Anda di halaman 1dari 23

ILMU PENALARAN DAN LOGIKA PENDIDIKAN

Di susun oleh : 1. Anggi Nur Permadi ( A1D519039 )

2. Dwi indriyana ( A1D519001 )

3. Vira Zury Syaputri ( A1D519043 )

Dosen Pengampu : Bradley Setiyadi, S.pt ., M.pd

ADMINISTRASI PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Swt. Yang maha pengasih lagi maha
penyayang. Puji dan syukur kami sampaikan atas kehadirat Allah Swt. Karena
berkat dan ridhonya kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagaimana
seharusnya.

Tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak serta teman-
teman atas dukungan dan motivasi nya lah makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik. Makalah ini ditulis dalam upaya melengkapi nilai dan lebih dari
itu sesungguhnya makalah ini merupakan rangkuman dari hasil kerja kelompok
kami. Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik yang membangun
dari pembaca guna memperbaiki diri kedepannya.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
dengan menambah pengetahuan serta pengalaman bagi pembaca sekalian. Atas
partisipasinya kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI

Cover Depan

Kata Pengantar

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

BAB II Pembahasan

1 Definisi dan varian ilmu penalaran untuk dunia pendidika..........................................


2. Perbedaan konsep logika dalam ilmu penalaran
3. peran logika dalam pengembangan pengetahuan.......................................................

BAB III Penutup

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
logika adalah suatu cabang filsafat yang membahas tentang aturan-aturan, asas-sasa,
hukum-hukum dan metode atau prosedur dalam mencapai pengetahuan secara rasional dan
benar, juga merupakan suatu cara untuk mendapatkan suatu pengetahuan dengan
menggunakan akal pikiran, kata dan bahasa yang dilakukan secara sistematis. Logika dapat
disistematisasikan menjadi beberapa golongan hal tersebut tergantung dari perspektif mana
kita melihatnya dilihat dari kualitasnya logika dapat dibedakan menjadi dua yakni logika
naturalis ( logika alamiah) dan logika artifisialis (logika ilmiah). Penalaran merupakan suatu
proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada
hakikatnya merupakan makhluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Sikap dan
tindakannya yang bersumber pada pengetahuan yang didapatkan melalui kegiatan merasa
atau berpikir. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan. Jadi penalaran merupakan salah satu atau proses dalam berpikir yang
menggabungkan dua pemikiran atau lebih untuk menarik sebuah kesimpulan untuk
mendapatkan pengetahuan baru.

B. Rumusan masalah
1. Apa definisi dan varian ilmu penalaran untuk dunia pendidikan?
2. Apa perbedaan konsep logika dalam ilmu penalaran?
3. Apa peran logika dalam pengembangan pengetahuan

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dan varian ilmu penalaran untuk dunia pendidikan
2. Untuk mengetahui apa perbedaan konsep logika dalam ilmu penalaran
3. Untuk mengetahui peran logika dalam pengembangan pengetahuan
BABII

PEMBAHASAN

A. DEFINISI DAN VARIAN ILMU PENALARAN

Penalaran merupakan proses berpikir dalam menarik kesimpulan yang berupa


pengetahuan. Suparno dan Yunus (2006:41) mendefinisikan penalaran adalah proses berpikir
sistematik dan logis untuk memperoleh sebuah simpulan (pengetahuan atau keyakinan).
Bahan pengambilan simpulan dapat berupa fakta, informasi, pengalaman, atau pendapat para
ahli (otoritas). Jadi, penalaran adalah proses berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu
dalam menemukan kebenaran ilmiah. Penalaran memiliki karakteristik sebagai berikut.
Pertama, ciri penalaran adalah adanya pola berpikir luas yang dinamakan logika. Dengan kata
lain, penalaran adalah proses berpikir logis. Kedua, ciri penalaran adalah bersifat analitis dari
proses berpikir, yaitu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.

Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang
berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang berpikir, merasa,
bersikap, dan bertindak. Sikap dan tindakannya yang bersumber pada pengetahuan yang
didapatkan melalui kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran menghasilkan pengetahuan
yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang
berupa pengetahuan. Jadi penalaran merupakan salah satu atau proses dalam berpikir
yang menggabungkan dua pemikiran atau lebih untuk menarik sebuah kesimpulan
untuk mendapatkan pengetahuan baru.

Penalaran merupakan konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses
pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa
pernyataan lain yang telah diketahui. Pernyataan itu terdiri dari pengertianpengertian
sebagai unsurnya yang antara pengertian satu dengan yang lainnya ada batas-batas
tertentu untuk menghindari kekaburan arti.

Penalaran merupakan suatu pemikiran jenis yang khusus, yang didalamnya penyimpulan
terjadi, atau didalamnya kesimpulan ditarik dari premis-premis yang ada atau penalaran
merupakan proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empiris atau
sesuai fakta di lapangan) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan
pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan
sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah
proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.Dalam
penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens)
dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara
premis dan konklusi disebut konsekuensi. Penalaran adalah suatu proses berpikir dengan
menghubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, atau pun sesuatu yang dianggap bahan
bukti, menuju suatu kesimpulan.

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, penalaran berasal dari kata nalar yang berarti
pertimbangan baik buruk, budi pekerti dan akal budi. Dari pengertian tersebut terdapat
kata akal yang merupakan sarana untuk berfikir. Kemampuan menalar hanya di miliki
oleh manusia. Dengan kemampuan menalar manusia dapat mengembangkan pengetahuan
lainyang kian hari kian berkembang.

Penalaran dalam fungsinya sebagai kegiatan berfikir tentunya memiliki karakteristik


atau ciri-ciri tertentu. Pertama, adanya pola berfikir yang secara luas (logis), hal inilah
yang sering disebut sebagai logika. Selanjutnya dapat dikatakan bahwa setiap usaha
penalaran mempunyai logikanya tersendiri karena ia merupakan sebuah proses berfikir.
Sehingga Berfikir secara logis dapat dimaknai sebagai suatu pola, dan ketentuan
tertentu yang digunakan dalam proses berfikir. Maka dari itu sebuah kerangka logika
dalam satu hal tertentu sangat mungkin dianggap tidak logis jika ditinjau dari kerangka
lainnya. Hal inilah yang menimbulkan adanya ketidakkonsistenan dalam menggunakan
pola pikir, yang akhirnya melahirkan beberapa motode pendekatan yang bermacam-
macam. Kedua, penalaran harus bersifat analistik, dengan maksud ia merupakan
pencerminan dari suatu proses berfikir yang bersandar pada suatu analisa dan kerangka
berfikir tertentu, dengan logika sebagai pijakannya. Secara sederhananya poin kedua ini
merupakan sebuah proses menganalisa dengan logika ilmiah sebagai pijakannya. Yang
mana analisa sendiri adalah suatu kegiatan berfikir dengan langkah-langkah yang
tertentu. Sehingga kegiatan berfikir tidak semuanya berlandaskan pada penalaran. Maka
dari itu berfikir dapat dibedakan mana yang menggunakan dasar logika dan analisa,
serta mana yang tanpa menggunakan penalaran seperti menggunakan perasaan, intuisi,
ataupun hal lainnya. Karena hal-hal tersebut bersifat non-analistik, yang tidak
mendasarkan diri pada suatu pola berfikir tertentu.

 Varian penalaran dalam artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia Universitas
Negeri Malang angkatan 2012 dilakukan dalam dua varian, yaitu penalaran induktif
dan deduktif. Penalaran induktif terdiri atas generalisasi, analogi, dan hubungan
kausal. Generalisasi dalam artikel mahasiswa baru tersebut berupa generalisasi
dengan loncatan induktif dan tanpa loncatan induktif. Analogi berlangsung
berdasarkan peristiwa dan gejala khusus. Hubungan kausal berlangsung dalam tiga
varian yakni sebab ke akibat, akibat ke sebab, dan akibat ke akibat. Penalaran deduktif
tidak dilakukan dalam bentuk silogisme lengkap, tetapi dilakukan dalam bentuk
entimem. Hal ini disebabkan entimem dinilai lebih raktis karena hal yang dianggap
telah dipahami tidak dikemukakan kembali.

B. PERBEDAAN LOGIKA DALAM ILMU PENALARAN


Berdasarkan proses penalarannya dan juga sifat kesimpulan yang dihasilkannya, logika
dibedakan antara logika deduktif dan logika induktif.

Logika deduktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan


yang sah berdasarkan bentuknya serta kesimpulan yang dihasilkan sebagai kemestian
diturunkan dari pangkal pikirnya. Dalam logika ini yang terutama ditelaah adalah bentuk
dari kerjanya akal jika telah runtut dan sesuai dengan pertimbangan akal yang dapat
dibuktikan tidak ada kesimpulan lain karena proses penyimpulannya adalah tepat dan
sah.

1. Logika deduktif karena berbicara tentang hubungan bentukbentuk pernyataan saja yang
utama terlepas isi apa yang diuraikan karena logika deduktif disebut pula logika formal.

2. Logika induktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyiulan yang
sah dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh
jadi. Logika ini sering disebut juga logika material, yaitu berusaha menemukan
prinsipprinsip penalaran yang bergantung kesesuaiannya dengan kenyataan, oleh karena
itu kesimpulannya hanyalah keboleh-jadian, dalam arti selama kesimpulannya itu tidak
ada bukti yangmenyangkalnya maka kesimpulan itu benar, dan tidak dapat dikatakan
pasti.Jika dikonsepkan bentuk logis adalah inti dari logika. Konsep itu menyatakan bahwa
kesahihan (validitas) sebuah argumen ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isinya.
Dalam hal ini logika menjadi alat untuk menganalisis argumen, yakni hubungan antara
kesimpulan dan bukti atau bukti-bukti yang diberikan (premis). Logika silogistik
tradisional Aristoteles dan logika simbolik modern adalah contoh-contoh dari logika
formal.

Dasar penalaran dalam logika ada dua, yakni:

deduktif dan induktif. Penalaran deduktif kadang disebut logika deduktif adalah penalaran
yang membangun atau mengevaluasi argumen deduktif. Argumen dinyatakan deduktif jika
kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis-
premisnya. Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah.

Sebuah argumen deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya merupakan
konsekuensi logis dari premispremisnya. Logika sebagai teori penyimpulan,
berlandaskan pada suatu konsep yang dinyatakan dalam bentuk kata atau isti lah, dan dapat
diungkapkan dalam bentuk himpunan sehingga setiap konsep mempunyai himpunan,
mempunyai keluasan.

Baik logika deduktif maupun logika induktif dalam proses penalarannya, merupakan
premis-premis yang berupa pengetahuan yang dianggapnya benar. Kenyataan ini
membawa kita kepada sebuah pernyataan yaitu bagaimanakah caranya mendapatkan
pengetahuan yang benar. Sebenarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk
mendapatkan pengetahuan yang benar. Yang pertama mendasarkan diri pada rasio dan
yang kedua mendasarkan diri kepada pengalaman.
C. PERAN LOGIKA DALAM PENGEMBANGAN PENGETAHUAN

Logika memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan pengetahuan serta
pengkajian-pengkajian pengetahuan tertentu. Sebagai sebuah ilmu pengetahuan ia menjadi
dasar yang menentukan pemikiran agar lurus, tepat dan sehat. Sebab fungsi logika
menyelidiki, merumuskan serta menerapkan hukum-hukum yang ditepati. Logika
merupakan ilmu yang memberikan prinsip-prinsip yang harus diikuti agar dapat berfikir
valid menurut aturan yang berlaku.
Semua penalaran yang menggunakan pikiran sudah tentu berpangkal pada logika.
Dengannya, dapat diperoleh hubungan antar pernyataan. Namun, tidak semua anggapan
atau pernyataan berhubungan dengan logika. Hanya yang bernilai benar atau salahlah
yang bisa dihubungkan dengan logika.Sehingga dalam sebuah diskursus keilmuan,
kajian seputar logika memiliki andil yang signifikan terhadap perkembangan hal itu.
Terlebih lagi, kondisi masyarakat yang umumnya cenderung praktis tampaknya telah
menuntun para pelajar melupakan aspek terpenting tersebut dari diskursus keilmuan.
Padahal sebuah konsep dianggap ilmiah jika mampu membuktikan validitas argumennya
tentunya yang terangkai dalam sistematika yang logis baik menggunakan panca indra
ataupun lainnya.

Sehingga dalam proses berfikir ilmiah ataupun sebuah pencapaian pemahaman final
perlu ditopang dengan logika. Disebut logika bilamana ia secara luas dapat definisikan
sebagai pengkajian untuk berpikir secara benar, yang bermuara pada kesimpulan yang
benar.

Penarikan kesimpulan dalam berpikir ilmiah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
logika deduktif dan logika induktif. Selain itu bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah juga
sangat berperan penting dalam melakukan kegiatan berpikir ilmiah. Karena bahasa
merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah serta
media untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Tanpa bahasa maka
manusia tidak akan dapat berpikir secara rumit dan abstrak seperti apa yang kita lakukan
dalam kegiatan ilmiah.Karenanya, guna mendukung dan mengembangkan wacana
keilmuan yang selama ini telah berjalan, maka diperlukan sebuah masterplan yang
mumpuni. Rencana tersebut haruslah di dalamnya mengandung langkah-langkah baik
logika teoritis, skematis, maupun implementasi, serta pelaksanaannya. Ia meliputi:
persiapan gambaran metodologi yang akan digunakan, yang diikuti diskursus
komprehensif dalam bidang tersebut, kemudian mengkolaborasikannya dengan wacana
keilmuan lain, sehingga didapati sebuah sistem berfikir yang dapat disambut oleh semua
belah pihak. Yang kesemuanya akan kembali bermuara pada proses pembelajaran
terutama dalam wacana keilmuan.

Penalaran Ilmiah
Terdapat banyak cara penarikan kesimpulan, namun untuk sesuai dengan maksud
tulisan ini yang memusatkan kepada berpikir ilmiah maka terdapat tiga jenis penarikan
kesimpulan yakni berdasarkan logika induktif, logika deduktif dan logika abduktif :
Logika Induktif
Merupakan cara berpikir menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus
yang bersifat individual (seperti kesimpulan peneliti humoris). Misalnya, kita punya fakta
bahwa kambing punya mata, kucing punya mata, demikian juga anjing dan berbagai binatang
lainnya. Dari kenyataan-kenyataan ini dapat kita tarik kesimpulan umum bahwa semua
binatang mempunyai mata

Logika Deduktif
Adalah kegiatan berpikir yang sebaliknya dari penalaran induktif. Deduksi adalah cara
berpikir dimana dari pernyataan bersifat umum ditarik kesimpulan bersifat khusus. Penarikan
kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola berpikir silogismus. Silogismus,
disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang mendukung
silogismus ini disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan
premis minor. Pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif adalah hasil kesimpulan
berdasarkan kedua premis tersebut

Logika Abduktif
Pemikiran mendasar di sini adalah bahwa sebuah hal yang mungkin untuk melukiskan
dan menggambarkan konsekuensi dari sebuah produk dalam iklan. Berdasarkan pada
konsekuensi itu, baik atribut dari produk yang diiklankan ataupun hubungan nilai dari
pengguna produk dapat disimpulkan (abduktif) oleh penerima iklan tersebut. Sebagai contoh,
di dalam iklan untuk sebuah merek margarin (Blue Band). Orang yang langsing dan ramping
akan ditampilkan sedang menggunakan merek sebuah margarin yang diiklankan. Dalam
kasus ini, konsekuensi dari sebuah produk ditampilkan (bahwa Blue Band itu membuat
makanan enak). Dari iklan ini, sebagai contohnya, kita bisa mendapatkan sebuah kesimpulan
abduktif yaitu Blue Band adalah margarin dengan presentase “rendah-lemak” (atributnya).
peran logika dalam pengembangan pengetahuan
PENUTUP

KESIMPULAN

Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang
berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang berpikir, merasa,
bersikap, dan bertindak. Sikap dan tindakannya yang bersumber pada pengetahuan yang
didapatkan melalui kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran menghasilkan pengetahuan
yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir. dua varian, yaitu penalaran induktif dan
deduktif. Berdasarkan proses penalarannya dan juga sifat kesimpulan yang dihasilkannya,
logika dibedakan antara logika deduktif dan logika induktif. Logika deduktif adalah
sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah, Logika induktif
adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyiulan yang sah dari sejumlah
hal khusus. Logika memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan
pengetahuan serta pengkajian-pengkajian pengetahuan tertentu. Sebagai sebuah ilmu
pengetahuan ia menjadi dasar yang menentukan pemikiran agar lurus, tepat dan sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Amaroh, A. U. (2013). Penalaran dalam Artikel Mahasiswa Baru Jurusan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Malang Angkatan 2012. SKRIPSI Jurusan Sastra Indonesia-Fakultas
Sastra UM.

Mustufa, I. (2016). Jendela Logika dalam Berfikir; Deduksi dan Induksi sebagai Dasar
Penalaran Ilmiah. EL-BANAT: Jurnal Pemikiran Dan Pendidikan Islam, 6(2), 1-21.

Sobur, H. A. Kadir. (2015). Logika dan Penalaran dalam Perspektif Ilmu Pengetahuan.
Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi. TAJDID Vol. XIV, No. 2.

Azafilmi, H., Iqbal, S., & Prita, I. W. (2012). Konsep Dasar Berfikir Ilmiah dengan Penalaran
deduktif, Induktif, dan Abduktif.

Zulkarnain, I., & Rahmawati, A. (2016). Model Pembelajaran Generatif untuk


Mengembangkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa. EDU-MAT: Jurnal Pendidikan
Matematika, 2(1).

Anda mungkin juga menyukai