Anda di halaman 1dari 112

1

PENGANTAR KULIAH BAHASA INDONESIA

Deskripsi Mata Ajaran

Mata ajaran ini membahas penggunaan bahasa Indonesia dalam


komunikasi lisan dan tulisan. Materi ajaran secara lebih khusus diarahkan
pada penulisan dan penyampaian pesan karya tulis ilmiah.

Kompetensi Yang Harus Dikuasi Mahasiswa

1. Memahami perkembangan, kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia


2. Memahami Ragam Bahasa Indonesia
3. Ragam Bahasa Baku
3. Memahami Diksi dan istilah-istilah kebidanan
4. Memahami kalimat
5. Memahami Kalimat Efektif
6. Memahami Paragraf
7. Memahami kaidah ejaan
8. Mid Test
9. Konsep Penulisan Surat
10. Praktek Penulisan Surat (diskusi)
11. Perencanaan Penulisan Karya Ilmiah
12. Tehnik Penulisan Karya tulis ilmiah (makalah, artikel ilmiah)
13.Penulisan skripsi (judul dan latar belakang, rumusan masalah, tujuan)
14.Penulisan skripsi (hipotesis, asumsi, kegunaa, ruang lingkup
keterbatasan, definisi operasional)

A. Tujuan Kuliah

1. Tujuan Umum
Bahasa Indoneisa dijadikan mata kuliah dasar umum (MKDU) di
setaip perguruan tinggi dengan tujuan agar para mahasiswa memiliki
sikap bahasa yang positif terhadap bahasa Indonesia. Sikap itu
diwujudkan dengan (1) kesetian bahasa, (2)kebanggaan bahasa, (3)
kesadaran akan adanya norma bahasa.

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus kuliah bahasa Indonesia adalah agar para
mahasiswa, calon sarjana, terampil menggunakan bahasa Indonesia
2

dengan baik dan benar, secara lisan dan, terutama, secara tertulis sebagai
sarana pengungkapan gagasan ilmiah.

Tujuan jangka pendek-bersifat mendesak untuk kepentingan


mahasiswa pada akhir kuliah bahasa Indonesia adalah
a. agar para mahasiswa memiliki pengetahuan dasar (EYD, pilihan kata,
kalimat efektif, paragraf, ).
b. agar para mahasiswa mampu menata tulisan ilmiah dengan baik
(kutipan, daftar pustaka, dan teknik penulisan.

B. Materi Kuliah

Materi kuliah yang akan disajikan meliputi pokok-pokok sebagai


berikut.

1. Pertemuan Kesatu
 Kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia
2. Pertemuan Kedua
 Ragam bahasa Indonesia
3. Pertemuan 3
 Diksi
4. Pertemuan 4
 Kalimat
5. Pertemuan 5
- Kalimat efektif
6. Pertemuan 6
 Memahami paragraf
7. Pertemuan 7
 Kaidah ejaan
8. Pertemuan 8
- mid test
9. Pertemuan 9
- Penulisan Surat
10.Pertemuan 10
 Praktek Penulisan Surat/KTI
11. Pertemuan 11
 Perencanaan Penulisan Karya Ilmiah
12.Pertemuan 12
3

 Tehnik Penulisan KTI


13.Pertemuan 13
- Penulisan Skripsi (judul, Latar Belakang Masalah)
14.Pertemuan 14
Penulisan Tujuan, hipotesis, dan Kegunaan Penelitian)
15. Pertemuan 15
- Penulisan (asumsi, ruang lingkup, definisi operasional)
16. Pertemuan ke 16
 Final test

C. Buku referensi

Buku kuliah bahasa Indonesia yang digunakan adalah


a. Cermat Berbahasa Indonesia untuk pergururuan tinggi, karangan
Zainal Arifin dan Amran Tasai, penerbit Akademika Pressindo
b. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Universitas Negeri Malang
c. Buku-buku lain yang relevan

Pertemuan I

PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

1.1Sumber bahasa Indonesia

Bahasa Melayu akar bahasa Indonesia

Kapan bahasa Melayu mulai dipakai sebagai alat komunikasi?


Bukti –bukti:
1) Prasasti Kedukan Bukit 683 M

2) Prasasti Talang Tuo 684 M

3) Prasasti Kota Kapur 686

4) Prasasti Karang Brahi 688

Prasasti-prasasti itu bertulis Pra-Nagari dan bahasanya bahasa Melayu


Kuno. Ini menunjukkan bahwa bahasa Melayu Kuno sudah dipakai
sebagai alat komunikasi sejak Zaman Sriwijaya (Halim, 1979:6-7)
4

Berdasarkan petunjuk-petunjuk lainnya daptlah kita kemukakan


bahwa pada zaman Sriwijaya bahasa Melayu berfungsi sebagai berikut.

1) Bahasa Kebudayaan
2) Bahasa Perhubungan antar suku di Indonesia
3) Bahasa Perdagangan
4) Bahasa resmi kenegaraan.

1.2PERESMIAN NAMA BAHASA INDONESIA

Bahasa Indonesia berkembang dengan pesat.

Peresmian nama bahasa Indonesia terjadi tanggal 28 Oktober 1928.


Saat itu pemuda kita mengikrarkan Sumpah Pemuda. Naskah Sumpah
Pemuda itu terdiri dari 3 butir kebulatan tekad sebagai berikut.
1) Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang
satu, tanah Indonesia

2) Kami putra dan putrid Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa


Indonesia.

3) Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan,


bahasa Indonesia

Pernyataan ketiga tidak merupakan pengakuan “berbahasa satu”,


tetapi merupakan pernyataan tekad kebahasaan yang menyatakan
bahwa kita, bangsa Indonesia, menjunjung tinggi bahasa
persatuan, yaitu bahasa
Indonesia.

1.3 Mengapa Bahasa Melayu Diangkat menjadi Bahasa Indonesia?

1) Bahasa Melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa


perhubungan dan bahasa perdagangan.
2) Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam
bahasa ini tidak mengenal tingkatan bahasa, seperti dalam bahasa
Jawa (ngoko, kromo) atau perbendaharaan bahasa kasar atau halus.
3) Suku jawa, Sunda, dan suku-suku lain dengan sukarela menerima
bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
5

4) Bahasa melayu meiliki kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa


kebudayaan dalam arti yang luas.

1.4 Peristiwa-peristiwa penting Yang Berkaitan Dengan


Perkembangan Bahasa Indonesia

1) 1901 : Penyusunan ejaan resmi bahasa Melayu


2) 1908 : Berdirinya Taman Bacaan Rakyat
3) 28 Oktober 1928 : Tonggak kukuh perjalanan Bahasa Indonnesia
4) 1933 : Berdirinya angkatan Pujangga Baru
5) 25-28 Juni 1938 : Konres Bahasa Indonesia I
6) 18 Agustus 1945 : Bahasa Indonesia dimuat di UUD 1945 pasal
36
7) 19 Maret 1947 : Peresmian Ejaan Soewandi
8) 28 Okt–2 Nov 1954 : Kongres Bahasa Indonesia II
9) 16 Agustus 1972 : Peresmian EYD oleh Presiden RI
10) 31 Agustus 1972 : Peresmian EYD
11) Kongres Bahasa Indonesia III (1978)
12) Kongres Bahasa Indoneisa IV (1983)
13) Kongres Bahasa Indonesia V (1988)
14) Konres Bahasa Indoesia VI (1993)
15) Kongres Bahasa Indonesia VII (1998)

1.5 KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

1.5.1 Kedudukan Bahasa Indonesia

a. Sebagai bahasa nasional Ikrar Sumpah Pemuda


b. Sebagai bahasa Negara UUD 1945

1.5.2 Fungsi Bahasa Indonesia

Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia


berfungsi sebagai:
1) Lambang Kebanggaan Kebangsaan
2) Lambang identitas nasional
3) Alat Perhubuangan antar warga, antar daerah, antar budaya
4) Alat pemersatu antar suku bangsa
6

Sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, bahasa Indonesia


mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan
kita.
Sebagai lambang identitas nasional Bahasa Indonesia harus
memiliki identitasnya sendiri sehingga ia serasi dengan lambang
kebangsaan kita yang lain.
Sebagai perhubungan antar warga, antar daerah, antar budaya
bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat komunikasi sehingga kita dapat
bepergian dari pelosok yang satu ke pelosok yang lain di wilayah NKRI.
Sebagai pemersatu antar suku bangsa bahasa Indonesia merupakan
alat yang memungkinkan terlaksananya penyatuan berbagai suku bangsa
yang memiliki latar belakang sosial dan bahasa yang berbeda-beda ke
dalam satu kesatuan yang bulat.

Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia


berfungasi sebagai:
1) Bahasa resmi kenegaraan
2) Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan
3) Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan.
4) Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia digunakan di


dalam segala upacara, perestiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik dalam
bentuk lisan maupun tulisan.
Sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan bahasa
Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar mulai taman kanak-kanak
sampai dengan perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Sebagai alat perhubungan pada tingkat nasional bahasa Indonesia
bukan saja dipakai sebagai alat komunikasi timbal-balik antara
pemerintah dan masyarakat luas, bukan saja sebagai alat perhubungan
antar daerah dan antar suku, melainkan juga sebagai alat perhubungan di
dalam masyarakat.
Sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan
teknologi, bahasa Indonesia merupakan satu-satunya alat yang
memungkinkan kita membina dan mengembangkan kebudayaan nasional
sedemikan rupa sehingga ia memilki ciri-ciri dan identitasnya sendiri
yang membedakannya dari kebudayaan daerah.
7

Pertemuan II

BAHASA INDONESIA DENGAN BERBAGAI RAGAMNYA

2.1 Penting Atau Tidaknya Bahasa Indonesia

a. Dipandang dari jumlah penutur


 Dipandang dari penutur bahasa Indonesia sebagai “bahasa ibu”,
maka bahasa Indonesia tidak penting.
 Dipandang dari jumlah penutur bahasa Indonsia sebagai “bahasa
kedua”, maka bahasa Indonesia sangat penting.
 Ada sekitar 250 juta penutur bahasa Indonesia sebagai bahasa
kedua.

b. Dipandang dari Luas Penyebarannya


 Penutur bahasa Indonesia tersebar dari Sabang sampai Merauke
 Penutur bahasa Indonesia tersebar di Malaysia dan Brunei
 Penutur bahasa Indonesia tersebar pula ke negara lain, seperti
Australia, Belanda, Rusia, Suriname, Jepang, Arab, dll.

c. Dipandang dari Dipakainya sebagai Sarana Ilmu, Budaya, dan


Susastra
 Sarana ilmu pengetahuan, budaya, dan susastra- telah dijalankan
oleh bahasa Indonesia dengan baik dan sempurna.

2.2 Pengertian Ragam Bahasa

Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang terbentuk karena


pemakaian bahasa.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ragam bahasa
diartikan variasi bahasa menurut pemakaiannya, topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara dan teman bicara, dan medium pembicaraannya.
(2005:920)

2.2.1 Sebab-sebab terjadinya Ragam Bahasa


 Luas wilayah pemakaian dan bermacam-macam latar belakang
penutur melahirkan sejumlah ragam bahasa.
8

2.2.2 Perbedaan Ragam lisan dan Ragam Tulis

No Ragam Lisan Ragam Tulis


1. Menghendaki orang kedua, teman 1) Tidak mengharuskan adanya
bicara. teman bicara berada di depan.

2. Unsur-unsur gramatikal tidak selalu 2) Fungsi-fungsi gramatikal harus


dinyatakan. nyata, lebih terang dan lebih
lengkap.

“Sakit apa, Pak?” Dokter: ”Bapak sakit apa, Pak?”

“Ini Pak, e, panas, pusing, sama Pasien: ” Saya sakit panas, pusing,
mual-mual.” dan mual-mual, pak dokter”.

“ Sudah berapa lama?” Dokter: ” Sudah berapa lama


Bapak merasakan sakit?”

“ Tiga hari, dok” Pasien: ” Saya merasa sakit sudah


tiga hari”.
“Ya, coba berbaring dulu” Dokter: ”Silahkan Bapak
berbaring dulu”.

3. Sangat terikat pada kondisi, situasi, 3) Tidak terikat oleh situasi,


ruang dan waktu. kondisi, ruang dan waktu.

Contoh ragam lisan liannya.


Seorang mahasiswi berkata kepada
temannya.

“Rin, Bapaknya tadi turun ya?” Mira: ”Rini, Pak Budi tadi
memberi materi kuliah atau
tidak?”

“turun, kamu kemana saja?” Rini: ”Ya, saya kuliah tadi pagi,
kamu sendiri kemana
saja?”
“Aku ketiduran, habis capek sekali, Mira: ”Aku tertidur pulas hingga
9

habis praktek kemarin.” jam 8.00. Aku lelah sekali


kemarin habis praktek
membantu persalinan di
klinik.
4 Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya 4) Dilengkapi dengan tanda baca,
suara. huruf besar dan huruf miring.
a. Penggunaan Bentuk Kata a. penggunaan bentuk kata
 Mobil ambulan yang  Mobil ambulan yang
dikendarainya nabrak pohon dikendarainya menabrak
karet. pohon karet
 Bila tak sakit, tak perlu  Apabila tidak sakit, engkau
berobat ke dokter tidak perlu berobat ke
. dokter
b. Penggunaan Kosakata. b. Penggunaan kosakata
 Saya sudah kasih resep  Saya sudah memberikan
kepada pasien itu. resep kepada pasien itu.

Penggunaan Stuktur Kalimat Penggunaan Struktur


kalimat
 Rencana operasi jantung ini  Rencana operasi jantung ini
saya sudah sampaikan sudah saya sampaikan
kepada dokter spesial kepada dokter spesial
penyakit dalam. penyakit dalam.

2.3 Ragam baku dan tidak baku

Pengertian

Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian
besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai
kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya.

Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai
oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma baku.
10

Sifat-sifat ragam baku

a. Kemantapan Dinamis

 Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa


Contoh: kata rasa dibubuhi awalan pe-,akan terbentuk kata perasa
 Dinamis artinya tidak statis, tidak kaku
Contoh: kata “langganan”mempunyai makna ganda, yaitu orang
yang berlangganan dan tempat berlangganan.

b. Cendekia

 Dipakai pada tempat-tempat resmi

Contoh kalimat tidak cendekia.

Mobil dokter yang kuat akan dijual.

Agar menjadi cendekia kalimat itu harus diperbaiki sebagai berikut.

Mobil kuat milik dokter akan dijual.

c. Seragam

 Proses pembakuan bahasa adalah proses penyeragaman bahasa.


Pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik keseragaman.

Contoh: istilah pramugara dan pramugari, yang mana kedua istilah


ini dipakai untuk semua layanan penerbangan.

2.4 Ragam baku tulis dan ragam baku lisan

Ragam baku tulis

 Dipakai resmi pada buku-buku pelajaran atau ilmiah


 Menerbitkan pedoman EYD
 Menerbitkan pembentukan istilah dan kamus besar bahasa
Indonesia
11

Ragam baku lisan

Ukuran dan nilai ragam baku lisan tergantung pada hal berikut.
 pengaruh besar kecilnya ragam daerah yang terdengar dalam
ucapan.
 Menonjol atau tidak menonjolnya pengaruh logat atau dialek
daerahnya.

2.5 Ragam sosial dan fungsional

Ragam sosial

Ragam sosial adalah ragam bahasa yang sebagian norma dan


kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan
sosial yang lebih kecil dalam masyarakat.
 Ragam bahasa yang digunakan dalam keluarga
 Ragam bahasa yang digunakan dalam status kemasyarakatan

Ragam fungsional

Ragam bahasa fungsional adalah ragam bahasa yang berkaitan


dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu
lainnya.

 Ragam keilmuan/teknologi

Komputer adalah mesin pengelola informasi. Berjuta-


juta fakta dan bagan yang berbeda dapat disimpan dalam
computer dan dapat dicari kembali apabila diperlukan.
Komputer dapat juga mengerjakan perhitungan yang rumit
dengan kecepatan yang luar biasa. Hanya dalam waktu
beberapa detik computer dapat melaksanakan pekerjaan yang
kalau dikerjakan manusia akan memakan waktu berminggu-
minggu.
12

 Ragam kedokteran

Kita mengenal dua macam diabetes, yaitu diabetes


inspidus dan diabetes mellitus. Diabetes inspidus disebabkan
oleh kekurangan hormon antidiuretik ( antidiuretic hormone =
ADH) diproduksi oleh kelenjar pituitaria yang berada didasar
otak sehingga kita mengeluarkan urine terus atau kencing
saja. Pada dibetes mellitus yang kurang adalah hormone
insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang berada di
bawah hati. Dengan kurangnya zat insulin ini, metabolisme
gula terganggu sehingga sebagian tidak bisa diubah menjadi
bahan yang bisa dibakar untuk menghasilkan tenaga, atau
perubahan tersebut tidak sempurna.

 Ragam keagamaan

Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang,


yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang
lain, mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar
atau menimbang untuk orang lain, mereka menguranginya.
Tidaklah orang-orang itu menyangka bahwa sesungguhnya
mereka akan dibangkitkan pada suatu hari yang besar, yaitu
hari ketika manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam.

2.6 Bahasa Indonesia yang baik dan benar

 Sebuah kalimat atau sebuah pembentukan kata dianggap benar


apabila bentuk itu mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku yaitu
ditinjau dari struktunya ataupun dari segi maknanya.

Pasien memeriksa dokter

Dokter memeriksa pasien

Budi duduk di atas gajah

Gajah duduk di atas Budi


13

Aktifitas → aktivitas

 Sebuah kata atau kalimat dikatakan “baik” apabila ia


menggunakan diksi atau pilihan kata yang tepat sehingga ia akan
menimbulkan nilai rasa yang tepat. Contoh kata menugasi,
memerintahkan, mempercayakan, meminta bantuan dan
sebagainya dapat kita gunakan situasi dan kondisi yang berbeda.

Sebagai simpulan, yang dimaksud bahasa yang benar
adalah bahasa yang menerapkan kaidah dengan konsisten,
sedangkan yang dimaksud dengan bahasa yang baik adalah
bahasa yang mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan
situasi pemakainya.
14

Pertemuan III

DIKSI ATAU PILIHAN KATA

3.1 Pengertian diksi

Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya kita memilih kata untuk


menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan unsur yang sangat penting,
baik dalam dunia karang mengarang maupun dalam dunia tutur setiap
hari.

Penerapan diksi

 Menggunakan kamus
 Sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata itu

3.2 makna denotatif dan konotatif

3.2.1 Pengertian makna denotatif

 Makna dalam alam wajar


 Makna yang sesuai dengan apa adanya
 Arti kata secara objektif
 Makna konseptual

Contoh makna kata denotatif

Kata makan, misalnya, bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut,


dikunyah dan ditelan. Contoh dalam kalimat misalnya:

Budi makan roti


Iwan makan pisang goreng

3.2.2 pengertian makna konotatif

 Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul


sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria
tambahan yang dikenakan pada sebuah makna koseptual.
15

 Makna yang dikaitkan dengan suatu kondisi dan situasi tertentu


Contoh makna konotatif

Kambing hitam → Abu Bakar Basyir dijadikan kambing hitam


dalam peristiwa bom Bali.
Makan hati → Bu Ani sangat kurus karena makan hati ditinggal
suaminya kawin lagi.

Sifat makna konotatif

 Berbeda dari zaman ke zaman


 Lebih professional dan operasional daripada makna denotatif

Contoh makna konotatif dan denotatif dalam kalimat

 Irna adalah dokter manis (konotatif)


 Kue itu sangat manis

 Budi sakit perut karena terlalu banyak makan mangga mentah

 Pak Budi sudah banyak makan garam sehingga dia berhasil


mengatasi masalah keluarganya.

 Pak Budi menderita hypertensi karena terlalu banyak makan garam

3.3 Makna Umum Dan Khusus

Makna umum adalah makna yang acuannya lebih luas. Contoh


ikan, sedangkan kata yang acuannya lebih khusus disebut kata khusus,
seperti gurame, lele, tawes, dan ikan emas.

3.4 Kata Konkret dan Abstrak

Kata konktret adalah kata yang acuannya mudah diserap


pancaindra.
Contoh thermometer, rumah sakit, perawat, obat, dll. Sedangkan kata
abstrak adalah kata yang acuannya tidak mudah diserap oleh panca indra,
seperti gagasan, pemeriksaan, diagnosa, analisa, pemerintahan, dll.
16

3.5 Sinonim

Besar = raya = Agung


Mini = kecil = kerdil = gurem
Kejam = keji – Zalim =
Panas = terik

3.6 Pembentukan Kata

Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kata baru, misalnya

Tata daya serba


Tata cara daya tahan serba kuat
Tata rias daya serap serba lengkap

Kata baru yang terbentuk melalui unsur serapan, misalnya

Klinik amputasi
Diare kronis

Bentuk-bentuk serapan

 Kata yang sudah sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia. Contoh,


opname, infus, bank, golf, klinik, pasien, medis,
 Mengambil kata dan menyesuaikan nya dengan ejaan bahasa
Indonesia. Contoh,
Subject subjek
Aphotheek apotek
University universitas
Computer komputer
 Menerjemahkan istilah-istilah asing ke dalam bahasa Indonesia.
Misalnya
Starting point titik tolak
Up to date mutakhir
Meeting rapat
Safety belt sabuk pengaman
Arrival ………..
Delay ………….
17

 Mengambil istilah tetap pada aslinya


De facto status quo vacum diesel

Sebuah kata dapat dikatakan baik kalau tepat arti dan tepat
tempatnya, seksama dalam pengungkapan, lazim, dan sesuai
dengan kaidah ejaan.
Beberapa contoh pemakaian kata di bawah ini dapat dilihat.

Kata raya tidak dapat disamakan dengan kata besar, agung.


Contoh: rumah besar, hakim agung, masjid raya.

Kata masing-masing dan tiap-tiap tidak sama dalam


pemakaiannya.

Kata tiap-tiap harus diikuti oleh kata benda, sedangkan kata


masing-masing tidak boleh diikuti oleh kata benda.
a) Tiap-tiap kelompok terdiri atas 5 orang
b) masing-masing mengemukakan keberatannya.

Pemakaian kata dan lain-lain harus dipertimbangkan secara


cermat. Kata dan lain-lain sama kedudukannya dengan seperti,
antara lain, misalnya.

Bentuk yang tidak tepat

Dalam ruang itu kita dapat menemukan barang-barang seperti meja,


buku, kursi, dan lain-lain.

Bentuk yang tepat

Dalam ruang itu kita dapat menemukan meja, buku, kursi, dan
lain-lain.

Kata pukul menunjukkan waktu, sedangkan kata jam menunjukkan


jangka waktu.

Seminar tentang aborsi yang diselenggarakan oleh Stikes HB


berlangsung selama 4 jam, yaitu dari jam 8.00 s.d 12.00 (salah)
18

Seminar tentang aborsi yang diselenggarakan oleh Stikes HB


berlangsung selama 4 jam, yaitu dari pukul 8.00 s.d pukul 12.00.
(benar)

Kata sesuatu dan suatu harus dipakai secara tepat. Kata sesuatu
tidak diikuti oleh kata benda, sedangkan kata suatu harus diikuti
oleh kata benda.
Contoh:
a) Ia mencari sesuatu
b) Pada suatu waktu ia datang dengan wajah berseri-seri.

Kata dari dan dari pada tidak sama pemakaiannya. Kata dari
dipakai untuk menunjukkan asal sesuatu, baik bahan maupun arah.
Contoh:
Ia mendapat tugas dari atasannya.
Cincin itu terbuat dari emas

Kata dari pada berfungsi membandingkan. Contoh:


a) Duduk lebih baik daripada berdiri
b) Dokter lebih pandai dari pada perawat

3.7 Kesalahan Pembentukan Dan Pemilihan Kata

Pada bagian berikut akan diperlihatkan kesalahan pembentukan


kata, yang sering kita temukan, baik dalam bahasa lisan maupun dalam
bahasa tulis. Setelah diperlihatkan bentuk yang salah, diperlihatkan pula
bentuk yang benar, yang merupakan perbaikannya.

a. Penanggalan awalan me-

Penanggalan awalan me- pada judul berita surat kabar


diperbolehkan. Namun, dalam teks beritanya awalan me- harus eksplisit.
Di bawah ini diperlihatkan bentuk yang salah dan bentuk yang benar.
1.a) Amerika Serikat luncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (Salah)
b) Amerika Serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Columbia.
(Benar)
19

2.a)Jaksa Agung, Marzuki Darusman, periksa mantan Presiden Soeharto.


(Salah)
b) Jaksa Agung, Marzuki Darusman, memeriksa mantan Presiden
Soeharto. (Benar)

b. Penanggalan awalan ber-

Kata-kata yang berawalan ber- sering menanggalkan awalan ber-.


Padahal, awalan ber- harus dieksplisitkan secara jelas. Dibawah ini dapat
dilihat bentuk salah dan benar dalam pemakaiannya.

1) Sampai jumpa lagi. (Salah)


Sampai berjumpa lagi. (Benar)

2) Pendapat saya beda dengan pendapatnya (Salah)


Pendapat saya berbeda dengan pendapatnya. (Benar)

c. Peluluhan bunyi /c/

Kata dasar yang diawali bunyi /c/ sering menjadi luluh apabila
mendapat awalan me-. Padahal, sesungguhnya bunyi /c/ tidak luluh
apabila mendapat awalan me-.

Di bawah ini diperlihatkan bentuk salah dan bentuk benar.

1) Wakidi sedang menyuci mobil. (Salah)


Wakidi sedang mencuci mobil (Benar)
2) Eka lebih menyintai Boby daripada menyintai Roy. (Salah)
Eka lebih mencintai Boby daripada mencintai Roy. (Benar)

d. Penyengauan Kata Dasar

Ada lagi gejala penyengauan bunyi awal kata dasar. Penyengauan


kata dasar ini sebenarnya adalah ragam lisan yang dipakai dalam ragam
tulis. Akhirnya pencampuradukan antara ragam lisan dan ragam tulis
menimbulkan suatu bentuk kata yang salah dalam pemakaian. Kita
sering menemukan penggunaan kata-kata, nyopet, mandang, ngail,
ngantuk, nabrak, nanam, nulis. Nyubit, ngepung, nolak, nyuap dan nyari.
Dalam bahasa Indonesia baku tulis, kita harus menggunakan kata-kata
20

mencopet, memandang, mengail, mengantuk, menabrak, menanam,


menulis, mencubit, mengepung, menolak, mencabut, menyuap dan
mencari.

e. Bunyi /s/, /k/. /p/, dan /t/ yang tidak luluh.

Kata dasar yang bunyi awalnya /s/, /k/. /p/, atau /t/ serint tidak
luluh jika mendapat awalan me- atau pe-. Padahal, menurut kaidah baku
bunyi-bunyi itu harus lebur menjadi bunyi sengau. Dibawah ini
dibedakan bentuk salah dan benar benar dlam pemakaian sehari-hari.

1) Eksistensi Indoensia sebagai Negara pensuplai minyai sebaiknya


dipertahankan. (Salah)
Eksisten Indonesia sebgai Negara penyuplai minyai sebaiknya
dipertahankan. (Benar)

2) Bangsa Indonesia mampu mengkikis habis paham komunis sampai


ke akar-akarnya. (Salah)
Bangsa Indonesia mampu mengikis habis paham komunis sampai ke
akar-akarnya (Benar)

Kaidah peluluhan bunyi s, k, p, dan t tidak berlaku pada kata-kata


yang dibentuk dengan gugus konsonan. Kata traktor apabila diberi
berawalan me-, kata ini akan menjadi mentraktor bukan menraktor. Kata
proklamasi apabila diberi berawalan me kata itu akan menjadi
memproklamasikan.

f. Awalan ke- yang keliru

Pada kenyataan sehari-hari, kata-kata yang seharusnya berawalan


ter- sering diberi berawalan ke-. Hal itu disebabkan oleh
kekurangcermatan dalam memilih awalan yang tepat. Umumnya,
kesalahan itu dipengaruhi oleh bahasa daerah (Jawa/Sunda). Di bawah
ini dipaparkan bentuk salah dan bentuk benar dalam pemakaian awalan.

1) Pengendara motor itu meninggal karena ketabrak oleh metro mini.


(Salah)
Pengendara motor itu meninggal karena tertabrak oleh metro mini.
(Benar)
21

2) Dompet saya tidak kebawa karena waktu berangkat, saya tergesa-


gesa. (Salah)
Dompet saya tidak terbawa karena waktu berangkat, saya tergesa-
gesa. (Benar)

Perlu diketahui bahwa awalan ke- hanya dapat menempel pada


kata bilangan. Selain di depan kata bilangan, awalan ke- tidak dapat
dipakai. Pengecualian terdapat pada kata kekasih, kehendak, dan ketua.
Oleh sebab itu, kata ketawa, kecantol, keseleo, kebawa, ketabrak
bukanlah bentuk baku dalam bahasa Indonesia. Bentuk-bentuk yang
benar ialah kedua, ketiga, keempat, kesepuluh, keseribu dan seterusnya.

g. Pemakaian Akhiran –ir

Pemakaian akhiran –ir sangat produktif dalam penggunaan bahasa


Indonesia sehari-hari. Padahal, dalam bahasa Indonesia baku, untuk
padanan akhiran –ir adalah –asi atau –isasi. Dibawah ini diungkapkan
bentuk yang salah dan bentuk yang benar.
1) Saya sanggup mengkoordinir kegiatan itu. (Salah)
Saya sanggup mengkoordinasi kegiatan itu. (Benar)

2) Sukarno-Hatta memproklamirkan Negara Republik Indonesia.


(Salah)
Sukarno-Hatta memproklamasikan negera Republik Indonesia.
(Benar)

Perlu diperhatikan, akhiran –asi atau –isasi pada kata-kata


lelenisasi, turinisasi, neonisasi, radionisasi, pompanisasi dan koranisasi
merupakan bentuk yang salah karena kata dasarnya bukan kata serapan
dari bahasa asing. Kata-kata itu harus diungkapkan menjadi usaha
peternakan lele, usaha penanaman turi, usaha pemasangan neon, gerakan
kemasyarakatan radio, gerakan pemasangan pompa, dan usaha
memasyarakatkan kosan.

h. Padanan yang tidak serasi

Karena pemakai bahasa kurang cermat memilih padanan kata yang


serasi, yang muncul dalam pembicaraan sehari-hari adalah padanan ang
22

tidak sepadan atau tidak serasi. Hal itu terjadi karena dua kaidah bahasa
bersilang atau bergabung dalam sebuah kalimat. Di bawah ini dipaparkan
bentuk salah dan bentuk benar terutama dalam memakai ungkapan
penghubung intrakalimat.

1) Karena modal di bank terbatas sehingga tidak semua pengusaha


lemah memperoleh kredit . (Salah)
Karena modal di bank terbatas, sehingga tidak semua pengusaha
lemah memperoleh kredit. (Benar)

2) Apabila pada hari itu saya berhalangan hadir , maka rapat akan akan
dipimpin oleh Sdr. Daud. (Salah)
Apabila pada hari itu saya berhalangan hadir, rapat akan dipimpin
oleh Sdr Daud . (Benar)

Bentuk-bentuk di atas adalah bentuk yang menggabungkan kata


karena dan sehingga, kata apabila dan maka, dan kata walaupun dan
tetapi, penggunaan dua kata itu dalam sebuah kalimat yang tidak begitu
diperlukan
Bentuk-bentuk lainya yang merupakan padanan yang tidak serasi
adalah disebabkan karena, dan lain sebgainya, karena…. maka, untuk
…….. maka, meskipun……..tetepi, kalau………… maka dan
sebagainya.

Bentuk yang baku untuk mengganti padanan itu adalah


disebabkan oleh, dan lain-lain, atau dan sebagainya; karena/untk/kalau
saja tanpa diikuti maka, atau maka saja tanpa tanpa didahului oleh
karena/untuk/kalau, meskipun saja tanpa disusul tetapi atau tetapi saja
tanpa didahului meskipun.

i. Pemakaian Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada dan
terhadap

Dalam pemakaian sehari-hari, pemakaian di, ke, dari, bagi, dan


daripada sering dipertukarkan. Di bawah ini dipaparkan bentuk benar
dan bentuk salah dalam pemakaian kata depan.
1) Putusan daripada pemerintah itu melegakan hati rakyat. (Salah)
Putusan pemerintah itu melegakan hati rakyat. (Benar)
23

2) Meja ini terbuat daripada kayu. (Salah)


Meja ini terbuat dari kayu. (Benar)

j. Pemakaian Akronim (Singkatan)

Kita membedakan istilah "singkatan" dengan "bentuk singkat".


Yang dimaksud dengan singkatan PLO, UI dan lain-lain. Yang dimaksud
dengan bentuk singkat ialah lab (laboratorium), memo (memorandum)
dan lain-lain. Pemakaian akronim dan singkatan dalam bahasa Indonesia
kadang-kadang tidak teratur. Singkatan IBF mempunyai dua makna,
yaitu Internasional Boxing Federation dan Internasional Badminton
Federation. Oleh sebab itu, pemakaian akronim dan singkatan sedapat
mungkin dihindari karena menimbulkan berbagai tafsiran terhadap
akronim atau singkatan itu. Singkatan yang dapat dipakai adalah
singkatan yang sudah umum dan maknanya telah mantap. Walaupun
demikian, agar tidak terjadi kekeliruan kalau hendak mempergunakan
bentuk akronim atau singkatan dalam suatu artikel atau makalah serta
sejenis dengan itu, akronim atau singkatan itu lebih baik didahului oleh
bentuk lengkapnya.

k. Penggunaan Kesimpulan, Keputusan, Penalaran dan Pemukiman

Kata-kata kesimpulan bersaing pemakaiannya dengan kata


simpulan, kata keputusan bersaing pemakaiannya dengan kata putusan,
kata pemukiman bersaing dengan kata permukiman, kata penalaran
bersaing dengan kata pernalaran. Lalu, bentukan yang manakah yang
sebenarnya paling tepat? Apakah yang tepat kesimpulan dan yang salah
simpulan, ataukah sebaliknya. Apakah yang tepat keputusan dan yang
salah putusan ataukah sebaliknya. Mana yang benar penalaran ataukah
pernalaran; kata pemukiman atau permukiman?
Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia sebenarnya mengikuti
pola yang rapi dan konsisten. Kalau kita perhatikan dengan seksama,
bentukan-bentukan kata itu memiliki hubungan antara satu dengan lain.
Dengan kata lain, terdapat korelasi di antara berbagai bentukan tersebut.
Perhatikanlah, misalnya verba yang berawalan meng- dapat dibentuk
menjadi nomina yang bermakna "proses" yang berimbuhan peng-an dan
dapat pula dibentuk menjadi nomina yang bermakna "hasil" yang
berimbuhan –an. Perhatikan keteraturan pembentukan kata berikut.
24

tulis, menulis, penulis, penulisan, tulisan


pilih, memilih, pemilih, pemilihan, pilihan

bawa, membawa, pembawa pembawaan, bawaan


pakai, memakai, pemakain, pemakaian, pakaian

Ada lagi pembentukan kata yang mengikuti pola berikut.

tani, bertani, petani, pertanian


tinju, bertinju, petinju, pertinjuan
silat, bersilat, pesilat, persilatan
mukim, bermukim, pemukim, permukiman
gulat, bergulat, pegulat, pergulatan

Kelompok kata di bawah ini mengikut cara yang lain.

satu, bersatu, mempersatukan, pemersatu,


persatuan
solek, bersolek, mempersolek, pemersolek, persolekan
oleh, beroleh, memperoleh, pemeroleh, perolehan
Berdasarkan kaidah diatas, bentukan-bentukan berikut dipandang
kurang konsisten.

1) Karya ilmiah harus mengandung bab pendahuluan, analisis, dan


kesimpulan. (kurang rapi)
Karya ilmiah harus mengandung bab pendahuluan, analisis, dan
simpulan. (lebih rapi)

2) Sesuai dengan keputusan pemerintah, bea masuk barang mewah


dinaikkan menjadi 20%. (Kurang rapi)
Sesuai dengan putusan pemerintah, bea masuk barang mewah
dinaikkan menjadi 20%. (lebih rapi)

l. Penggunaan Kata Yang Hemat

Salah satu ciri pemakaian bahasa yang efektif adalah pemakaian


bahasa yang hemat kata, tetapi padat isi. Namun, dalam komunikasi
sehari-hari sering dijumpai pemakaian kata yang tidak hemat (boros).
Berikut ini didaftar kata yang sering digunakan tidak hemat itu.
25

Boros Hemat

1. sejak dari sejak atau dari


2. agar supaya agar atau upaya
3. demi untuk demi atau untuk
4. adalah merupakan adalah atau merupakan
5. seperti... dan sebagainya seperti atau sebagainya
6. misalnya…. dan lain-lain misalnya atau lain-lain
7. antara lain….dan seterusnya antara lain atau dan seterusnya
8. tujuan daripada pembangunan tujuan pembangunan
9. mendeskripsikan tentang hambatan mendeskripsikan hambatan
10. berbagai factor-faktor berbagai factor
11. daftar nama-nama pesrta daftar nama peserta
12. mengadakan penelitian meneliti
13. dalam rangka untuk mencapai tujuan untuk mencapai tujuan
14. berikhtian dan berusaha untuk berusaha mengawasi
Memberikan pengawaan
15. mempunyai pendirian berpendirian
16. melakukan penyiksaan menyiksa
17. menyatakan persetujuan menyetujui
18. apabila… maka apabila …, tanpa kata
penghubung
19. walaupun…., namun walaupun…, tanpa kata namun
20. berdasarkan…, maka berdasarkan…, tanpa maka
21. karena…., sehingga karena…., tanpa sehingga atau
tanpa
karena…. Sehingga
22. namun demikian, namun, tanpa demikian
walaupun demikian.
23. sangat…. sekali sangat tanpa sekali, atau sekali
tanpa
sangat

Mari kita lihat perbandingan pemakaian kata yang boros dan


hemat berikut.
26

1) Apabila suatu reservoir masih mempunyai cadangan minyak, maka


diperlukan tenaga dorong buatan untuk memproduksi minyak lebih
besar. (Soros, Salah)
Apabila suatu reservoir masih mempunyai cadangan minyak,
diperlukan tenaga dorong buatan untuk memproduksi minyak lebih
besar.. (Hemat, Benar)

2) Untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi minyak dan gas bumi di


mana sebagai sumber devisa Negara diperlukan tenaga ahli yang
terampil di bidang geologi dan perminyakan. (Salah)
Untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi minyak dan gas bumi
yang merupakan sumber devisa Negara diperlukan tenaga ahli yang
terampil di bidang geologi dan perminyakan. (Benar)

Pemakaian kata yang boros seperti sejak dari, adalah merupakan,


demi untuk, agar supaya, dan zaman dahulu kala juga harus dihindari.

m. Analogi

Di dalam dunia olahraga terdapat istilah petinju. Kata petinju


berkorelasi dengan kata bertinju. Kata petinju berarti orang yang (biasa)
bertinju; bukan 'orang yang (biasa) meninju'.

Dewasa ini dapat dijumpai banyak kata yang sekelompok dengan


petinju, seperti pesenam, pesilat, pegolf, peterjun, petenis dan peboling.
Akan tetapi, apakah semua kata dibentuk dengan cara yang sama dengan
pembentukan kata petinju? Jika harus dilakukan demikian, akan tercipta
bentukan seperti berikut ini.
petinju 'orang yang bertinju'
pesenam 'orang yang bersenam'
pesilat 'orang yang bersilat'
peski 'orang yang berski
peselancar 'orang yang berselancar

Kata bertinju, bersenam dan bersilat mungkin biasa digunakan,


tetapi kata bergolf, beterjun, bertenis dan berboling bukan kata yang
lazim. Oleh sebab itu, munculnya kata
27

n. Bentuk Jamak dalam Bahasa Indonesia

Dalam pemakaian sehari-hari kadang-kadang orang salah


menggunakan bentuk jamak dalam bahasa Indonesia sehingga terjadi
bentuk yang rancu atau kacau. Bentuk jamak dalam bahasa Indonesia
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Bentuk jamak dengan melakukan pengulangan kata yang
bersangkutan seperti
Kuda-kuda,
Meja-meja dan
Buku-buku
2) Bentuk jamak dengan menambah kata bilangan seperti
beberapa meja,
sekalian tamu,
semua buku,
dua tempat dan
sepuluh computer
3) Bentuk jamak dengan menambah kata Bantu jamak seperti
para tamu
4) Bentuk jamak dengan menggunakan kata ganti orang seperti
Mereka, kita dan
Kami, kalian
Dalam pemakaian kata sehari-hari orang cenderung menulis
bentuk jamak asing dalam menyatakan jamak dalam bahasa Indonesia.
Di bawah ini beberapa bentuk jamak dan bentuk tunggal dari bahasa
asing.
Bentuk Tunggal Bentuk Jamak
datum data
alumnus alumni
alim ulama
28

Pertemuan IV

KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA

4.1 Pengertian Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau


tulisan, yang mengungkapkan pikiran secara utuh. Kalimat harus
mempunyai unsur subjek dan predikat. Kalau tidak ada unsur subjek dan
predikat pernyataan itu disebut sebagai frasa.

Dilihat dari hal predikat, kalimat dalam bahasa Indonesia ada dua
macam, yaitu

a. Kalimat-kalimat yang berpredikat kata kerja (kalimat verbal)


b. Kalimat-kalimat yang berpredikat bukan kata kerja (kalimat nominal)

Contoh kalimat yang berpredikat kata kerja

 Operasi kanker rahim itu dilakukan oleh dokter spesialis


kandungan
 Dokter spesialis kandungan melakukan operasi kanker rahim itu.

Kata kerja dalam kalimat ini adalah dilakukan. Kata dilakukan


adalah predikat dalam kalimat ini.

Subjek dapat ditemukan dengan cara bertanya menggunakan


predikat, sebagai berikut.

Apa yang dilakukan oleh dokter spesialis kandungan?

Jawaban pertanyaan itu ialah operasi kanker rahim. Kalau tidak


ada kata yang dapat dijadikan jawaban pertanyaan itu, berarti
subjeknya tidak ada. Dengan demikan pernyataan dalam bentuk
deretan kata itu bukanlah kalimat.

 Bidan rumah sakit Banjarbaru membantu proses kelahiran bayi di


kecamatan Cempaka.
29

Contoh kalimat yang predikatnya bukan kata kerja

 Berenang itu baik untuk kita (swimming is good for us)


 Medina adalah seorang bidan berdedikasi tinggi (Medina is a high
dedication midwife)
 Khusnul sakit (khusnul is sick)

Kalimat yang berpredikat kata kerja transitif

 Praktek bidan di rumah mendatangkan keuntungan besar


S P O
 Perawat itu memeriksa tekanan darah pasien

 Masalah penyakit malaria ditangani dinas kesehatan


S P Pel.
Dinas kesehatan menangani penyakit malaria

Kalimat yang berpredikat kata kerja intransitive

Virus flu burung berkembang.

 Senyum bidan itu mematikan.


 Ibu memasak
 Ayah pergi
 Adik menangis.

4.2 Pola Kalimat Dasar

Berdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat dasar dalam bahasa


Indonesia adalah sebagai berikut.
1. KB + KK : Mahasiswa Stikes berdiskusi
2. KB + KS : Suster itu ramah
3. KB + KBil : Harga jarum suntik itu sepuluh ribu
rupiah
4. KB + (KD+KB) : Budi di ruang operasi
5. KB + KK + KB : Dokter memberikan resep
6. KB + KK + KB + KB : Paman mencarikan saya obat
7. KB + KB : Anita Perawat
30

4.3 Jenis Kalimat Menurut Struktur Gramatikalnya

a. Kalimat tunggal
b. Kalimat majemuk
 Kalimat majemuk setara
 Kalimat majemuk tidak setara
 Kalimat majemuk campuran

a. Kalimat tunggal

Kalimat tunggal terdiri dari satu subjek dan predikat.

1. Balai pengobatan itu ditutup → pola 1


S : KB + P : KK
2. Tensinya tinggi → pola 2
S: KB + P: KS
3. Harga stetoskop itu lima puluh ribu rupiah → pola 3
S: KB + P: KBil
4. Direktur rumah sakit ke ruang kerja → pola 4
S: KB + P:(KD + KB)
5. Asisten apoteker mencari obat sakit kepala → pola 5
S: KB + P: (KK + O:KB)
6. Ahli gizi membuatkan saya menu makanan bergizi → 6
S: KB + P: KK + O: KB + Pel: KB
7. Mira bidan desa teladan → pola 7
S: KB + P: KB

Coba tentukan mana yang kalimat dan yang bukan kalimat

a. Berdiri aku di depan laboratorium


b. Aku berdiri di depan laboratorium
c. Mendirikan klinik bersalin di Guntung Payung
d. Makan daging buaya membuat kita sehat
e. Karena sangat tidak berharga

b. Kalimat majemuk

1) kalimat majemuk setara


31

1. Dua kalimat atau lebih dapat dihubungkan oleh kata dan atau serta

contoh: Dokter mendiagnosa, perawat memeriksa tekanan darah,


dan para pasien antri
- Budi menulis, Budi membaca
- Budi menulis dan membaca

2. Dua kalimat dihubungkan dengan oleh kata tetapi, melainkan, dan


sedangkan

 Amerika tergolong negara maju,tetapi Indonesia tergolong


negara berkembang.
 Hamidah bukan seorang model tetapi seorang bidan
 Aisyah bukan bidan melainkan juru masak

3. Dua kalimat tunggal atau lebih dihubungkan oleh kata atau jika
kalimat itu menunjukkan pemilihan, dan hasilnya disebut kalimat
majemuk setara pemilihan.
 Ibu hamil dapat melahirkan anaknya di rumah sakit atau bidan
dapat membantu proses kelahiran anaknya di rumah sendiri.

4. Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata lalu dan
kemudian, jika kejadian yang dikemukakannya berurutan, dan hasilnya
disebut kalimat majemuk setara perurutan.

 Mula-mula dokter memeriksa keluhan yang dirasakan pasien,


kemudian dia memeriksa detak jantung,mulut,dan mata pasien.

Ibu sudah selesai memasak, lalu dia menghidangkan makanan.

2) Kalimat majemuk setara rapatan

Yaitu bentuk yang merapatkan dua atau lebih kalimat tunggal


Contoh: Menteri kesehatan tidak membuka seminar tentang
penyakit DBD.
Menteri menutup seminar tentang penyakit DBD.
Menteri kesehatan tidak membuka, melainkan menutup
seminar.
tentang penyakit DBD.
32

3) Kalimat majemuk tidak setara

Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang
bebas dan satu suku kalimat atau lebih yang tidak bebas.
Contoh:
1. a. Komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern.
b. Mereka masih dapat mengacaukan data-data komputer
c. Walaupun computer itu dilengkapi dengan alat-alat modern,
mereka masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.

2. a) para pemain sudah lelah


b) para pemain boleh beristirahat
c) karena para pemain sudah lelah, mereka boleh beristirahat

4) Kalimat majemuk campuran

 Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang


 Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum
selesai.

Tugas kelompok : Cari pengertian, bagian-bagian dan contoh-


contohnya

a. Jenis kalimat menurut bentuk gayanya


b. Jenis kalimat menurut fungsinya
c. Kalimat efektif
d. Kalimat benar dan kalimat salah
4.4 Jenis kalimat menurut bentuk gayanya (retorikanya)

Tulisan akan lebih efektif jika disamping kalimat-kalimat yang


disusunnya benar, juga gaya penyajiannya (retorikanya) menarik
perhatian pembacanya.Menurut retorikanya, kalimat majemuk dapat
digolongkan menjadi tiga macam, yaitu (1) kalimat yang melepas (induk-
anak), (2) kalimat yang berklimaks (anak-induk), dan (3) kalimat yang
berimbang (setara atau campuran).

a. Kalimat yang melepas


33

Jika kalimat itu disusun dengan diawali unsur utama, yaitu induk
kalimat dan diikuti oleh unsur tambahan, yaitu anak kalimat.
Misalnya:

 Saya akan terhindar dari penyakit demam berdarah jika saya


memberantas sarang nyamuk.
 Semua bayi di banjarbaru harus diimunisasi agar terhindar dari
penyakit

b. Kalimat yang berklimaks


Jika kalimat itu disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan
diikuti oleh induk kalimat.
Misalnya:

 Karena mengalami pendarahan, ibu hamil itu dibawa kerumah


sakit.
 Setelah dioperasi selama 2 jam akhirnya pasien yang menderita
penyakit kanker itu dapat disembuhkan.

c. Kalimat berimbang
Jika kalimat itu disusun dalam bentuk majemuk setara atau
majemuk campuran.
Misalnya:
 Jika fasilitas kesehatan lengkap, pelayanan kesehatan dapat
ditingkatkan dan tingkat kesehatan mayarakat meningkat.
 Lapangan kerja sulit, tingkat kesejahteraan masyarakat menurun,
dan status gizi memburuk.

4.5 Jenis kalimat menurut fungsinya

Dalam bahasa lisan, intonasi yang khas dapat menjelaskan kapan


kita berhadapan dengan jenis kalimat di bawah ini. Dalam bahasa tulisan,
perbedaannya dijelaskan oleh bermacam-macam tanda baca.

 Kalimat pernyataan (deklaratif)


Positif
- Presiden SBY mengadakan kunjungan ke luar negeri
- Bidan rumah sakit Banjarbaru menyajikan pelayanan khusus
Negatif
34

- Tidak semua pasien memperoleh informasi tentang penyakit


kanker
- Lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan
memudahkan timbulnya penyakit.
 Kalimat interogatif
Positif
- Mengapa dokter itu memasuki ruang operasi?
- Kapan bidan itu masuk kerja?
Negative
- Mengapa pasien itu tidak dapat disebuhkan?
- Mengapa tenaga medis di Puskesmas tidak memberikan
pelayanan maksimal?
 Kalimat perintah dan permintaan (imperative)
Positif
- Tolong timbang dulu bayi itu.
- Ambilkan obat itu!
Negative
- Sebaiknya kita tidak melakukan sex bebas demi kesehatan kita.
- Seharusnya pasien itu tidak perlu membawa surat miskin.
 Kalimat seruan
Positif
- Bukan main, cantiknya dokter itu.
- Nah, ini dia suster yang kita tunggu
Negative
- Aduh, thermometer saya tidak terbawa
- Wah, target dinas kesehatan Banjarbaru tahun ini tidak
tercapai
35

Pertemuan V

KALIMAT EFEKTIF

Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk


menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau
pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis.
Ciri-ciri kalimat efektif sebagai berikut.

Kalimat efektif adalah gagasan atau pikiran penulis yang bisa dipahami
oleh pembaca.

Kalimat efektif ialah kalimat yang singkat, padat, jelas, dan bisa
dimengerti oleh orang lain.

 Kesepadanan

Yang dimaksud kesepadanan adalah keseimbangan antara pikiran


(gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan itu
memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini.

1. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat yang jelas.


Kejelasan subjek dan predikat dapat dilakukan dengan cara
menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk,
pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di
depan subjek.

Contoh:

a) Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus


membayar uang kuliah. (salah)
b) Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar
uang kuliah (benar)

2. Tidak terdapat subjek ganda

Contoh:

a) Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.


36

b) Soal itu saya kurang jelas.

Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut.

a) Dalam penyusunan laporan itu, saya dibantu oleh para


dosen.
b) Soal itu bagi saya kurang jelas.

3. Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat


tunggal.

Contoh:

a) kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat


mengikuti acara perkuliahan.
b) Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia
membeli sepeda Suzuki.

Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua


cara.pertama, ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk
dan kedua gantilah ungkapan penghubung intra kalimat
menjadi ungkapan penghubung antar kalimat.

a) Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat


mengikuti acara perkuliahan.
b) Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia
membeli sepada motor Suzuki.

4. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata Yang.

Contoh:

a) bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa melayu.


b) Sekolah kami yang terletak di depan bioskop gunting.

Perbaikannya adalah sebagai berikut.


37

a) Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.


b) Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.

 Keparalelan

Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata


yang digunakan dalam kalimat itu.

Contoh:

a) Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara lues.


b) Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan
pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian
sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

Kalimat itu dapat diperbaiki sebagai berikut.

a) Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara lues


b) …….

 Ketegasan

Ketegasan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok


kalimat. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan pada
kalimat.

1) Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat

Contoh:

Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan


negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.

Penekanannya adalah presiden mengharapkan.

Contoh:

Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan


negaranya.
38

Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi


kalimat.

2) Membuat urutan kata yang bertahap

Contoh:

Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah


disumbangkan kepada penderita gagal ginjal.

Seharusnya:

Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah


disumbangkan kepada penderita gagal ginjal.

3) Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.

Contoh:

Direktur rumah sakit itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan
jujur

4) Mempergunakan partikel (penekanan)

Contoh:

Perawat itulah yang bertanggung jawab atas meninggalnya


beberapa pasien di rumah sakit ini.
 Kehematan

Kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan


kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu.

Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.

1) Penghematan dapat dilakukan dengan menghilangkan


pengulangan subjek.
39

Perhatikan contoh:

a. Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.


b. Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa
presiden datang.

Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.

a. Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.


b. Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden
datang.

2) Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata

Kata putih sudah mencakupi kata warna


Kata aspirin sudah mencakupi kata obat.

Perhatikan:
Bidan itu memakai baju warna putih.
Dimana engkau membeli obat aspirin itu?

Kalimat itu bisa di ubah menjadi

Bidan itu memakai baju putih


Di mana engkau membeli aspirin itu?

3) menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat

Kata naik bersinonim dengan ke atas


Kata turun bersinonim dengan ke bawah
Kata sejak bersinonim dengan kata dari
Kata hanya bersinonim dengan kata saja

Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini

a) Dia hanya membawa badannya saja


b) Sejak dari pagi perawat itu bermenung

Kalimat ini dapat diperbaiki


40

a) Dia hanya membawa badannya


b) Sejak pagi dia bermenung

4) Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak. Misalnya:

Bentuk tidak baku bentuk baku

Para tamu-tamu para tamu


Beberapa orang-orang beberapa orang

 Kecermatan

Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu


tidak menimbulkan tafsiran ganda, dan tepat dalam pilihan kata.
Perhatikan kalimat berikut.

a) Dokter rumah sakit yang terkenal itu menerima hadiah


b) Suster itu menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.

Kalimat a) memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal


dokter atau rumah sakit.
Kalimat b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang,
seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.

Perhatikan kalimat berikut.

Yang diceritakan menceritakan tentang bidan, perawat gigi, dan


apoteker.

Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang


bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu
dapat diubah menjadi

Yang diceritakan ialah bidan, perawat gigi, dan apoteker.

 Kepaduan
41

yang dimaksud kepaduan adalah kepaduan pernyataan


dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikan tidak
terpecah-pecah.

1) Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan


cara berpikir yang tidak simetris.
Oleh karena itu hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.

Misalnya:

Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita


orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa
kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak ke luar
dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan
yang adil dan beradab.

Silakan Anda perbaiki kalimat di atas supaya menjadi kalimat


yang padu.

2) Kalimat yang padu mempergunakan aspek + agen + verbal secra


tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pesona.

Surat itu saya sudah baca


Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.

Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek


terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu
berbentuk

Surat itu sudah saya baca


Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.

3) kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti


daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek
penderita.

Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.


42

Makalah ini akan membahas tentang virus flu burung di


Banjarbaru.

Seharusnya:

Mereka membicarakan kehendak rakyat.


Makalah ini akan membahas virus flu burung di Banjarbaru.

 Kelogisan

Yang dimaksud kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat


diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang
berlaku.

a) Waktu dan tempat kami persilakan


b) Untuk mempersingkat waktu, kita teruskan acara ini
c) Hermawati menduduki bidan terbaik tahun ini
d) Mayat wanita yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-
mandir di daerah tersebut.

Kalimat itu tidak logis. Yang logis adalah sebagai berikut.

a) Bapak menteri kami persilakan


b) Untuk menghemat waktu, kita teruskan acara ini
c) Hermawati menjadi bidan terbaik tahun ini
d) ..............................

KALIMAT SALAH DAN KALIMAT BENAR

Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.

1. Untuk mengetahui baik atau buruknya pribadi seseorang dapat dilihat


dari tingkah lakunya sehari-hari. → bentuk yang salah
Baik atau buruknya pribadi seseorang dapat dilihat dari tingkah
lakunya sehari-hari. → bentuk yang benar

2. Pekerjaan itu dia tidak cocok. → salah


Pekerjaan itu bagi dia tidak cocok → benar
43

3. Diantara masalah kesehatan yang penting itu mencantumkan masalah


penyebaran flu babi sebagai masalah utama. → salah
Diantara masalah kesehatan yang penting itu tercantum masalah
penyebaran flu babi sebagai masalah utama. → benar

4. Halamannya sangat luas, rumah paman saya di Banjarbaru.

5. Sebelum dan sesudahnya diucapkan terima kasih.


44

Pertemuan 6

MEMAHAMI PARAGRAF

6.1 Pendahuluan

Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu


gagasan atau topik. Kalimat-kalimat dalam paragraf memperlihatkan
kesatuan pikiran atau mempunyai keterkaitan dalam membentuk gagasan
atau topik tersebut. Sebuah paragraph mungkin terdiri atas sebuah
kalimat atau beberapa kalimat.

Paragraf merupakan bagian dari karangan (tertulis) atau bagian


dari tuturan (kalau lisan). (Endang Kosasih, Mpd:40)

Paragraph is a distinct section of a piece of writing, usually


consisting of several sentences dealing with single theme. The first
sentence of a paragraph starts on a new line: begin a new paragraph,
(oxford dictionary).

Contoh sebuah paragraph:

Handphone sangat berguna untuk kehidupan manusia. Perangkat


komunikasi ini dapat menjadi alat komunikasi yang amat efektif. Alat ini
dapat menghubungkan dua orang atau bahkan lebih dengan waktu yang
sangat cepat meski terhalang jarak yang sangat jauh. Selain sebagai alat
komunikasi, handphone juga dapat menjadi alat bantu yang serba guna.
Dimasa sekarang ini hndphone telah dibuat dengan tambahan berbagai
fituryang bermanfaat bagi kehidupan masusia seperti GPS, kalkulator,
memo, penyimpan foto, dan lain-lain. Hadirnya fitur-fitur tersebut dapat
membantu manusia untuk mempermudah pekerjaannya contohnya saja
jika manusia tersesat, kita dapat mengguanakan aplikasi GPS pada
handphone miliknya.

Pengembanagan pikiran pada paragraf di atas, dikembangkan melaui pola


deduksi, berikut ini pejelasannya.

Handphone sangat berguna ............. (gagasan utama)


Perangkat komunikasi ini ....... (pendukung utama)
45

Alat ini dapat menghubungkan ...... (pendukung tambahan)

Pengertian topik

Topik paragraf adalah pikiran utama di dalam sebuah paragraf.


Semua pembicaraan dalam paragraf terpusat pada pikiran utama. Pikiran
utama itulah yang menjadi pokok persoalan atau pokok pembicaraan.

Coba cari topik dari paragraf dibawah ini.

Abstinence means different things to different people. For a man


who are considering sexual activity which can lead to pregnancy,
abstinence refers to not having penis-in-vagina intercourse. For
protection against infection, abstinence means avoiding anal, vaginal, and
oral-genital intercourse or participating in any other activity in which
body fluids (semen, vaginal fluids, blood, and breast milk) are exchanged
with another person.

6.2 Syarat-syarat paragraph

a) Kesatuan paragraph

 Hanya satu pokok pikiran


 Kalimat yang membentuk paragraf perlu ditata
 Kalimat yang menyimpang harus dikeluarkan

Perhatikan paragraph di bawah ini.

Jateng sukses. Kata-kata ini meluncur gembira dari pelatih regu


Jateng setelah selesai pertandingan final Kejurnas Tinju amatir, Minggu
malam di gedung Olahraga Jateng. Kota Semarang terdapat di pantai
utara Pulau Jawa, ibu kota propinsi Jateng. Pernyataan itu dianggap wajar
karena apa yang diimpi-impikan selama ini dapat terwujud, yaitu satu
medali emas, satu medali perak, dan satu medali perunggu. Hal itu
ditambah lagi oleh pilihan petinju terbaik yang jatuh ke tangan Jateng.
Hasil yang diperoleh itu adalah prestasi yang paling tinggi yang pernah
diraih oleh Jateng dalam arena seperti itu.

Coba Anda tentukan kalimat manakah yang harus dikeluarkan?


46

b) Kepaduan paragraph

kepaduan paragraf dapat dilihat dari penyusunan kalimat secara


logis dan melalui ungkapan-ungkapan (kata-kata) pengait antar kalimat.

Pengait paragraf

Agar paragraf menjadi padu digunakan pengait paragraph yaitu


berupa (1) ungkapan penghubung transisi, (2) kata ganti, (3) kata kunci
(pengulangan kata yang dipentingkan).

1) Ungkapan penghubung transisi

1. Hubungan tambahan : lebih lagi, selanjutnya, di samping itu, lalu,


berikutnya, demikian pula, lagi pula.

2. Hubungan pertentangan : tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun


demikian, sebaliknya, meskipun begitu, lain
halnya.

3. Hubungan perbandingan : sama dengan itu, dalam hal yang


demikian, sehubungan dengan itu.
4. Hubungan akibat : oleh sebab itu, jadi, akibatnya, oleh karena
itu, maka, maka dari itu, dampak dari
itu………..

5. Hubungan tujuan : untuk itu, untuk maksud itu, …..

6. Hubungan singkatan : singkatnya, pendeknya, akhirnya, pada


umumnya, sebagai simpulan …..

7. Hubungan waktu : sementara itu, beberapa saat kemudian, pada


waktu itu, awal mula, saat itu, pada zaman
dahulu,

8. Hubungan tempat : berdekatan dengan itu, berdampingan


dengan bangunan itu, berseberangan dengan
jalan
47

Contoh paragraph yang menggunakan penguhubung transisi

Belum ada isyarat yang jelas bahwa mayarakat sudah menarik


tabungan deposito mereka. Sementara itu, bursa efek Indonesia mulai
goncang dalam menampung serbuan para pemburu saham. Pemilik-
pemilik uang berusaha meraih sebanyak-banyaknya saham yang dijual di
bursa. Oleh karena itu, bursa efek berusaha menampung minat pemilik
uang yang menggebu-gebu. Akibatnya, indeks harga saham gabungan
(IHSG) dalam tempo cepat melampaui angka 100 persen. Bahkan,
kemarin IHSG itu meloncat ke tingkat 101,828 persen.

Bagaimana pendapatmu tentang paragraph tersebut?

2) Kata ganti

(1) Kata ganti orang

Dalam usaha memadu kalimat-kalimat dalam suatu paragraph kita


banyak menggunakan kata ganti orang. Pemakaian kata ganti ini berguna
untuk menghindari penyebutan nama orang berkali-kali. Kata ganti yang
dimasud adalah saya, aku, ku, kita, kami, (kata ganti orang pertama),
engkau, kau, kamu, mu, kamu sekalian, (kata ganti orang kedua), dia, ia,
beliau, mereka, dan nya (kata ganti orang ketiga). Hal ini dapat kita lihat
pada contoh berikut.

Rizal, Rustam dan cahyo, adalah teman sekolah sejak SMA hingga
perguruan tinggi. Kini mereka sudah menyandang gelar dokter dari
sebuah universitas negeri di Jakarta. Mereka merencanakan mendirikan
suatu poliklinik lengkap dengan apotiknya. Mereka menghubungi saya
dan mengajak bekerja sama, yaitu saya diminta menyediakan tempatnya
karena kebetulan saya memiliki sebidang tanah yang letaknya strategis.
Saya menyetujui permintaaan mereka.
Apa komentar anda tentang paragraf di atas ?

Penyebutan nama orang yang berkali-kali dalam satu paragraph akan


menimbulkan kebosanan serta menghilangkan keutuhan paragraf.
48

Hajjah Utami adalah ketua majelis taklim di desa ini. Rumah


hajjah utami terletak dekat masjid Nurul Mubin.

Perbaiki kalimat tersebut!

(2) Kata ganti yang lain

Kata ganti lain yang digunakan dalam menciptakan kepaduan


paragraph ialah itu, ini, tadi, begitu, demikian, di situ, ke situ, di atas, di
sana, di sini, dan sebagainya.

Itu asrama mereka. Mereka tinggal di situ sejak kuliah tingkat satu
sampai dengan meraih gelar sarjana. Orang tua mereka juga sering
berkunjung ke sana.

(3) Kata Kunci

Di samping itu, ungkapan pengait dapat pula berupa pengulangan


kata-kata kunci, seperti sampah pada contoh paragraph pertama.
Pengulangan kata-kata kunci ini perlu dilakukan dengan hati-hati (tidak
terlalu sering).

6.3 Pembagian paragraph menurut jenisnya

1) Paragraf pembuka

Paragraph ini merupakan pembuka atau pengantar untuk sampai


pada segala pembicaraan yang akan menyusul kemudian. Oleh karena
itu paragraf pembuka harus dapat menarik minat dan perhatian
pembaca, serta sanggup menghubungkan pikiran pembaca kepada
masalah yang akan disajikan selanjtunya.

2) Paragraf Pengembang

Paragraf pengembang adalah paragraf yang terletak antara


paragraph pembuka dan paragraph terakhir di dalam bab atau anak
bab itu. Paragraph ini mengembangkan pokok pembicaraan yang
dirancang. Oleh sebab itu paragraf satu dan paragraph yang lain harus
memperlihatkan hubungan yang serasi dan logis.
49

3) Paragraf Penutup

Paragraph penutup adalah paragraph yang terdapat pada akhir


karangan atau pada akhir suatu kesatuan yang lebih kecil di dalam
karangan itu. Biasanya paragraph penutup berupa simpulan semua
pembicaraan yang telah dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya.

6.4 Tanda Paragraf

Sebuah paragraph dapat ditandai dengan memulai kalimat


pertama agak menjorok ke dalam, kira-kira lima ketukan ke dalam,
kira-kira lima ketukan mesin ketik atau 2 cm.

6.5 Rangka atau struktur sebuah paragraph

Rangka sebuah paragraph terdiri dari sebuah kalimat topik dan


beberapa kalimat penjelas. Dengan kata lain jika dalam sebuah paragraph
terdapat lebih dari sebuah kalimat topik, paragraph itu tidak termasuk
paragraph yang baik. Kalimat-kalimat di dalam paragraf itu harus saling
mendukung, saling menunjang, kait-berkait satu dengan yang lainnya.

Kalimat topik adalah kalimat yang berisi topik yang dibicarakan


pengarang. Pengarang meletakkan inti maksud pembicaraannya pada
kalimat topik.

Karena topik paragraf adalah pikiran utama dalam sebuah paragraf,


kalimat topik merupakan kalimat utama dalam paragraf.

Kalimat utama bersifat umum. Ukuran keumuman sebuah terbatas


pada paragraf itu saja. Adakalanya sebuah kalimat yang kita anggap
umum akan berubah menjadi kalimat yang khusus apabila paragraf itu
diperluas.

Perhatikan paragraph berikut

Penduduk Tegal, umpamanya, mereka tidak dapat hidup di


daerahnya lagi karena bahan makanan yang akan di makan sehari-hari
tidak mencukupi kebutuhan penduduk. Hal ini disebabkan oleh ledakan
pendudukTegal terlalu besar sehingga daerah pertanian yang relative
50

tidak bertambah hasilnya itu tidak dapat menampung perkembangan


penduduk. Pertumbuhan penduduk Tegal jauh lebih besar daripada
perkembangan daerah pertanian yang ada di situ.

Sekarang coba anda cari mana kalimat utamanya?

Kalau kalimat dalam paragraf itu ditambah dengan sebuah kalimat


lagi, sifat keumuman kalimat pertama itu berubah menjadi khusus.
Kalimat yang ditambahkan itu berbunyi

”Tidak dapat dipungkiri bahwa pertumbuhan penduduk yang tidak


diimbangi oleh pertumbuhan produksi dapat menyebabkan tingkat
kemakmuran berkurang. ”

Kalimat yang terakhir ini bersifat lebih umum daripada yang


pertama. Kalau kalimat terakhir ini ditambahkan pada paragraf itu,
kalimat terakhir ini akan menjadi kalimat utama.

6.6 Paragraf Deduktif dan Induktif

Paragraph yang meletakkan kalimat topik pada awal paragraf


disebut paragraph deduktif, sedangkan paragraf yang meletakkan kalimat
topik di akhir paragraf disebut paragraph induktif.

Ada pula paragraph yang tidak memperlihatkan kalimat utamanya.


Gagasan utama sebuah paragraph itu berada di seluruh paragraph.
Paragraph seperti ini tidak memiliki kalimat yang umum. Semua kalimat
bersifat khusus. Biasanya paragraph seperti itu terdapat pada paragraph
yang bersifat naratif.

Contoh paragraf deduktif

Arang aktif ialah sejenis arang yang diperoleh dari suatu


pembakaran yang mempunyai sifat tidak larut dalam air. Arang ini dapat
diperoleh dari pembakaran zat-zat tertentu, seperti ampas tebu,
tempurung kelapa, dan tongkol jagung. Jenis arang ini banyak digunakan
dalam beberapa industri pangan atau nonpangan. Industri yang
menggunakan arang aktif ialah industri kimia dan farmasi, seperti
51

pekerjaan memurnikan minyak, menghilangkan bau yang tidak murni,


dan menguapkan zat yang tidak perlu.

6.7 Pengembangan Paragraf

Mengarang itu adalah usaha mengembangkan beberapa kalimat


topik. Dengan demikian, dalam karangan itu kita harus mengembangkan
beberapa paragraf demi paragraf. Oleh karena itu kita harus hemat
menempatkan kalimat topik. Satu paragraf hanya mengandung sebuah
kalimat topik.

Contoh di bawah ini memperlihatkan perbedaan paragraf yang


tidak hemat akan kalimat topik. Paragraf yang tidak hemat ini
mengandung tiga buah kalimat topik.
Penggemar seruling buatan Morgan bersedia menunggu lima
belas tahun asal memperoleh sebuah seruling buatan morgan.
Pertengahan bulan Juli Morgan menghentikan pemesanan seruling
karena terlalu banyak pihak yang memesan seruling buatannya.
Memang dewasa ini Morgan tergolong ahli pembuat instrumen tiup
kelas dunia.

Perhatikan paragraf berikut yang merupakan hasil dari


pengembangan kalimat-kalimat di atas.
Penggemar seruling buatan frederick Morgan bersedia
menunggu lima belas tahun asal memperoleh sebuah seruling bautan
Morgan. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh beberapa
penggemar seruling eropa. Hal ini terjadi setelah Morgan
mengumumkan bahwa pemesanan serulingnya ditutup.

Pada pertengahan bulan Juli Morgan menghentikan


pemesanan seruling karena terlalu banyak pihak yang memesan
seruling buatannya. Jika seruling dibuat terus-menerus, Morgan
harus bekerja selama 14 tahun guna memenuhi pesanan tersebut.
Seruling buatan Morgan sangat berperan pada musik di dunia Eropa
sejak tahun 1950.

Dewasa ini Morgan tergolong ahli pembuat instrumen tiup


kelas dunia. Beberapa ahli lainnya adalah Hans Caulsma (Utrecht),
Mortin Skovroneck (Bremen), Fredrick van Huene (Amerika Serikat),
52

Klaus Scheele (Jerman), serta Shigchoru Yamaoka dan kuito


Kinoshito (Jepang).

Kalau kita amati, ternyata paragraf-paragraf yang terakhir


lebih“berbicara“ daripada paragraf-paragraf sebelumnya, yang
mengandung tiga buah kalimat topik. Paragraf terakhir hemat akan
kalimat topik, tetapi kreatif dengan kalimat-kalimat penjelas.

6.8 Teknik Pengembangan

Teknik pengembangan paragraf itu, secara garis besarnya, ada dua


macam. Pertama, dengan menggunakan “ilustrasi“. Apa yang dikatakan
kalimat topik itu dilukiskan dan digambarkan dengan kalimat-kalimat
penjelas sehingga di depan pembaca tergambar dengan nyata apa yang
dimaksud oleh penulis. Kedua, dengan“analisis“. Apa yang dinyatakan
kalimat topik di analisis secara logis sehingga pernyataan tadi merupakan
sesuatu yang meyakinkan.

Di dalam praktik, kedua teknik di atas dapat di rinci lagi menjadi


beberapa cara yang lebih praktis, diantaranya :

a. Dengan memberikan contoh/fakta


Biasanya, pembaca senang membaca paragraf-paragraf yang
dikembangkan dengan cara ini. Perhatikan paragraf berikut.
Kegiatan KUD di desa-desa yang belum dewasa sering
dicampuri oleh tengkulak-tengkulak, seperti di Desa Kioro. Semua
kegiatan KUD selalu dipantau oleh tengkulak-tengkulak. Kadang-
kadang bukan memantau lagi namanya, tetapi langsung ikut serta
menentukan harga gabah penduduk yang yang akan dijual ke
koperasi. Tengkulak itulah yang mengatur pembagian uang yang
ditangani oleh ketua koperasi, mengatur pembelian padi, dan
sebagainya. Demikian pula halnya dalam menjual kembali ke
masyarakat. Harga padi selalu ditentukan oleh tengkulak itu. Dari
hasil penjualan ini tengkulak meminta upah yang cukup besar dari
ketua koperasi.

Dalam menggunakan cara ini, penulis hendaknya pandai memilih


contoh-contoh yang umum, contoh yang representatif yang dapat
53

mewakili keadaan yang sebenarnya, dan bukan contoh yang terlalu


dicari-cari.

b. Dengan memberikan alasan-alasan

Dalam cara ini , apa yang dinyatakan oleh kalimat topik dianalisis
berdasarkan logika, dibuktikan dengan uraian-uraian yang logis dengan
menjelaskan sebab-sebab mengapa demikian.
Perhatikan paragraf berikut.

Membiasakan diri berolahraga setiap pagi banyak


manfaatnya bagi seorang pengawai. Olahraga itu sangat perlu
untuk mengimbangi kegiatan duduk berjam-jam di belakang meja
kantor. Kalau tidak demikian, pegawai itu akan menderita beberapa
penyakit karena tidak ada keseimbangan kerja otak dan kerja fisik.
Kalau pegawai itu menderita sakit, berarti dia membengkalaikan
pekerjaan kantor yang berarti pula melumpuhkan kegiatan negara.

c. Dengan bercerita

Biasanya pengarang mengungkapkan kembali peristiwa-peristiwa


yang sedang atau sudah berlaku apabila ia mengembangkan paragraf
dengan cara ini. Dengan paragraf itu, pengarang berusaha membuat
lukisannya itu hidup kembali.
Perhatikan paragraf berikut.

Kota Wonosobo telah mereka lalui. Kini jalan lebih menanjak


dan sempit berliku-liku. Bus meraung-raung di dataran tinggi
dieng. Disamping kanan jurang menganga, tetapi pemandangan di
kejauhan adalah hutan pinus menyelimuti punggung bukit dan
bekas-bekas kawah yang memutih. Pemandangan itu melalaikan
goncangan bus yang tak henti-hentinya berkelak-kelok. Sesekali
atap rumah berderet kelihatan di kejauhan.

6.9 Pembagian Paragraf Menurut Teknik Pemaparannya

Paragraf menurut tekniknya dibagi dalam empat macam yaitu ;

a. Deskriptif
54

Paragraf deskriptif disebut juga paragraf melukiskan (lukisan).


Paragraf ini melukiskan apa yang terlihat di depan mata. Jadi, paragraf
ini bersifat tata ruang atau tata letak. Pembicaraannya dapat berurutan
dari atas ke bawah atau dari kiri ke kanan. Dengan kata lain, deskriptif
berurusan dengan hal-hal kecil yang tertangkap oleh pancaindera.

Contoh sebuah paragraf deskriptif :

Pasar Tanah Abang adalah sebuah pasar yang sempurna


semua barang ada disana. Di toko yang paling depan berderet
terdapat toko kain yang lengkap dan berderet-deret. Disamping
kanan pasar terdapat warung-warung kecil penjual sayur dan
bahan dapur. Disamping kiri ada pula berjenis-jenis buah-buahan.
Pada bagian belakang kita dapat menemukan berpuluh-puluh
pedagang daging. Belum lagi kita harus melihat lantai satu, dua,
dan tiga.

b. Ekspositoris

Paragraf ekspositoris disebut juga paragraf paparan. Paragraf ini


menampilkan suatu objek. Peninjauan tertuju pada satu unsur saja.
Penyampaiannya dapat menggunakan perkembangan analisis kronologis
atau keruangan.

Contoh paragraf ekspositoris :

Pasar Tanah Abang adalah pasar kompleks. Di lantai dasar


terdapat sembilan puluh kios penjual kain dasar. Setiap hari rata-
rata terjual tiga ratus meter untuk setiap kios. Dari data ini dapat
diperkirakan berapa besarnya uang yang masuk ke kas DKI dari
Pasar Tanah Abang.

c. Argumentatif

Paragraf argumentatif sebenarnya dapat dimasukkan ke dalam


ekspositoris. Paragraf argumentatif disebut juga persuasi. Paragraf ini
lebih bersifat membujuk atau meyakinkan pembaca terhadap suatu hal
atau objek. Biasanya, paragraf ini menggunakan perkembangan analisis.
55

Contoh paragraf argumentatif

Dua tahun terakhir, terhitung sejak Boeing B-737 milik


maskapai penerbangan Aloha Airlines celaka. Isu pesawat tua
mencuat ke permukaan. Ini bisa dimaklumi sebab pesawat yang
badannya koyak sepanjang 4 meter itu sudah dioperasikan lebih
dari 19 tahun. Oleh karena itu, adalah cukup beralasan jika orang
menjadi cemas terbang dengan pesawat berusia tua. Di Indonesia,
yang mengagetkan, lebih dari 60% pesawat yang beroperasi adalah
pesawat tua itu. Amankah ? kalau memang aman, lalu bagaimana
cara merawatnya dan berapa biayanya sehingga ia tetap nyaman di
naiki ?

d. Naratif

Karangan narasi biasanya dihubung-hubungkan dengan cerita.


Oleh sebab itu, sebuah karangan narasi atau paragraf narasi hanya kita
temukan dalam novel, cerpen atau hikayat.

Contoh paragraf naratif :

Malam itu ayah kelihatan benar-benar marah. Aku sama


sekali dilarang berteman dengan syaiful. Bahkan ayah mengatakan
bahwa aku akan diantar dan dijemput ke sekolah. Itu semua gara-
gara Slamet yang telah memperkenalkan aku dengan Siti.
56

Pertemuan 7

PENERAPAN KAIDAH EJAAN

7.1 Kaidah Kebahasaan

Skripsi merupakan salah satu jenis karya ilmiah berupa laporan


penelitian. Oleh karena karakteristik ilmiah itu, bahasa yang digunakan
sebagai sarana memaparkan keseluruhan rangkaian penelitian harus
menggunakan ragam bahasa ilmiah.
Ciri-ciri penanda ragam bahasa ilimiah adalah formal, jelas, tepat,
dan lugas. Keformalan diantaranya diwujudkan dengan penggunaan gaya
bahasa resmi, bentuk/konstruksi kalimat pasif, dan istilah-istilah bidang
tertentu. Kejelasan diwujudkan dengan penggunaan kalimat yang efektif,
efisien, tidak rancu/ambigu, serta susunan paragraf yang runtut.
Ketepatan diwujudkan dengan pemiliahan kosa kata (baik umum maupun
khusus) sesuai dengan ide yang akan disampaikan. Kelugasan
diwujudkan dengan penggunaan kata-kata yang tidak bernuansa emotif
(misalnya harus, wajib, salah besar), dan pemilihan kalimat yang tidak
berbelit-belit (berbasa-basi atau tidak langsung pada ide yang
dimaksudkan).

7.1.1 Ejaan

Ejaan berkaitan dengan tata cara/kaidah penulisan tanda baca,


huruf, dan kata. Berdasarkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang disempurnakan, berikut dikemukakan prinsip-prinsip ejaan yang
perlu diperhatikan dalam rangka penulisan tesis.
(1) Tanda titik (.), titik dua (:), titik koma (;), tanda tanya (?), tanda
seru (!), dan tanda persen (%) ditulis rapat dengan huruf yang
mendahului.

Tidak Baku Baku


 Penelitian ini Penelitian ini menggunakan
menggunakan pendekatan pendekatan kuantitatif.
kuantitatif .

 Analisis data Analisis data menggunakan teknik


menggunakan teknik regresi regresi linier, multivariate, dan
57

linier , multivariate , dan korelasi.


korelasi.
 seperti di paparkan
dibawah ini : …seperti dipaparkan di bawah ini:
 …menggunakan rumus ;
kemudian …menggunakan rumus; kemudian
 di SMU se-Kabupaten
Malang ? …di SMU se-Kabupaten Malang?

 Hal itu tidak terbukti ! Hal itu tidak terbukti!

 …sebanyak 30 % siswa …sebanyak 30% siswa ….


….

Khusus untuk tanda titik dua (:) yang digunakan untuk memisahkan
tahun penerbitan dan nomor halaman rujukan yang dikutip, ditulis
rapat dalam angka yang mendahului dan mengikutinya.

Contoh :
Tidak Baku Baku
 Wahab (2001 : 14) Wahab (2001:14) menyatakan …
menyatakan …
Menurut Cangara (2002:41) model
 Menurut Cangara (2002 : komunikasi yang dibuat
41) model komunikasi yang
dibuat

(2) Tanda hubung (-), tanda pisah (--), dan tanda garis miring (/)
ditulis rapat dengan huruf yang mendahului dan mengikutinya.

Contoh :
Tidak Baku Baku
 Pengamatan berulang - Pengamatan berulang-ulang …
ulang …
Observasi–subjek dan objek–
 Observasi – subjek dan diarahkan pada kontinyuitas gejala
objek – diarahkan pada yang muncul
kontinyuitas gejala yang
muncul
58

Sampel/wakil populasi yang


 Sampel / wakil populasi dipilih …..
yang dipilih …..

(3) Tanda kutif dua (“…”), tanda kutip satu (‘…’) dan tanda kurung ( ) ditulis
rapat dengan huruf dari kata, frasa, klausa, ataupun kalimat yang diapit.
Tidak Baku Baku
 Ketepatan “ criteria ” Ketepatan “criteria” pemilihan …
pemilihan …
Jangkauan ‘eksplanasi’ hasil …
 Jangkauan ‘ eksplanasi ‘
hasil … Validitas isi (content validity) …..

 Validitas isi ( content


validity ) …..

(4) Tanda matematis sama dengan (=), tanda tambah (+), tanda kurang
(-), tanda kali (x), tanda bagi (:), tanda lebih besar (>), dan tanda
lebih kecil (<) ditulis terpisah dari angka/huruf yang mendahului
atau mengikutinya.

Tidak Baku Baku


 P=500 P = 500

 P+q=r;p-q=r P+q=r;p–q=r

 Pxq=r; p:q=r Pxq=r; p:q=r

 P>q: p<q=r P>q: p<q=r


(5) Penulisan kata atau istilah asing dilakukan dengan cara (a) dicetak
miring, tebal, atau garis bawah per kata (pilih salah satu bentuk efek
cetakan secara konsisten), dan (b) mengikuti padanan/terjemahan
kata/istilah tersebut dalam bahasa Indonesia.

Contoh :
Tidak Baku Baku
 Dependent variable Dependent variable merupakan
merupakan variabel yang variable yang diukur untuk ….
diukur untuk …..
59

Dependent variable merupakan


variable yang diukur untuk ….

Dependent variable merupakan


variable yang diukur untuk ….

Variabel tergantung merupakan


variable yang diukur untuk ….

(6) Penulisan di, ke, dari, dan pada sebagai kata depan yang
menyatakan keterangan tempat/tunjuk ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya. Sedangkan khusus di- sebagai awalan ditulis
serangkai dengan kata mengikutinya.

Contoh :
Tidak Baku Baku
 diatas, dibawah, di atas, di bawah, di samping, di
disamping, disini, keatas, sini, ke atas, ke samping, ke bawah,
kesamping, kebawah, dari kanan, pada sebelah
darikanan, padasebelah

 di kemukakan, di dikemukakan, dikesampingkan,


kesampingkan, di lakukan, di dilakukan, didukung, dianalisis,
dukung, di analisis, di dibuktikan
buktikan

(7) Penulisan partikel pun yang berarti “juga” ditulis terpisah dari kata
yang mendahuluinya. Partikel per yang berarti “mulai”,”demi”, dan
“tiap” ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Tidak Baku Baku


 Tidak satupun data yang Tidak satu pun data yang
menunjukkan …. menunjukkan ….

 Nilai harga persatuan


60

sebesar …. Nilai harga per satuan sebesar ….

 …..akan dianalisis satu …..akan dianalisis satu per satu


persatu

(8) Penulisan nama buku, nama majalah, nama surat kabar, dan judul
karangan yang dikutip dalam karangan, huruf pertamnya
menggunakan capital (kecuali kata penghubung, seperti di, ke, dari
dan, atau, tentang, oleh, pada, bagi) serta dicetak miring.

Contoh :
Tidak Baku Baku
 Dalam buku metode Dalam buku Metode Statistika karya
statistika karya Nasoetion Nasoetion dikemukakan …
dikemukakan …
Objek penelitian ini adalah buku
 Objek penelitian ini roman berjudul Dari Ave Maria ke
adalah buku roman berjudul Jalan Lain ke Roma karya Idrus
Dari Ave Maria Ke Jalan
Lain Ke Roma karya Idrus Sebagaimana termuat dalam surat
kabar “Duta Masyarakat” tanggal
 Sebagaimana termuat …
dalam surat kabar “duta
masyarakat” tanggal … Naskah drama Malam Pengantin di
Bukit Kera karya Boesje ….
 Naskah drama Malam
Pengantin di Bukit Kera
karya Boesje ….

(9) Angka Arab digunakan untuk menyatakan bilangan, nomor, atau


jumlah ditulis dengan aturan sebagai berikut.

Contoh :
Tidak Baku Baku
 Sampel penelitian ini Sampel penelitian ini berjumlah 25
berjumlah dua puluh lima orang
orang
61

 Taraf signifikansi 0.05 …. Taraf signifikansi 0,05 ….

 Hasil perhitungan korelasi Hasil perhitungan korelasi sebesar


sebesar 0.71 … 0,71 …

 Dari jumlah 40 siswa,


sebanyak dua belas atau 30% Dari jumlah 40 siswa, sebanyak 12
menyatakan …. atau 30% menyatakan ….

Catatan aturan penggunaan tanda titik dan koma pada bilangan


dalam bahasa Inggris …. Dengan aturan dalam bahasa Indonesia.

Contoh :
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Inggris Baku
 Taraf signifikansi 0,05 …. ….0.05 level of significance ATAU
….05 level of significance

 Hasil perhitungan korelasi The computed correlation


sebesar 0,71 … coefficient is 0.71 ATAU
The computed correlation
coefficient is .71

(10) Angka Romawi digunakan untuk menandai judul bab. Sedangkan


untuk subjudul digunakan angka Arab.

Contoh :
Tidak Baku Baku
 BAB 1 PENDAHULUAN  BAB I PENDAHULUAN

 BAB 2  BAB II
KAJIAN PUSTAKA KAJIAN PUSTAKA

 1.1 Latar Belakang  1.1 Latar Belakang


III.4 Instrumen Penelitian 3.4 Instrumen Penelitian
VI.2 Saran 6.2 Saran
62

(11) Penggunaan peringkat rincian penomoran judul dan subjudul


mengikuti aturan yang terdiri atas lima perangkat, sebagai berikut :
1) Peringkat 1 ditulis dengan huruf besar semua, cetak tebal,
dan diletakkan di tengah (judul bab).
Contoh :

BAB III

METODE PENELITIAN

2) Peringkat 2 ditandai dengan angka 2 yang dipisahkan tanda


titik, tanpa diakhiri tanda titik, ditulis dengan huruf besar kecil,
cetak tebal dan diletakkan di tepi kiri.
Contoh :
1.1Latar Belakang
2.1 Pemerolehan Bahasa Kedua
3) Peringkat 3 ditandai dengan angka 3 digit yang dipisahkan
tanda titik, tanpa diakhiri tanda titik, ditulis dengan huruf besar
kecil, cetak tebal dan diletakkan di tepi kiri.
Contoh :
1.3.1 Pembatasan Masalah
3.3.1 Instrumen Bantu
4) Peringkat 4 ditandai dengan angka 4 digit yang dipisahkan
tanda titik, tanpa diakhiri tanda titik, ditulis dengan huruf besar
kecil, cetak tebal dan diletakkan di tepi kiri.
Contoh :
1.3.1.1 Rumusan Masalah Umum
4.2.1.1 Faktor Eksternal yang Berpengaruh
5) Peringkat 5 ditandai dengan angka 5 digit yang dipisahkan
tanda titik, tanpa diakhiri tanda titik, ditulis dengan huruf besar
kecil, cetak tebal dan diletakkan di tepi kiri.
Contoh :
4.2.1.1.1 Lingkungan Belajar
6) Butir-butir uraian yang mempunyai fungsi hierarkis (urusan
proses, urutan kegiatan, tahapan sistematis/manual)
menggunakan penanda angka dalam tanda kurung  (1) atau
huruf - (a), ditulis dari tepi kiri, diawali huruf kecil dan
63

diakhiri tanda titik koma (;), serta ‘dan’ sebagai penanda sebelum
rincian akhir yang diakhiri dengan tanda titik.
Contoh :
 Adapun langkah-langkah kegiatan yang dilakukan
sebagai berikut.
(1) melaksanakan kegiatan identifikasi awal;
(2) ………………………………………………;
(3) …………………………………………………; dan
(4) ………………………………………………….. .

 Urutan langkah atau tahapan kegiatan analisis


dengan menggunakan rumus statistic korelasional product
moment, yakni :
(a) mengklasifikasi skor variable;
(b) …………………………………………………
…. ;
(c) ……………………………………………; dan
(d) ………………………………… .

7) Butir-butir uraian yang tidak mempunyai fungsi hierarkis


(rincian uraian penjelasan) menggunakan angka dengan tanda
kurung satu - 1), atau huruf dengan tanda satu kurung - a),
ditulis dari tepi kiri, diawali huruf besar dan diakhiri tanda titik.
 Karakteristik homogen pada sample penelitian yang
dimaksudkan sebagaimana uraian dibawah ini.
(1) Kemampuan rerata yang dimiliki oleh sejumlah sample
penelitian …
(2) ………………………………………………….
(3) ………………………………………………….
(4) …………………………………………………..

 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses


belajar sebagaimana termuat dalam Gagne (1988;345)
dikemukakan sebagai berikut.
(a) Faktor yang bersumber dari di pembelajar,
meliputi …
(b) …………………………………………………
….
64

(c) …………………………………………………
….
(d) …………………………………
………………….

8) Variabel subjudul penjelas, apabila tidak menggunakan


urutan peringkat, menggunakan penanda angka dengan tanda
titik - 1. dan ditulis dengan huruf besar kecil, cetal tebal, dan
diletakkan di tepi kiri.
Contoh :

3.3 Instrumen Penelitian


…………………………………………………………………
………………
……………………………………………………………………
……………….
……………………………………………………………………
……………….
1. Dokumentasi
…………………………………………………………
………………………………………………………….
2. Lembar Observasi
.........................................................................................
..............................................

3. Angket
…………………………………………………………
…………………………………

KAIDAH KUTIPAN DALAM KARYA ILMIAH

Apa itu KUTIPAN?


65

Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat/ide/gagasan orang


lain yang diambil dari sumber tertentu.

Cara Mengutip

Kutipan menyebutkan nama (penulis/editor – cukup nama belakang),


tahun terbit sumber referensi, halaman (yang dikutip).

………………. (Trimo, 2007:202)

Trimo (2007:202) menyatakan ……

Menurut Trimo (2007:202) …………

Jenis-jenis Kutipan

 Kutipan terbagi 2, yaitu:

1.Kutipan Langsung  ‘to quote’


:) mengutip sama persis seperti sumbernya
:) ada 2 macam  panjang dan pendek
2. Kutipan Tidak Langsung  ‘to paraphrase’
:) mengambil gagasan/ide dari sumber tertentu tetapi dikalimatkan
dengan bahasa si pengutipnya = menyitir (sitiran)

3. Kutipan dari sumber kedua  mengutip yang dikutip orang lain


dalam suatu naskah

Prinsip-prinsip Mengutip (Langsung)

 Jangan mengadakan perubahan  jika terpaksa untuk tujuan tertentu,


harus disertai keterangan dalam tanda kurung segi empat.
Contoh: [cetak tebal dari penulis]
 Bila ada kesalahan pengutip tidak boleh memperbaikinya. Biarkan apa
adanya dan beri catatan singkat [sic!] yang artinya kesalahan dari naskah
asli yang dikutip dan penulis (pengutip) tidak bertanggung jawab atas
kesalahan tersebut.
Contoh: … hal itu memiliki makan [sic!] yang ambigu.
66

 Menghilangkan bagian yang dikutip dibolehkan asalkan tidak


mengakibatkan perubahan makna. Untuk penghilangan bagian kalimat
dengan titik tiga. Jika yang dihilangkan lebih dari satu baris, maka
digantikan dengan titik sepanjang satu barisan.

Cara Mengutip: Kutipan Langsung Pendek

 Kutipan langsung pendek = kutipan tdk lebih dari 4 baris


 Kutipan diintegrasikan langsung dalam teks
 Jarak baris kutipan sama dengan jarak baris teks yang ada (2 atau 1½
spasi)
 Kutipan diapit dengan tanda kutip (“…”)

Contoh:

Terkait dengan keindahan bahasa sastra Semi (1993:81) menyatakan


bahwa “bagaimanapun juga kemampuan penulis dalam mengeksploitasi
kelenturan bahasa akan menimbulkan kekuatan dan keindahan bahasa”.

Cara Mengutip: Kutipan Langsung Panjang

 Kutipan langsung panjang = kutipan 4 baris atau lebih


 Kutipan dipisahkan dengan badan teks
 Kutipan berjarak 1 spasi (badan naskah biasanya 2 atau 1½ spasi)
 Kutipan tidak selalu menggunakan tanda kutip (boleh ada, boleh tidak)
 Seluruh kutipan diletakan menjorok ke dalam (5 – 7 ketukan)
 Jika terjadi, kutipan dalam kutipan, gunakan tanda kutip tunggal/jamak.

Contoh:

Terjemahan karya ilmiah dalam bahasa Indonesia banyak yang


tidak memuaskan karena para penerjemah tidak terlatih dalam ilmu
penerjemahan. Misalnya salah satu terjemahan berikut ini.
“Suatu pikiran yang telah tersebar dengan luas sekali orang banyak
menggambarkan buku-buku sebagai benda tak berjiwa, tidak effektif
(sic!), serba damai yang pada tempatnya sekali berada dalam
kelindungan-kelindungan sejuk dan ketenangan akademis dari
universitas-universitas dan tempat …” (Sani, 1959: 7).
67

Cara Mengutip: Kutipan Tidak Langsung

 Yang dikutip hanya ide pokoknya, bahasa kutipan dengan bahasa sendiri
 Kutipan diintegrasikan dalam badan naskah/teks
 Jarak bagian kutipan sama dengan jarak badan teks lainnya
 Kutipan tidak menggunakan tanda kutip

Contoh:

Bentuk tulisan faktual yang berupa recount (penceritaan kembali)


dalam media massa sangat beragam. Hal ini disebabkan sejalannya
tujuan penulisan sebuah recount yangmengarah pada bentuk hiburan atau
pemberian informasi (Callaghan & Rothery, 1993: 53). Banyak rubrik
surat kabar nasional yang menyediakan tempat untuk pembaca untuk
terlibat dalam komunikasi nasional yang dijalin dalam bentuk artikel-
artikel.

Cara Mengutip: Kutipan Sumber Kedua

 Pengutip harus menyebutkan kedua sumber yang ada

Contoh:

Lorsbach dan Tobin (dalam Paulina dkk., 2001:3-4) mengatakan


bahwa pengetahuan ada dalam diri seseorang yang sedang mengetahui.
Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang
(dosen) kepada orang lain (mahasiswa).

Kutipan dapat diperjelas sumber rujukannya dalam bentuk catatan


kaki atau daftar pustaka.

 Kutipan dapat bersumber dari ucapan lisan asalkan ada pengesahan


dari penuturnya.
 Hendaknya pengutipan dibuat secara bervariasi.

TATA CARA PENULISAN BIBLIOGRAFI


DALAM KARYA ILMIAH
Pengertian
68

 Bibliografi = Daftar Pustaka = Sumber Referensi = Daftar Rujukan

 Yaitu suatu daftar yang berisikan judul-judul buku, artikel, dan bahan
terbitan lain yang dijadikan sebagai sumber rujukan dalam tulisan.

Fungsi Daftar Pustaka

 Mendeskripsikan sumber referensi secara jelas


 Melengkapi keterangan dalam catatan kaki

Unsur Bibliografi

 Nama Pengarang
 Judul Buku / Artikel / Terbitan
 Identitas / Data Publikasi

Sumber dari BUKU

 Buku satu penulis


Arifin, E. Zainal. 1999. Teknik Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta:
Gramedia.
 Buku 2 atau 3 penulis

Oliver, Robert T. and Rupert Cortright. 1985. New Training for Effective
Speech.New York: Henry Holt and Company, Inc.
Enkvist, Nunnan E., Spencer Jou, and Murry Gregory. 1989. Linguistic and
Style.London: Oxford Universiti Press.

 Buku lebih dari 3 penulis


Hasan, Aulia H., dkk. 2005. Model Pembelajaran Bahasa Terpadu.
Bandung: Nuansa.

 Buku Edisi (yang ada perubahannya)


Vos, Jeannette dan Gordon D. 2001. Revolusi Cara Belajar (Edisi
Revisi).Bandung: Kaifa.

 Buku Terjemahan
69

Multatuli. 1972. Max Havelar atau Lelang Kopi Persekutuan Dagang


Belanda.Terj. HB. Jassin. Jakarta: Djambatan.
Wellek, Rene dan Warren Austin. 1942. Pengantar Teori Sastra.Terj. Theory of
Litterature oleh Melani Budianta. Jakarta: Gramedia.

 Buku Kumpulan Artikel


Fletcher, Joe (Ed.).2000. Menulis Artikel yang Baik. Jakarta: Binarupa.
Syafi’e, Imam dan Abdullah Hamid (Eds.). 2002. Berbagai Polemik
Pembelajaran Bahasa.Yogyakarta: Beranda Press.

Sumber dari ARTIKEL

 Artikel Jurnal
Efendi, Anwar. 2005. “Alienasi Tokoh Utama dalam Novel PolKarya Putu
Wijaya”. Litera.Vol. 4, Nomor 1, Januari.

 Artikel Majalah
Linda, Inggriani. 2003. “Menimba Ilmu Lewat Jaringan Internet”.
Intisari.Agustus, Nomor 431.

 Artikel Koran
Silalahi, Badar. 2007. “Mencermati Potret Buram Pendidikan di
Indonesia”. Kompas.01 Mei, halaman 5.

 Artikel Buku Kumpulan Artikel


Sadtono, E. 2001. “Kompetensi Komunikatif: Mau Kemana?” dalam Sumardi
(Ed.). Berbagai Pendekatan dalam Pembelajaran Bahasa. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.

 Artikel dalam Ensiklopedi


Wright, J.T. 1969. “Language Varieties: Language and Dialect”. Encyclopaedia
of Linguistics, Information and Control. Oxford: Pergamon Press Ltd.

 Artikel Tanpa Penulis


“Pemuda Indonesia: Antara Harapan dan Beban!”. 2002. Hidayah. Tahun 3,
Edisi 27 Rajab/Sya’ban 1424 H/Oktober.

Sumber dari MAKALAH Seminar dll.


70

Budiman, Firmansyah. 2008. “Gejala Awal Trauma Anak Korban Kekerasan”.


Makalah disajikan dalam Seminar Pelanggaran HAM pada Anak
Indonesia, pada 20 April 2008 di Hotel Garuda Yogyakarta.
Waseso, M. G. 2001. “Isi dan Format Jurnal Ilmiah”. Makalah disajikan dalam
Lokakarya Penulisan Artikel dan Pengelolaan Jurnal Ilmiah, Universitas
Lambungmangkurat, Banjarmasin, 9 – 11 Agustus.

Sumber dari INTERNET

 Artikel Karya Individual


Hernowo. 2006. Mengikat Makna: Sebuah Proses Kreatif Membaca dan Menulis
yang Memberdayakan Diriku.Diakses dari http://www.ekuator.co.id,
pada tanggal 9 Maret 2006.

 Artikel Jurnal Online


Kumaidi. 1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya.
Jurnal Ilmu Pendidikan (Online).Jilid 5. No. 4. Diakses dari
http://www.malang.ac.id, pada 20 Januari 2000.

 Bahan Diskusi
Wilson, D. 20 November 1995. Summary of Citing Internet Sites. Netrain
Discussion List (Online). Netrain@ubvm.cc.buffalo.edu, diakses tanggal
22 November 1995.

 E-mail Pribadi
Naga, Dian Sumitro. 2007. Artikel untuk Litera. naga_uny@indo.net.id 1
Oktober. E-mail kepada Ali Sumirah (litera@uny.fbs.org)

Sumber dari DOKUMEN RESMI

Pusat Pembinan dan Pengembangan Bahasa. 1987. Pedoman Umum


Pembentukan istilah. Jakarta: Depdikbud.
Undang-undang RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sisdiknas. 1999. Jakarta:
Armada Duta.

Sumber dari KAMUS/ENSIKLOPEDI


Merriam-Webster’s Collegiate Dictionary (10thEd.) 1992. Springfield:
Merriam Inc.
71

Sadie, S. 2000. Kamus Tiga Bahasa (Indonesia – Inggris –


Arab).Yogyakarta: Mulangreh.

Sumber dari
SKRIPSI/TESIS/DESERTASI/LAPORAN PENELITIAN

Benjamin, Wardoyo. 1999. Sikap Orang Hindu Jawa dalam Sketsa-sketsa Umar
Kayam.Laporan Penelitian. Yogyakarta: Lemlit UNY.
Wartomo, Adi. 2002. “Analisis Poligami dalam Novel-novel Indonesia”. Skripsi.
Jurusan Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS, UNY.

Hal Penting dalam Penulisan DP

 Nama penulis ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, dan nama
tengah
 Gelar akademik tidak perlu dicantumkan
 Penyusunan DP secara alfabetis
 Tidak ada penomoran antarpustaka
 Apabila tidak selesai dalam 1 baris, dilanjutkan ke baris selanjutnya
dengan dijorokkan ke dalam 5-7 ketukan
 Jarak antarpustaka 2 spasi
 Jarak interpustaka (yang tidak cukup dalam 1 baris) 1 spasi
 Setiap penulisan pustaka diakhiri tanda titik
 Penulis yang sama dalam satu daftar dituliskan sekali, yang berikutnya
(berturutan) cukup dengan ----- atau _____
Untuk penulis yang sama dengan tahun yang sama tapi judul buku
berbeda, beri tanda a, b, c, dst. di belakang tahun terbitnya

ABSTRACT

A statewide survey was conducted among 282 nurse-midwives in


Michigan to examine the extent of their current medical liability burden.
Two hundred ten responses were received for an adjusted response rate
of 76.9%. Data from 145 certified nurse-midwives (CNMs) who were
currently engaged in clinical practice in Michigan were used for this
analysis. Sixty-nine percent of CNMs reported that liability concerns had
a negative impact on their clinical decision making. Most CNMs (88.1%)
acquired malpractice insurance coverage through an employer, whereas
4.9% were practicing "bare" due to difficulty in obtaining coverage.
72

Thirty-five percent of the respondents had been named in a malpractice


claim at least once in their career, and 15.5% had at least one malpractice
payment of $30,000 or more made on their behalf. CNMs who purchased
malpractice insurance coverage themselves or were going bare were
significantly less likely to include obstetrics in their practice than their
counterparts covered through an employer (70.6% versus 87.2%; P
= .04). These findings among Michigan CNMs call for further
investigation into the consequences of the current malpractice situation
surrounding nurse-midwifery practice and its influence on obstetric care,
particularly among women from disadvantaged populations.
Dalam teks abstrak disajikan secara padat inti sari artikel, skripsi,
tesis, atau disertasi yang mencakup, latar belakang, masalah yang
diteliti, metode yang digunakan, hasil-hasil yang diperoleh, kesimpulan,
dan saran yang diajukan.

CARA MERUJUK DAN MENULIS DAFTAR RUJUKAN

CARA MERUJUK

Perujukan dilakukan dengan menggunakan nama akhir dan tahun


di antara tanda kurung. Jika ada dua penulis, perujukan dilakukan dengan
cara menyebut nama akhir kedua penulis tersebut. Jika penulisnya lebih
dari dua orang, penulisan rujukan dilakukan dengan cara menulis nama
pertama dari penulis tersebut diikuti dengan dkk. Jika nama penulis tidak
disebutkan, yang dicantumkan dalam rujukan adalah nama lembaga yang
menerbitkan, nama dokumen yang diterbitkan, atau nama koran. Untuk
karya terjemahan, perujukan dilakukan dengan cara menyebutkan nama
penulis aslinya. Rujukan dari dua sumber atau lebih yang ditulis oleh
penulis yang berbeda dicantumkan dalam satu tanda kurung dengan titik
koma sebagai tanda pemisahnya.

Cara merujuk kutipan langsung

Kutipan kurang dari 40 kata

Kutipan yang berisi kurang dari 40 kata ditulis di antara tanda


kutip (“...”) sebagai bagian yang terpadu dalam teks utama, dan diikuti
nama penulis, tahun dan nomor halaman. Nama penulis dapat ditulis
73

secara terpadu dalam teks atau menjadi satu dengan tahun dan nomor
halaman di dalam kurung. Lihat contoh berikut.

Nama penulis disebut dalam teks secara terpadu.


Contoh:

Soebronto (1990:123) menyimpulkan “ada hunbungan yang erat antara


faktor sosial ekonomi dengan status gizi “.

Nama penulis disebut bersama dengan tahun dan penerbitan dan


nomor halaman. Contoh:

Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah “ada hubungan yang erat


antara faktor sosial ekonomi dengan status gizi” (Soebronto, 1990:123).

Jika ada tanda kutip dalam kutipan, digunakan tanda kutip


tunggal (‘...’).

Contoh:

Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah “terdapat kecenderungan


semakain banyak ‘campur tangan’ pimpinan perusahaan semakin rendah
tingkat partisipasi karyawan di daerah perkotaan” (Sutarno, 1991:101).

Kutipan 40 kata atau lebih

Kutipan yang berisi 40 kata atau lebih ditulis tanpa tanda kutip
secara terpisah dari teks yang mendahului, ditulis 1,2 cm dari garis tepi
sebelah kiri dan kanan, dan diketik dengan spasi tunggal. Nomor
halaman juga harus ditulis.

Contoh:
Smith (1990:276) menarik kesimpulan sebagai berikut.

The ‘placebo effect’, which had been verified in previous studies,


disappeared when behaviors were studied in this manner. Further
more, the behaviors were never exhibited again, even when real
drugs were administered. Earlier studies were claerly premature
in attributing the results to a placebo effect.
74

Kutipan Yang Sebagian Dihilangkan

Contoh:
“Gerak manipulatif adalah ketrampilan yang memerlukan koordinasi
antara mata, tangan, atau bagian tubuh lain... Yang termasuk gerak
manipulatif antara lain adalah menangkap bola, menendang bola, dan
menggambar” (Aminah,1995:35).

Penulisan Daftar Pustaka

Cyntia dan Mulyani. 2010. Kesehatan Ibu dan Anak.


Cetakan IV. Banjarbaru: Tiga Serangkai
Sari, W.W, Dr. 2010. Penyakit Menular Pada Remaja. Banjarbaru:
Karya Emas Utama

Pertemuan 8

MID TEST

BAB 1 – 7

Pertemuan 9 dan 10

PENULISAN SURAT

1. Komunikasi dan Surat


1.1 Komunikasi dan Surat

Komunikasi adalah proses penyampaian informasi dari pengirim


(komunikator) kepada penerima (komunikan).
75

Unsur komunikasi ada 5, yaitu


1) Pengirim
2) Pesan
3) Alat
4) Media
5) Efek (feedback)

Jenis Komunikasi

Jenis Komunikasi Keunggulan Kelemahan


dan Bentuk
Kegiatannya
Komunikasi lisan

Contoh bentuk
kegiatan:
1) Berbicar
1) berlangsung cepat 1) tidak mempunyai
2) bercerita 2) dapat berlangsung bukti
tanpa alat bantu. tertulis/autentik.
3) berdiskusi 3) kesalahan dapat 2) sulit disajikan
langsung dikoreksi secara matang.
3) dasar hukumnya
lemah.
4) dapat dibantu dengan 4) mudah dimanipulasi
gerak tubuh dan
mimik muka
4) berpidato

Komunikasi tulis
Contoh bentuk
kegiatan:

1) menulis surat
76

1) mempunyai bentuk 1) berlangsung lambat


2) menulis artikel tertulis.
2) selalu memakai alat
2) dapat disajikan lebih bantu .
3) menulis makalh matang/bersih
kesalahan langsung
3) dasar hukumnya kuat dikoreks

4) menulis laporan
4) tidak dapat dibantu
4) sulit dimanipulasi gerak tubuh

Pengertian surat

Surat adalah informasi tertulis yang dapat dipergunakan sebagai


alat komunikasi tulis yang dibuat dengan persyaratan tertentu.

Korespondensi adalah kegiatan saling berkirim surat oleh


perseorangan atau oleh organisasi. Sedangkan pelakunya disebut
koresponden

1.2 Fungsi Surat

Fungsi Utama surat ada 7, yaitu


1) sebagai alat komunikasi tulis
2) sebagai tanda bukti tertulis
3) sebagai alat pengikat
4) sebagai pedoman untuk bertindak
5) sebagai keterangan keamanan
6) sebagai wakil/duta wakil organisasi
7) sebagai dokumentasi historis dari suatu kegiatan

1.3 Kriteria Surat dan Penulis Surat Yang Baik


77

Kriteria dan ciri umum surat yang baik adalah


1) menggunakan kertas surat yang tepat dari segi ukuran, jenis, dan
warna sesuai dengan surat yang akan ditulis;
2) menggunakan bentuk surat yang standar
3) menggunakan bahasa Indonesia baku
4) menggunakan gaya bahasa yang lugas (concise)
5) menggunakan bahasa yang jelas
6) menggunakan gaya bahasa yang sopan dan jelas
7) menyajikan fakta yang benar dan lengkap
8) tidak menggunakan singkatan, kecuali yang lazim dipakai dalam surat-
menyurat
9) tidak menggunakan kata-kata yang sulit dan istilah yang belum
memasyarakat

Agar dapat menjadi penulis surat yang baik, para koresponden


harus memenuhi sejumlah persyaratan lagi, yaitu
1) mengetahui prosedur surat menyurat secara umum
2) menguasai pemakaian bahasa tulis dengan baik
3) mengetahui seluk-beluk permasalahan yang akan ditulis
4) mengetahui posisi hubungan antara pengirim dan penerima
surat

1.4 Penggolongan Surat

1) Menurut wujudnya
(a) Surat Bersampul
(b) Kartu Pos
(c) Warkat Pos
(d) Telegram dan Teleks
(e) Memo dan Nota
(f) Surat Tanda Bukti

2) Menurut Pemakainya
(a) Surat Pribadi
(b) Surat Perintah
(c) Surat Bisnis
(d) Surat Sosial
78

3) Menurut Banyaknya sasaran yang dituju


(a) Surat Biasa
(b) Surat Edaran

4) Menurut Isi dan Maksudnya


(a) Surat pemberitahuan
(b) Surat peringatan
(c) Surat pengaduan
(d) Surat Penawaran
(e) Dan lain-lain

5) Penggolongan Surat Menurut Sifatnya


(a) Surat Biasa
(B) Surat konfidensial
(c) Surat Rahasia

6) Penggolongan surat menurut urgenci penyelesaiannya


(a) Surat Biasa
(b) Surat segera
(c) Surat Kilat

1.5 Bentuk Surat

Bentuk surat adalah pola atau patron sebuah surat yang ditentukan
oleh atak (lay out) bagian-bagian surat. Penempatan bagian-bagian
surat pada posisi tertentu akan membentuk model (style) yang tertentu
pula.

Sebelum berbicara lebih lanjut tentang bentuk surat, terlebih dahulu


harus dibedakan antara surat berperihal dan surat berjudul. Yang
dimaksud dengan surat berperihal adalah surat yang memakai notasi
perihal dan tidak mempunyai judul, sedangkan surat berjudul adalah
surat yang memakai judul dan tidak berperihal. Jadi perbedaan antara
surat berperihal dan surat berjudul terletak pada sistem penulisan.

Seluruh surat berperihal harus ditulis dengan menggunakan tiga


bentuk utama, yaitu
(1) bentuk resmi Indonesia (official style)
(2) bentuk lurus block style
79

(3) bentuk bertakuk (indented style)

ketiga bentuk utama di atas masing-masing mempunyai variasi


sehingga varian bentuk surat berperihal secara lengkap adalah sebagai
berikut:

(1) bentuk resmi Indonesia lama (official style)


(2) bentuk resmi Indonesia baru
(3) bentuk lurus penuh (full block style)
(4) bentuk lurus ((block style)
(5) bentuk setengah lurus (semi block style)
(6) bentuk bertakuk (indented style)
(7) bentuk alinea menggantung (hanging paragraph style)
80

Contoh penampilan surat bentuk resmi Indonesia Lama

BANK BCA

====================================================
=======
No : 106/BCA/2004 1 September 2014
Lamp : Dua Lembar
Hal : Konfirmasi Saldo KPR Yth.Sdr. Kevin Yulio
Kompleks Pertamina
Blok Y No. 27, Jakarta
Utara
Dengan hormat,

Bentuk resmi Indonesia lama memiliki penempatan bagian-


bagian surat yang khas. Bentuk surat berperihal ini dipakai oleh
instansi pemerintah dan masyarakat umum.

Tiga serangkai yang terdiri atas nomor, lampiran, dan


perihal yang tempatnya dipojok kiri atas sudah menjadi tradisi
awal penulisan bagman surat bentuk resmi lama. Tanggal surat
ditempatkan di sebelah kanan atas. Letak alamat tujuan di bawah
tanggal dan baris pertamanya sejajar dengan baris pertama perihal.
Cara penulisan awal alinea masuk lima atau tujuh hentakan ketik.

Hal ini yang cukup khas adalah penulisan nama kota pada
alamat tujuan masuk lima hentakan dari baris sebelumnya. Nama
organisasi yang mengeluarkan surat, nama jabatan, nama penanda
tangan, NIP ditulis centering.

Hormat kami,
Kepala Bagian Kredit

Anwar Sanusi, S.E.


NIK 270393
81

Tembusan:
1. Karo Kredit Bank BCA
2. Bagian Pemasaran PT XYZ

W/n

Contoh penampilan surat bentuk Resmi Indonesia Baru

DEPARTEMEN XYZ
====================================================
=====
Nomor : 25/BOC/VII/2007 3 September 2014
Lampiran: Dua Lembar
Perihal : Pengukuran Tanah

Yth. Direktur PT ASCO


Pulo Gadung Permai Blok F No. 1
Jakarta Timur

Dengan hormat,

Bentuk resmi Indonesia baru ini tidak jauh berbeda dengan


bentuk resmi Indonesia lama. Pada bentuk ini penulisan notasi
tiga serangkai: nomor, lampiran, dan hal tetap pada posisinya,
yaitu di sebelah kiri atas. Demikian pula tanggal, tetap
ditempatkan di sebelah kanan atas.

Posisi alamat tujuan pada bentuk resmi baru ini tidak sama
dengan bentuk resmi lama. Alamat tujuan diletekkan di sebelah
kiri, tutrn beberapa spasi dari Isi Perhal. Pengetikan nama kota
tidak masuk lima hentakan dari awal baris di atasnya.

Perbedaan lain terletak pada penulisan salam penutup, nama


organisasi yang mengeluarkan surat, nama penanda tangan, dan
82

jabatan penanda tangan. Rangkaian penulisan bagian surat itu


tidak ditulis centering, melainkan ditulis secara block.

Bentuk ini sekarang sangat digemari oleh para koresponden


terutama pada instansi pemerintah.

Hormat kami,

Ricardo Roca
NIK 18000246

Tembusan:
1. Kepala Seksi Pengukuran
2. Kepala Bagian Keuangan

Tugas Kelompok

2. Kelengkapan Surat

3. Bahasa Surat

4. Bagian Surat dan Fungsinya

5. Aneka Surat Sekretaris

6. Aneka Surat Bisnis

7. Surat Lamaran Pekerjaan

Tugas Kelompok
83

Kerjakan berkelompok, cari penjelasannya dan berikan contohnya.


Setelah itu presentasikan di depan kelas

Pertemuan 11

PERENCANAAN PENULISAN KARANGAN ILMIAH

11.1 Pengertian

Karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan


perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh. Karangan
diartikan pula dengan rangkaian hasil pemikiran atau ungkapan perasaan
ke dalam bentuk tulisan yang teratur (Endang Kosasih)

11.2 Jenis-jenis Karangan

1. Berdasarkan bentuknya
a. Prosa, adalah jenis karangan yang disusun dalam bentuk bebas dan
terperinci.
Prosa terbagi dalam 2 macam.
1) Fiksi, adalah karangan yang disusun dalam bentuk alur yang
menekankan aturan sistematika penceritaan. Contohnya: novel dan
cerpen.
2) Nonfiksi, adalah karangan yang menekankan aturan sistematika
ilmiah, dan aturan-aturan kelogisan. Contoh: essay, laporan penelitian,
dan biografi.

b.Puisi, adalah karangan yang mengutamakan bentuk dan bunyi serta


kepadatan makna.

c. Drama, adalah karangan yang berupa dialog sebagai pembentuk


alurnya

2. Berdasarkan cara penyajiannya


a. Karangan narasi
b. Karangan deskripsi
c. Karangan argumentasi
d. Karangan Persuasi
84

3. Berdasarkan masalah yang disajikannya


a. Karangan populer
b. Karangan ilmiah
c. Karangan ilmiah populer
d. Surat
e. Karangan sastra

11.3 Perencanaan Penulisan Karangan

1. Menentukan topik

Topik berarti ‘pokok pembicaraan’. Berdasarkan topik itulah, penulis


menempatkan tujuan dan tema karangannya.

Samakah topik dengan tema?

Topik bermakna pokok karangan, sedangkan tema adalah suatu


perumusan dari topik yang dijadikan landasan penyusunan karangan.
Berdasarkan pengertian tersebut jelaslah bahwa topik yang lebih
singkat dan lebih abstrak daripada tema. Topik dirumuskan lebih
dahulu dari tema.

Untuk merumuskan topik yang baik dipergunakan ukuran berikut.

a. Menarik perhatian penulis


b. Dikuasai penulis
c. Menarik dan aktual bagi pembaca.

2. Pembatasan Topik

Apabila topik terlalu luas, pembahasannya akan dangkal. Pada


akhirnya karangan itu tidak menarik bagi pembaca. Pembatasan ruang
lingkup topik, memungkinkan pengarang untuk mengarang dengan
penuh keyakinan dan kepercayaan diri. Pembatasan topik dapat
memberikan kesempatan bagi penulis untuk menelaah dan meneliti
masalah yang akan ditulisnya secara intensif.
Sebagai panduan disajikan beberapa topik umum yang dapat
dijadikan inspirasi dalam mengarang.
85

1) Pengalaman pribadi
a) Perjalanan
b) Tempat yang pernah dikunjungi
c) Pertemuan dengan tokoh
d) Kejadian yang unik dan luar biasa
e) Peristiwa lucu

2) Hobi dan ketrampilan


a) cara melakukan sesuatu
b) cara bkerjanya sesuatu
c) Peraturan dan tata cara

3) Pendapat Prbadi
a) Kritik atau saran pada universitas
b) Kekaguman pada novel, film

4) Peristiwa aktual
a) Kebijakan pemerintah
b) Keadaan luar negeri
c) Perkembangan iptek
d) Situasi dan kondusif
e) Gosip-gosip dalam kehidupan sehari-hari

5) Masalah-masalah umum
a) Perayaan nasional
b) Perayaan keagamaan

3. Merumuskan tema

a. Kejelasan, tema hendaknya dirumuskan dengan kalimat yang jelas,


tidak bertele-tele dan berbelit-belit. Kejelasan tema sangat
menentukan arah pengembangan karangan.
Contoh tema yang berbelit-belit

Pengembangan pariwisata daerah dan perlunya partisipasi


masyarakat industri dalam mengembangkan kerajinan-kerajinan
tradisional untuk menarik wisatawan dan peningkatan pendapatan
devisa negara.
86

b. Kesatuan, tema yang baik adalah tema yang memiliki gagasan


sentral. Sentralitas ditandai dengan jumlah masalah pokok yang
hendak digarap penulis.
Contoh: Dengan pengembangan pariwisata daerah, maka
kesejahteraan masyarakat daerah akan meningkat dan devisa
negara akan bertambah.

c. Keaslian, hal ini penting untuk menciptakan kesegaran dan daya


tarik karangan. Untuk menciptakan kebaruan, tidak berarti masalah
itu baru sama sekali. Kita bisa membahas topik dari sudut pandang
yang berbeda.
Contoh:
Pesona cara berpakaian R.A Kartini dalam kehidupan remaja
modern atau popularitas R.A Kartini sebagai pahlawan nasional
pada zaman ordebaru dan era reformasi.

4. Menentukan tujuan

Tujuan berfungsi sebagai patokan penulis dalam mengarahkan


karangannya. Dengan adanya tujuan, penulis memiliki sandaran apakah
karangannya itu sesuai dengan yang diharapkan atau tidak.

Ada dua macam tujuan yang dapat dirumuskan, yaitu tujuan umum
dan tujuan khusus. Tujuan umum biasanya berkisar antara 3 hal berikut:
memberitahukan, mempengaruhi, menghibur. Tujuan khusus merupakan
rumusan spesifik dari tujuan umum sehubungan dengan tema karangan.

Hubungan antara topik, tema, dan tujuan karangan dapat dicontohkan


sebagai berikut.

1)Topik : Manfaat alat kontrasepsi


Tema : Alat kontrasepsi dapat mencegah kehamilan
Tujuan : Memberitahukan bahwa tidak adanya alat kontrasepsi
dapat menyebabkan angka kelahiran meningkat.

2) Topik : Pelajar dan masa depan bangsa


Tema : Besarnya pelajar dapat menentukan maju-mundurnya
perkembangan bangsanya.
87

Tujuan : Mempengaruhi, menanamkan kesadaran kepada


pelajar tentang pentingnya mereka dalam mempelajari
ilmu pengetahuan dan mempertebal moral sebagai bekal
dalam membangun bangsanya.

5. Merumuskan judul karangan

Apabila topik merupakan gagasan pokok yang akan dibahas, maka


judul merupakan nama yang diberikan untuk bahasan karangan itu. Judul
berfungsi pula sebagai slogan promosi untuk menarik minat pembaca dan
sebagai gambaran isi karangan.

Judul yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.


a. Relevan, ada hubungannya dengan isi karangan
b. Provokatif, dapat menimbulkan rasa ingin tahu pembaca
c. Singkat, mudah dipahami dan enteng dilihat

Model perumusan judul karangan


a. Model judul karangan ilmiah
b. Model judul karangan populer

Model judul karangan ilmiah menghendaki perumusan secara


lengkap, meliputi:
1) Masalah
2) Ruang lingkup Penelitian
3) Tujuan Penelitian
4) Subjek Penelitian
5) Metode Penelitian

Contoh:
1) Pengetahuan Remaja Putri SMAN Martapura Tentang Gangguan
Menstruasi
2) Hubungan Berat badan Ibu Hamil dengan Berat Badan bayi lahir di
Kecamatan Cempaka.

Sedangkan model karangan populer menggunakan judul-judul yang


singkat dan sangat provokatif. Bahasa yang digunakan adalah bahasa-
bahasa yang diakrabi masyarakat. Contoh:
88

1) Kalau Profesor Sudah Pelupa


2) Mukjijat Shalat dan Doa
3) Ayat-ayat Cinta
4) Chairul Tanjung si Anak Singkong

6. Menyusun Kerangka Karangka Karangan

a. Mencatat semua ide

langkah ini dilakukan setelah penentuan topik, tema, dan tujuan


karangan.
Contoh:
Topik : Hal-hal yang tidak disenangi
Ide-ide : 1) kehabisan uang
2) putus cinta
3) perselingkuhan
4) kemandulan
5) birokrasi yang berbelit-belit
6) kemacetan lalulintas

b. Menyeleksi ide-ide

langkah selanjutnya adalah menyeleksi ide-ide yang telah dicatat.


Dasar penyeleksian adalah
1) Relevan tidaknya ide dengan topik
2) Penting tidaknya ide tersebut untuk dibahas atau ditampilkan
3) Dikuasai-tidaknya ide tersebut oleh penulis
4) Ada tidaknya data atau bahan penunjang untuk membahasnya atau
meneliti

Berdasarkan hasil seleksi, misalnya didapatkan ide-ide sebagai berikut.

Topik : Hal-hal Yang Tidak Disenangi


Tujuan : Mengemukakan hal-hal yang tidak disenangi
Ide-ide : !) birokrasi yang berbelit-belit
2) perselingkuhan

Syarat-syarat kerangka karangan yang baik adalah sebagai berikut


89

a. Mengungkapkan maksud yang jelas


Kerangka karangan yang jelas akan mempermudah pengembangan
karangan.

b. Tiap bagian dalam kerangka karangan hanya mengandung satu


gagasan
c. Bagian-bagian dalam kerangka karangan harus tersususn secara logis
contoh kerangka yang tidak logis:
Topik: Gangguan-gangguan Penyiaran
A. Terlalu banyak gelombang radio di udara
B. Membantu mencari jejak penjahat

Kerangka karangan diatas tidak memenuhi syarat kelogisan, karena


kemunculan suatu toipk bawahan yang tidak relevan dengan topik.

d. Menggunakan simbol yang kosisten


pemakaian simbol pada kerangka karangan umumnya mengikuti
konvensi sebagai berikut.

1) Angka Romawi, seperti I,II, III, IV, dipakai untuk tingkatan Pertama
2) Huruf Kapital, seperti A,B,C, D, dipakai untuk tingkatan kedua
3) Angka Arab, seperti, 1,2,3,4, dipakai untuk tingkatan ketiga
4) huruf kecil, a,b,c,d, dipakai untuk tingkatan keempat

Perhatikan bagan berikut.

I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
1. ...................
a. .............
1) .............
a)..........

(1) ............
Perhatikan contoh berikut.

I. Pencemaran Lingkungan di negara maju


a. Pencemarann yang bersifat lokal
90

b. Pencemaran yang melibatkan sejumlah negara


1. Melalui sungai
2. Melalui udara
A. kendaraan bermotor
B. asap pabrik
C. Pesawat supersonik

Penggunaan simbol-simbol di atas tidak konsisten. Karena itu harus


diperbaiki menjadi:

I. Pencemaran Lingkungan di negara maju


A. Pencemarann yang bersifat lokal
B. Pencemaran yang melibatkan sejumlah negara
1. Melalui sungai
2. Melalui udara
a. kendaraan bermotor
b. asap pabrik
c. Pesawat supersonik

7. Mengumpulkan bahan/data
1. Membaca referensi (acuan tertentu)
2. wawancara
3. Observasi
4. Eksperimen
6. Mengembangkan kerangka karangan

a. Deskripsi mengenai suatu masalah yang akan dibahas


b. Analisa terhadap sebab-sebab atau akibat-akibat dari masalah itu.
c. Alternatif-alternatif atau kesimpulan sebagai pemecahan masalah.

7. Pengakhiran dan Kesimpulan

Pengakhiran merupakan bagian bacaan yang fungsinya


menandakan bahwa bacaan itu selesai atau sudah berakhir. Bagian
pengakhiran masih merupakan uraian yang fungsinya sebagai penutup
dari suatu perincian. Hubungan antara bagian pengakhiran dengan bagian
sebelumnya terbentuk pola umum- khusus.
91

Kesimpulan berfungsi sebagai pemaknaan kembali atas uraian-


uraian sebelumnya. Hubungan antara bagian kesimpulan dengan bagian
sebelumya bersifat khusus-umum. Bagian tersebut merupakan sebuah
generalisasi atau rumusan umum dari uraian sebelumnya.

Contoh:

Kalau kamu adalah salah seorang pengurus IKM atau organisasi


lainnya, sebaiknya kamu memanfaatkan kesempatan itu untuk latihan
komunikasi di depan umum, tak perduli sebatas apa kemampuanmu
dalam menggunakan kata-kata. Bila pertama kali kamu berbicara
terpatah-patah dan sedikit deg-degan, itu hal biasa. Lama-kelamaan
kamu akan terbiasa dengan latihan semacam itu. Apalagi kalau kamu
diundang seminar, acara diskusi, atau rapat lainnya, berbahagialah
kamu dan manfaatkan kesempatan itu untuk mengasah lidahmu agar
terbiasa dan lancar untuk mengeluarkan pendapat pada orang lain.

Paragraf di atas fungsinya hanya sebagai penanda bahwa uraian


atas bacaan yang berjudul “ Remaja dan Aprehensi Komunikasi” sudah
terakhir. Dalam paragraf itu tidak ditemukan rumusan kesimpulan. Mari
kita bandingkan dengan paragraf di bawah ini.

Aprehensi komunikasi merupakan penyakit mental yang berupa


takutnya seseorang untuk berkomunikasi. Penyakit ini akan berakibat
fatal; terhadap karir seseorang. Oleh karena itu, penyakit itu harus
diupayakan penyembuhannya, antara lain dengan berlatih dan banyak
tampil di depan umum.

Paragraf di atas tidak hanya berfungsi sebagai penutup, tetapi juga


merupakan perumusan kembali atas uraian-uraian sebelumnya.
92

Pertemuan 12

PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH

A. Pengertian karya ilmiah

Karya ilmiah adalah karya tulis atau bentuk lainnya yang telah
diakui dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi atau seni yang ditulis
atau dikerjakan sesuai dengan tata cara ilmiah dan mengikuti pedoman
atau konvensi ilmiah yang telah disepakati atau ditetapkan. Skripsi, tesis,
disertsi, artikel, makalah dan laporan penelitian termasuk dalam karya
ilmiah tertulis.

Skripsi, tesis, dan disertasi merupakan karya ilmiah dalam suatu


bidang studi yang ditulis oleh mahasiswa program sarjana (S1), program
magister (S2), dan program Doktor (S3) pada akhir studinya. Karya
ilmiah ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan
program studi yang dapat mereka dapat tulis berdasarkan hasil penelitian
lapangan, hasil kajian pustaka, atau hasil karya pengembangan.

Yang dimaksud hasil penelitian lapangan adalah jenis penelitian


yang berorientasi pada pengambilan data empiris di lapangan. Ditinjau
dari pendekatan yang digunakan. Penelitian lapangan dapat dibedakan
menjadi 2 macaam, yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.

Yang dimaksud dengan kajian pustaka adalah telaah yang


dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya
93

bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan


pustaka yang relevan.

Yang dimaksud dengan kerja pengembangan adalah kegiatan yang


menghasilkan rancangan atau produk yang dapat dipakai untuk
memecahkan masalah-masalah actual.

B. Ciri-ciri Karangan Ilmiah:

1. sistematis;
2. objektif;
3. cermat, tepat, dan benar;
4. tidak persuasif;
5. tidak argumentatif;
6. tidak emotif;
7. tidak mengejar keuntungan sendiri;
8. tidak melebih-lebihkan sesuatu.

C. Bentuk Karangan Ilmiah

1. Makalah
2. Usulan penelitian
3. Skripsi
4. Tesis
5. Disertasi

D. Jenis – Jenis Kaya Ilmiah Berdasarkan Ragamnya

1. Faktawi
a. tulisan ilmiah
b. informatif/ilmiah populer
2.Khayali

E. Berdasarkan Kadar Keilmiahannya

1) Ilmiah murni

 Memiliki tujuan tertentu dan bersifat akademis.


 Jangkauan pembacanya terbatas pada kaum ilmuwan/akademisi.
94

2) Ilmiah populer

 Konsumsi masyarakat umum


 Tema-tema yang diangkat yang mudah dipahami secara umum, misalnya
kesehatan, kecantikan, politik, dsb.

F. Jenis-Jenis Tulisan Ilmiah Murni

1. Makalah

 Makalah kerja
 Makalah tugas
 Makalah penelitian

2. Naskah publikasi

Berupa makalah yang sudah diperbaharui, prosiding seminar,


artikel ilmiah.

3. Laporan akhir dibuat untuk tujuan akademis

G. Jenis Tulisan Informatif (Ilmiah Populer)


1. Esai
2. Tajuk Rencana
3. Opini
4. Feature
5. Resensi Buku
6. Ulasan
ESAI

 Berisi kupasan terhadap suatu masalah, baik persoalan berkaitan


dengan ilmu, teknologi, maupun seni. Dapat juga berisi prosa (karangan
bebas) singkat yang mengekspresikan opini penulis tentang subjek
tertentu.
 Bagian esai
a. pendahuluan (tesis)
b. isi (menyajikan seluruh informasi tentang subjek)
c. kesimpulan
95

SKEMATIK ESAI

1) Tesis
- konteks

2) Isi
- masalah
- solusi

3) Simpulan

TIPE-TIPE ESAI

1) Esai deskriptif
Memaparkan subjek dan membuat kesan tertentu terhadap subjek.
2) Esai ekspositori
Menjelaskan subjek dengan disertai perbandingan dua hal,
mengidentifikasi hubungan sebab akibat/mengklasifikasi.
3) Esai naratif
Penggambaran ide dengan bertutur tentang suatu kejadian yang disusun
berdasarkan urutan waktu.
4) Esai persuasif
Usaha mengubah pikiran dan perilaku pembaca atau memotivasi agar
ikut serta dalam suatu tindakan.
5) Esai dokumentatif
Berisi informasi berdasarkan suatu penelitian di bawah institusi atau
otoritas tertentu.

Contoh Essay

Pesona Bali

            Siapa tak kenal Bali, pulau kecil di seberang ujung Timur Jawa
ini? Pulau indah nan menawan yang dijuluki pulau dewata ini bagai
magnit yang menarik wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
Bahkan sebelum mengenal nama Indonesia, banyak wisatawan asing
lebih dulu mengenal nama Bali. Ada banyak hal yang dapat dinikmati
ketika mengunjungi Bali, mulai dari wisata pantai, gunung, budaya, dan
96

lain sebagainya. Jutaan wisatawan mengunjungi Bali setiap tahunnya


karena keramahan masyarakatnya, keindahan panoramanya, dan
keunikan budayanya.
            Pertama, Bali menjadi tujuan wisata dunia karena keramahan
masyarakatnya. Sesaat setelah wisatawan menginjakkan kaki di bumi
seribu pura ini, senyum ramah penduduk Bali akan menyambut mereka.
Masyarakat Bali yang sangat taat menjalankan agama Hindhu dan adat-
istiadat mereka ini sangat terbuka dan menghargai para pendatang.
Sistem pemerintahan desa yang kuat dengan ribuan banjar di seluruh Bali
juga memberi suasana damai dan tentram bagi para wisatawan. Dengan
masyarakat yang taat adat, Bali memberikan segala keramahan bagi
wisatawan.
            Disamping keramahan masyarakatnya, wisatawan jatuh cinta
dengan Bali karena keindahan panoramanya. Wisatawan dapat
memanjakan diri dengan berjemur di pantai dengan sinar matahari yang
hangat di sepanjang garis pantainya. Bagi mereka yang menyukai olah
raga pantai seperti surfing, snorkeling, dan diving, Bali adalah surganya.
Ombak Pantai Kuta yang bisa mencapai 2-3 meter memberikan tantangan
tersendiri bagi para surfers. Tak heran kalau Pantai Kuta sering
digunakan sebagai ajang pertandingan surfing internasional. Pantai lain,
seperti Sanur, menawarkan keindahan batu koral dan air lautnya yang
jernih. Pantai Lovina di Bali Utara memberikan atraksi lumba-lumba
bagi mereka yang menyukai binatang laut. Selain pantai, wisatawan yang
merindukan udara sejuk pegunungan, Bali tak kalah menariknya.
Kintamani, misalnya, memberikan kesejukan dan kesegaran alami.
Wisatawan dapat menikmati keanggunan Gunung Batur beserta Danau
Batur yang terkenal dan penuh misteri itu. Mereka pun bisa pergi ke
Sangeh dengan legenda monyetnya atau ke lereng Gunung Agung yang
dipercaya sebagai tempat bersemayamnya para dewa dengan pura
terbesar di Bali, Besakih. Pendek kata, dari pantai hingga gunung,
panorama Bali tiada duanya.
            Yang paling mengesankan adalah keunikan budaya Bali yang
sudah tersohor ke seluruh dunia. Adat istiadat yang kuat dan tidak pudar
dengan derasnya industri pariwisata merupakan daya tarik tersendiri.
Perayaan dan festival, baik yang bersifat keagamaan maupun adat, selalu
mewarnai kehidupan masyarakat Bali. Galungan, Kuningan, Nyepi,
Purnama, Ngaben, dan banyak lagi lainnya mampu menghipnotis para
wisatawan. Beragam tarian yang enerjik dan dinamis akan memberikan
ingatan yang tak mudah lenyap di benak wisatawan. Ini semua dibarengi
97

dengan irama dan komposisi gamelan yang sesekali lembut, terkadang


menghentak, penuh mistik. Lihatlah tari Janger yang dinamis, Pendet
yang gemulai, atau Kecak yang magis. Para penarinya pun dihiasi dengan
berbagai ornamen, baik baju maupun pernak-pernik lainnya, dengan
beragam warna-warni yang mengagumkan. Disamping pesona festival
dan tarian, hasil olah budaya penduduk Bali juga mengagumkan.
Beragam hasil kerajinan Bali terkenal karena keunikan dan
keindahannya. Patung, ukiran, lukisan, atau cindera mata lain dijual
dengan harga terjangkau. Semua ini dapat dinikmati di pulau kecil yang
dapat dicapai selama dua jam penerbangan dari Jakarta.
            Dengan pesona yang dimiliki Bali, tidaklah mengherankan bila
Bali dikunjungi jutaan wisatawan setiap tahunnya. Banyak diantara
mereka, sepulang liburan di Bali, mendapatkan pengalaman unik yang
sering menjadi inspirasi dan semangat hidup. Jadi, kalau Anda bingung
menentukan kemana akan liburan tahun ini, mengapa tidak ke Bali? (527
kata)

Kesalahan yang umumnya dilakukan penulis pemula adalah cepat puas


dengan esai yang berhasil mereka selesaikan. Kesalahan ini diperparah
dengan anggapan bahwa esainya berkualitas baik, bahkan sangat baik.
Anggapan semacam ini tentu tidak sepenuhnya salah. Sebagai penulis,
kita boleh bangga atau puas dengan apa yang telah kita hasilkan.
Namun,  ada baiknya kita meminta orang lain membaca esai kita dan
meminta pendapat mereka. Hanya orang lainlah yang dapat menilai
apakah tulisan kita berkualitas atau tidak. Karena itu, bacalah contoh
esai sederhana yang itu untuk membantu kita mengorganisasi gagasan
kita dengan baik. Perhatikan bagaimana esai berjudul “Pesona Bali” ini
menyampaikan gagasan-gagasannya secara sistematis.

H. Kerangka Karya Ilmiah (Bagian Inti Skripsi)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Hipotesis
E. Asumsi
98

F. Ruang Lingkup
G. Manfaat Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
B. Subjek dan Objek Penelitian
C. Waktu dan Tempat Penelitian
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Instrumen Pengumpulan Data
F. Teknik Analisis Data
G. Kredibilitas Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Setting Penelitian


B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN-SARAN


A. Kesimpulan
B. Implikasi
C. Saran
Pertemuan 13

PROSES PENULISAN KARYA ILMIAH


99

1 Tahap prapenulisan
2 Tahap penulisan draf
3 Tahap revisi
4 Tahap penyuntingan
5 Tahap publikasi

TAHAP PRAPENULISAN

1. Pemilihan dan pembatasan topik


2. Merumuskan tujuan
3. Mempertimbangkan bentuk karangan
4. Mempertimbangkan pembaca
5. Mengumpulkan data pendukung
6. Merumuskan judul
7. Merumuskan tesis
8. Penyusunan ide dalam bentuk karangan atau outline

Pemilihan Topik

 Apa yang akan kita tulis?


 Topik dapat diperoleh dari berbagai sumber.
 Empat syarat: keterkuasaian, ketersediaan bahan, kemenarikan,
kemanfaatan.
 Agar lebih fokus, topik perlu dibatasi.

TAHAP PENULISAN DRAF


 Mengekspresikan ide-ide ke dalam tulisan kasar.
 Pengembangan ide masih bersifat tentatif.
 Pada tahap ini, konsentrasikan perhatian pada ekspresi/gagasan, bukan
pada aspek-aspek mekanik.

TAHAP REVISI

 Memperbaiki ide-ide dalam karangan, berfokus pada penambahan,


pengurangan, penghilangan, penataan isi sesuai dengan kebutuhan
pembaca.
 Kegiatan: (a) membaca ulang seluruh draf, (b) sharing atau
berbagi pengalaman tentang draf kasar karangan dengan teman, (c)
merevisi dengan memperhatikan reaksi, komentar/masukan.
100

TAHAP PENYUNTINGAN

o Memperbaiki perubahan-perubahan aspek mekanik karangan.


o Memperbaiki karangan pada aspek kebahasaan dan kesalahan
mekanik yang lain.
o Aspek mekanik antara lain: huruf kapital, ejaan, struktur kalimat,
tanda baca, istilah, kosakata, format karangan.

TAHAP PUBLIKASI
 Tulisan akan berarti dan lebih bermanfaat jika dibaca orang lain.
 Sesuaikan tulisan dengan media publikasi yang akan kita tuju.

MAKALAH

Ciri Pokok

Salah satu tujuan penulisan makalah adalah untuk meyakinkan


pembaca bahwa topik yang ditulis dilengkapi penalaran logis dan
pengorganisasiannya sistematis. Ciri-ciri makalah terletak pada sifat
keilmiahnya, yaitu objektif, tidak memihak, berdasarkan fakta,
sistematis, dan logis.

Berdasarkan sifat dan jenis penalaran yang digunakan makalah


dapat dibedakan menjadi 3 macam: makalah deduktif, makalah induktif,
dan makalah campuran.

Dari jumlah halaman, dapat dibedakan makalah panjang dan


makalah pendek. Makalah panjang adalah makalah yang jumlah
halamannya lebih dari 20 halaman. Sedangkan makalah pendek jumlah
halamannya kurang dari 20 halaman.

Isi dan Sistematika makalah

Secara garis besar makalah panjang terdiri dari tiga bagian: bagian
awal, bagian inti, dan bagian akhir. Isi bagian itu sebagai berikut.

Bagian awal
101

Halaman sampul
Daftar isi
Daftar tabel dan gambar (jika ada)
Bagian inti
Pendahuluan
Latar Belakang Penulisan Makalah
Masalah atau Topik Bahasan
Tujuan Penulisan Makalah
Dasar teori
Pembahasan
Penutup
Bagian akhir
Daftar Rujukan
Lampiran (jika ada)

Pertemuan 14

PENULISAN SKRIPSI/LAPORAN PENELITIAN/KTI

14.1 Pengertian Laporan Penelitian

Laporan penelitian adalah karya tulis yang berisi paparan tentang


proses dan hasil-hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan penelitian.
Laporan penelitian ditulis dalam suatu format laporan. Format
diartikan sebagai bentuk susunan, atau organisasi suatu laporan, yaitu
bagaimana bagaian-bagian laporan itu diurutkan dan disusun.
Laporan penelitian dapat disajikan dengan format bebas atau format
tetap. Laporan yang ditulis dengan format bebas tidak dibatasi jumlah
babnya serta isi masing-masing babnya. Laporan penelitian dengan
format tetap harus mengikuti aturan tertentu mengenai jumlah bab dan
isinya.
Ada 2 cara penulisan laporan, yaitu berdasarkan hasil penelitian
kuantitatif dan hasil penelitian kualitatif.

14.2 Laporan Penelitian Kuantitatif

Laporan penelitian kuantitatif disajikan secara lugas, objektif, dan


apa adanya. Isi pokonya adalah apa yang diteliti, bagaimana penelitian
102

dilakukan, hasil-hasil, serta kesimpulan penelitian. Laporan ini terdiri


dari 3 bagian utama yaitu bagian awal, bagian inti dan bagian akhir.

1. Bagian awal
Hal-hal yang termasuk bagian awal adalah:

Halama sampul
Halaman judul
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran
Daftar Lainnya

2. Bagian Inti

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Hipotesis Penelitian (jika ada)
E. Kegunaan Penelitian
F. Asumsi
G. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
H. Definisi istilah atau Definisi Operasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. ......................
B. ......................
C. ......................

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
B. Populasi dan Sampel
C. Instrumen Penelitian
D. Pengumpulan Data
103

E. Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data
B. Hipotesa

BAB V PEMBAHASAN
A. ..........................................
B. .........................................
C. .........................................

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

3. Bagian Akhir

Pada bagian akhir ini termuat:

Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran

PENJELASAN SKRIPSI UNTUK BAB I

Pembuatan Judul

Judul merupakan tahap yang pertama kali dibuat dalam membuat KTI.
Untuk membuat judul KTI yang baik penulis harus memahami terlebih
dahulu beberapa rancangan penelitian atau jenis penelitian yang akan
digarap, misalnya penelitian deskriptif, korelasi, eksperiment, analisis,
104

dan lain-lain. Bebrapa contoh judul dapat dilihat pada bagian akhir buku
ini.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Pada bagian latar belakang ini diuraikan secara jelas alasan-alasan


yang melatarbelakangi dilaksanakannya penelitian itu. Alasan-alasan
yang berupa kesenjangan antara harapan dan kenyataan di lapangan bisa
bersifat teoris, praktis, atau keduanya. Dengan demikian, pada bagian ini
perlu ada kajian sekilas tentang kepustakaan yang ada. Pada bagian akhir
latar belakang masalah ini dikemukakan secara tegas tentang pokok
permasalahan yang diteliti.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam bagian ini, peneliti berusaha merumuskan hal-hal yang


menjadi pokok permasalahan yang ingin segera diperoleh jawabannya di
lapangan. Dengan rumusan yang jelas, maka apa yang dipermasalahkan,
bagaimana bentuk jawaban yang mungkin diperoleh, dan bagaimana
mencapainya akan tergambar secara nyata. Untuk bisa demikian, maka
biasanya permasalahan yang akan dikaji dirumuskan dalam kalimat
tanya. Rumusan masalah yang baik akan menampakkan variabel-variabel
yang diteliti, hubungan antara variabel-variabel tersebut, dan subjek
penelitian. Selain itu rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara
empirik, dalam arti memungkinkan dikumpulkannya data untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan itu.

1.3 Tujuan Penelitian

Pada umumnya, penelitian dilakukan untuk menjawab


permasalahan yang dimunculkan. Oleh karena itu, tujuan penelitian
sejalan dengan rumusan masalah dan submasalah. Perumusan tujuan
penelitian dituangkan dalam bentuk kalimat pertanyaan.

Pertemuan 15

PENULISAN SKRIPSI LANJUTAN


105

1.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah


penelitian yang secara teorities dianggap paling mungkin dan paling
tinggi tingkat kebenarannya. Secara prosedural hipotesis penelitian
diajukan setelah peneliti melakukan kajian teori, karena hipotesis
penelitian adalah rangkuman dari simpulan-simpulan teories yang
diperoleh dari kajian pustaka. Namun secara teknis, hipotesis penelitian
dicantumkan pada bab 1 (bab pendahuluan) agar hubungan antara
masalah yang diteliti dan kemungkinan jawabannya menjadi lebih jelas.
Untuk itu di dalam latar belakang masalah harus dipaparkan tentang
kajian teori yang relevan.
Rumusan hipotesis bisa bersifat direksional atau non direksional.
Hipotesis yang direksional tidak hanya menyebutkan adanya hubungan
atau perbedaan, antar variable, melainkan juga menunjukkan sifat
hubungan atau arah atau perbedaan itu.

1.5 Asumsi

Asumsi penelitian adalah anggapan dasar yang digunakan sebagai


landasan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian. Asumsi
dapat bersifat substantif atau metodologis.

1.6 Ruang Lingkup dan Keterbatasan

Pada ruang lingkup penelitian hal-hal yang dikemukakan adalah


variabel-variabel yang diteliti, populasi atau subyek penelitian, dan lokasi
penelitian.
Keterbatasan penelitian menunjuk pada suatu keadaan yang tidak
bisa dihindari dalam penelitian.

1.7 Kegunaan Penelitian

Dalam bagian ini dikemukakan beberapa bukti yang menunjukkan


kemanfaatan penelitian ini untuk dilakukan.
1.8 Definisi Operasional
106

Dalam bagian ini dikemukakan beberapa hal yang perlu ditegaskan


sehingga tidak menimbulkan perbedaan penafsiran bagi pembaca,
seperti: variabel yang dikaji, jabaran dari masing-masing variabel, dan
indikator dari masing-masing variabel, serta definisi operasional variabel
yang sifatnya abstrak.

RANCANGAN PENULISAN

Contoh Rancangan penulisan Bab 1 pada penelitia kuantitatif

JUDUL : HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU HAMIL


DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS DANAU PANGGANG
TAHUN 2012

Latar belakang penelitian : wanita berpendidikan rendah banyak yang


memilih bidan kampung.

Rumusan masalah :

 Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu hamil


dengan pemilihan penolong persalinan?
 Apakah semakin tinggi tingkat pendidikan ibu hamil semakin
selektif dalam memilih penolong persalinan?
Hipotesis :

 Semakin tinggi tinggkat pendidikan ibu hamil semakin selektif


dalam memilih penolong persalinan.
 Semakin rendah tingkat pendidikan ibu hamil semakin tidak
selektif memilih penolong persalinan.
Asumsi :
 Ibu hamil yang berpendidikan rendah cenderung tidak selektif
dalam memilih penolong persalinan.

PENJELASAN TINJAUAN PUSTAKA

Mengapa kajian pustaka harus dilakukan oleh peneliti?


107

1. Peneliti hanya bisa meneliti topik dalam bidangnya.


2. Penelitian dianggap penting apabila bisa menyumbang pengetahuan
dalam bidangnya
3. Topik terlalu luas perlu dibatasi.
4. Membaca sumber pustaka banyak memberi pengetahuan tentang cara
melaksanakan tahapan penelitian.
5. Peneliti harus menghindari replikasi penelitian orang lain, tanpa alasan
yang meyakinkan, sebab kalau tidak, bisa saja peneliti dianggap
melakukan plagiat.

Sumber pustaka yang bisa dibaca:

 buku, artikel jurnal, majalah, koran, dokumen resmi seperti KTI


terdahulu, e-jurnal.
Ada 2 sumber pustaka

Sumber pustaka sekunder : dari buku register


Sumber pustaka primer: pengamatan langsung di lapangan.

Apa pentingnya menyebutkan sumber pustaka?

1. Menjaga keaslian data / tulisan.


2. Memberi penghargaan pada penulis sumber pustaka
3. Peneliti telah aman dari tuduhan plagiat / penjiplakan
4. Peneliti meyakinkan para pembaca bahwa penelitian yang dilakukan
terkait dengan penelitian lain.
5. memberi kesempatan kepada para pembaca yang tertarik pada bahan
pustaka tertentu untuk menggunakannya untuk penelitian mereka
sendiri.

PENJELASAN BAB III

METODE PENELITIAN

11.1 Rancangan Penelitian

Sifat Rancangan Penelitian


108

1. Experiment
2. Korelasi
3. Deskriptif/survey
4. Expost facto

PENELITIAN EKSPERIMEN

 Penelitian eksperimen bertujuan mengukur pengaruh variabel yang


dimanipulasi terhadap variabel yang diamati.

Pengaruh pemberian tablet zat besi terhadap kadar hemoglobin


pada ibu hamil di Kecamatan Simpang Empat Pengaron

Rumusan masalah:

Apakah pemberian zat besi dapat meningkatkan kadar hemoglobin pada


ibu hamil?

Hipotesis : pemberian tablet zat besi dapat meningkatkan kadar


hemoglobin pada ibu hamil.

Asumsi : ada peningkatan kadar hemoglobin setelah pemberian tablet zat


besi.

Instrumen : tablet zat besi (SF), HB sahli, sampel

PENELITIAN KORELASI

Penelitian korelasional: penelitian yang mengukur hubungan antara 2


atau lebih variabel kontinu dengan menggunakan penghitungan statistik
(Borg, W.R., Gall, M.D. 1989:573) untuk menemukan tingkat hubungan
yang tepat (Borg,W.R., Gall, J.P., Gall, M.D. 1993: 264).

Contoh :

JUDUL : HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU HAMIL


DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI
109

WILAYAH KERJA PUSKESMAS DANAU PANGGANG


TAHUN 2012

Latar belakang penelitian : wanita berpendidikan rendah banyak yang


memilih bidan kampung.

Rumusan masalah :

 Apakah semakin tinggi tingkat pendidikan ibu hamil semakin


selektif dalam memilih penolong persalinan?
Hipotesis :

 Semakin tinggi tinggkat pendidikan ibu hamil semakin selektif


dalam memilih penolong persalinan.
Semakin rendah tingkat pendidikan ibu hamil semakin tidak selektif
memilih penolong persalinan.

Asumsi : Ada hubungan tingkat pendidikan ibu hamil dengan pemilhan


penolong persalinan.

Instrumen : data kuantitatif dengan observasi, angket, wawancara.

PENELITIAN DESKRIPTIVE

Penelitian yang dilakukan untuk menggabarkan fakta, keadaan, atau


perkembangan dari varibel yang diteliti.

Contoh:

Pengetahuan Siswi SMAN Martapura tentang siklus Haid

Rumusan Masalah:

Bagaimana pengetahuan siswi SMAN Martapura tentang siklus haid?

Apakah pengetahuan siswi SMAN Martapura tentang siklus haid


tergolong tinggi?
110

Hipotesis: Pengetahuan siswi SMAN Martapura tentang siklus haid


cukup tinggi.

Asumsi : Siswi SMAN Martapura mempunyai pengetahuan tentang


siklus haid.

Rancangan penelitian: survey

11.2 Populasi dan sampel

Populasi merupakan tempat diberlaukannya hasil-hasil penelitian


yang dilakukan dalam sampel. Oleh karena itu, karakteristik populasi dan
sampel harus sama, atau keadaan yang berlaku dalam sampel hendaknya
representatif dengan keadaan dalam populasi.

POPULASI : all the member of the real (seluruh objek yang akan diteliti)

Sampel : bagian dari seluruh objek yang bisa mewakili populasi.

11.3 Instrumen Penelitian

Dalam bagian ini dikemukakan deskripsi tentang instrumen yang


digunakan untuk memperoleh data penelitian, dan alasan pemilihannya.

11.4 Prosedur Pengumpulan Data

Pada bagian ini dikemukakan tentang jadwal pengumpulan data,


cara pengumpulkan data, dan personal pembantu pengumpul data.

11.5 Teknik Analisis Data

Bagian ini menguraikan jenis statistik yang digunakan. Pemilihan


jenis statistik sangat tergantung pada jenis data yang dikumpulkan
dengan tetap berorientasi pada tujuan yang hendak dicapai atau hipotesis
yang hendak diuji. Oleh karena itu yang pokok untuk diperhatikan dalam
pemilihan jenis statistik adalah ketepatan teknik analisisnya bukan
kecaggihanny
111

PENJELASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab ini memuat dua hal yakni paparan hasil analisis dan
pengujian hipotesis.

12.1 Hasil Analisis Data

Pada bagian ini dikemukakan secara rinci hasil analisis data yang
merupakan temuan penelitian yang masih berupa statistik. Agar semua
masalah penelitian bisa dijawab dengan baik, hasil analsis data penelitian
perlu dipaparkan secara runtut untuk setiap rumusan masalah
penelitiannya.
Perlu dikemukakan bahwa hanya tabel-tabel penting saja yang perlu
ditampilkan. Sedangkan hasil-hasil perhitungan statistik tidak perlu
disajikan.

12.2 Pengujian Hipotesis

Temuan statistik yang dipaparkan sebelumnya dijadikan dasar


dalam pengujian hipotesis yang dituliskan di bab I. Sebagaimana
dikemukakan di atas, hipotesis merupakan jawaban sementara atas
masalah yang diteliti. Oleh karena itu, hipotesis itu masih perlu diuji
dengan menggunakan taraf signifikasi tertentu, yakni 0,01 (1%) atau 0,05
(5%).
Untuk pengujiannya, hipotesis terlebih dahulu dituliskan dalam
bentuk nol yang biasa disebut hipotesis nol, yaitu penyangkalan terhadap
adanya hubungan antara variabel-variabel yang diteliti sebagaimana
yang tertuang dalam hipotesis penelitian.

BAB V PEMBAHASAN

Pada bagian ini peneliti menginterpretasikan hasil penelitiannya


dalam persperktif kerangka teori dan temuan penelitian-penelitian lain
yang telah dikaji di bab II. Di samping itu peneliti bebas menggunakan
seganap kemampuan dan kreativitasnya untuk membuat implikasi-
implikasi dari hasil-hasil penelitian tersebut. Jika dikaitkan dengan teori-
teori yang telah berkembang sebelumnya, hasil penelitian memiliki 2
112

kemungkinan, yaitu (1) menguatkan teori, atau (2) meragukan kebenaran


teori tersebut. Kalau alternatif kedua yang ditemukan, yaitu peneliti
meragukan kebenaran teori, maka dalam bagian ini peneliti perlu
mengemukakan alasan keraguannya berdasarkan hasil penemuan dalam
penelitiannya. Dengan dasar tersebut, peneliti lain diharapkan dapat
mengembangkan penelitian lebih lanjut untuk menguatkan pendapatnya,
sehingga nantinya dapat menjadi teori baru.

BAB VI PENUTUP

14.1 Simpulan

Bagian ini berisi rangkuman dari semua hasil penelitian yang


secara lengkap telah diuraikan dalam bab IV.

14.2 Saran

Pada bagian ini dikemukakan saran yang diawali dengan satu


uraian yang mengantarkan pada perumusan saran. Penulis dapat
menuliskan semua pengantar menjadi satu, kemudian disusul dengan
pencantuman semua saran.

Anda mungkin juga menyukai