Anda di halaman 1dari 10

1

Bab I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan

sehari-hari. Demikian juga, Bahasa Indonesia menjadi sarana budaya dan

sarana berpikir masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, peranan Bahasa

Indonesia menjadi sangat penting. Mengingat pentingnya bahasa Indonesia,

kami sebagai mahasiswa dituntut untuk lebih memahami bahasa Indonesia

dengan baik dan benar. Yang salah satunya adalah dengan mengetahui

sejarah bahasa Indonesia.

Untuk itulah materi ini sangat penting untuk dipelajari, karena sangat

disayangkan jika sebagai pemakai bahasa Indonesia tidak mengetahui

tentang sejarah bahasa Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan dari latar belakang diatas, maka dapat ditarik


rumusan masalah, yaitu :
1. Bagaimana sejarah Bahasa Indonesia ?

2. Dimana saja kongres Bahasa Indonesia itu dilaksanakan ?

C. Tujuan Dan Manfaat

1. Untuk mengetahui sejarah bahasa indonesia

2. Untuk mengetahui kongres Bahasa Indonesia

D. Metode Penelitian

Metode penelitiannya menggunakan Metode Deskriptif

1
E. Tinjauan Pustaka

Bahasa Indonesia yang sehari – hari kita gunakan merupakan bahasa

resmi di indonesia yang berasal dari bahasa melayu. Bahasa yang digunakan

berasal dari bahasa melayu Riau tetapi mengalami perkembangan pada abad ke

20,menurut Ir, Soekarno ( 15 agustus 1945 ), Perbedaan bahasa diantara suku

bangsa indonesia tidak akan menghalangi persatuan, tetapi makin luas bahasa

melayu ( Bahasa Indonesia ) tersebar, makin cepat kemerdekaan indonesia

terwujud.

Dengan demikian, perbedaan bahasa disetiap daerah dipersatukan oleh

bahasa melayu yang kemudian diresmikan menjadi bahasa nasional. Menurut

Jan Hygen Van Lischoten, seorang pelaut belanda yang berlayar ke indonesia

mengatakan bahwa, bahasa melayu bukan saja harum namanya tetapi juga

sebagai bahasa yang terhormat. Berbanggalah kita sebagai bangsa indonesia.

2
3

Bab II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Bahasa Indonesia
Pada zaman sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan,

yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu di pakai sebagai bahasa

perhubungan antar suku di Nusantara. Bahasa Melayu di pakai sebagai bahasa

perdagangan, baik sebagai bahasa antar suku di nusantara maupun sebagai bahasa

yang di gunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar Nusantara.

Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar agama Budha

di Sriwijaya, antara lain, menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang bernama

Koen-louen (I-Tsing: 63, 159), Kou-luen (I-Tsing:183), K’ouen-louen (ferrand,

1919), Kw’enlun (alisjahbana, 1971:1089), Kun’lun (Parnikel, 1977:91), K’un-lun

(Prentice, 1978:19), yang berdampingan dengan Sansekerta. Yang dimaksud koen-

luen adalah bahasa perhubungan (lingua pranca) di kepulauan nusantara, yaitu

bahasa Melayu.

Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari

peninggalan-peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti

tulisan pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun

hasil-hasil Susastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat

Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin.

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa

persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.

Penggunaan istilah “bahasa Melayu” telah dilakukan pada masa sekitar 683-686 M,

yaitu angka tahun yang tercantum pada beberapa prasasti berbahasa Melayu kuno

3
dari Palembang dan Bangka. Prasasti-prasati ini ditulis dengan aksara Pallawa atas

perintah raja Kerajaan Sriwijaya. Awal penamaan bahasa Indonesia sebagai jati diri

bangsa bermula dari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada kongres

Nasional Kedua di Jakarta diumumkanlah penggunaan bahasa Indonesia sebagai

bahasa untuk Negara Indonesia pasca-merdeka. Soekarno tidak memilih bahasanya

sendiri, yaitu bahasa Jawa (yang sebenarnya juga bahasa mayoritas pada saat itu),

namun beliau memilih bahasa Indonesia yang beliau dasarkan dari bahasa Melayu

yang dituturkan di Riau.

Bahasa Melayu Riau dipilih sebagai bahasa persatuan negara Republik

Indonesiaatas beberapa pertimbangan sebagai berikut :

1. Jika bahasa Jawa digunakan, suku-suku bangsa atau golongan lain di

Republik Indonesia akan merasa dijajah oleh suku Jawa yang merupakan

golongan mayoritas di Republik Indonesia.

2. Bahasa Jawa jauh lebih sukar dipelajari dibandingkan dengan bahasa

Melayu Riau. Ada tingkatan bahasa halus, biasa, dan kasar yang digunakan

untuk orang yang berbeda dari segi usia, derajat, ataupun pangkat.

3. Bahasa Melayu Riau yang dipilih, dan bukan bahasa Melayu Pontianak,

Banjarmasin, Samarinda, Maluku, Jakarta (Betawi), ataupun Kutai, dengan

pertimbangan :

Pertama, suku Melayu berasal dari Riau, Sultan Malaka yang terakhir pun

lari ke Riau selepas Malaka direbut oleh Portugis.

4
Kedua, sebagai lingua franca, bahasa Melayu Riau yang paling sedikit

terkena pengaruh misalnya dari bahasa Tionghoa Hokkien, ataupun dari

bahasa lainnya.

4. Penggunaan bahasa Melayu bukan hanya terbatas di Republik Indonesia.

Pada 1945, penggunaan bahasa Melayu selain Republik Indonesia yaitu

Malaysia, Brunei, dan Singapura.

Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II 1954 di Medan, antara lain menyatakan

bahwa bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang sejak

zaman dahulu sudah digunakan sebagai lingua franca (bahasa perhubungan). Bukan

hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara

sejak abad ke VII. Bukti yang menyatakan itu adalah ditemukannya prasasti di

Kedukan Bukit, berangka 683 M (Palembang), Talang Tuwo, berangka 684 M

(Palembang), Kota Kapur, berangka 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi,

berangka 688 M (Jambi). Prasasti itu bertuliskan Pra-Nagari berbahasa Melayu

Kuno. Bahasa melayu kuno tidak hanya digunakan pada zaman Sriwijaya, karena

di Jawa Tengah juga ditemukan prasasti tahun 832 M dan di Bogor tahun 942 M

yang menggunakan bahasa melayu kuno.

Bahasa Melayu menyebar kepelosok Nusantara bersamaan dengan

menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima

oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku,

antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena tidak mengenal tingkat tutur.

Bahasa Melayu yang dipakai di daerah di wilayah Nusantara dalam

pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap

5
kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta, Persia, Arab, dan

bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam

berbagai variasi dan dialek. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara

memengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa

Indonesia.

Secara sosiologis, kita bisa mengatakan bahwa bahasa Indonesia bisa

diterima keberadaannya pada tanggal 28 Oktober 1928. Dimana para pemuda

Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat

bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk

seluruh bangsa Indonesia. Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945 bahasa

Indonesia secara resmi di akui keberadaannya dan ditetapkan dalam UUD 1945

pasal 36. Meskipun demikian, hanya sebagian dari penduduk Indonesia yang benar-

benar menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, karena dalam

percakapan sehari-hari yang tidak resmi masyarakat Indonesia lebih suka

menggunakan bahasa daerahnya masing-masing, seperti bahasa Madura, bahasa

Jawa, bahasa Sumbawa , dan lain-lain.

B. Kongres bahasa Indonesia

1. Kongres bahasa Indonesia I

25-28 juni 1938 di Surakarta (solo)

2. Kongres bahasa Indonesia II

28 oktober- 2 november 1954 di Medan

3. Kongres bahasa Indonesia III

28 oktober-3 november 1978 di Jakarta

6
4. Kongres bahasa Indonesia IV

21-26 november 1983 di Jakarta

5. Kongres bahasa Indonesia V

27 oktober- 3 november 1988 di Jakarta

6. Kongres bahasa Indonesia VI

28 oktober- 2 november 1993 di Jakarta

7. Kongres bahasa Indonesia VII

26 oktober- 30 oktober 1998 di Jakarta

8. Kongres bahasa Indonesia VIII

14 oktober- 17 oktober 2003 di Jakarta

7
8

Bab III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bahasa Melayu Riau yang dipilih, dan bukan bahasa Melayu Pontianak,

Banjarmasin, Samarinda, Maluku, Jakarta (Betawi), ataupun Kutai, dengan

pertimbangan :

a. suku Melayu berasal dari Riau, Sultan Malaka yang terakhir pun lari

ke Riau selepas Malaka direbut oleh Portugis.

b. sebagai lingua franca, bahasa Melayu Riau yang paling sedikit

terkena pengaruh misalnya dari bahasa Tionghoa Hokkien, ataupun

dari bahasa lainnya.

Penggunaan bahasa Melayu bukan hanya terbatas di Republik Indonesia.

Pada 1945, penggunaan bahasa Melayu selain Republik Indonesia yaitu Malaysia,

Brunei, dan Singapura. Bahasa Melayu menyebar kepelosok Nusantara bersamaan

dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu menyerap

kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta, Persia, Arab, dan

bahasa-bahasa Eropa.

Kongres bahasa Indonesia mencapai VIII keputusan yaitu antara lain :

a. Kongres bahasa Indonesia I 25 – 28 Juni 1938 di Surakarta (solo)

b. Kongres bahasa Indonesia II 28 oktober- 2 november 1954 di Medan

c. Kongres bahasa Indonesia III 28 oktober-3 november 1978 di Jakarta

8
B. Saran

Sebagai penyusun saya merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan

makalah ini. Oleh karena itu, saya mohon kritik dan saran dari pembaca.

9
10

DAFTAR PUSTAKA

Sugono, Dendy. 2011. Buku Ptaktis Bahasa Indonesia 2.

Jakarta:Seri Pedoman, edisi pertama, cet. Ke-7

https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia

10

Anda mungkin juga menyukai