.
 Puitik: tumpuan pembicaraan pada amanat/pesan.
Contoh: orang berbahasa untuk menyampaikan
pesan/amanat, misalnya dalam berpidato.
 Fatik: tumpuan pembicaraan pada kontak sosial.
Contoh: berbahasa sekadar melakukan kontak
sosial dengan orang lain.
 Metalingual: tumpuan pembicaraan pada kode.
Contoh: membicarakan bahasa menggunakan
bahasa tertentu.
PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA
SEBELUM MERDEKA
 Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu,
sebuah bahasa Austronesia yang digunakan
sebagai lingua franca (bahasa pergaulan) di
Nusantara.
 Bentuk bahasa sehari-hari ini sering dinamai
dengan istilah Melayu Pasar. Jenis ini sangat
lentur, mudah dimengerti, dan ekspresif.
Toleransi kesalahan sangat besar dan mudah
menyerap istilah-istilah lain dari berbagai
bahasa yang digunakan para penggunanya.
 Melayu Tinggi adalah bentuk yang lebih
resmi dari Melayu Pasar. Bahasa Melayu
Tinggi digunakan oleh kalangan keluarga
kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan
Semenanjung Malaya. Bentuk bahasa ini
lebih sulit, penggunaannya sangat halus,
penuh sindiran, dan tidak ekspresif.
 Perkembangan dan pertumbuhan bahasa
Melayu bisa dilihat dari beberapa peninggalan
berikut:
 Tulisan yang terdapat pada batu nisan di

Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380 M.


 Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang, pada

tahun 683.
 Prasasti Talang Tuo, di Palembang, pada

tahun 684.
 Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada

tahun 686.
 Prasasti Karang Brahi Bangko, Merangi,

Jambi, pada tahun 688.


 Semua prasasti beraksara Pallawa dengan bahasa
Melayu Kuno. Hal ini memberi petunjuk bahwa
bahasa Melayu dalam bentuk bahasa Melayu Kuno
sudah dipakai sebagai alat komunikasi pada zaman
Sriwijaya.
 Prasasti-prasasti lain dalam bahasa Melayu Kuno
juga terdapat di Jawa, yaitu:
 Jawa Tengah: Prasasti Gandasuli, tahun 832, dan
Prasasti Manjucrigrha.
 Bogor: Prasasti Bogor, tahun 942.
 Kedua prasasti di Pulau Jawa itu memperkuat
dugaan bahwa bahasa Melayu Kuno pada saat itu
tidak hanya dipakai di Sumatera, tetapi juga dipakai
di Jawa.
 Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan
sebagai lingua franca, namun pada waktu itu belum
banyak yang menggunakannya sebagai bahasa
ibu. Bahasa ibu masih menggunakan bahasa
daerah yang jumlahnya mencapai 360 bahasa.
 Pada pertengahan 1800-an, Alfred Russel Wallace
menuliskan di bukunya Malay Archipelago bahwa,
“benghuni Malaka telah memiliki suatu bahasa
tersendiri yang bersumber dari cara berbicara yang
paling elegan dari negara-negara lain sehingga
bahasa orang Melayu adalah yang paling indah,
tepat, dan dipuji di seluruh dunia Timur. Bahasa
mereka adalah bahasa yang digunakan di seluruh
Hindia Belanda.”
 Jan Huyghen van Linschoten di dalam bukunya
Itinerario menuliskan bahwa, “Malaka adalah
tempat berkumpulnya nelayan dari berbagai
negara. Mereka lalu membuat sebuah kota dan
mengembangkan bahasa mereka sendiri dengan
mengambil kata-kata yang terbaik dari segala
bahasa di sekitar mereka. Kota Malaka, karena
posisinya yang menguntungkan, menjadi bandar
yang utama di kawasan Tenggara Asia, bahasanya
yang disebut dengan Melayu menjadi bahasa yang
paling sopan dan paling pas di antara bahasa-
bahasa di Timur Jauh.”
 Bahasa Indonesia modern dapat dilacak
sejarahnya dari literatur Melayu Kuno. Pada awal
abad ke-20, bahasa Melayu pecah menjadi dua. Di
tahun 1901, Indonesia di bawah Belanda
mengadopsi ejaan Van Ophuijsen, sedangkan
pada tahun 1904 Malaysia di bawah Inggris
mengadopsi ejaan Wilkinson.
 Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai
bahasa nasional pada saat Sumpah Pemuda 28
Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu
sebagai bahasa nasional atas usulan Muhammad
Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli
sejarah.
 Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di
Jakarta, Yamin mengatakan bahwa, “Jika mengacu
pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di
Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua
bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa
persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari
dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun
akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa
persatuan.”
 Selanjutnya perkembangan bahasa dan
kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi oleh
sastrawan Minangkabau, seperti: Marah Rusli, Abdul
Muis, Nur Sutan Iskandar, Sutan Takdir Alisyahbana,
Hamka, Roestam Effendi, Idrus, dan Chairil Anwar.
Sastrawan tersebut banyak mengisi dan menambah
perbendaharaan kata, sintaksis, maupun morfologi
bahasa Indonesia.
PERKEMBANGAN BAHASA
INDONESIA SESUDAH MERDEKA
 Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober
1928. pada saat itu, para pemuda dari berbagai
pelosok nusantara berkumpul dalam rapat, para
pemuda berikrar:
 Kami putra dan putri Indonesia mengaku

bertumpah darah yang satu, tanah air


Indonesia.
 Kami putra dan putri Indonesia mengaku

berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.


 Kami putra dan putri Indonesia menjunjung

tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.


 Ikrar para pemuda ini dikenal dengan
nama “Sumpah Pemuda”.
 Unsur yang ketiga dari “Sumpah Pemuda”
merupakan pernyataan tekad bahwa
bahasa Indonesia merupakan bahasa
persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun
1928 bahasa Indonesia dikokohkan
kedudukannya sebagai bahasa nasional.
 Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya
sebagai bahasa negara pada taggal 18 Agustus
1945, karena pada saat itu Undang – Undang
dasar 1945 di sahkan sebagai Undang – Undang
Dasar Negara Republik Indonesia. Di dalam UUD
1945 disebutkan bahwa “Bahasa negara adalah
bahasa Indonesia” (Bab XV, Pasal 36)
 Prolamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17
Agustus 1945, telah mengkukuhkan kedudukan
dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional
sebagai bahasa negara. Kini bahasa Indonesia
dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai