LOGIKA
“ILMU PENALARAN DAN LOGIKA PENDIDIKAN”
Di Susun Oleh :
Normaily Dewi Izzati (A1D519050)
Devi Septiyanti (A1D519052)
Ayu Rahmaningsih (AID519053)
Penyus
un
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTA…………………………………………………………….
…… i
DAFTAR ISI……………………………………………………………….… ii
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………..
1
1. 2 Rumusan Masalah…………………………………………………
2
1. 3 Tujuan……………………………………………………………...
2
BAB 2 PEMBAHASAN………………………………………………………3
2. 1 Pengertian Penalaran dan
Logika…………………………………. 3
2. 2 sejarah perkembangan
Logika……………………………………. 4
2. 3 Dasar-dasar
logika…………………………………………………. 5
BAB 3 PENUTUP……………………………………………………….……
7
3. 1 Kesimpulan………………………………………………………..
7
3. 2 Saran………………………………………………………………
7
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 8
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Dalam kehidupannya manusia tidak terlepas dari yang
namanya masalah, dalam memecahkan permasalahan manusia
memerlukan penalaran. Apabila dalam menghadapi
permasalahan manusia tidak menggunakan penalaran maka
besar kemungkinan terjadinya pengambilan keputusan yang
salah dan terjadinya kekeliruan. Proses penalaran membantu
seseorang untuk berpikir lurus.
Penalaran merupakan kemampuan seseorang berpikir
manusia secara logis untuk menarik sebuah kesimpulan dari
adanya hubungan sebab akibat. Penalaran dapat
mengembangkan serta melatih daya pemikiran serta
menimbulkan disiplin intelektual. Bernalar mampu membuat
seseorang berpikir lurus, sehingga seseorang tersebut dapat
memperoleh kebenaran. Jika dikelompokkan secara garis besar
maka penalaran dapat dibedakan menjadi dua yaitu penalaran
deduktif dan induktif. Dalam beberapa kasus kebanyakan orang
lebih unggul dalam kemampuan penalaran deduktif dan
beberapa yang lain lebih cenderung ke penalaran induktif.
Dalam dunia pendidikan dan kehidupan sehari-hari,
penalaran sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran dan
melatih kerja otak peserta didik. Pada dasarnya setiap siswa
memiliki kemampuan penalaran, tetapi yang membedakannya
adalah kemampuan penalaran masing-masing siswa tidaklah
sama. Penalaran merupakan proses berpikir dan menarik
kesimpulan berupa pengetahuan. Seorang siswa sangat
memerlukan penalaran untuk menyelesaikan masalah dan soal-
soal dalam semua mata pelajaran. Tanpa menggunakan
penalaran siswa akan merasa kesulitan dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapinya. Siswa dituntut untuk dapat mengerti
dengan soal yang diberikan. Dalam proses tersebut diperlukan
kemampuan di atas kemampuan pemahaman yaitu penalaran.
Di Amerika dan beberapa negara di Eropa mereka sejak
dari sekolah dasar telah mempelajari dasar-dasar logika bahkan
sudah ada pengajaran filsafat sejak dini. Namun di Indonesia
sejak di bangku sekolah dasar lebih menekankan pada konsep
kepatuhan dan keseragaman. Apabila ilmu penalaran dan dasar-
dasar logika ini ditanamkan sejak awal maka ke depannya dalam
berbagai riset menunjukkan kecerdasan di kemudian hari. Di
Indonesia masih menekankan peserta didik untuk menghafal
1
materi, padahal yang seharusnya kita lakukan adalah bagaimana
metodologinya untuk berpikir, bernalar, dan kemudian berilmu.
Maka dari itu perlunya sebuah pemahaman tentang penalaran
dan logika dalam pendidikan agar masyarakat kita tidak mudah
dibodohi.
2
1. 2 Rumusan Masalah
1) apa yang dimaksud dengan penalaran dan logika?
2) bagaimana sejarah perkembangan logika?
3) apa saja metode penalaran?
1. 3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui
pengertian dari penalaran dan logika, sejarah perkembangan
logika dan apa saja metode penalaran.
3
BAB 2
PEMBAHASAN
4
cara-cara tertentu. Cara penarikan kesimpulan ini disebut
dengan logika.
Menurut George F. Kneller dalam sebuah buku logic of
language education, Susanto mendefinisikan logika disebut
sebagai penyelidikan tentang dasar-dasar dan metode berpikir
benar. Kata logika berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu logos
yang artinya hasil pertimbangan akal dan pikiran yang
diutarakan lewat kata dan dinyatakan lewat bahasa. Logika
merupakan cabang dari ilmu filsafat. Logika dalam bahasa Arab
disebut dengan mantiq yang berarti berkata atau bercakap.
logika sebagai suatu ilmu mempelajari kecakapan untuk berpikir
secara lurus, teratur serta tepat.
5
Galenus (130 M - 201 M) dan Sextus Empiricus 200 M, dua orang
dokter medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan
metode geometri.
Abad pertengahan dan logika modern
Pada abad 9-15, buku-buku Aristoteles seperti De
Interpretatione, Eisagoge oleh Porphyus dan karya Boethius
masih digunakan. Kemudian St.Thomas Aquinas 1224-1274 dan
kawan-kawannya berusaha mengadakan sistematisasi logika.
Pada akhirnya Lahirlah logika modern dengan tokoh-tokoh
diantaranya:
1) Petrus Hispanus (1210 - 1278)
2) Roger Bacon (1214-1292)
3) Raymundus Lullus (1232 -1315) yang menemukan metode
logika baru yang dinamakan Ars Magna, yang merupakan
semacam aljabar pengertian.
4)William Ocham (1295 - 1349)
Francis Bacon (1561 - 1626) mengembangkan logika induktif
yang diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum
Scientiarum. Kemudian J.S. Mills (1806 - 1873) melanjutkan
logika yang menekankan pada pemikiran induksi dalam bukunya
System of Logic. Selanjutnya logika diperkaya dengan hadirnya
pelopor-pelopor logika simbolik seperti:
1) Gottfried Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar
berdasarkan Ars Magna dari Raymundus Lullus. Logika ini
bertujuan menyederhanakan pekerjaan akal budi dan lebih
mempertajam kepastian.
2) George Boole (1815-1864)
3) John Venn (1834-1923)
4)Gottlob Frege (1848 - 1925)
Lalu Chares Sanders Peirce (1839-1914), seorang filsuf
Amerika Serikat yang pernah mengajar di Johns Hopkins
University, ia melengkapi logika simbolik dengan karya-karya
tulisnya. Ia memperkenalkan dalil Peirce (Peirce's Law) yang
menafsirkan logika selaku teori umum mengenai tanda (general
theory of signs)Puncak kejayaan logika simbolik ini terjadi pada
tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica tiga
jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead
(1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 -
1970).Logika simbolik lalu diteruskan oleh Ludwig Wittgenstein
(1889-1951), Rudolf Carnap (1891-1970), Kurt Godel (1906-
1978), dan lain-lain.
6
Logika sebagai matematika murni
Logika masuk ke dalam kategori matematika murni karena
matematika adalah logika yang tersistematisasi. Matematika
adalah pendekatan logika kepada metode ilmu ukur dengan
memakai simbol matematik (logika simbolik).Logika
tersistematisasi dikenalkan oleh dua orang dokter medis,
Galenus (130-201 M) dan Sextus Empiricus (sekitar 200 M) yang
mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.
Puncak logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan
terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya
bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand
Arthur William Russel(1872-1970).
2. 3 Ciri-ciri penalaran
1) Dilaksanakan secara sadar.
2) Berdasarkan sesuatu yang telah diketahui.
3) teratur, sistematis dan bertujuan.
4) Premis berdasarkan pengetahuan dan pengalaman,
bukan dari teori yang telah diperoleh.
5) Bentuk pemikiran tertentu dan sifat empiris rasional.
7
2. 4 Dasar-dasar Logika
Sah atau tidaknya sebuah argumen ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan
oleh isinya. Dalam hal ini logika menjadi alat untuk menganalisis argumen, yakni
hubungan antara kesimpulan dan bukti atau bukti-bukti yang diberikan (premis).
Dasar penalaran dalam logika dibedakan menjadi dua, yakni deduktif dan
induktif.
Penalaran deduktif
Penalaran deduktif, seringkai disebut logika deduktif, yaitu penalaran yang
membangun atau mengevaluasi argumen deduktif. Suatu Argumen dinyatakan
deduktif apabila kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi
logis dari premis-premisnya. Argumen deduktif dinyatakan sah atau tidak sah,
bukan benar ataupun salah. suatu argumen deduktif dinyatakan sah jika dan hanya
jika kesimpulannya merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya.
Contoh argumen deduktif:
Semua murid yang nilainya berada di bawah 60 harus mengikuti remedial.
Nilai Ridwan= 45
Nilai Edo= 55
Nilai Irma= 50
Kesimpulan: Ridwan, Edo dan Irma harus mengikuti remedial
Penalaran induktif
Penalaran induktif, biasanya disebut sebagai logika induktif, adalah penalaran
yang berasal dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan
umum.
Contoh argumen induktif:
Indah bersekolah di SMA N 1 kota Jambi, ia pandai matematika
Satria bersekolah di SMA N 1 kota Jambi, ia pandai matematika
Kesimpulan: anak-anak yang bersekolah di SMA N 1 pintar matematika
Dapat diambil kesimpulan bahwa penalaran induktif itu apabila premis
benar tetapi kesimpulan belum tentu benar, dan penalaran deduktif itu apabila
premis benar dan kesimpulan juga benar.
8
BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Logika merupakan cabang dari ilmu filsafat yang
membahas tentang aturan, asas untuk mencapai pengetahuan
yang benar. Sedangkan penalaran merupakan suatu proses
berpikir untuk menarik suatu kesimpulan berupa sebuah
pengetahuan. Pada hakikatnya manusia dilahirkan dengan
mempunyai kemampuan berpikir tetapi kemampuan berpikir
setiap manusia tidaklah sama. Sikap dan tindakan manusia
bersumber dari pengetahuan yang didapatkannya melalui
kegiatan berpikir. Untuk mendapatkan pengetahuan yang baru
terjadinya proses menggabungkan dua pemikiran atau lebih dan
menarik sebuah kesimpulan.
Perkembangan logika dimulai dari logika Thales, yang
menyatakan air adalah arkhe yang berarti alam semesta.
Kemudian logika artifisiasi yang disusun oleh Aristoteles (384-
322 SM), yaitu sebagai sebuah ilmu tentang hukum-hukum
berpikir guna memelihara jalan pikiran dari setiap kekeliruan.
Waktu itu logika sebagai ilmu baru disebut sebagai “analitika”
atau “dialetika”.Dalam logika, penalaran dibedakan menjadi dua
yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif.
9
DAFTAR PUSTAKA
Sobur, K. (2015). Logika dan Penalaran dalam Perspektikf Ilmu
Pengetahuan. Tajdid: Jurnal Ilmu Ushuluddin, 14(2)
Weruin, U. U. (2017). Logik, Penalaran, dan Argumentasi Hukum.
Jurnal Konstitusi, 14(2), 374-395.
R. G. Soekadijo, Logika Dasar; tradisional, simbolik, dan induktif,
cet. Ke-3, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003, h. 3.
Susanto, Filsafat Ilmu Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis,
Epistimologi dan Aksiologi. Jakarta: Bumi Aksara, 2013, 144-145.
Wardani, C. Kusuma. (2015). Penalaran dan Logika, doi:
https://www.academia.edu/17274799/Penalaran_dan_Logika
10