Anda di halaman 1dari 5

BAB II

            SEJARAH, KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

A.Sejarah Bahasa Indonesia

Perkembangan Bahasa Indonesia Sebelum kemerdekaan


 Berdasarkan sejarah yang telah tersirat bahwa bangsa Indonesia memiliki menjadikan bahasa
melayu sebagai bahasa persatuan bangsa. Dengan munculnya Kerajaan Sriwijaya (dari abad ke-
7 Masehi) memakai bahasa Melayu (sebagai bahasa Melayu Kuna) sebagai bahasa kenegaraan.
Hal ini diketahui dari beberapa prasasti, diantaranya:
1.Tulisan yang terdapat pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380 M.
2.Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang, pada tahun 683.
3.Prasasti Talang Tuwo, di Palembang, pada tahun 684.
4.Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada tahun 686.
5.Prasasti Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada tahun 688.
Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bentuk resmi bahasa Melayu
karena dipakai oleh Kesultanan Malaka, yang kelak disebut sebagai bahasa Melayu Tinggi.
Penggunaannya terbatas di kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan
Semenanjung Malaya.Pada akhir abad ke-19 pemerintah kolonial Hindia-Belanda melihat
bahwa bahasa Melayu (Tinggi) dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan
pegawai pribumi. Pada periode ini mulai terbentuklah “bahasa Indonesia” yang secara perlahan
terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-Johor. Bahasa Indonesia adalah dialek baku
dari bahasa Melayu yang pokoknya dari bahasa Melayu Riau, sebagaimana yang diungkapkan
oleh Ki Hajar Dewantara dalam Kongres Bahasa Indonesia tahun 1939 di solo, Jawa Tengah.
“Jang dinamakan ‘Bahasa Indonesia’ jaitu bahasa Melajoe jang soenggoehpoen
pokoknja berasal dari ‘Melajoe Riaoe’, akan tetapi jang soedah ditambah, dioebah ataoe
dikoerangi menoeroet keperloean zaman dan alam baharoe, hingga bahasa itoe laloe moedah
dipakai oleh rakyat di seloeroeh Indonesia; pembaharoean bahasa melajoe hingga menjadi
bahasa Indonesia  itoe moedah dipakai oleh rakjat di seloeroeh Indonesia; pembaharoean
beralam baharoe, ialah alam kebangsaaan Indonesia”.
                 Untuk yang lebih jelasnya, alasan dipilihnya bahasa Melayu sebagai bahasa nasional
adalah sebagai berikut. Bahasa Melayu telah berabad-abad lamanya dipakai sebagai lingua
franca (bahasa perantara atau bahasa pergaulan di bidang perdagangan) di seluruh wilayah
Nusantara. Bahasa Melayu memiliki struktur sederhana sehingga mudah dipelajari,mudah
dikembangkan pemakaiannya, dan mudah menerima pengaruh luar untuk memperkaya dan
menyempurnakan fungsinya. Bahasa Melayu bersifat demokratis, tidak memperlihatkan adanya
perbedaan tingkatan bahasa berdasarkan perbedaan status social pemakainya, sehingga tidak
menimbulkan perasaan sentimen dan perpecahan. Adanya semangat kebangsaan yang besar dari
pemakai bahasa daerah lain untuk menerima bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan. Adanya
semangat rela berkorban dari masyarakat Jawa demi tujuan yang mulia. Namun pada waktu itu
belum banyak yang menggunakannya sebagai bahasa ibu. Bahasa ibu masih menggunakan
bahasa daerah yang jumlahnya mencapai 360 bahasa. Pada pertengahan 1800-an, Alfred Russel
Wallace menuliskan di bukunya Malay Archipelago bahwa  “penghuni Malaka telah memiliki
suatu bahasa tersendiri yang bersumber dari cara berbicara yang paling elegan dari negara-
negara lain, sehingga bahasa orang Melayu adalah yang paling indah, tepat,dan dipuji di seluruh
dunia Timur. Bahasa mereka adalah bahasa yang digunakan di seluruh Hindia Belanda.” Pada
awal abad ke-20, bahasa Melayu pecah menjadi dua. Di tahun 1901, Indonesia di bawah
Belanda mengadopsi ejaan Van Ophuijsen sedangkan pada tahun 1904 Malaysia di bawah
Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.
1.      Sebelum Kemerdekaan

Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa melayu, yang sudah di pakai
berabad-abad sebagai bahasa pergaulan,bukan saja di Kepulauan Nusantara, melainkan juga
hampir sudah digunakan secara meluas sejak dahulu. Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai
suku bangsa dengan berbagai ragam bahasa daerah yang di milikinya, memerlukan adanya satu
bahasa persatuan guna menggalang semangat kebangsaan.Semangat kebangsaan ini sangat
penting dalam perjuangan mengusir penjajah dari bumi Indonesia. Kesadaran seperti inilah yang
memunculkan ide pentingnya bahasa yang satu, bahasa persatuan, bahasa yang dapat
menjembatani keinginan pemuda-pemudi dari berbagai suku bangsa dan budaya di Indonesia.
           Secara sosiologis, kita mengatakan bahwa bahasa Indonesia baru dianggap “lahir” atau
diterima keberadaannya pada tanggal 28 Oktober 1928, pada saat ikrar Sumpah Pemuda. Secara
yuridis, pada tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia resmi diakui keberadaannya. Menurut
Zaenal Arifin dan Amran Tasai (2004), bahasa Melayu dipilih sebagai cikal bakal bahasa
Indonesia karena beberapa alasan, yaitu:
      Bahasa Melayu merupakan lingua france (bahasa perhubungan) di Indonesia khususnya di
Negara Asia Tenggara.
      Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipahami, dan dipelajari, serta tidak mengenal tingkatan
bahasa.
      Suku Jawa, suku Sunda, dan suku lainnyarela menerima.
      Bahasa Melayu memiliki kesanggupan untuk digunakan sebagai bahasa kebudayaan dalam arti
luas.

Perkembangan Bahasa Indonesia          


a.       Perkembangan Bahasa Indonesia Sebelum Kemerdekaan
        Perkembangan bahasa Indonesia sebelum masa kolonial, meskipun bukti-bukti tidak bahasa
Melayu dapat ditemukan pada tahun 680-an Masehi, yakni digunakannya bahasa Melayu untuk
penulisan batu prasasti.
Eropa dating ke Nusantara mereka sudah mendapati bahasa Melayu sebagai bahasa pergaulan
dan bahasa pergaulan dalam kegiatan perdagangan. Bukti lain yang dapat dipaparkan adalah
naskah/daftar kata yang disusun olehPigafetta pada tahun 1522.sekolah di Nusantara terbentuk
dengan bahasa pengantar.Oleh karena itu pemerintah colonial Belanda mengeluarkan surat
keputusan: K.B. 1871 No. 104 yang menyatakan bahwa pengajaran di sekolah-sekolah diberi
dalam bahasa daerah, kalau tidak digunakan bahasa Melayu.
        Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama
Islam,serta makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya. Penyebabnya, karena
bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan
antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan. Perkembangan bahasa
Melayu di wilayah Nusantara memengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan
rasa persatuan bangsa Indonesia.Oleh karena itu, para pemuda Indonesia yang tergabung dalam
perkurmpulan pergerakan.
        Bahasa Indonesia adalah hasil pertumbuhan dan perkembangan bahasa Melayu.Untuk
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bahasa Melayu, perlu kita mengetahui barang
sedikit tentang sejarah bahasa Melayu itu.S. Takdir Alisjahbana menguraikan bahwa negri kita
yang terdiri atas beribu-ribu pulau ini, telah selayaknya mempunyai jumlah bahasa dan dialek
yang sangat banyak.Namun bahasa dan dialek yang jumlahnya banyak itu sebagian besar
termasuk dalam satu rumpun bahasa-bahasa Melayu, sedangkan sebagian lagi termasuk dalam
rumpun yang lebih besar, yaitu rumpun bahasa-bahasa Austronesia atau bahasa Melayu
Polinesia.
B. Kedudukan Bahasa Indonesia
  Bahasa pemerintah Diraja Malaysia untuk mengadakan satu ejaan dengan mengingat antara
bahasa Indonesia dan bahasa Melayu yang dipergunakan sebagai bahasa resmi pemerintah Diraja
Malaysia masih satu rumpun atau memiliki kesamaan. Usaha itu antara lain pemufakatan Ejaan
Melindo (Melayu-Indonesia), namun usaha ini akhirnya kandas karena situasi politik antara
Indonesia dan Malaysia yang sempat memanas pada tahun 1959.
Bahasa indonesia ialah bahasa yang terpenting di kawasan republik kita. Pentingnya
peranan bahasa itu antara lain bersumber pada ikrar Sumpah Pemuda 1928. “Bahasa Negara
ialah bahasa Indonesia”. Namun, di samping itu masih ada beberapa alasan lain mengapa bahasa
Indonesia menduduki tempat yang terkemuka diantara beratus-ratus bahasa Nusantara yang
masing-masing amat penting bagi penuturnya sebagai bahasa ibu. Penting tidaknya suatu bahasa
dapat juga di dasari patokan seperti jumlah penutur, luas penyebaran, dan peranannya sebagai
sarana ilmu, seni sastra, dan pengungkap budaya.
            Pada tahun 1901 di sususn ejaan bahasa melayu oleh Carles van ophuijsen dan di
gunakan di berbagai sekolah yang mengajarkan bahasa melayu. faktor ke tiga adalah di
dirikannya Commissie voor de volkslecture pada tahun 1908 yang kemudian menjadi balai
pustaka.Hal ini mendorong perkembangan di bidng bahasa dan sastra terutama dengan lahirnya
kelompok”Pujangga Baru”. Faktor ini mendasari terpenuhinya fungsi bahasa tersebut sebagai
bahasa baku yang telah memperkuat sikap masyarakat Indonesia terhadapnya.Jika di lihat dari
kedudukannya,bahasa Indonesia memiliki status yang relative sebagai lambang nilai budaya
yang di rumuskan atas dasar nilai sosial bangsa Indonesia.
        

Anda mungkin juga menyukai