DISUSUN OLEH :
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
BAB I PENDAHULUAN...........................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .......................................................
B. Saran .................................................................
Dafatr Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara etimologis,logika berasal dari bahsa yunani yaitu logikos yang berarti
“ berhubungan dengan pengetahuan ,berhubungan dengan bahasa” 1. Kata latin logos
( logia) berarti perkataan atau sabda. David Stewart dan H. Gene Blocker dalam bukunya
Fundamentals of Philosophy merumuskan logika sebagai Thinking About thinking .2
Petterson merumuskan logika sebagai “ aturan tentang cara berfikir lurus “ ( the rules of
straight thinking)3. Irving M. Copi dalam bukunya introduction to logic merumuskan
logika sebagai “ ilmu yang mempelajari metode dan hukum - hukum yag digunakan untuk
membedakan penalaran yang benar dari penalaran yang salah.4
Logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan
untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah. Dalam kehidupan
sehari-hari khususnya dalam mempelajari ilmiah yang menunjuk ke arah kebenaran, logika
sangat penting dan berpengaruh. Sedangkan dalam menemukan suatu kebenaran, banyak
cara-cara maupun langkah-langkah dalam ilmu logika, seperti pernyataan, penarikan
kesimpulan, silogisme, induksi dan lain-lain.
Sehingga ungkapan bahwa Metode berpikir ilmiah memiliki peran penting dalam
mendukung manusia memperoleh cakrawala keilmuan baru dalam menjamin eksistensi
manusia bukanlah sebuah bualan belaka. Dengan menggunakan metode berfikir ilmiah,
manusia terus mengembangkan pengetahuannya. Pertanyaan itu akhirnya menawarkan
sistem silogisme dan induktif sebagai jawaban, sehingga pada pembahasan selanjutnya
hal inilah yang menjadi pokok pembicaraan dalam wacana kali ini.
B. Rumusan Masalah
Apa pengertian dari silogisme dan induksi?
Bagaimana bentuk penyimpulan tidak langsung, induksi dan silogisme?
Bagaimana perbedaan induksi dan silogisme ?
1
Harry Hamersma, Pintu Masuk ke Dunia Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 2008, h. 21
2
David Stewart dan H. Gene Blocker, Fundamentals of Philosophy, 4 e., New Jersey: Prentice Hall, 1996, h. 45.
3
Edwin W. Patterson, 1942, Ibid., h. 876.
4
Irving M. Copi & Cohen Carl, Introduction to Logic, Richmond-Tx., Prentice Hall, 1997, h. 3.
C. Manfaat Penulisan
1. Belajar Memahami Masalah dan Mencari Solusinya
2. Menerapkan Ilmu yang Telah Dipelajari
3. Belajar Berpikir Sistematis
4. Mengasah Kemampuan Menulis
5. Semakin Banyak Tahu dan Tahu Banyak
6. Menjadi Lebih Kritis Saat Melihat Suatu Permasalahan
D. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian silogisme dan induksi
2. Mengetahui bentuk penyimpulan silogisme dan induksi
3. Mengetahui perbedaan silogisme dan induksi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Induktif
B. Deduktif
Deduktif adalah mengambil suatu kesimpulan atau cara berfikir yang bertolak
dari sebuah asumsi atau pernyataan yang bersifat umum untuk mencapai sebuah
kesimpulan yang bermakna lebih khusus. Ia sering pula diartikan dengan istilah
logika minor, dikarenakan memperdalami dasar-dasar pensesuaian dalam pemikiran
dengan hukum, rumus dan patokan -patokan tertentu. 6 Pola penarikan kesimpulan
dalam metode deduktif merujuk pada pola berfikir yang disebut silogisme. Yaitu
bermula dari dua pernyataan atau lebih dengan sebuah kesimpulan. Yang mana
kedua pernyataan tersebut sering disebut sebagai premis minor dan premis mayor.
Namun kesimpulan di sini hanya bernilai benar jika kedua premis dan cara yang
digunakan juga benar, serta hasilnya juga menunjukkan koherensi data tersebut.7
Contoh dari penggunaan premis dalam deduksi: Premis Mayor: Perbuatan yang
merugikan orang lain adalah dosa. Premis Minor: Menipu merugikan orang lain.
Kesimpulan: Menipu adalah dosa.
B. Silogisme
Silogisme adalah proses logis yang terdiri dari tiga bagian. Dua bagian pertama
merupakan premis-premis atau pangkal tolak penalaran syllogistik. Sedangkan bagian
ketiga merupakan perumusan hubungan yang terdapat antara kedua bagian pertama
melalui pertolongan term penengah (M). Bagian ketiga ini disebut juga kesimpulan yang
berupa pengetahuan baru. Proses menarik suatu kesimpulan dari pemis-premis tersebut
disebut penyimpulan. Silogisme mengajarkan pada kita merumuskan, menggolong –
golongkan pikiran sehingga kita dapat melihat hubungannya dengan mudah, Dengan
6
Mundiri, Logika., 14
7
Jujun S. Supriasumantri, Filsafat Ilmu,55-57
benar. Suatu premis dapat mengatakan suatu fakta, suatu generalisasi, atau sekedar suatu
asumsi atau sesuatu yang spesifik.
1. Silogisme Kategoris
Silogisme kategoris adalah stuktur suatu deduksi berupa suatu proses logis yang
terdiri dari tiga bagian yang masing-masing bagiannya berupa pernyataan kategoris
(pernyataan tanpa syarat). Silogisme Kategoris adalah silogisme yang semua
proposisinya merupakan proposisi kategoris.
Contoh :
Proposisi yang menjadi pangkalan umum dan pangkalan khusus disebut premis,
sedangkan proposisi yang dihasilkan dari sintesis kedua premisnya disebut
kesimpulan (konklusi) dan term yang menghubungkan kedua premis disebut term
penengah (middle term). Premis yang termnya menjadi subyek pada konklusi disebut
premis minor. Premis yang termnya menjadi predikat pada konklusi disebut premis
mayor. Dikatakan demikian karena predikat hampir selalu lebih luas dari pada
subyeknya.
3. Silogisme Disyungtif
Silogisme disyungtif adalah silogisme yang premis mayornya keputusan
disyungtif. Sedangkan, premis minornya keputusan kategorika yang mengakui atau
mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor.
Silogisme ini ada dua macam, silogisme disyungtif dalam arti sempit dan dalam arti luas.
Silogisme disyungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif.
Seperti : Ia lulus atau tidak lulus
Ternyata ia lulus, jadi ia bukan tidak lulus.
Silogisme disyungtif dalam arti luas premis mayornya mempunyai alternatif bukan
kontradiktif.
Seperti : Hasan di rumah atau di pasar
Ternyata tidak di rumah jadi di pasar.
Baik dalam arti luas maupun sempit mempunyai 2 tipe yaitu:
1. Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusinya adalah mengakui
alternatif yang lain.
2. Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari
alternatif lain.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penalaran tidak langsung terdapat dua bentuk utama yaitu; induksi dan deduksi.
Induksi adalah suatu bentuk penalaran yang menyimpulkan suatu proposisi umum
dari sejumlah proposisi khusus yang terbentuk ‘S ini adalah P’. sedangkan deduksi
adalah mengambil suatu kesimpulan yang hakikatnya sudah terakup di dalam suatu
proposisi atau lebih. Silogisme adalah suatu cara untuk melahirkan deduksi.
Silogisme mengajarkan pada kita merumuskan, menggolong – golongkan pikiran
sehingga kita dapat melihat hubungannya dengan mudah, Dengan demikian kita
belajar berfikir tertib, jelas, tajam. Ini diperlukan karena mengajarkan kita untuk
dapat melihat akibat dari suatu pendirian atau penyataan yang telah kita lontarkan.
Banyak orang merumuskan pendirian atau membuat pernyataan yang apabila ditelaah
lebih lanjut, sebenarnya pendirian atau pernyataannya tadi kurang tepat atau kurang
B. SARAN