Anda di halaman 1dari 17

Makalah Perkembangan Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu: Sitti Fauziah M., S.Pd.I, M.Pd.

Nama :Nur Fitri Yana

Nim : 2022010101005

Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan

Institut Agama Islam Negeri Kendari (IAIN) 2022


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan salah satu unsur identitas nasional. Bahasa dipahami


sebagai sistem perlambangan yang secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur bunyi
ucapan manusia dan digunakan sebagai sarana berinteraksi manusia. Di Indonesia
terdapat beragam bahasa daerah yang mewakili banyaknya suku-suku bangsa
atau etnis.

Setelah kemerdekaan, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional.


Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan bahasa
penghubung antar etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi
bahasa penghubung antara suku-suku, bahasa melayu juga menjadi bahasa
transaksi perdagangan internasional di kawasan kepulauan nusantara yang
digunakan oleh berbagai suku bangsa Indonesia dengan para pedagang asing.

Telah dikemukakan pada beberapa kesempatan, mengapa bahasa melayu


dipilih menjadi bahasa nasional bagi negara Indonesia yang merupakan suatu hal
yang menggembirakan. Dibandingkan dengan bahasa lain yang dapat dicalonkan
menjadi bahasa nasional, yaitu bahasa jawa (yang menjadi bahasa ibu bagi sekitar
setengah penduduk Indonesia), bahasa melayu merupakan bahasa yang kurang
berarti. Di Indonesia, bahasa itu diperkirakan dipakai hanya oleh penduduk
kepulauan Riau, Linggau dan penduduk pantai-pantai diseberang Sumatera.
Namun justru karena pertimbangan itu jugalah pemilihan bahasa jawa akan selalu
dirasakan sebagai pengistimewaan yang berlebihan.

Alasan kedua, mengapa bahasa melayu lebih berterima dari pada bahasa jawa,
tidak hanya secara fonetis dan morfologis tetapi juga secara reksikal, seperti
diketahui, bahasa jawa mempunyai beribu-ribu morfen leksikal dan bahkan
beberapa yang bersifat gramatikal.
Faktor yang paling penting adalah juga kenyataannya bahwa bahasa melayu
mempunyai sejara yang panjang sebagai Tigua France. Pada tahun 1928 bahasa
melayu mengalami perkembangan yang luar biasa. Pada tahun tersebut para
tokoh pemuda dari berbagai latar belakang suku dan kebudayaan menetapkan
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan Indonesia, keputusan ini dicetuskan
melalui sumpah pemuda. Dan baru setelah kemerdekaan Indonesia tepatnya pada
tanggal 18 Agustus Bahasa Indonesia diakui secara Yuridis.

Karena itu tak dipungkiri memang pentingnya mempelajari bahasa, dengan


kita tetap menjaga, melestarikan dan membudayakan Bahasa Indonesia. Karena
seperti yang kita ketahui, bahasa merupakan idenditas suatu bangsa. Untuk
memperdalam mengenai Bahasa Indonesia, kita perlu mengetahui bagaimana
perkembangannya sampai saat ini sehingga kita tahu mengenai bahasa pemersatu
dari berbagai suku dan adat-istiadat yang beranekaragam yang ada di Indonesia,
yang termasuk kita di dalamnya. Maka dari itu melalui makalah ini penulis ingin
menyampaikan sejarah tentang perkembangan bahasa Indonesia.

 B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa


prakemerdekaan ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa
pascakemerdekaan ?
3. Apa saja peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkermbangan bahasa
Indonesia ?
4. Bagaimana sejarah ejaan Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan) ?
5. Bagaimana Perkembangan Bahasa Indonesia pada masa reformasi ?
6. Bagaimana kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa
prakemerdekaan
2. Untuk mengetahui sejarah siperkembangan Bahasa Indonesia pada masa
pascakemerdekaan
3. Untuk mengetahui Peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkermbangan
bahasa Indonesia
4. Untuk mengetahui sejarah ejaan Bahasa Indonesia (Ejaan Yang
Disempurnakan)
5. Untuk mengetahui perkembangan Bahasa Indonesia pada masa reformasi
6. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia pada Masa Prakemerdekaan

Pada dasarny Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman
Sriwijaya, bahasa Melayu di pakai sebagai bahasa penghubung antar suku di
Nusantara dan sebagai bahasa yang di gunakan dalam perdagangan antara
pedagang dari dalam Nusantara dan dari luar Nusantara.
Perkembangan dan pertumbuhan Bahasa Melayu tampaklebih
jelas dari berbagai peninggalan-peninggalan misalnya:
Tulisan yang terdapat pada batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380
• Prasasti Kedukan Bukit, di
•Palembang pada tahun 683.
•Prasasti Talang Tuo, di
•Palembang pada Tahun 684.
•Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada Tahun 686.
Prasati Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada Tahun 688.
Dan pada saat itu Bahasa Melayu telah berfungsi sebagai :
1. Bahasa kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisia aturan-aturan hidup
dan sastra.
2. Bahasa perhubungan (Lingua Franca) antar suku di Indonesia
3. Bahasa perdagangan baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun pedagang
yang berasal dari luar Indonesia
4. Bahasa resmi kerajaan.
Bahasa melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan
menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara, serta makin berkembang dan
bertambah kokoh keberadaannya karena bahasa Melayu mudah di terima oleh
masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar
pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan
mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia,
oleh karena itu para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan
pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa indonesia
menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa indonesia. (Sumpah Pemuda, 28
Oktober 1928).
Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa
Indonesia yaitu :
1. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa
perhubungan dan bahasa perdangangan.
2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa melayu
tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
3. Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela menerima
bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa
kebudayaan dalam arti yang luas.
Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bentuk resmi
bahasa Melayu karena dipakai oleh Kesultanan Malaka, yang kelak disebut
sebagai bahasa Melayu Tinggi. Penggunaannya terbatas di kalangan keluarga
kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya.
Pada akhir abad ke-19 pemerintah kolonial Hindia-Belanda melihat bahwa
bahasa Melayu (Tinggi) dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi
kalangan pegawai pribumi. Pada periode ini mulai terbentuklah “bahasa
Indonesia” yang secara perlahan terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu
Riau-Johor. Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua
franca (bahasa pergaulan), namun pada waktu itu belum banyak yang
menggunakannya sebagai bahasa ibu. Bahasa ibu masih menggunakan bahasa
daerah yang jumlahnya mencapai 360 bahasa.
Pada pertengahan 1800-an, Alfred Russel Wallace menuliskan di bukunya
Malay Archipelago bahwa “penghuni Malaka telah memiliki suatu bahasa
tersendiri yang bersumber dari cara berbicara yang paling elegan dari
negaranegara lain, sehingga bahasa orang Melayu adalah yang paling indah,
tepat, dan dipuji di seluruh dunia Timur. Bahasa mereka adalah bahasa yang
digunakan di seluruh Hindia Belanda.”
Pada awal abad ke-20, bahasa Melayu pecah menjadi dua. Di tahun 1901,
Indonesia di bawah Belanda mengadopsi ejaan Van Ophuijsen sedangkan pada
tahun 1904 Malaysia di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.

B. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia pada Masa


Pascakemerdekaan

Berhubung dengan menyebar Bahasa Melayu ke pelosok nusantara bersamaan


dengan menyebarnya agama islam di wilayah nusantara. Serta makin
berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya, karena bahasa Melayu mudah
diterima oleh masyarakat nusantara sebagai bahasa perhubungan antar pulau,
antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah nusantara mempengaruhi dan
mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia
oleh karena itu para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan
pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia
yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia.
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para
pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam rapat, para pemuda
berikrar:
1. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah
Air Indonesia.
2. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa
Indonesia.
3.Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku menjunjung tinggi bahasa persatuan,
bahasa Indonesia.
Ikrar para pemuda ini di kenal dengan nama “Sumpah Pemuda”. Unsur yang
ketiga dari “Sumpah Pemuda” merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa
indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa indonesia. Pada tahun 1928
bahasa Indonesia di kokohkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa
Indonesia di nyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18
Agustus 1945, karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 di sahkan
sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Di dalam UUD 1945
di sebutkan bahwa “Bahasa Negara Adalah Bahasa Indonesia, (pasal 36).
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945,
telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa indonesia secara konstitusional
sebagai bahasa negara. Kini bahasa indonesia di pakai oleh berbagai lapisan
masyarakat indonesia.
C. Peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkembangan bahasa
Indonesia

1. Budi Otomo.
Pada tahun 1908, Budi Utomo yang merupakan organisasi yang bersifat
kenasionalan yang pertama berdiri dan tempat terhidupnya kaum terpelajar
bangsa Indonesia, dengan sadar menuntut agar syarat-syarat untuk masuk ke
sekolah Belanda diperingan,. Pada kesempatan permulaan abad ke-20, bangsa
Indonesia asyik dimabuk tuntutan dan keinginan akan penguasaan bahasa
Belanda sebab bahasa Belanda merupakan syarat utama untuk melanjutkan
pelajaran menambang ilmu pengetahuan barat.
2. Serikat Islam.
Serikat islam berdiri pada tahun 1912. mula-mula partai ini hanya bergerak
dibidang perdagangan, namun bergerak dibidang sosial dan politik juga. Sejak
berdirinya, serikat islam yang bersifat non kooperatif dengan pemerintah Belanda
dibidang politik tidak pernah mempergunakan bahasa Belanda. Bahasa yang
mereka pergunakan ialah bahasa Indonesia.
3. Balai Pustaka.
Dipimpin oleh Dr. G.A.J. Hazue pada tahu 1908 balai pustaka ini didirikan.
Mulanya badan ini bernama Commissie Voor De Volkslectuur, pada tahun 1917
namanya berubah menjadi balai pustaka. Selain menerbitkan buku-buku, balai
pustaka juga menerbitkan majalah.
Hasil yang diperoleh dengan didirikannya balai pustaka terhadap perkembangan
bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia dapat disebutkan sebagai berikut :
• Memberikan kesempatan kepada pengarang-pengarang bangsa Indonesia
untuk menulis cerita ciptanya dalam bahasa melayu.
• Memberikan kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk membaca hasil
ciptaan bangsanya sendiri dalam bahasa melayu.
• Menciptakan hubungan antara sastrawan dengan masyarakat sebab
melalui karangannya sastrawan melukiskan halhal yang dialami oleh bangsanya
dan hal-hal yang menjadi cita-cita bangsanya.
• Balai pustaka juga memperkaya dan memperbaiki bahasa melayu sebab
diantara syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh karangan yang akan diterbitkan
di balai pustaka ialah tulisan dalam bahasa melayu yang bersusun baik dan
terpelihara.
4. Sumpah Pemuda
Kongres pemuda yang paling dikenal ialah kongres pemuda yang
diselenggarakan pada tahun 1928 di Jakarta. Pada hal sebelumnya, yaitu tahun
1926, telah pula diadakan kongres pemuda yang tepat penyelenggaraannya juga
di Jakarta.
Berlangsung kongres ini tidak semata-mata bermakna bagi perkembangan politik,
melainkan juga bagi perkembangan bahasa dan sastra Indonesia.
Dari segi politik, kongres pemuda yang pertama (1926) tidak akan bisa
dipisahkan dari perkembangan cita-cita atau benih-benih kebangkitan nasional
yang dimulai oleh berdirinya Budi Utomo, serikat islam, dan Jon Sumatrenan
Bond. Tujuan utama diselenggarakannya kongres itu adalah untuk
mempersatukan berbagai organisasi kepemudaan pada waktu itu.
Pada tahun itu organisasi-organisasi pemuda memutuskan bergabung dalam
wadah yang lebih besar Indonesia muda. Pada tanggal 28 Oktober 1928
organisasi pemuda itu mengadakan kongres pemuda di Jakarta yang
menghasilkan sebuah pernyataan bersejarah yang kemudian lebih dikenal sebagai
sumpah pemuda. Pertanyaan bersatu itu dituangkan berupa ikrar atas tiga hal,
Negara, bangsa, dan bahasa yang satu dalam ikrar sumpah pemuda.
Peristiwa ini dianggap sebagai awal permulaan bahasa Indonesia yang
sebenarnya, bahasa Indonesia sebagai media dan sebagai simbol kemerdekaan
bangsa. Pada waktu itu memang terdapat beberapa pihak yang peradaban
modern. Akan tetapi, tidak bisa dipumgkiri bahwa cita-cita itu sudah menjadi
kenyataan, bahasa Indonesia tidak hanya menjadi media kesatuan, dan politik,
melainkan juga menjadi bahasa sastra Indonesia baru.
D. Perkembangan Bahas

Indonesia Masa

Reformasi Munculnya

Bahasa Media Massa

(bahasa Pers) :

1. Bertambahnya jumlah kata-kata singkatan (akronim);


2. Banyak penggunaan istilah-istilah asing atau bahasa asing adalam surat kabar.
Pers telah berjasa dalam memperkenalkan istilah baru, kata-kata dan ungkapan
baru, seperti KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme), kroni, konspirasi, proaktif,
rekonsiliasi, provokator, arogan, hujat, makar, dan sebagainya.
Bahasa Indonesia sudah mulai bergeser menjadi bahasa kedua setelah Bahasa
Inggris ataupun bahasa gaul. Selain itu, dipengaruhi pula oleh media iklan
maupun artis yang menggunakan istilah baru yang merupakan penyimpangan
dari kebenaran cara berbahasa Indonesia maupun mencampuradukan bahasa
Inggris dan Bahasa Indonesia.
F. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia
Kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia, yaitu:
1.Sebagai bahasa persatuan (alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya)
2. Bahasa nasional
3. Bahasa resmi
4. Bahasa budaya dan Bahasa ilmu
5. Sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga
6. Pendidikan
G. Bahasa Indonesia sebagai Identitas
Nasional Bangsa Indonesia Sebagai bahasa yang berasal dari penduduk yang
bukan sebagai mayoritas, dapat dikatakan bahasa Indonesia berkembang dengan
baik. Fishman (Sneddon, 2003, hlm 5) menyebut proses penerimaan bahasa
Indonesia sebagai bahasa pemersatu dan bahasa nasional sebagai sebuah prose
yang ajaib dimana penutur yang bukan penutur asli bahasa tersebut sukses
diyakinkan untuk menerima bahasa Indonesia, yang bukan merupakan bahasa ibu
mereka, menjadi bahasa pemersatu dan bagian dari identitas mereka. Indonesia
sendiri bukanlah satu satunya bangsa yang dibangun atas dasar
keberagaman,khususnya keberagaman bahasa. Namun, tidak banyak negara di
dunia yang berhasil mengangkat salah satu bahasa yang ada di negaranya menjadi
bahasa nasional dan bahasa persatuan dengan mendapatkan penerimaan yang baik
dari masyarakatnya yang bukan penutur bahasa tersebut. Di India misalnya, pada
tahun 2001, formulirformulir resmi untuk sensus harus dicetak dalam tujuh belas
bahasa sedangkan di Indonesia yang jumlah bahasanya jauh lebih banyak,
formulir resmi serupa hanya dicetak dalam bahasa Indonesia dan tidak mendapat
penolakan dari masyarakatnya (Sneddon, 2003, hlm. 6). Sejatinya, bahasa adalah
deretan bunyi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dalam
kehidupan sehari-hari. Namun, bahasa tidak bisa dilepaskan dari masyarakat itu
sendiri. Ada rasa memiliki, sehingga tak jarang, penerimaan terhadap bahasa yang
dianggap asing tidak selalu berjalan dengan baik. Dalam kajian sosiolinguistik,
bahasa tidak semata dilihat sebagai sebuah sistem bunyi, tetapi juga dilihat
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dan melekat pada manusia dan masyarakat.
Edward (2009, hlm. 54) menyebut, ada hal lain dari bahasa selain fungsinya untuk
berkomunikasi. Artinya, adanya hubungan lain dalam bahasa yang menunjukan
adanya hubungan bahasa dengan identitas. Lebih lanjut, Edward (2009, hlm. 21)
juga mengatakan bahwa bahasa dapat dianggap sebagai ciri/penanda seseorang.
Menurut Goebner (Erdward, 2009, 16), kata identitas merujuk pada kepemilikan
secara subjektif terhadap diri sendiri, penanda klasifikasi penting bagi diri sendiri
atau sebuah kelompok serta dapat menjadi penanda yang menggambarkan
keanggotaan seseorang dalam sebuah kelompok. Seorang manusia sering kali
tidak hanya memiliki satu identitas, bisa jadi seseorang memiliki lebih dari satu
identitas ataupun satu identitas yang menyeluruh (terdiri dari berbagai identitas)
(Edward, 2009, hlm 2). Untuk membedakan seorang berasal darimana, identifikasi
melalui fisik saja tentu tidak cukup. Seseorang yang berasal dari Jawa Barat tidak
memiliki banyak perbedaan secara fisik dengan seseorang yang berasal dari
Jakarta. Terlebih, migrasi dari satu daerah ke daerah lain sudah menjadi bagian
dari kehidupan masyarakat modern. Oleh karena itu, pengklasifikasian identitas
seseorang dapat juga dilihat dari bahasa yang digunakannya. Bahasa dan identitas
memiliki hubungan yang sangat erat, TabouretKeller (2017) memberikan dua
buah ilustrasi bagaimana bahasa dapat dijadikan alat untuk mengidentifikasi
identitas seseorang. Diceritakan di medan perang setelah kemenangan atas rakyat
Efraim, Orang-orang Gilead menerapkan tes identitas-bahasa untuk memilah-
milah teman dan musuh: semua prajurit diminta untuk mengucapkan kata
shibboleth; mereka yang mengucapkan konsonan pertama sebagai [∫] adalah
teman, sedangkan mereka yang mengucapkannya [s] adalah musuh dan karenanya
dibunuh sekaligus. Ilustrasi lain untuk menggambarkan hubungan bahasa dan
identitas adalah penggunaan nama yang diberikan kepada seseorang dapat
berfungsi sebagai alat identifikasi yang sama seperti di atas. Pada tahun sembilan
puluhan, selama diskusi dalam bahasa Perancis tentang identitas dengan remaja
berbahasa Perancis lain seusianya, seorang siswi berkata: “Nama depan saya yang
merusak segalanya, awalnya tidak ada yang memperhatikan, namun begitu guru
memanggil nama lengkap saya di awal tahun, Bang! mereka yang tidak mengenal
saya berkata, 'nama apa ini?' Dan saya harus mengatakan bahwa ibu saya adalah
orang Jerman” Pada kasus pertama, attribut terkecil dari bahasa yaitu penyebutan
bunyi konsonan awal pada kata shibboleth menjadi penentu apakah si penutur
adalah bagian dari kelompoknya ataupun penyusup. Sedangkan pada kasus kedua,
anak tersebut teridentifikasi sebagai keturunan Jerman dari nama depan yang dia
warisi dari Ibunya. Hal tersebut menggambarkan bagaimana bahasa sebagai
bagian dari budaya yang melekat pada masyarakat dapat digunakan untuk
menunjukan identitas masyarat suatu kelompok. Jika hal tersebut terjadi di
Indonesia, untuk kasus pertama, tentu sebagai seorang penutur asli bahasa
Indonesia, kita dapat dengan mudah membedakan mana yang merupakan penutur
asli bahasa Indonesia dan yang bukan terlepas dari keberagaman logat yang ada di
Indonesia. Kasus kedua mungkin tidak terlalu familiar untuk beberapa budaya
Indonesia yang tidak terbiasa dengan penggunaan nama keluarga. Tetapi, untuk
orang-orang yang memiliki tradisi mewariskan nama keluarga, mengenali
identitas seseorang dari nama keluarganya tentu menjadi hal yang sangat lumrah.
Pada tahun 1930 sampai dengan 1950an, penggunaan bahasa Indonesia adalah
sebuah pilihan politis untuk menunjukan simbol nasionalisme dan perlawanan
pada Belanda (Janti, 2018). Hal ini dilakukan para putra-putri bangsa untuk
menunjukan identitas keIndonesiaannya. Walaupun, pada saat itu tidak banyak
yang benar-benar fasih berbicara bahasa Indonesia. Masyarakat yang berasal dari
kaum terpelajar jauh lebih fasih berbahasa Belanda. Kalaupun ada yang bisa
menggunakan bahasa Indonesia, bahasa Indonesia yang dipakai masih sangat
terdengar sangat Melayu seperti bahasa yang digunakan para sastrawan. Meskipun
begitu, para putraputri bangsa saat itu tetap berusaha berbicara menggunakan
bahasa Indonesia untuk menunjukan bahwa mereka memiliki identitas berbeda
dan bukanlah bagian dari Belanda. Menurut Humboldt (Edward, 2009, hlm.205),
bagi sebuah negara, bahasa adalah ruh sekaligus hal yang paling penting bagi
budaya bangsa tersebut. Sebagai bangsa yang memiliki semboyan Bhineka
Tunggal Ika, Indonesia sadar dengan keberagaman bahasa yang ada. Hal ini
diaplikasikan dengan tidak tergesernya keberadaan bahasa daerah oleh keberadaan
bahasa Indonesia sebagaimana dijamin dalam Undang-Undang Republik
Indonesia tentang pemeliharaan bahasa daerah. Bila dikelompokan, ada tiga jenis
bahasa yang digunakan di Indonesia yaitu bahasa nasional, bahasa daerah dan
bahasa asing (Montolalu dan Suryadinata, 2007, hlm. 43). Tentu saja, penggunaan
ketiga bahasa tersebut digunakan secara bergantian dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Bahasa daerah seringkali digunakan untuk berkomunikasi dengan
keluarga dan kerabat dekat, ataupun dengan orang yang memahami bahasa yang
sama dalam konteks percakapan yang lebih santai. Sedangkan bahasa Indonesia
biasanya digunakan untuk berkomunikasi dalam skala yang lebih luas, dengan
orang yang tidak bisa berbahasa daerah yang sama dan dalam konteks yang lebih
formal. Meskipun, dewasa ini, banyak keluarga yang sudah tidak menggunakan
bahasa daerah dan lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
yang mereka gunakan dalam keluarga. Sedangkan, bahasa asing digunakan dalam
skala internasional ketika seseorang harus berhadapan dengan orang lain dari
negara yang berbeda, meskipun saat ini, banyak anak muda mencampurkan
penggunaan bahasa asing dalam percakapan hariannya. Melihat mayoritas
penduduk Indonesia adalah bilingual, jika dilihat dari penggunaan bahasanya,
dapat dikatakan seorang yang berkebangsaan Indonesia setidaknya akan memiliki
minimal dua buah identitas, identitas suku bangsanya dan identitas nasionalnya.
Untuk itu, penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional tentu berperan
besar terhadap pemertahanan identitas nasional bangsa Indonesia. Sehubungan
dengan diangkatnya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, sekaligus secara
otomatis sebagai identitas nasional, sebagai masyarakat Indonesia kita boleh
berbangga hati dengan apa yang telah kita capai. Di Kanada, bahasa Perancis dan
bahasa Inggris saling berebut pengaruh untuk menjadi bahasa resmi negara.
Sampai hari ini tidak ada yang kalah dan yang menang. Solusinya, bahasa
Perancis dipakai sebagai bahasa resmi di wilayah Quebec, dan bahasa Inggris di
wilayah lainnya. Di Singapura, terdapat beberapa: bahasa seperti bahasa Melayu,
Mandarin, Inggris, Tamil yang saling bersaing. Pemerintah Singapura
memutuskan bahasa Inggris sebagai bahasa nasional. Di Belgia, bahasa Perancis,
bahasa Belanda dan bahasa Jerman berebut dominansi sebagai bahasa yang
digunakan konstitusi (Rahardjo, 2010). Melihat bahwa bahasa merepresentasikan
identitas seseorang atau sebuah kelompok, penerimaan terhadap bahasa resmi di
luar dari bahasa ibu seseorang tentu berpengaruh pada eksistensi identitas orang
tersebut. perlu adanya kebesaran hati untuk menerima identitas baru di luar dari
identitas yang telah ada. Dalam hal ini, Indonesia memiliki modal yang baik
dalam memupuk rasa nasionalisme dan memperkuat identitas kebangsaan melalui
penggunaan bahasa Indonesia. Para pendahulu kita telah mencontohkan teladan
untuk meletakan kepentingan bangsa di atas kepentingan suku bangsanya. Penutur
bahasa Jawa yang jumlahnya jauh lebih banyak, dengan besar hati menerima
bahasa Indonesia sebagai bahasa baru yang akan digunakan sebagai bahasa negara
di Republik Indonesia.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penutup secara singkat, dapat disimpulkan bahwa peran bahasa sebagai
identitas suatu kelompok masyarakat dapat dijadikan media untuk penguatan
identitas kelompok. Oleh karena itu, penguatan identitas nasional bangsa
Indonesia sebenarnya dapat dilakukan dari hal terkecil yaitu penggunaan bahasa
Indonesia. Semakin kita bangga menggunakan bahasa Indonesia, semakin kuat
identitas kita sebagai bangsa Indonesia. Selain itu, penggunaan bahasa Indonesia
oleh seluruh masyarakat Indonesia dapat menimbulkan perasaan kepemilikan
yang sama terhadap bahasa Indonesia diantara masyarakat Indonesia yang
beragam. Hal ini dapat memperkuat rasa nasionalisme di antara masyarakat
Indonesia.

B. Saran
Bahasa Indonesia yang kita ketahui sebagai mana dari penjelasan terdahulu
memiliki banyak rintangan dan kendala untuk mewujudkan menjadi bahasa
pemersatu, bahasa nasional, bahasa Indonesia. Sehingga kita sebagai generasi
penerus mampu untuk membina, mempertahankan bahasa Indonesia ini, agar
tidak mengalami kemerosotan dan diperguna dengan baik oleh pihak luar.

Daftar Pustaka:

Anak Pesisir.2012. Sejarah _Perkembangan Bahasa Indonesia_


http://jaririndu.blogspot.com/2012/01/sejarahperkembangan-bahasa-
indonesia.html
Anonym.2013. _Makalah Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia_,
http://selidik86.blogspot.com/2013/03/makalahsejarah-perkembangan-
bahasa_9.htmlV
Dra. Nunny Sulistianty Idris, M.Pd, _Sejarah Bahasa Indonesia_pdf, FPBS UPI,
2013, Jakarta
Kartika Nur Ramadha.2009. _Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia_
http://jaririndu.blogspot.com/2012/01/sejarahperkembangan-bahasa-
indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai