Disusun Oleh:
Kelompok 3 Kelas L
Ana Sovia Nurjanah
Beni
Grace Dame P.
Nissa Akhum K.
Pandu M. Barzah
Yoanna Febrianita Ruslim
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun dengan baik. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari
pihak yang berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun sarannya.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman
bagi pembaca. Penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2|Page
Daftar Isi
BAB I...............................................................................................................................................4
A. Latar Belakang .......................................................................................................................4
B. Tujuan ......................................................................................................................................4
C. Rumusan Masalah ..................................................................................................................4
BAB II .............................................................................................................................................6
A. Pola Berfikir ...........................................................................................................................6
B. Pola Berfikir Deduktif .............................................................................................................6
C. Penggunaan Penalaran Deduktif ............................................................................................7
3|Page
BAB I
PENDAHULUAN
Mengutip tulisan Pudjo Sumedi dan Mustakim (2008) yang mengungkapkan, manusia
selalu dihadapkan untuk memilih baik-buruk, indah-jelek, jalan benar-jalan salah. Dalam
melakukan pilihan ini, manusia berpaling pada pengetahuan. Binatang juga mempunyai
pengetahuan, namun terbatas untuk survival. Manusia mengembangkan pengetahuan untuk
mengatasi kebutuhan kelangsungan hidupnya.
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan
terkait dengan pola piker atau penalaran deduktif.
C. Rumusan Masalah
5|Page
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pola Berpikir
Berpikir adalah sebuah proses yang membuahkan pengetahuan dan merupakan tahapan
dari pembelajaran didalam pikiran, untuk itu tahapan ini bisa disebut proses atau tahapan
berpikir (Ngilawajan, 2013). Pola pikir adalah kegiatan yang mengacu pada ingatan
seseorang yang pernah disimpan didalam pikirannya dan pada suatu saat digunakan untuk
memperoleh pengetahuan, mengolah, dan membuat kesimpulan. Berasumsi atau berpikir
tidak hanya untuk memperoleh pengetahuan yang belum pernah didapat melainkan agar
memperluas informasi (Prihanti, 2015). Keraf (2010) berpendapat pengertian pola berpikir
atau penalaran adalah proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta
yang diketahui menuju pada suatu kesimpulan.
6|Page
Tabel Indikator Pola Berpikir Deduktif
Aspek Pola Pikir Deduktif Indicator
Membuat dugaan Merumuskan berbagai kemungkinan
pemecahan masalah sesuai dengan dugaan
pengetahuan yang dimilikinya
Memanipulasi Menuliskan dan menuntaskan suatu persoalan
sesuai aturan atau kaidah yang ada
Menyusun argumen dan fakta Menyusun dan memberikan alasan atau bukti
terhadap kebenaran solusi
Memeriksa kesahihan (kebenaran) Menyelidiki tentang kebenaran dari suatu
pernyataan yang ada
Menarik kesimpulan Menyimpulkan solusi dari masalah.
(Diadopsi dari Manurung dan Kartono, 2016)
7|Page
2. Premis 1: Setiap hewan adalah makhluk hidup.
Premis 2: Anjing adalah hewan.
Kesimpulannya : Maka, anjing adalah makhluk hidup.
3. Setiap hewan (A) adalah makhluk hidup (B). → A=B
Setiap anjing (C) adalah hewan (A). → C=A
Maka, anjing adalah makhluk hidup. → Maka, C=B
Penalaran deduktif merupakan salah satu cara berfikir logis dan analistik, yang tumbuh
dan berkembang dengan adanya pengamatan yang semakin intens, sistematis, dan kritis.
Juga didukung oleh pertambahan pengetahuan yang diperoleh manusia, yang akhirnya akan
bermuara pada suatu usaha untuk menjawab permasalahan secara rasional sehingga dapat
dipertanggung jawabkan kandungannya, tentunya dengan mengesampingkan hal-hal yang
irasional. Adapun penyelesaian masalah secara rasional bermakna adanya tumpuan pada
rasio manusia dalam usaha memperoleh pengetahuan yang benar. Dan paham yang
mendasarkan dirinya pada proses tersebut dikenal dengan istilah paham rasionalisme.
Metode deduktif dan paham ini saling memiliki keterikatan yang saling mewarnai, karena
dalam menyusun logika suatu pengetahuan para ilmuan rasionalis cenderung menggunakan
penalaran deduktif.
Simpelnya, penalaran deduktif merupakan pengambilan kesimpulan secara logis
berdasarkan premis-premis yang ada. Premis di sini merupakan asumsi, pemikiran, dan
landasan kesimpulan yang dianggap benar. Berikut ini contoh pengambilan kesimpulan dari
premis-premis secara deduktif. Menurut penalaran deduktif, jika premis-premis yang
disediakan benar, maka kesimpulannya pasti benar atau valid.
D. Macam –macam Penalaran Induktif
Dijelaskan bahwa untuk menarik kesimpulan secara dedukif diperlukan pola pikir yang
disebut syllogisme dan syllygisme ini tersusun dari dua buah pernyataan (premise) dan
sebuah kesimpulan (konklusi).
Perhatikan contoh berikut:
1. Semua manusia akan mati (Premise 1)
Paidi adalah manusia (Premise 2)
Jadi Paidi akan mati (Konklusi)
8|Page
2. Beras merupakan komoditi bagi orang Indonesia (umum), tetapi ada beberapa wilayah
yang penduduknya mengkonsumsi sagu (khusus) seperti maluku dan papua (khusus).
Macam – macam penalaran deduktif, antara lain :
1. Silogisme
Silogisme adalah proses membuat kesimpulan secara deduktif. Silogisme tersusun dari
dua proposisi (pernyataan) dan konklusi (kesimpulan). Silogisme dirangkai dari tiga
buah pendapat yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.
a. Silogisme Negatif
Setiap kalimat yang didalamnya terdapat kata “bukan ataupun tidak” pada premis
biasanya disebut dengan Silogisme Negatif dan begitu juga simpulan. Jadi, jika suatu
premis pada silogisme bersifat negatif, maka kesimpulannya pun bersifat negatif
juga. Misal :
Premis 1 : Penderita kurang darah tidak boleh makan buah melon
Premis 2 : Budi menderita penyakit kurang darah
Konklusi : Budi tidak boleh makan buah melon
b. Silogisme Error
Diperlukan kecermatan dalam menarik kesimpulan menggunakan penalaran
silogisme. Untuk merumuskan premis, diwajibkan mencermati setiap kalimat yang
akan dibuat agar tidak menimbulkan kesalahpahaman. Perhatikan contoh silogisme
error berikut :
Premis 1 : Yanto lulus ujian CPNS
Premis 2 : Yanto rajin menabung dan tidak sombong
Konklusi : Orang yang lulus ujian CPNS karena rajin menabung dan tidak sombong
? Konklusi diatas adalah salah karena tidak terdapat premis umum (PU)
2. Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung atau tanpa silogisme premis atau
tidak diucapkan karena sudah diketahui. Misal :
Premis 1 : Penderita kurang darah tidak boleh makan buah melon
Premis 2 : Budi menderita penyakit kurang darah
Konklusi : Budi tidak boleh makan buah melon
Entimen : Budi tidak boleh makan buah melon karena menderita penyakit kurang darah
9|Page
E. Kelebihan dan Kelemahan Penalaran Secara Deduktif
Nur’aeni (2021) menyatakan penalaran secara deduktif merupakan pola atau cara berpikir
yang menyimpang dari asumsi atau pernyataan umum, mengarah pada kesimpulan yang
memiliki makna yang lebih rinci, dapat juga diartikan dalam istilah bantu logika karena
memperdalam dasar-dasar keselarasan berpikir dengan hukum, pola, titik acuan tertentu.
Metode deduktif dalam menarik kesimpulan mengacu pada pola berpikir yang disebut
silogisme yang dimulai dengan dua atau lebih pernyataan yang diakhiri dengan kesimpulan,
dua pernyataan tersebut sering disebut sebagai premis primer dan minor. Dan selalu ada
kesimpulan yang diambil dari penalaran dua premis tersebut. Namun, kesimpulan di sini
hanya benar jika dua premis dan metode yang digunakan benar dan hasilnya juga
menunjukkan konsistensi data
Penalaran deduktif adalah cara berpikir logis dan analitis 4 Psikologi Eksperimen: Teori
dan Implementasi yang tumbuh dan berkembang dengan pengamatan yang meningkat,
sistematis, dan kritis. Hal ini juga dibuktikan dengan bertambahnya pengetahuan yang
diperoleh masyarakat, yang pada akhirnya akan mengarah pada upaya penyelesaian masalah
secara rasional agar isinya dapat diperjelas, tentunya mengesampingkan hal-hal yang tidak
rasional. Sedangkan pemecahan masalah secara rasional artinya dalam memperoleh
pengetahuan yang benar lebih diutamakan pada hubungan antarmanusia (Nur’aeni, 2021)
Keunggulan model ini adalah perlu secara intensif fokus pada analisis pemahaman dari
segi materi, sehingga dari aspek penggunaan waktu, dapat lebih efisien. Bahkan dari aspek
lainnya, keterampilan yang digunakan dapat diatur dengan lebih cermat, hal ini dapat terjadi
karena poin yang ingin dicapai sudah jelas. Selain itu, dalam deduksi, kesimpulan adalah
konsekuensi logis dari premis tersebut. Jadi, dengan penalaran yang baik, kesimpulan bisa
jadi benar bila premisnya benar. Kelemahannya adalah dalam menarik kesimpulan yang
dibatasi sampai batas tertentu. Dan jika salah satu atau bahkan kedua premis ini salah,
kesimpulan atas premis itu juga akan salah. Kelemahan lainnya adalah kesimpulan yang
diambil atas dasar logika deduktif tidak bisa lebih luas dari premis aslinya, sehingga sulit
untuk mencapai kemajuan ilmiah dengan hanya mengandalkan logika deduktif. Juga, ketika
argumen diuji kebenarannya, maka yang bisa dicek hanya bentuk atau pola penalarannya
saja, tapi bukan premis materinya, sehingga bisa dicek apakah premis tersebut benar atau
tidak (Nur’aeni, 2021).
10 | P a g e
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pola pikir adalah kegiatan yang mengacu pada ingatan seseorang yang pernah disimpan
didalam pikirannya dan pada suatu saat digunakan untuk memperoleh pengetahuan,
mengolah, dan membuat kesimpulan. Salah satu bentuk pola piker atau cara bernalar tersebut
adalah penalaran deduktif. Penalaran deduktif dikenal sebagai proses nalar yang menarik
kesimpulan yang bersifat khusus dari hal-hal yang bersifat umum.Adapun contoh jenis
penalaran deduktif adalah silogisme dan entimen.
Kunci dari penalaran deduktif adalah adalah dengan membentu premis yang benar. Hal
ini karena kesimpulan bisa jadi benar bila premisnya benar. Dan jika salah satu atau bahkan
kedua premis ini salah, kesimpulan atas premis itu juga akan salah
B. Saran
Dalam mempelajari proses penalaran deduktif, hendaknya perlu di pahami dengan benar
proses berfikir dan penyusunan premisnya. Sehingga kesimpulan yang diambil dalam proses
penalaran ini merupakan kesimpulan yang valid.
11 | P a g e
Daftar Pustaka
Keraf, Gorys. (2010). Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Manurung, O., & Kartono. (2016). Keterampilan Penalaran Induktif Deduktif dan
Kemampuan Representasi Matematis Siswa Pada Pembelajaran CTL Berbasis Hands
On Activity. Unnes Journal of Mathematics Education Research, 5(2), 155–165.
Ngilawajan, Darma Andreas. 2013. “Proses Berpikir Siswa SMA dalam Memecahkan
Masalah Matematika Materi Turunan Ditinjau dari Gaya Kognitif Field Independent dan
Field Dependent.” Pedagogia
Nur’aeni .(2021). Psikologi Eksperimen: Teori dan Implementasi. Purwekerto : UMP Press
Prihanti .(2015). Strategi Belajar. UMM Press, Malang
Sumartini, T.S (2015). Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Melalui
Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 5 No. 1
12 | P a g e
1. a. Generalisasi
Generalisasi
Contoh:
Mengutip pendapat soekadijo, generaliasi Proses generalisasi terdiri atas 4 tahapan: • Buah apel berwarna merah dan rasanya
adalah penalaran yang menyimpulkan 1. Perception of generality manis.
suatu konklusi yang bersifat umum dari 2. Expression of generality
• Buah ceri berwarna merah dan rasanya
premis-premis yang berupa proposisi 3. Symbolic expression of generality manis.
empirik 4. Manipulation of generality Generalisasi: Semua buah berwarna
merah rasanya manis
1. b. Analogi
Analogi
Contoh:
Analogi adalah cara berpikir dengan Dalam konsep analogi, orang beranggapan -Riza adalah mahasiswa psikologi.
jalan menyamakan atau bahwa kebenaran dari fenomena-fenomena -Riza dapat mengadministrasikan psikotes.
membandingkan fenomena-fenomena yang pernah dialaminya berlaku pula bagi
yang biasa/pernah dialami. -Dian adalah mahasiswa psikologi.
fenomena yang dihadapi sekarang
-Maka, Riza dapat mengadministrasikan
psikotes.
1. c. Induksi
Induksi
Hubungan Kausal