Anda di halaman 1dari 22

MODUL 2

SEJARAH, KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

A. Sejarah Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu termasuk dalam rumpun bahasa
Austronesia yang telah digunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) di
Nusantara sejak abad-abad awal penanggalan modern, paling tidak dalam bentuk
informalnya. Bentuk bahasa sehari-hari ini sering dinamai dengan istilah Melayu pasar.
Jenis ini sangat lentur sebab sangat mudah dimengerti dan ekspresif, dengan toleransi
kesalahan sangat besar dan mudah menyerap istilah-istilah lain dari berbagai bahasa
yang digunakan para penggunanya.
Selain Melayu pasar terdapat pula istilah Melayu tinggi. Pada masa lalu bahasa
Melayu tinggi digunakan kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Malaya, dan
Jawa. Bentuk bahasa ini lebih sulit karena penggunaanya sangat halus, penuh sindiran,
dan tidak seekspresif bahasa Melayu pasar. Pemerintah kolonial Belanda yang
menganggap kelenturan bahasa Melayu pasar mengancam keberadaan bahasa dan
budaya. Belanda berusaha meredamnya dengan mempromosikan bahasa Melayu tinggi,
diantaranya dengan penerbitan karya sastra dalam bahasa Melayu tinggi oleh Balai
Pustaka, tetapi bahasa Melayu pasar sudah terlanjur diambil oleh banyak pedagang yang
melewati Indonesia.
Penamaan istilah “bahasa Melayu” telah dilakukan pada masa sekitar 683-686 M,
yaitu angka tahun yang tercantum pada beberapa prasasti berbahasa Melayu kuno dari
Palembang dan Bangka. Prasasti ini ditulis dengan aksara Pallawa atas perintah raja
Kerajaan Sriwijaya, kerajaan maritim yang Berjaya pada abad ke-7 dan ke-8. Wangsa
Syailendra juga meninggalkan beberapa prasasti Melayu kuno di Jawa Tengah, Keping
Tembaga Liguna yang ditemukan di dekat Manila juga menunjukan keterkaitan wilayah
itu dengan Sriwijaya.
Awal penamaan bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari Sumpah
Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Di sana, pada Kongres Nasional Kedua di

1
Jakarta, dicanangkanlah penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk negara
Indonesia pascakemerdekaan. Soekarno tidak memilih bahasanya sendiri, Jawa (yang
sebenarnya juga bahasa mayoritas pada waktu itu), namun beliau memilih bahasa
Indonesia yang beliau dasarkan dari bahasa Melayu yang dituturkan di Riau.
Bahasa Melayu Riau dipilih sebagai bahasa persatuan Negara Republik Indonesia
atas beberapa pertimbangan sebagai berikut:
1. Jika bahasa Jawa digunakan, suku-suku bangsa atau puak lain di Republik Indonesia
akan merasa dijajah oleh suku jawa yang merupakan puak (golongan) mayoritas di
Republik Indonesia.
2. Bahasa jawa jauh lebih sukar dipelajari dibandingkan dengan bahasa Melayu Riau.
Ada tingkatan bahasa halus, biasa, dan kasar yang digunakan untuk orang yang
berbeda dari segi usia, derajat, ataupun pangkat. Bila pengguna kurang memahami
budaya jawa, ia dapat menimbulkan kesan negatif yang lebih besar.
3. Bahasa melayu Riau yang dipilih, dan bukan bahasa Melayu Pontianak,
Banjarmasin, Samarinda, Maluku, Jakarta (Betawi), ataupun Kutai, dengan
pertimbangan: Pertama, suku Melayu berasal dari Riau, Sultan Malaka yang
terakhir pun lari ke Riau selepas Malaka direbut oleh Portugis. Kedua, sebagai
lingua franca, bahasa Melayu Riau yang paling sedikit terkena pengaruh misalnya
dari bahasa Tionghoa Hokkien, Tio Ciu, Ke, ataupun dari bahasa lainnya.
4. Pengguna bahasa melayu bukan hanya terbatas di Republik Indonesia. Pada 1945,
pengguna bahasa Melayu selain Republik Indonesia yaitu Malaysia, Brunei, dan
Singapura. Pada saat itu, dengan menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa
Persatuan diharapkan di negara-negara kawasan seperti Malaysia, Brunei, dan
Singapura bisa ditumbuhkan semangat patriotik dan nasionalisme negara-negara di
Asia Tenggara.
Dengan memilih bahasa Melayu Riau, para pejuang kemerdekaan seperti pada
masa Islam berkembang di Indonesia, namun kali ini dengan tujuan persatuan dan
kebangsaan. Bahasa Indonesia yang telah dipilih ini kemudian distandardisasi
(dibakukan) lagi dengan nahu (tata bahasa), dan kamus baku juga diciptakan. Hal ini
telah dilakukan pada zaman Penjajahan Jepang.

2
Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II 1954 di Medan, antara lain menyatakan
bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan
berkembang dari bahasa Melayu sejak zaman dahulu sudah digunakan sebagai bahasa
perhubungan (lingua franca) bukan hanya dikepulauan nusantara, melainkan juga
hampir di seluruh Asia Tenggara.
Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Bukti
yang menyatakan itu ialah dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit, berangka
683 M (Palembang); Talang Tuwo, berangka 684 M (Palembang); Kota Kapur,
berangka 686 M (Bangka Barat); dan Karang Brahi, berangka 688 M (Jambi). Prasasti
itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa melayu kuno itu tidak hanya dipakai pada
zaman Sriwijaya karena di Jawa Tengah (Gandasuli) juga ditemukan prasasti berangka
tahun 832 M dan di Bogor ditemukan prasasti berangka tahun 942 M yang juga
menggunakan bahasa Melayu Kuno.
Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu
bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa
perhubungan antarsuku di Nusantara dan sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai
bahasa antarsuku di Nusantara maupun sebagai bahasa yang digunakan terhadap para
pedagang yang datang dari luar Nusantara.
Informasi dari seorang ahli sejarah cina, I-Tsing, yang balajar agama Budha di
Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen-Luen (I-Tsing, 63:159), Kou-Luen (I-Tsing,
183), Koen-Luen (Ferrand, 1919), Kw’enlun (Alisjahbana, 1971:1089), Kun’lun
(Prentice, 1078:19), yang berdampingan dengan Sanskerta. Yang dimaksud Koen-luen
adalah bahasa perhubungan (lingua franca) di Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa
Melayu.
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari
peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis seperti tulisan pada batu
nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka 1380 M, maupun hasil susastra (abad ke-16 dan
ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu,
Tajussalatin, dan Bustanussalatin.

3
Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan menyebarnya agama
Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara
sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan
antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal tingkat tutur.
Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah Nusantara serta makin
berkembang dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai di
daerah di wilayah Nusantara dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya
daerah. Bahasa Melayu menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa
Sanskerta, Persia, Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun dalam
perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan
mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi
antar perkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu. Pemuda
Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat
bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh
bangsa Indonesia. Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda kita
mengikrarkan Sumpah Pemuda. Naskah Putusan Kongres Pemuda Indonesia Tahun
1928 itu berisi tiga butir kebulatan tekad sebagai berikut:
Pertama : Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertanah air satu, tanah air
Indonesia.
Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa
Indonesia.
Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.
Pernyataan yang pertama adalah pengakuan bahwa pulau-pulau yang bertebaran
dan lautan yang menghubungkan pulau-pulau yang merupakan wilayah Republik
Indonesia sekarang satu kesatuan tumpah darah (tempat kelahiran) yang disebut Tanah
Air Indonesia. Pernyataan yang kedua adalah pengakuan bahwa manusia-manusia yang
menempati bumi Indonesia itu merupakan satu kesatuan yang disebut bangsa Indonesia.
Pernyataan yang ketiga tidak merupakan pengakuan “berbahasa satu,” tetapi merupakan

4
pernyataan tekad kebahasaan yang menyatakan bahwa kita, bangsa Indonesia,
menjunjung tinggi bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia. Dengan diikrarkannya
Sumpah Pemuda, resmilah bahasa Melayu, yang dipakai sejak abad VII itu menjadi
bahasa Indonesia.
Peristiwa-Peristiwa Penting yang berkaitan dengan perkembangan bahasa
Indonesia diantaranya sebagai berikut:

1. Pada tahun 1901 disusun ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A van Ophuijsen dan
dimuat dalam Kitab Logat Melayu.
2. Tahun 1908 pemerintah kolonial mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku
bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Anak),
yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Badan penerbit ini
menerbitkan novel-nolel, seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku
penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit
membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas. Kehadiran dua
novel itu di masa kini di toko buku menjadi bukti bahwa bahasa Indonesia sudah
ada dan sudah dipakai sebelum tahun 1928.
3. Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan saat-saat yang penting menentukan dalam
perkembangan bahasa Indonesia karena pada tanggal 28 Oktober 1928 itulah para
pemuda pilihan memancangkan tonggak yang kuat untuk perjalanan bahasa
persatuan Indonesia.
4. Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya
sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana dan kawan-
kawan.
5. Tanggal 25 - 28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari
hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan
bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan
Indonesia saat itu.

5
6. Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945, yang
salah satu pasalnya (Bab XV, Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara.
7. Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi)
sebagai pengganti Ejaan van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
8. Tanggal 28 Oktober s.d. 2 November 1954 diselenggarakan Kongres Bahasa
Indonesia II di Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia
untuk terus menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai
bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
9. Tanggal 16 Agustus 1972 H.M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia, meresmikan
penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD) melalui pidato
kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan
Presiden No. 57 tahun 1972.
10. Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman
Umum Pembentukan Istilah, resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan
Nusantara).
11. Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28
Oktober s.d. 2 November 1978 merupakan peristiwa penting bagi kehidupan bahasa
Indonesia. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda
yang ke- 50 ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan
bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan
fungsi bahasa Indonesia.
12. Kongres Bahasa Indonesia IV diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 21-26
November 1983. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari
Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang
tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada
semua warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik
dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.

6
13. Kongres Bahasa Indonesia V diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober
s.d. 3 November 1988. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira 700 pakar bahasa
Indonesia dari seluruh Indonesia dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei
Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu
ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa kepada pecinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar
Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
14. Kongres Bahasa Indonesia VI diselenggarakan di Jakarta tanggal 28 Oktober s.d. 2
November 1993. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53
peserta tamu dari mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman,
Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika
Serikat. Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan
disusunnya Undang-undang Bahasa Indonesia.
15. Kongres Bahasa Indonesia VII diselenggarakan di Hotel Indonesia, Jakarta tanggal
26-30 Oktober 1998. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan
Bahasa dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Keanggotaannya terdiri tokoh masyarakat dan pakar yang mempunyai
kepedulian terhadap bahasa dan sastra.
b. Tugasnya memberikan nasihat kepada Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa serta mengupayakan peningkatan status kelembagaan Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa.
16. Kongres Bahasa Indonesia VIII. Kongres ini diselenggarakan di Jakarta pada
tanggal 14-17 Oktober 2003.
17. Kongres IX Bahasa Indonesia. Kongres ini akan membahas tiga persoalan utama:
1) bahasa Indonesia; 2) bahasa daerah; dan 3) penggunaan bahasa asing. Tempat
kongres di Jakarta, pada tanggal 28 Oktober – 1 November 2008 di Hotel Bumi
Karsa, Kompleks Bidakara, Jalan M.T. Haryono, Jakarta selatan. Secara umum
Kongres IX Bahasa Indonesia ini bertujuan meningkatkan peran bahasa dan sastra

7
Indonesia Dalam mewujudkan insan Indonesia cerdas kompetitif menuju Indonesia
yang bermartabat, berkepribadian, dan berperadaban unggul.

B. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara


Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa Negara pada tanggal
18 Agustus 1945, karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang dasar 1945
disebutkan bahwa Bahasa negara ialah bahasa Indonesia (Bab XV, Pasal 36).
Dengan berlakunya Undang-Undang Dasar 1945, bertambah pula kedudukan
bahasa Indonesia, yaitu sebagai bahasa negara dan bahasa resmi. Dalam kedudukannnya
sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia dipakai dalam segala upacara, peristiwa, dan
kegiatan kenegaraan, baik lisan maupun tulis. Dokumen-dokumen, undang-undang,
peraturan-peraturan, dan surat-surat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan instansi
kenegaraan lainnya ditulis dalam bahasa Indonesia. Pidato-pidato kenegaraan ditulis
dan diucapkan dengan bahasa Indonesia. Hanya dalam kondisi tertentu saja, demi
komunikasi internasional (antarbangsa dan antarnegara), kadang-kadang pidato
kenegaraan ditulis dan diucapkan dengan bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Warga
masyarakat pun dalam kegiatan yang berhubungan dengan upacara dan peristiwa
kenegaraan harus menggunakan bahasa Indonesia. Untuk melaksanakan fungsi sebagai
bahasa negara, bahasa perlu senantiasa dibina dan dikembangkan. Penguasaan bahasa
Indonesia perlu dijadikan salah satu faktor yang menentukan dalam pengembangan
ketenagaan, baik dalam penerimaan karyawan atau pegawai baru, kenaikan pangkat,
maupun pemberian tugas atau jabatan tertentu pada seseorang. Fungsi ini harus
diperjelas dalam pelaksanaannya sehingga dapat menambah kewibawaan bahasa
Indonesia.
Dalam kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia
bukan saja dipakai sebagai alat komunikasi timbal balik antara pemerintah dan
masyarakat luas, dan bukan saja dipakai sebagai alat perhubungan antardaerah dan
antarsuku, tetapi juga dipakai sebagai alat perhubungan formal pemerintahan dan
kegiatan atau peristiwa formal lainnya. Misalnya, surat-menyurat antar-instansi

8
pemerintahan, penataran para pegawai pemerintahan, lokakarya masalah pembangunan
nasional, dan surat dari karyawan atau pegawai ke instansi pemerintah.
Dengan kata lain, apabila pokok persoalan yang dibicarakan menyangkut masalah
nasional dan dalam situasi formal, berkecenderungan menggunakan bahasa Indonesia.
Apalagi, diantara pelaku komunikasi tersebut jarak sosial yang cukup jauh, misalnya
antara bawahan-atasan, mahasiswa-dosen, kepala dinas-bupati atau wali kota, dan
kepala desa-camat.
Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan bahasa Indonesia dengan
pesat. Peranan kegiatan politik perdagangan, persuratkabaran, dan majalah sangat besar
dalam memodernkan bahasa Indonesia. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,
17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara
konstitusional sebagai bahasa negara. Kini, bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai
lapisan masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Sejarah bahasa Indonesia cukup jelas menyebutkan apa fungsi dan bagaimana
kedudukan bahasa Indonesia bagi bangsa Indonesia. Fungsi bahasa Indonesia bagi
bangsa Indonesia ialah sebagai pemersatu suku-suku bangsa di Republik Indonesia yang
beraneka ragam. Setiap suku bangsa yang begitu menjunjung tinggi nilai adat dan
bahasa daerahnya masing-masing disatukan dan disamakan derajatnya dalam sebuah
bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia, dan memandang akan pentingnya persatuan
dan kesatuan bangsa Indonesia, maka setiap suku bangsa di Indonesia bersedia
menerima bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional. Selin itu, fungsi dari bahasa
Indonesia ialah sebagai bahasa Ibu yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi bagi
yang tidak bisa berbahasa daerah. Seiring perkembangan zaman, sebagaian besar warga
negara Indonesia melakukan transmigrasi atau pindah dari daerah dia berasal ke daerah
lain di Indonesia, sehingga di sinilah peran dan fungsi bahasa Indonesia sebagai alat
komunikasi di antarsuku bangsa yang berbeda, agar mereka tetap saling berinteraksi.
Kedudukan bahasa Indonesia di negara Republik Indonesia selain sebagai bahasa
persatuan juga sebagai bahasa negara atau bahasa nasional dan sebagai bahasa budaya.
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, maksudnya telah jelas karena

9
fungsi bahasa Indonesia itu sendiri ialah sebagai pemersatu suku bangsa yang beraneka
ragam yang ada di Indonesia.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara atau bahasa Nasional, maksudnya bahasa
Indonesia itu ialah bahasa yang sudah diresmikan menjadi bahasa bagi seluruh bangsa
Indonesia. Adapun bahasa Indonesia sebagai budaya, maksudnya bahasa Indonesia itu
merupakan bagian dari budaya Indonesia dan merupakan cirikhas atau pembeda dari
bangsa-bangsa lain di dunia.

C. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan


Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa
bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sejak peristiwa
Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 itulah bahasa Indonesia dikukuhkan
kedudukannya sebagai bahasa nasional.
Pengangkatan status ini ternyata bukan hanya isapan jempol. Bahasa Indonesia
bisa menjalankan fungsinya sebagai pemersatu bangsa Indonesia. Dengan
menggunakan bahasa Indonesia, rasa kesatuan dan persatuan bangsa berbagai etnis yang
terpuruk dapat ditingkatkan. Kehadiran bahasa Indonesia di tengah-tengah ratusan
bahasa daerah tidak menimbulkan sentimen negatif bagi etnis yang menggunakannya.
Sebaliknya, justru kehadiran bahasa Indonesia dianggap sebagai pelindung sentimen
kedaerahan dan sebagai penengah ego kesukuan.
Dalam hubungannya sebagai alat untuk menyatukan berbagai suku yang
mempunyai latar belakang budaya dan bahasa masing-masing, bahasa Indonesia justru
dapat menyerasikan hidup sebagai bangsa yang bersatu tanpa maninggalkan identitas
kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial-budaya serta latar belakang bahasa
etnik yang bersangkutan. Bahkan, lebih dari itu, dengan bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan, kepentingan nasional diletakkan jauh di atas kepentingan daerah dan
golongan.
Latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda-beda berpotensi untuk
menghambat perhubungan antardaerah antarbudaya. Tetapi, berkat bahasa Indonesia,
etnis yang satu bisa berhubungan dengan etnis yang lain sedemikian rupa sehingga tidak

10
menimbulkan kesalahpahaman. Setiap orang Indonesia apa pun latar belakang etnisnya
dapat bepergian ke pelosok Tanah Air dengan memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai
alat komunikasi. Kenyataan ini membuat adanya peningkatan dalam penyebarluasan
pemakaian bahasa Indonesia dalam fungsinya sebagai alat perhubungan antardaerah
antarbudaya. Semuanya terjadi karena bertambah baiknya sarana perhubungan, luasnya
pemakaian alat perhubungan umum, banyaknya jumlah perkawinan antarsuku, dan
banyaknya perpindahan pegawai negeri atau karyawan swasta dari derah satu ke daerah
yang lain karena mutasi tugas atau inisiatif sendiri.

D. Fungsi Bahasa
Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat komunikasi antaranggota masyarakat.
Fungsi tersebut digunakan dalam berbagai lingkungan, tingkatan, dan kepentingan yang
beraneka ragam, misalnya, komunikasi ilmiah, komunikasi bisnis, komunikasi kerja,
komunikasi sosial, dan komunikasi budaya. Selaku makhluk sosial manusia
memerlukan orang lain sebagai mitra berkomunikasi, manusia memang memakai dua
cara berkomunikasi, yaitu secara verbal dan nonverbal. Berkomunikasi secara verbal
dengan menggunakan alat/media bahasa (lisan dan tulis). Sedangkan berkomunikasi
secara nonverbal dengan menggunakan media selain bahasa. Alat berkomunikasi
nonverbal wujudnya berupa simbol, isyarat, kode, dan bunyi, misalnya tanda lalulintas,
morse, lambaian tangan, sirine, kentongan, dll.
Dalam literatur bahasa, para ahli umumnya merumuskan fungsi bahasa bagi setiap
orang ada empat, yaitu (1) Sebagai alat berkomunikasi, (2) Sebagai alat
mengekspresikan diri, (3) Sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial, (4) Sebagai
alat kontrol sosial.
Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, seperti yang
tercantum pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 yang berbunyi
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ini
berarti bahwa bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional; kedudukannya
di atas bahasa-bahasa daerah. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai: (1) lambang yang dapat memberikan kebanggaan jati diri

11
pemakainya sebagai bangsa Indonesia, (2) lambang identitas nasional yang dapat
dikenali oleh masyarakat pemakai dan di luar pemakainya, (3) alat pemersatu penduduk
antarpulau di seluruh wilayah Indonesia, dan (4) alat komunikasi antardaerah dan
antarbudaya.
Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa Negara pada tanggal
18 Agustus 1945, karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar
1945 disebutkan bahwa bahasa Negara ialah bahasa Indonesia (Bab XV, Pasal 36).
Dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai: (1)
bahasa dalam kegiatan resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar di sekolah dan lembaga-
lembaga pendidikan, (3) alat komunikasi pada tingkat nasional untuk kepentingan
pembangunan dan pemerintahan, dan (4) Alat pengembangan budaya, ilmu
pengetahuan, dan teknologi.

E. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni.


Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia itu telah menempatkan bahasa
Indonesia dalam dua kedudukan penting, yakni sebagai bahasa nasional dan bahasa
negara. Sejak diikrarkan sebagai bahasa nasional dan ditetapkan sebagai bahasa negara,
bahasa Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan itu
telah mengantarkan bahasa Indonesia sebagai lambang jati diri bangsa dan sebagai alat
pemersatu suku bangsa yang berbeda-beda latar belakang sosial, budaya, agama, dan
bahasa daerahnya, Di samping itu bahasa Indonesia juga telah mampu mengemban
fungsinya sebagai sarana komunikasi modern dalam penyelenggaraan pemerintahan,
pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi, serta seni.
Pencantuman bahasa Indonesia dalam Bab XV, Pasal 36 UUD 1945, bahasa
Indonesia berkedudukan juga sebagai bahasa budaya dan bahasa ilmu. Dalam
hubungannya sebagai bahasa budaya, bahasa Indonesia merupakan satu-satunya alat
yang memungkinkan untuk membina dan mengembangkan kebudayaan nasional
sedemikian rupa karena bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri dan identitas sendiri, yang
membedakannya dengan kebudayaan daerah. Saat ini, bahasa Indonesia digunakan

12
sebagai alat untuk menyatakan semua nilai sosial budaya nasional. Pada situasi inilah
bahasa Indonesia telah menjalankan kedudukannya sebagai bahasa budaya.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa ilmu, bahasa Indonesia berfungsi sebagai
bahasa pendukung ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) untuk kepentingan
pembangunan nasional. Penyebarluasan IPTEK dan pemanfaatannya kepada
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan negara dilaksanakan dengan menggunakan
bahasa Indonesia. Penulisan dan penerjemahan buku-buku teks serta penyajian
pelajaran atau perkuliahan di lembaga-lembaga pendidikan untuk masyarakat umum
dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Dengan demikian, masyarakat
Indonesia tidak bergantung sepenuhnya kepada bangsa-bangsa asing (bahasa sumber)
dalam usaha mengikuti perkembangan dan penerapan IPTEK. Dengan demikian, bahasa
Indonesia mempunyai peran sebagai bahasa pengembang ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Bahasa Indonesia dipakai pula sebagai alat untuk mengantar masyarakat dan
menyampaikan ilmu pengetahuan kepada berbagai kalangan dan tingkat pendidikan.
Semua jenjang pendidikan dalam penyampaiannya tentu menggunakan bahasa
Indonesia sebagai pengantarnya. Karena itu, bahasa Indonesia jelas mempunyai peran
penting sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penyebarannya dalam
dunia pendidikan.

F. Bahasa Indonesia sebagai bahasa dalam pembangunan.


Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi Republik Indonesia. Pada saat ini,
bahasa Indonesia digunakan oleh hampir seluruh rakyat Indonesia. Bahasa Indonesia
merupakan bahasa resmi, dan bahasa pertama yang digunakan, selain bahasa daerah.
Sebagai bahasa resmi negara, bahasa Indonesia digunakan dalam berbagai kesempatan
dan kegiatan.
Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia mempunyai fungsi sebagai alat
perhubungan pada tingkat nasional dalam berbagai kepentingan nasional. Perencanaan
dan pelaksanaan pembangunan sebagai kepentingan nasional tentu akan menggunakan

13
bahasa Indonesia. Karena itulah, bahasa Indonesia akan digunakan dalam kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.
Bahasa Indonesia memiliki peran penting di dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Perannya tampak di dalam kehidupan masyarakat di berbagai
wilayah tanah air Indonesia. Komunikasi perhubungan pada berbagai kegiatan
masyarakat telah memanfaatkan bahasa Indonesia di samping bahasa daerah sebagai
wahana dan peranti untuk membangun kesepahaman, kesepakatan, dan persepsi yang
memungkinkan terjadinya kelancaran pembangunan masyarakat di berbagai bidang.
Bahasa Indonesia sebagai milik bangsa, dalam perkembangannya dari waktu ke
waktu telah teruji keberadaaanya, baik sebagai bahasa persatuan maupun sebagai bahasa
resmi negara. Adanya gejolak dan kerawanan yang mengancam kerukunan dan kesatuan
bangsa Indonesia bukanlah bersumber dari bahasa persatuannya, bahasa Indonesia yang
dimilikinya, melainkan bersumber dari krisis multidimensional terutama krisis
ekonomi, hukum, politik, dan pengaruh globalisasi. Justru, bahasa Indonesia hingga kini
menjadi perisai pemersatu yang belum pernah dijadikan sumber permasalahan oleh
masyarakat pemakainya yang bersasal dari berbagai ragam suku dan derah. Hal ini dapat
terjadi, karena bahasa Indonesia dapat menempatkan dirinya sebagai sarana komunikas
efektif, berdampingan dan bersama-sama dengan bahasa daerah yang ada di Nusantara
dalam mengembangkan dan melancarkan berbagai aspek kehidupan dan kebudayaan,
termasuk pengembangan bahasa-bahasa daerah. Dengan demikian, bahasa Indonesia
dan juga bahasa daerah memilki peran penting dalam memajukan pembangunan
masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan.

G. Politik Bahasa Nasional


Politik bahasa nasional adalah pengelolaan penggunaan bahasa nasional, untuk
diteliti dan dikembangkan sesuai dengan kedudukan dan fungsinya. Dalam upaya
pergelolaan dan pengembangan bahasa Indonesia ini perlu payung hukum yang harus
diprakarsai oleh keputusan-keputusan politik. Kongres bahasa Indonesia dan Undang-
Undang bahasa adalah piranti politik bahasa nasional yang sangat strategis untuk
pengembangan bahasa ke depan.

14
Menurut Dendy Sugono, Politik bahasa nasional adalah kebijakan di bidang
kebahasaan dan kesastraan secara nasional, yaitu kebijakan yang meliputi bahasa
Indonesia, bahasa daerah, dan penggunaan bahasa asing. Kebijakan bahasa nasional itu
perlu dirumuskan berdasarkan penelitian berbagai aspek bahasa dan sastra, baik masa
lalu maupun masa kini. Hasil penelitian itu diolah untuk kodefikasi sebagai acuan
pengguna bahasa, di samping untuk keperluan dokumentasi. Dari waktu ke waktu aspek
bahasa yang digarap dalam telaah bahasa adalah kosa kata dan tata bahasa yang
kemudian telaah itu berkembang ke aspek fonologi setelah para ahli bahasa
memanfaatkan ilmu fisika. Pada kesempatan selanjutnya sosiologi pun menganugerahi
telaah bahasa sehingga telaah bahasa tidak hanya berkaitan dengan kata dan tata cara
penggunaanya untuk berpikir, berekspresi, dan berkomunikasi serta bagaimana
menghasilkan bahasa, tetapi mencakup masyarakat pengguna bahasa yang
bersangkutan.
Minto Rahayu selanjutnya menyampaikan bahwa dalam penetapan politik bahasa
nasional, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:
1. Latar Belakang Penutur Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia digunakan oleh seluruh bangsa Indonesia yang memiliki
keanekaragaman dalam bahasa Ibu, adat istiadat, budaya, pendidikan, bahkan
kepentingan. Mungkinkan bahasa Indonesia memiliki satu corak untuk seluruh
pemakainya?
2. Bahasa Indonesia Lisan dan Tulis
Bahasa Indonesia mengenal bentuk lisan dan bentuk tulis, yang memiliki
karakteristik perbedaan. Bahkan lisan di setiap daerah memiliki dialek/corak yang
tersendiri karena pengaruh adat dan budaya setempat. Bahasa lisan jauh lebih sulit
dibakukan daripada bahasa tulis.
3. Kosa Kata Bahasa daerah
Perekayasaan bahasa Indonesia oleh bahasa daerah dan bahasa asing telah menyerap
berbagai unsur fonologi, morfologi, dan sintaksis serta kosa kata yang tidak sedikit
jumlahnya. Bahasa daerah hendaknya diajarkan sebagai pendukung bahasa
nasional.

15
4. Peranan Bahasa Asing
Bahasa Indonesia perlu diperkaya dan disempurnakan dengan berbagai istilah agar
dapat mengikuti laju perkembangan ilmu dan teknologi modern. Perlu penetapan
kebijaksanaan tentang kedudukan bahasa asing dalam kepentingan nasional dan
tujuan yang hendak dicapai dalam pengajaran bahasa asing.

H. Undang-Undang Bahasa
Sejak tanggal 9 Juli 2009 keberadaan dan penggunaan bahasa Indonesia diatur
dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang “Bendera, Bahasa, dan
Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan”. Bab dan pasal-pasal, yang mengatur
tentang bahasa, yaitu:

BAB III
BAHASA NEGARA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 25
(1) Bahasa Indonesia dinyatakan sebagai bahasa resmi Negara dalam Pasal 36 Undang-
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 bersumber dari
bahasa yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 sebagai
bahasa persatuan yang dikembangkan sesuai dengan dinamika peradaban bangsa.
(2) Bahasa Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi sebagai jati diri
bangsa kebanggaan nasional, sarana pemersatu berbagai suku bangsa, serta sarana
komunikasi antardaerah dan antarbudaya daerah.
(3) Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi Negara sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, pengantar pendidikan, komunikasi
tingkat nasional, pengembangan kebudayaan nasional, transaksi dan dokumentasi
niaga, serta sarana pengembang dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
dan bahasa media masa.

16
Bagian Kedua

Penggunaan Bahasa Indonesia

Pasal 26

Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam peraturan perundang-undangan.

Pasal 27

Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam dokumen resmi Negara.

Pasal 28

Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam pidato resmi Presiden, Wakil Presiden, dan
pejabat Negara lain yang disampaikan di dalam atau di luar negeri.

Pasal 29

(1) Bahasa Indonesia wajib digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan
nasional.
(2) Bahasa pengantar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menggunakan bahasa
asing untuk tujuan yang mendukung kemampuan berbahasa asing peserta didik.
(3) Penggunaan Bahasa Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
untuk satuan pendidikan asing atau satuan pendidikan khusus yang mendidik warga
Negara asing.

Pasal 30

Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam pelayanan administrasi publik di instansi


pemerintahan.

17
Pasal 31

(1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam nota kesepahaman atau perjanjian yang
melibatkan lembaga Negara, instansi pemerintah Republik Indonesia, lembaga
swasta Indonesia atau perseorangan warga Negara Indonesia.
(2) Nota kesepahaman atau perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
melibatkan pihak asing ditulis juga dalam bahasa nasional pihak asing tersebut
dan/bahasa Inggris.
Pasal 32
(1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam forum yang bersifat nasional atau forum
yang bersifat internasional di Indonesia.
(2) Bahasa Indonesia dapat digunakan dalam forum yang bersifat internasional di luar
negeri.
Pasal 33
(1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam komunikasi resmi lingkungan kerja
pemerintah dan swasta.
(2) Pegawai di lingkungan kerja lembaga pemerintah dan swasta sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang belum mampu berbahasa Indonesia wajib mengikuti
atau diikutsertakan dalam pembelajaran untuk meraih kemampuan berbahasa
Indonesia.

Pasal 34

Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam laporan setiap lembaga atau perseorangan
kepada instansi pemerintahan.

Pasal 35

(1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam penulisan karya ilmiah dan publikasi
karya ilmiah di Indonesia.
(2) Penulisan dan publikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk tujuan atau
bidang kajian khusus dapat menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing.

18
Pasal 36
(1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam nama geografi di Indonesia.
(2) Nama geografi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya memiliki 1 (satu) nama
resmi.
(3) Bahasa Indonesia wajib digunakan untuk nama bangunan atau gedung, jalan, apar-
temen atau permukiman, perkantoran, kompleks perdagangan, merek dagang,
lembaga usaha, lembaga pendidikan, organisasi yang didirikan atau dimiliki oleh
warga Negara Indonesia atau badan hukum Indonesia.
(4) Penamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) dapat menggunakan
bahasa daerah atau bahasa asing apabila memiliki nilai sejarah, budaya, adat istiadat,
dan/atau keagamaan.
Pasal 37
(1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam informasi tentang produk barang atau jasa
produksi dalam negeri atau luar negeri yang beredar di Indonesia.
(2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilengkapi dengan bahasa
daerah atau bahasa asing sesuai dengan keperluan.

Pasal 38

(1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam rambu-rambu umum, petunjuk jalan,
fasilitas umum, spanduk, dan alat informasi lain yang merupakan pelayanan umum.
(2) Penggunaan Bahasa Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disertai
bahasa daerah/bahasa asing.
Pasal 39
(1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam informasi melalui media massa.
(2) Media massa sebagaimana dimakasud pada ayat (1) dapat menggunakan bahasa
daerah atau bahasa asing yang mempunyai tujuan khusus atau sasaran khusus.

19
Pasal 40

Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan Bahasa Indonesia sebagaimana dimaksud


dalam pasal 26 sampai dengan Pasal 39 diatur dalam Peraturan Presiden.

Bagian Ketiga

Pengembangan, Pembinaan, dan Perlindungan Bahasa Indonesia.

Pasal 41

(1) Pemerintah wajib mengembangkan, membina, dan melindungi bahasa dan sastra
Indonesia agar tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya dalam kehidupan
bermasyarakat. Berbangsa dan bernegara, sesuai dengan perkembangan zaman.
(2) Pengembangan, pembinaan, dan perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan oleh lembaga kebahasaan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengembangan, pembinaan, dan perlindungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan pemerintah.

Pasal 42

(1) Pemerintah daerah wajib mengembangkan, membina, dan melindungi bahasa dan
sastra agar tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya dalam kehidupan
bermasyarakat sesuai dengan perkembangan zaman dan agar tetap menjadi bagian
dari kekayaan budaya Indonesia.
(2) Pengembangan, pembinaan, dan perlindungan dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan oleh pemerintah daerah di bawah
koordinasi lembaga kebahasaan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengembangan, pembinaan, dan pelindungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

20
Pasal 43

(1) Pemerintah dapat memfasilitasi warga Negara Indonesia yang ingin memiliki
kompetensi berbahasa asing dalam rangka peningkatan daya saing bangsa.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai fasilitasi untuk meningkatkan kompetensi
berbahasa asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

Bagian Keempat

Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia Menjadi Bahasa Internasional

Pasal 44

(1) Pemerintah meningkatkan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa Internasional


secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan.
(2) Peningkatan fungsi Bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikoordinasi oleh lembaga kebahasaan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenasi peningkatan fungsi Bahasa Indonesia menjadi
bahasa Internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Pemerintrah.

Bagian Kelima

Lembaga Kebahasaan

Lembaga Kebahasaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2), Pasal 42 ayat
(2), dan Pasal; 44 ayat (2) dibentuk sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dan
bertanggungjawab kepada Menteri.

21
DAFTAR PUSTAKA

Alek A dan H. Achmad H.P. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.

Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Akademika Pressindo.

--------, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2012. Berbahasa Indonesia Sebagai Mata Kuliah
Pengembang Kepribadian. Tangerang: Pustaka Mandiri.

Hs, Widjono. 2008. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo.

Rahayu, Minto. 2009. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi: Mata Kuliah


Pengembang Kepribadian. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Satata, Sri, Devi Suswandari dan Dadi Waras Suhardjono. 2012. Bahasa Indonesia Mata
Kuliah Pengembang Kepribadian. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Sugono, Dendy. Politik Bahasa Nasional dalam Era Otonomi Daerah, Makalah yang
disampaikan pada seminar Bahasa dan sastra Daerah Riau.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 24 Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa,


dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.

22

Anda mungkin juga menyukai