PEMBAHASAN
Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu di pakai sebagai bahasa
penghubung antar suku di Nusantara dan sebagai bahasa yang di gunakan dalam perdagangan antara pedagang dari dalam
Perkembangan dan pertumbuhan Bahasa Melayu tampak lebih jelas dari berbagai peninggalan-peninggalan misalnya:
o Tulisan yang terdapat pada batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380
1. Bahasa kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisia aturan-aturan hidup dan sastra.
3. Bahasa perdagangan baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun pedagang yang berasal dari luar indonesia.
Bahasa melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara, serta
makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya karena bahasa Melayu mudah di terima oleh masyarakat Nusantara
sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan. Perkembangan bahasa
Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia,
oleh karena itu para pemuda indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu
menjadi bahasa indonesia menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa indonesia. (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).
Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia yaitu :
1. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa perdangangan.
2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa melayu tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa
4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.
Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bentuk resmi bahasa Melayu karena dipakai oleh Kesultanan
Malaka, yang kelak disebut sebagai bahasa Melayu Tinggi. Penggunaannya terbatas di kalangan keluarga kerajaan di sekitar
Pada akhir abad ke-19 pemerintah kolonial Hindia-Belanda melihat bahwa bahasa Melayu (Tinggi) dapat dipakai untuk
membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi. Pada periode ini mulai terbentuklah “bahasa Indonesia” yang secara
perlahan terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-Johor. Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai
lingua franca (bahasa pergaulan), namun pada waktu itu belum banyak yang menggunakannya sebagai bahasa ibu. Bahasa ibu
Pada pertengahan 1800-an, Alfred Russel Wallace menuliskan di bukunya Malay Archipelago bahwa “penghuni Malaka
telah memiliki suatu bahasa tersendiri yang bersumber dari cara berbicara yang paling elegan dari negara-negara lain, sehingga
bahasa orang Melayu adalah yang paling indah, tepat, dan dipuji di seluruh dunia Timur. Bahasa mereka adalah bahasa yang
Pada awal abad ke-20, bahasa Melayu pecah menjadi dua. Di tahun 1901, Indonesia di bawah Belanda mengadopsi ejaan Van
Ophuijsen sedangkan pada tahun 1904 Malaysia di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.
Berhubung dengan menyebar Bahasa Melayu ke pelosok nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama islam di wilayah
nusantara. Serta makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya, karena bahasa Melayu mudah diterima oleh
masyarakat nusantara sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa
persatuan bangsa Indonesia oleh karena itu para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar
mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia.
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara
1. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air Indonesia.
2. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
3. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Ikrar para pemuda ini di kenal dengan nama “Sumpah Pemuda”. Unsur yang ketiga dari “Sumpah Pemuda” merupakan
pernyataan tekad bahwa bahasa indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa indonesia. Pada tahun 1928 bahasa Indonesia di
kokohkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia di nyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada
tanggal 18 Agustus 1945, karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 di sahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia. Di dalam UUD 1945 di sebutkan bahwa “Bahasa Negara Adalah Bahasa Indonesia,(pasal 36). Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa indonesia
secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa indonesia di pakai oleh berbagai lapisan masyarakat indonesia.
1. Budi Otomo.
Pada tahun 1908, Budi Utomo yang merupakan organisasi yang bersifat kenasionalan yang pertama berdiri dan tempat
terhidupnya kaum terpelajar bangsa Indonesia, dengan sadar menuntut agar syarat-syarat untuk masuk ke sekolah Belanda
diperingan,. Pada kesempatan permulaan abad ke-20, bangsa Indonesia asyik dimabuk tuntutan dan keinginan akan penguasaan
bahasa Belanda sebab bahasa Belanda merupakan syarat utam untuk melanjutkan pelajaran menambang ilmu pengetahuan barat.
2. Sarikat Islam.
Sarekat islam berdiri pada tahun 1912. mula-mula partai ini hanya bergerak dibidang perdagangan, namun bergerak
dibidang sosial dan politik jga. Sejak berdirinya, sarekat islam yang bersifat non kooperatif dengan pemerintah Belanda dibidang
politik tidak perna mempergunakan bahasa Belanda. Bahasa yang mereka pergunakan ialah bahasa Indonesia.
3. Balai Pustaka.
Dipimpin oleh Dr. G.A.J. Hazue pada tahu 1908 balai pustaku ini didirikan. Mulanya badan ini bernama Commissie Voor
De Volkslectuur, pada tahun 1917 namanya berubah menjadi balai pustaka. Selain menerbitkan buku-buku, balai pustaka juga
menerbitkan majalah.
Hasil yang diperoleh dengan didirikannya balai pustaka terhadap perkembangan bahasa melau menjadi bahasa Indonesia
1. Meberikan kesempatan kepada pengarang-pengarang bangsa Indonesia untuk menulis cerita ciptanya dalam bahasa
melayu.
2. Memberikan kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk membaca hasil ciptaan bangsanya sendiri dalam bahasa
melayu.
3. Menciptakan hubungan antara sastrawan dengan masyarakat sebab melalui karangannya sastrawan melukiskan hal-hal
yang dialami oleh bangsanya dan hal-hal yang menjadi cita-cita bangsanya.
4. Balai pustaka juga memperkaya dan memperbaiki bahasa melayu sebab diantara syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
karangan yang akan diterbitkan di balai pustaka ialah tulisan dalam bahasa melayu yang bersusun baik dan terpelihara.
4. Sumpah Pemuda.
Kongres pemuda yang paling dikenal ialah kongres pemuda yang diselenggarakan pada tahun 1928 di Jakarta. Pada hal
sebelumnya, yaitu tahun 1926, telah pula diadakan kongres p[emuda yang tepat penyelenggaraannya juga di Jakarta. Berlangsung
kongres ini tidak semata-mata bermakna bagi perkembangan politik, melainkan juga bagi perkembangan bahasa dan sastra
Indonesia.
Dari segi politik, kongres pemuda yang pertama (1926) tidak akan bisa dipisahkan dari perkembangan cita-cita atau benih-
benih kebangkitan nasional yang dimulai oleh berdirinya Budi Utomo, sarekat islam, dan Jon Sumatrenan Bond. Tujuan utama
diselenggarakannya kongres itu adalah untuk mempersatukan berbagai organisasi kepemudaan pada waktu itu.
Pada tahun itu organisasi-organisasi pemuda memutuskan bergabung dalam wadah yang lebih besar Indonesia muda. Pada
tanggal 28 Oktober 1928 organisasi pemuda itu mengadakan kongres pemuda di Jakarta yang menghasilkan sebuah pernyataan
bersejarah yang kemudian lebih dikenal sebagai sumpah pemuda. Pertanyaan bersatu itu dituangkan berupa ikrar atas tiga hal,
Negara, bangsa, dan bahasa yang satu dalam ikrar sumpah pemuda.
Peristiwa ini dianggap sebagai awal permulaan bahasa Indonesia yang sebenarnya, bahasa Indonesia sebagai media dan sebagai
symbol kemerdekaan bangsa. Pada waktu itu memang terdapat beberapa pihak yang peradaban modern. Akan tetapi, tidak bisa
dipumgkiri bahwa cita-cita itu sudah menjadi kenyataan, bahasa Indonesia tidak hanya menjadi media kesatuan, dan politik,
Ejaan merupakan cara atau aturan menulis kata-kata dengan huruf menurut disiplin ilmu bahasa. Dengan adanya ejaan
diharapkan para pemakai menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai aturan-aturan yanga ada. Sehingga
terbentuklah kata dan kalimat yang mudah dan enak didengar dan dipergunankan dalam komonikasi sehari hari. Sesuai dengan
apa yang telah diketahui bahwa penyempurnaan ejaan bahsa Indonesia terdiri dari:
Moehammad Taib Soetan Ibrahim menyusun ejaan baru ini pada tahun 1896. Pedoman tata bahasa yang kemudian dikenal dengan nama ejaan
van Ophuijsen itu resmi diakui pemerintah kolonial pada tahun 1901. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:
1. Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya harus disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mulaï
dengan ramai. Juga digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaïa.
4. Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ’akal, ta’, pa’, dsb.
b. Ejaan Soewandi
Ejaan Soewandi adalah ketentuan ejaan dalam Bahasa Indonesia yang berlaku sejak 17 Maret 1947. Ejaan ini kemudian juga disebut
dengan nama edjaan Soewandi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu. Ejaan ini mengganti ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Van
2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak, pak, rakjat, dsb.
3. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
4. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mendampinginya.
2. bunyi hamzah dan bunyi sentak yang sebelumnya dinyatakan dengan (‘) ditulis dengan ‘k’, seperti pada kata-kata tak, pak, maklum,
rakjat.
3. kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti ubur2, ber-main2, ke-barat2-an.
4. awalan ‘di-’ dan kata depan ‘di’ kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Kata depan ‘di’ pada contoh
dirumah, disawah, tidak dibedakan dengan imbuhan ‘di-’ pada dibeli, dimakan.
Ejaan Soewandi ini berlaku sampai tahun 1972 lalu digantikan oleh Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) pada masa menteri Mashuri Saleh. Pada
masa jabatannya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, pada 23 Mei 1972 Mashuri mengesahkan penggunaan Ejaan Yang
Disempurnakan dalam bahasa Indonesia yang menggantikan Ejaan Soewandi. Sebagai menteri, Mashuri menandai pergantian ejaan itu dengan
mencopot nama jalan yang melintas di depan kantor departemennya saat itu, dari Djl. Tjilatjap menjadi Jl. Cilacap.
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan
sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani oleh Menteri Pelajaran
Malaysia pada masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut
mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang
Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi
dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan
Rumi Bersama (ERB). Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan buku panduan pemakaian berjudul “Pedoman
Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan
buku “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan” dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas.
Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan “Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah”.
awalan ‘di-’ dan kata depan ‘di’ dibedakan penulisannya. Kata depan ‘di’ pada contoh “di rumah”, “di sawah”, penulisannya dipisahkan dengan
spasi, sementara ‘di-’ pada dibeli, dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Pers telah berjasa dalam memperkenalkan istilah baru, kata-kata dan ungkapan baru, seperti KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme), kroni,
2. Banyak penggunaan istilah-istilah asing atau bahasa asing adalam surat kabar.
Bahasa Indonesia sudah mulai bergeser menjadi bahasa kedua setelah Bahasa Inggris ataupun bahasa gaul. Selain itu, dipengaruhi pula
oleh media iklan maupun artis yang menggunakan istilah baru yang merupakan penyimpangan dari kebenaran cara berbahasa Indonesia maupun
2. Bahasa nasional;
3. Bahasa resmi
6. Pendidikan
PART 2
Manusia adalah makhluk sosial yang mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama. Manusia
harus mengadakan interaksi sosial untuk dapat hidup
dengan sesamanya, karena interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial. Tanpa interaksi
sosial tidak mungkin ada kehidupan bersama. syarat terjadinya Interaksi sosial yaitu adanya kontrak sosial
dan komunikasi. Kontrak sosial merupakan tahap pertama terjadinya interaksi sosial. seorang individu
atau kelompok yang menyadari keberadaan individu atau kelompok yang lain dan menghendaki
terciptanya interaksi sosial harus mengadakan komunikasi. Oleh sebab itu, manusia harus memiliki alat
komunikasi yang disebut bahasa. Jadi hakikat bahasa dapat dimaksudkan bahasa menjadi alat komunikasi
yang diperlukan dalam komunikasi antar manusia sebagai makhluk sosial. Bahasa adalah suatu sistem
dari lambang bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi
/ mengidentifikasi diri. (Kridalaksana,1993). Menurut Keraf (1984:17) Bahasa adalah alat komunikasi
antar anggota masyarakat, yang berupa lambang bunyi suara, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
B. RAGAM BAHASA
Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang pemakaianya berbeda-beda menurut topik yang
dibicarakan menurut hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan, serta menurut
medium pembicaraan. Bahasa mengalami perubahan seiring dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu
berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Agar banyak variasi tidak mengurangi
fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efesien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih
variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu yang disebut ragam bahasa standar.Ragam bahasa
dalam bahasa Indonesia :
b. Ragam tulis adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak terkait
ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada sasaran
secara visual atau bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan
huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara
penulisan dan kosakata.
· Ragam bahasa teknisadalah ragam bahasa yang dilakukan mengenai teknis atau
cara penulisan yang dicontohkan misalnya laporan penelitian, makalah, tesis,
disertasi.
· Ragam bahasa undang-undangadalah ragam bahasa yang mnggunakan
komunikasi yang resmi.
· Ragam bahasa catatanadalah ragam bahasa yang singkat yang diperuntukkan
untuk pengingat sesuatu.
· Ragam bahasa suratadalah ragam bahsa yang dituliskan pada sehelai kertas yang
biasanya diberitahukan mengenai kabar atau sejenisnya yang berfungsi untuk
memberikan informasi.
Terdapat dua perbedaan mencolok yang dapat diamati antara ragam bahasa tulis dan
lisan, yaitu:
· Dari segi suasana/peristiwa
Jika menggunakan bahasa tulisan tentu saja orang yang diajak berbahasa tidak
ada di hadapan kita. Oleh karena itu perlu ada kejelasan tentang fungsi
gramatikal seperti subjek, predikat, objek dan hubungan antara setiap fungsi
tersebut harus nyata dan jelas. Sedangkan dalam bahasa lisan pembicara
langsung berhadapan dengan lawan bicaranya sehingga unsur gramatikal
tersebut kadangkala dapat diabaikan.
· Dari segi intonasi
Yang membedakannya adalah intonasi yaitu berkaitan dengan panjang pendek
suara/tempo, tinggi rendah suara/nada, keras atau lembutnya tekanan yang sulit
dilambangkan dalam ejaan dan tanda baca serta cara penulisan.
8. Berdasarkan Situasi
Berdasarkan situasi pemakaianya, bahasa dapat dibagi menjadi : ragam formal, ragam
semiformal, ragam nonformal.
a. Ragam formal digunakan dalam situasi resmi. Ragam formal atau ragam baku yaitu
ragam yang mengikuti kaidah atau aturan kebahasaan. Bahasa baku tidak dapat
digunakan untuk segala keperluan, tetapi hanya untuk :
· Komunikasi resmi.
· Wacana teknis.
· Pembicaraan di depan khalayak ramai.
· Pembicaraan dengan orang yang dihormati.
b. Ragam semiformal memiliki keunikan tersendiri, karena berciri mengikuti kaidah
dan aturan yang tetap. Tetapi hanya tidak secara konsisten dilakukan pada saat tujuan
tertentu. Dalam hal ini sebagai contoh yaitu bahasa jurnalistik, dimana biasanya
pembaca berita , membacakan beritanya tidak selalu dengan kata-kata yang baku ,
melainkan kadang ditengah-tengah kata-kata baku yang mereka ucapkan terselip
kata-kata yang biasa kita gunakan untuk berbicara kepada seseorang dalam hal ini
berbicara santai kepada lawan bicara kita dalam membahas topik yang tidak resmi.
c. Ragam nonformal tidak mutlak untuk menggunakan pemakaian kata baku. Atau
dalam hal ini ragam nonformal berciri tidak sesuai kaidah atau aturan yang tetap.
Contohnya seperti pada saat kita mengobrol santai dengan teman.
PART 3
2.2.Pemakaian Huruf
Penggunaan huruf pada kata berkaitan dengan fonologi (ilmu yang mempelajari tentang
bunyi). Dalam bahasa Indonesia, jumlah abjad yang diketahui terdapat 26 huruf, yang
terdiri dari 5 huruf vokal (a,i,u,o,e) dan 21 huruf konsonan
(b,c,d,f,g,h,j,k,l,m,n,p,q,r,s,t,u,v,w,x,y,z). Selain huruf-huruf tersebut, adapun kaitannya
dengan ilmu fonologi, bunyi-bunyi yang ditimbulkan berdasarkan huruf-huruf itu dapat
bermacam-macam.
Dari bunyi konsonan tak bersuara (p,t,k,f,c,s,x,y,h), konsonan bersuara (b,d,g,j) sampai
dengan huruf nasal (n,m). Jadi pada bagian ini akan dijelaskan berbagai jenis huruf
berdasarkan pola bunyi dan penggunaannya.
A. Huruf Abjad: Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf
yang berikut.
C. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf huruf b
c, d, f, g, h, j, k, l , m, n, p, q, r , s, t , v, w, x, y, dan z
D. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan
ai, au , dan oi
F. Huruf Kapital
1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang
berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
4. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang.
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
5. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama
orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang
tertentu.
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang
merujuk kepada bentuk lengkapnya.
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang
tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu.
6. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama orang.
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan
sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai
nama jenis atau satuan ukuran.
3
7. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang
digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan.
8. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya.
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama peristiwa sejarah.
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak
digunakan sebagai nama
9. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama diri geografi. b.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama geografi yang diikuti
nama diri geografi.
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi jika kata
yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya.
d. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografiyang tidak diikuti
oleh nama diri geografi.
e. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan
sebagai penjelas nama jenis.
10. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara,
lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata
tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk.
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara,
lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi.
G. Huruf Miring
1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan.
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, atau kelompok kata.
3. a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan yang
bukan bahasa Indonesia.
b. Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya
diperlakukan sebagai kata Indonesia.
H. Huruf Tebal
1. Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab,
daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
4
2. Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf
miring.
3. Huruf tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lema dan sublema serta
untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi.
A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
B. Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran, ditulis serangkai dengan
kata yang langsung mengikuti/mendahuluinya.
3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
ditulis serangkai.
C. BentukUlang
Ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
D. Gabungan Kata
1. Gabungan kata biasa disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya
ditulis terpisah.
2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan
pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang
bersangkutan.
3. Gabungan kata berikut ditulis serangkai.
G. Partikel
1. Partikel -lah , -kah , dan-tahDitulisserangkaidengan kata yang mendahuluinya.
5
2. Partikel punditulis terpisahdari kata yang mendahuluinya.
3. Partikel per yang berarti 'mulai', 'demi', dan 'tiap' ditulis terpisah dari bagian kalimat
yang mendahului/mengikutinya.
H. Tanda Petik
Tanda petik unggal ('...') digunakan untuk:
a. Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
b. Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
1. Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di
dalam kalimat majemuk setaradi belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat
2. Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa
atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan kata dan.
3. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila unsur-unsur setiap
bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.
7
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan.
4. Tanda titik dua dipakai di antara
(a) jilid atau nomor dan halaman,
(b) bab dan ayat dalam kitab suci,
(c) judul dan anak judul suatu karangan, serta
(d) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
1. Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar
bangun utama kalimat.
2. Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga
kalimat menjadi lebih jelas.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti 'sampai dengan' atau
'sampai ke'.
8
G. Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau
yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.
L. Tanda Kurung (( ))
1. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.
3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan.
4. Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan keterangan.
9
M. Tanda Kurung Siku ([ ])
1. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa
kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
2. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda
kurung.
BAB I
PENDAHULUAN
Pemakaian kata secara tepat dalam kalimat merupakan cirri khas bahasa Indonesia ragam
ilmiah. Kata-kata yang digunakan ialah yang bermakna tunggal dan denotatif. Kata yang
bermakna tunggal digunakan untuk menghindari timbulnya berbagai penafsiran terhadap
gagasan yang dikemukakan dalam kalimat. Yang dimaksud dengan kata yang bermakna
denotatif ialah kata-kata yang mengandung makna sebenarnya tanpa dikaitkan dengan nilai rasa.
Kata adalah unsur bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna.
Untuk memperoleh ketepatan penggunaan kata dalam kalimat, penulis karangan ilmiah
harus paham betul akan makna ataupun konsep yang terwakili dalam kata-kata yang dipilihnya.
Dalam memilih kata yang tepat untuk suatu kalimat dibutuhkan pengetahuan tentang
gagasan yang dikemukakan dalam kata itu. Di samping itu, pengetahuan tentang ciri-ciri kata
benda, kata kerja, dan kata sifat harus pula kita miliki.
1. Mengetahui cara penggunaan kata yang sesuai dengan kaidah serta norma
2. Mengetahui penyebab kata keluar dari kaidah serta norma-norma berbahasa
BAB II
KAIADAH MAKNA
Kata adalah apa yang kita ucapkan atau kita dengar. Kalau kita mendengar/membaca
suatu kata, dalam benak kita timbul gambaran. Bagi kita gambaran itu merupakan makna kata
tersebut.
Definisi kata yang dikemukakan pada Kamus Besar BahasaIndonesia (KBBI), yaitu kata
adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan
perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. (Tim Penyusun Kamus, Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa : 395). Contoh : Hubungan antara kata durian dengan
maknanya dapat digambarkan sebagai buah yang berduri-duri yang isinya enak dimakan =
referensi.
Kata merupakan bentuk istilah yang dapat berdiri sendiri sebagai unsur kalimat yang
terdiri atas bentuk dasar, bentuk akar, gabungan bentuk dasar atau akar, dan bentuk berimbuhan
atau gabungannya. Bila ditinjau dari sudut ortografi, kata adalah merupakan bentuk istilah yang
ejaannya di teks diapit oleh spasi.
Di samping iu, kata adalah merupakan susunan beberapa huruf yang sedemikian rupa
sehingga mengandung arti atau makna.
Kata adalah salah satu unsur dasar bahasa yang sangat penting dengan kata-kata kita
berpikir, menyatakan perasaan serta gagasan dengan kata-kata orang menjalin persahabatan, dua
bangsa melakukan perjanjian perdamaian dan kerjasama. Tapi sebaliknya dengan kata-kata pula
mungkin suatu pertengkaran bahkan peperangan dimulai. Sedangkan semantik adalah ilmu
bahasa yang mengupas arti dan makna kata.
Jika di dalam bahasa setiap kata hanya melambangkan tepat satu objek atau konsep akan
berkuranglah kesulitan komunikasi antara anggota suatu masyarakat. Kenyataan tidak demikian,
hubungan antara kata dengan maknanya sering menjadi rumit. Ada beberapa kata yang
mempunyai makna yang sama atau mirip, seperti kata-kata: hasil, produksi, prestasi, wajah,
muka, kabar, berita, warta, buku, kitab,dan sebagainya.
a. kata dengan nilai rasa netral (tidak bermuatan sopan/kasar,baik/tidak baik, sopan/tidak sopan).
Contoh: akhlak
b. Dramatikal, makna yang terbentuk oleh kedudukan dan fungsi kata dalam kalimat.
c. Denotatif, makna kata yang sesuai dengan arti kata itu sendiri.
Contoh: Kata hijau menyatakan warna. Kata menyuapi menyatakan arti memasukan makanan lewat
mulut.
d. Konotatif, kata dalam sebuah kalimat (maknanya) apabila tidak mengungkapkan makna
sebenarnya yang mengacu pada kekhasan/mengandung tambahan nilai rasa.
Contoh: Kata bulan dalam ungkapan kejatuhan bulan menjadi bulan, berbulan madu, bulan muda, arti
konotatif makna yang tak sebenarnya. Hidup dibalik jeruji besi makna dipenjara.
Contoh: Ringan tangan (suka memukul), Meja hijau (pengadilan), Besar kepala (sombong), Tangan besar
(berkuasa)
Contoh: Wanita (dahulu lebih baik perempuan), Istri (dahulu lebih banya menggunakan bini).
b. Peyoratif, makna kurang baik dari sebelumnya .
c. Meluas, makna lebih luas dari makna kata itu sebenarnya dan lebih luas dari arti kata itu sendiri.
Contoh: Ibu, bapak (makna kata hanya orang tua tapi jua orang yang lebih tua/atasan).
d. Menyempit, makna lebih sempit dari makna kata itu pada waktu sebelumnya
f. Sintesia, makna muncul karena pertukaran tanggapan dua indera yang berbeda.
4) Makna kata berdasarkan hubungan makna dengan bentuk, dapat digolongkan menjadi:
Contoh: Pasang = taruhan, naiknya arus laut, Bunga = jenis tumbuhan, imbalan/jasa yang diberiakn atas
simpan pinjam.
f. Hiponim, kata yang sejenis, maknanya dapat dicakup oleh yang menjadi subordinatnya.
g. Polisemi, kata yang dirangkai dengan kata yang lainnya akan tetap memiliki satu alur.
Diksi adalah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan
sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur yang sangat penting, baik dalam dunia karang-
mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya
untuk menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat lari dari kamus. Kamus memberikan ketepatan
kepada kita tentang pemakaian kata-kata. Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang
diperlukan.
Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin
disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Di samping itu, pemilihan kata itu harus pula sesuai
dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu.
Dalam memilih kata-kata ada dua persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu persyaratan
ketepatan dan kesesuaian. Tepat artinya kata-kata yang dipilih dapat mengungkapkan dengan
tepat apa yang ingin diungkapkan.
Untuk memenuhi persyaratan ketepatan dan kesesuaian di dalam pemilihan kata, perlu
diperhatikan:
Dengan kata lain, agar dapat memilih kata dengan tepat, pertimbangkan dengan cermat
apa gagasan yang ingin kita kemukakan, kepada siapa, dimana, dengan tujuan apa, dalam situasi
bagaimana, dan dalam rangka apa.
Dalam penulisan, yang perlu diperhatikan adalah konotasi sosial, agar dapat mengatakan
gagasannya dengan tepat, seorang penulis harus tepat memilih kata dengan konotasi yang tepat.
Pilihan kata merupakan unsur yang sangat penting, karena pilihan kata ynag tidak tepat
dapat menimbulkan gangguan komunikasi terhadap pesan yang ingin disampaikan. Oleh karena
itu, masalah pemilihan kata dalam penulisan harus benar-benar diperhatikan. Dalam hal ini kata
yang tepat harus memenuhi syarat kebakuan, kelaziman, dan kecermatan, yang masing-masing
akan dibicarakan di bawah ini:
Pemakaian kata-kata yang belum diakui kebakuannya harus dihindari, misalnya kasih,
bikin, cuma, ngalamar, dan nggak. Bentuk baku untuk kata-kata itu adalah memberi, membuat,
hanya, melamar, dan tidak.
Kata yang lazim adalah kata yang sudah biasa digunakan dalam komunikasi secara
tertulis maupun lisan. Kata yang lazim juga berarti kata yang sudah dikenal oleh masyarakat dan
maknanya pun sudah diketahui secara umum. Dengan demikian, pemakaian kata yang sudah
lazim dapat mempermudah pemahaman pembaca terhadap informasi yang disampaikan secara
tertulis.
Dengan pengetahuan mengenai makna denotatif dan konotatif, kita dapat memilih kata
secara tepat sesuai dengan konteks pemakaiannya.
Sementara itu, dengan memahami kata-kata yang mubazir, kita dapat menghindari
pemakaiannya karena di samping tidak menghemat tempat, pemakaian kata yang mubazir juga
tidak ada gunanya. Beberapa kata yang dianggap mubazir sering muncul karena pemakaian kata
yang bersinonim secara bersama-sama, misalnya kata sangat dan sekali atau adalah dan
merupakan. Kata-kata semacam itu sebenarnya bersinonim.Oleh karena itu, agar lebih efektif,
sebaiknya salah satu saja yag digunakan.
4. Ungkapan Idiomatik
Ungkapan idiomatik ialah instruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah satu
unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti. Ungkapan idiomatik ialah kata yang mempunyai
sifat yang tidak terkena kaidah ekonomi bahasa.
Ungkapan yang bersifat idiomatik terdiri atas dua atau tiga kata yang dapat memperkuat
diksi di dalam tulisan. Contoh :
Unsur-unsur dalam ungkapan idiomatik sudah tetap dan senyawa. Oleh karena itu, unsur-
unsur tersebut tidak boleh ditambahi, dikurangi, atau dipertukarkan.
5. Ungkapan Penghubung
Ungkapan penghubung dalam bahasa Indonesia ada dua, yaitu ungkapan penghubung
intrakalimat dan ungkapan penghubung antarkalimat. Ungkapan penghubung intrakalimat
berfungsi menghubungkan unsur-unsur dalam suatu kalimat. Yang termasuk ungkapan
penghubung intrakalimat, antara lain:
1. baik…maupun
Pasangan baik adalah maupun, bukan ataupun, dan bukan pula atau.
Contoh: Dalam rapat itu akan dibicarakan berbagai masalah, baik yang menyangkut konsolidasi ke dalam
maupun yang menyangkut koordinasi ke luar.
2. antara…dan
Contoh: Saya harap saudara menjelaskan dahulu bagaimana perbandingan produksi tahun lalu, antara
produksi pabrik A dan produksi pabrik B.
3. seperti dan misalnya
Ungkapan seperti merujuk kepada uraian selanjutnya, sedangkan misalnya merujuk kepada
uraian sebelumnya. Dalam hal seperti ini tidak dapat dipertukarkan.
Contoh: Kami mohon dikirimi bahan-bahan bangunan, seperti semen, bata merah, pasir, dan kayu.
Penempatan tenaga baru, misalnya, termasuk masalah utama yang akan dibicarakan dalam rapat
tersebut.
Ungkapan demikian merujuk ke dalam uraian sebelumnya, sedangkan ungkapan sebagai berikut
merujuk ke dalam uraian selanjutnya.
5. Ungkapan Bersinonim
Bagian ini sangat erat dengan bagian 3 tentang kata yang cermat. Di sini dilengkapi dengan
contoh pemakaian yang salah (tidak baku) dan contoh pemakaian yang benar (baku). Ungkapan-
ungkapan yang bersinonim berikut tidak digunakan sekaligus karena penggunaan dua kata yang
berarti sama merupakan penulisan yang mubazir.
Contoh:
Dalam bahasa Indonesia terdapat kata-kata yang bermiripan, baik dari segi bentuk maupun dari
segi makna. Bahkan, dari segi makna boleh dikatakan bahwa kata-kata tersebut bersinonim.
Yang termasuk kata-kata bermiripan antara lain:
Kata suatu dan sesuatu harus dipakai secara tepat. Kata sesuatu tidak diikuti oleh kata denda,
sedangkan kata suatu harus diikuti oleh kata benda.
Contoh:
Ia mencari sesuatu.
Kata masing-masing dan tiap-tiap tidak akan sama pemakaiannya. Kata masing-masing tidak
diikuti kata benda, sedangkan kata tiap-tiap harus diikuti kata benda.
Contoh:
Pemakaian kata pukul dan jam harus dilakukan secara tepat. Kata pukul menunjukan waktu,
sedangkan jam menunjukan jangka waktu.
Contoh:
Seminar tentang kardiologi yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
berlangsung selama 4 jam, yaitu dari pukul 8.00 s.d. pukul 12.00.
Pemakaian kata dari dan daripada tidak sama pemakaiannya. Kata dari dipakai untuk menunjukan asal
sesuatu, baik bahan maupun arah.
Contoh:
Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-
beluk struktur kata serta pengaruh perubahan-perubahan struktur kata terhadap kelas kata dan arti
kata. Morfologi mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai dasar bahasa sebagai
satuan gramatikal (verhaar,1996).
Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar bahasa Indonesia. Dari
dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kosakata yang sudah ada,
sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui unsur serapan.
Dari luar bahasa Indonesia terbentuk kata-kata melalui pemungutan kata, misalnya:
Kita sadar bahwa kosakata bahasa Indonesia banyak dipengaruhi oleh bahasa asing.
Kontak bahasa memang tidak dapat diletakkan karena kita berhubungan dengan bahasa lain.
Oleh sebab itu, pengaruh-mempengaruhi dalam hal kosakata pasti ada. Oleh sebab itu, Pedoman
Umum Pembentukan Istilah yang kini telah beredar di seluruh Nusantara sangat membantu
upaya itu.
Kata-kata pungut adalah kata yang diambil dari kata-kata asing. Hal ini disebabkan oleh
kebutuhan kita terhadap nama dan penamaan benda atau situasi tertentu yang belum dimiliki
oleh bahasa Indonesia. Pemungutan kata-kata asing yang bersifat internasional sangat kita
diperlukan karena kita memerlukan suatu komunikasi dalam dunia dan teknologi modern, kita
memerlukan komunikasi yang lancar dalam segala macam segi kehidupan
Kata-kata pungut itu ada yang dipungut tanpa diubah, tetapi ada juga yang diubah. Kata-
kata pungut yang sudah disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia disebut bentuk serapan.
1. Kita mengambil kata yang sudah sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia. Yang termasuk kata-
kata itu adalah:
2. Kita mengambil kata dan menyesuaikan kata itu dengan ejaan bahasa Indonesia. Yang termasuk
kata-kata itu adalah:
4. Kita mengambil istilah yang tepat seperti aslinya karena sifat keuniversalannya. Yang termasuk
golongan ini adalah:
Dalam menggunakan kata terutama dalam situasi resmi, kita perlu memperhatikan beberapa ukuran.
1. Kata yang lazim dipakai dalam bahasa tutur atau bahasa setempat dihindari.
2. Kata-kata yang mengandung nilai rasa hendaknya dipakai secara cermat dan hati-hati agar
sesuai dengan tempat dan suasana pembicaraan.
3. Kata yang tidak lazim dipakai dihindari, kecuali kalau sudah dipakai oleh masyarakat.
Sebuah kata dikatakan baik kalau tepat arti dan tepat tempatnya, seksama dalam pengungkapan,
lazim, dan sesuai dengan kaidah ejaan.
Salain dari dua pembentukan kata di atas, ada bentuk kata-kata lain yang tidak kalah pentingnya.
Diantaranya:
Adalah kata-kata yang mempunyai referen berupa konsep. Sedangkan kata kongkrit
mempunyai referen berupa objek yang dapat dilihat, didengar, diraba, dan dirasakan.
Kata yang acuannya semakin mudah diserap oleh pancaindra disebut kata konkret, seperti
meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara.Jika acuan sebuah kata tidak mudah
diserap pancaindra, kata itu disebut kata abstrak, seperti gagasan, dan perdamaian.
Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu
membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak
terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan, karangan itu dapat menjadi
samar dan tidak cermat.
Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang lingkupnya. Makin luas ruang
lingkup suatu kata, makin umum sifatnya dan makin sempit ruang lingkupnya makin khusus
sifatnya. Yang termasuk ke dalam kata khusus adalah nama diri, nama-nama geografi, dan kata-
kata seperti untuk peraba, halus, kasar, lembut, untuk pengecap manis, asam, dan pedas.
Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau tawes. Ikan tidak hanya
mujair atau tawas, tetapi ikan terdiri atas beberapa macam, seperti gurame, lele, sepat, dan
sebagainya. Dalam hal ini, kita yang acuannya lebih luas disebut kata umum,seperti ikan,
sedangkan acuannya lebih khusus disebut kata khusus, seperti gurame, lele, sepat.
Pasangan kata umum dan kata khusus harus dibedakan dalam pengacuan yang generik
(umum) dan spesifik (khusus).
Adalah kata-kata yang dipergunakan pada berbagai kesempatan dalam komunikasi sehari-
hari dikalangan semua lapisan masyarakat.
Contoh: besar, kecil, waktu, harga, batu. Sedangkan kata kajian adalah kelompok kata yang hanya dikenal
dan dipergunakan secara terbatas dalam kesempatan-kesempatan tertentu.
Kata-kata ini adalah kata-kata yang dipergunakan oleh para ilmuwan dalam makalah atau
perbincangan ilmiah. Biasanya kata-kata jenis ini merupakan kata serapan atau kata asing.
Adalah kata-kata teknis yang digunakan secara terbatas dalam bidang ilmu,profesi, atau
kelompok tertentu.
Istilah yang diambil dari bahasa asing dapat berupa bentuk dasar maupun akar ataupun
bentuk devirasinya. Pada prinsipnya diambil bentuk tunggal (singular), kecuali kalau konteksnya
condong bentuk jamak (plural). Dalam memilih bentuk di atas perlu mempertimbangkan:
3. kepraktisan.
Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia sebenarnya mengikuti pola yang rapi dan
konsisten. Kalau kita perhatikan dengan seksama, bentukan-bentukan kata itu memiliki
hubungan dengan yang satu dan yang lain. Dengan kata lain, terdapat kolerasi diantara berbagai
bentukan tersebut.
PART 5
Kata sehingga merupakan kata penghubung intrakalimat sehingga tidak sepadan kalau difungsikan
sebagai penghubung antarkalimat. Perbaikan terhadap kalimat itu dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu dengan menjadikan kalimat itu kalimat majemuk atau dengan mengganti kata
penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, seperti di bawah ini :
1. Kami datang agak terlambat sehingga tidak dapat mengikuti acara pertama
2. Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mnegikuti acara pertama.
B. Kepararelan bentuk.
Kalimat efektif memiliki kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat. Yang dimaksud
dengan kesamaan bentuk kata adalah jika kata pertama berbentuk verba, maka kata selanjutnya
berbentuk verba. Namun jika kata pertama berbentuk nomina, maka kata selanjutnnya berbentu
nomina.
Contohnya :
1. Langkah –langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan
mengaplikasikan defenisi kalimat efektif (tidak efektif).
2. Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami,mengetahui, dan
mengaplikasikan defenisi kalimat efektif (efektif).
3. Semakin berumur seharusnya manusia itu semakin bermoral, bijaksana, dan tanggung jawab.
Dalam kalimat itu terdapat sebuah kata yang tidak sejajar dengan bentuk kata yang lainnya yang
sama-sama mewakili fungsi predikat, yakni kata tanggung jawab yang merupakan bentuk nominal,
padahal yang lainnya berbentuk ajektival. Kalimat tersebut akan lebih baik kalau diubah menjadi
seperti: Semakin berumur seharusnya manusia itu semakin bermoral, bijaksana, dan bertanggung
jawab.
C. Kehematan Kata.
Kalimat efektif tidak menggunakan kata-kata atau frasa yang tidak perlu digunakan. Untuk
menghindari pemborosan kata didalam kalimat. Hal yang harus diperhatikan adalah:
1. Menghindari unsur yang sama dalam majemuk.
Contohnya :
1. Saya tidak suka apel dan saya tidak suka papaya (tidak efektif).
2. Saya tidak suka pisang dan anggur (efektif).
3. Karena dia tidak diundang, dia tidak datang pada acara itu.
Penyebutan kata dia sebagai subjek pada anak kalimat tidak diperlukan karena subjek yang sama
sudah disebutkan pada induk kalimatnya. Penyebutan kata dia pada anak kalimat di atas
merupakan pemborosan kata yang sebaiknya dihindari. Perbaikan kalimat di atas adalah sebagai
berikut : Karena tidak diundang, dia tidak datang pada acara itu.
2. Menghindari kesinoniman dalam kalimat.
Contohnya :
1. Saya hanya memiliki tiga buah buku saja (tidak efektif).
2. Saya hanya memiliki tiga buku (efektif).
Kalimat di atas mempunyai penafsiran ganda, yakni siapakah yang baru: Apakah Pak Lurah itu yang
baru menikah atau baru dilantik menjadi lurah? Untuk menghindari penafsiran ganda itu, perlu
digunakan tanda hubung (-) seperti pada perbaikan kalimat di bawah ini:
• • Dialah istri-Pak Lurah yang baru. (bila yang baru adalah istrinya) atau
• • Dialah istri Pak Lurah-yang baru. (bila yang baru adalah jabatan lurahnya. (efektif).
E. Ketegasan.
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat.
Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat. Ada beberapa cara:
1. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (awal kalimat).
Contohnya:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan Negara ini dengan kemampuan yang
ada pada dirinya.
Harapan Presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)
2. Membuat urutan yang bertahap.
Contohnya :
1. Bukan seribu, sejuta, seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak
terlantar (Salah).
2. Bukan seratus, seribu, sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak
terlantar (Benar).
3. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contohnya: Dongeng itu sangat menarik. Dongeng itu mengharukan.
4. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contohnya : anak itu bodoh tetapi pintar.
5. Menggunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel-lah,-pun,-
kah.
Contohnya:
1. Dapatkan ia menjawab pertanyaanku?
2. Kamulah yang harus bertanggung jawab menyelesaikan tugas ini.
F. Kepaduan.
Kalimat Efektif memiliki kepaduan pernyataan sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-
pecah.Berikut ini ciri-ciri kalimat yang padu ialah :
1. Kalimat yang padu tidak bertele-tele.
Oleh karena itu, hindari penggunaan kalimat yang panjang dan bertele-tele. Contohnya:
1. Farhan menceritakan tentang pengalaman bertandingnya. (tidak efektif)
2. Farhan menceritakan pengalaman bertandingnya. (efektif).
2. Kalimat yang padu menggunakan pola aspek + agen + verba secara tertib
dalam kalimat-kalimat yang berpredikat persona.
Contohnya:
1. Surat itu saya sudah baca. Kalimat tersebut tidak menunjukkan kepaduan karena aspek terletak
di antara agen dan verba. Seharusnya kalimat itu seperti:
2. Surat itu sudah saya baca.
3. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata antara predikat kata
kerja transiti dan ojek penderita.
Contohnya :
1. Mahasiswa harus menyadari akan pentingnya perpustakaan. Kata akan pada kalimat tidak
diperlukan karena kata kerja transitif menyadari harus diikuti secara langsung oleh objek penderita
pentingnya perpustakaan. Perbaikan kalimat tersebut adalah sebagai berikut:
2. Mahasiswa harus menyadari pentingnya perpustakaan.
G. Kelogisan.
Yang dimaksud dengan kelogisan adalah ide yang ada dalam kalimat itu dapat diterima atau
dimengerti oleh akal dan sesuai kaidah EBI.
Contohnya:
1. Waktu dan tempat kami persilahkan! (tidak efektif).
2. Bapak dekan kami persilahkan! (efektif).
PART 6