Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

BAHASA INDONESIA
PENALARAN

DOSEN PEMBIMBING:
NUDIA YULTISA,SS.MS
DISUSUN OLEH :
VIKA DILLA WINALDA SARAGI
MELANI SYAHPUTRI
MALIA ROSANDI
SRI RAHAYU
SERLY LYNOVA
ARIS KUSNAIDI

FAKULTAS PERTANIAN
PRODI AGRBISNIS
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN PENALARAN
2. METODE DALAM PENALARAN
a. Metode Induktif
b. Metode Deduktif
3. KONSEP SILOGISME, ENTINEM, GENERALISASI DAN ANALOGI
a. Silogisme
b. Entinem
c. Generalisasi
d. Analogi
BAB III SALAH NALAR
A. PENGERTIAN SALAH PAHAM
B. MACAM-MACAM SALAH NALAR
1. GENERALISASI YANG TERLALU LUAS
a. Generalisasi sepintas
b. Generalisasi apriori
2. KERANCUAN ANALOGI
3. KEKELIRUAN KAUSALITAS (SEBAB-AKIBAT)
4. KESALAHAN RELEVANSI
C. MENGAPA SALAH NALAR TERJADI
D. FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA SALAH NALAR
E. CARA MENGATASI DAN MENGHINDARI SALAH NALAR
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Pendidikan Bahasa Indonesia yang berjudul
“Penalaran” dengan tepat waktu.

Dalam penulisan makalah ini kami selaku penulis, tidak sedikit menemukan beberapa
hambatan. Namun berkat kerja keras, kekompakkan serta dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Medan, 14 Desember 2018


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pencarian pengetahuan yang benar harus berlangsung menurut prosedur atau kaedah
hukum, yaitu berdasarkan logika. Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut dengan
pengetahuan ilmiah. Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis
penalaran, yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif. Penalaran deduktif merupakan
prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau
diyakini dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan yang bersifat lebih lebih khusus.

Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai
hasil pengamatan empiric dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang
bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran dedukatif.

Dengan demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua penalaran tersebut


dapat digunakan secara bersama-sama, saling mengisi dan dilaksanakan dalam suatu wujud
penelitian ilmiah yang menggunakan metode ilmiah dan taat pada hukum-hukum logika.
Penalaran menyatakan, menjelaskan dan mempergunakan prinsip – prinsip logika yang dapat
dipakai dalam semua lapangan ilmu pengetahuan sehingga dapat membantu orang untuk dapat
berfikir tepat dan teratur.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah yang
ditekankan adalah :

1. Apa pengertian penalaran ?


2. Apa yang dimaksud dengan metode penalaran deduktif dan induktif ?
3. Apa yang dimaksud dengan silogisme, entinem, generalisasi dan analog
C. Tujuan

Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui pengertian penalaran.


2. Memaparkan metode penalaran deduktif dan induktif.
3. Memaparkan konsep tentang silogisme, entinem, generalisasi dan analogi.

D. Manfaat

Adapun manfaat disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi mahasiswa Pendidikan Akuntansi


a. Untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia.
b. Menjadi sumber rujukan apabila mahasiswa membutuhkan bahan pembelajaran
Pendidikan Bahasa Indonesia tentang penalaran.
c. Sebagai tambahan wawasan serta pengetahuan tentang penalaran dalam proses
pembelajaran.
2. Bagi dosen pembimbing
a. Sebagai bahan penilaian bagi mahasiswa yang menyusun makalah.
b. Sebagai bahan pembelajaran apabila diperlukan.
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN PENALARAN

Pendefinisian Penalaran :

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari


pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep
dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan
terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang
diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang
sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.

a. Pengertian Penalaran Menurut Para Ahli:


1) Bakry menyatakan bahwa Penalaran atau Reasoning merupakan
suatu konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran
untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa
pernyataan lain yang telah diketahui.
2) Suria Sumantri mengemukakan secara singkat bahwa penalaran
adalah suatu aktivitas berpikir dalam pengambilan suatu simpulan yang berupa
pengetahuan.
3) Keraf berpendapat bahwa penalaran adalah suatu proses berpikir
dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, menuju
kepada suatu kesimpulan.
b. Berdasarkan Wikipedia
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera
(pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
c. Berdasarkan Kamus Besar Indonesia
1) Cara (perihal) menggunakan nalar; pemikiran atau cara berpikir
logis; jangkauan pemikiran. Contoh : kepercayaan takhayul serta – yang tidak
logis haruslah dikikis habis
2) Hal yang mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar
dan bukan dengan perasaan atau pengalaman
3) Proses mental dengan mengembangkan pikiran dari beberapa fakta
atau prinsip
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penalaran
adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubungkan fakta-fakta atau data
yang sistematik menuju suatu kesimpulan berupa pengetahuan. Dengan kata lain,
penalaran merupakan sebuah proses berpikir untuk mencapai suatu kesimpulan
yang logis. Sebuah penalaran terdiri atas premis dan kesimpulan. Premis
(antesedens) adalah proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan, dan hasil
kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).

Ciri – ciri penalaran adalah :

a. Dilakukan dengan sadar


b. Didasarkan atas sesuatu yang sudah diketahui
c. Sistematis
d. Terarah, bertujuan
e. Menghasilkan kesimpulan berupa pengetahuan, keputusan atau sikap yang
baru
f. Premis berupa pengalaman atau pengetahuan, bahkan teori yang telah
diperoleh
g. Pola pemikiran tertentu
h. Sifat empiris rasional

2. METODE DALAM PENALARAN

Terdapat dua jenis metode penalaran yaitu penalaran deduktif dan induktif.

a. Metode Induktif
Metode induktif adalah suatu penalaran yang berpangkal dari peristiwa
khusus sebagai hasi pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau
pengetahuan baru yang bersifat umum.
Menurut Smart, Penalaran induktif adalah penalaran yang memberlakukan
atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Dan menurut
Suriasumantri, penalaran induktif adalah proses penarikan kesimpulan dari kasus-
kasus yang bersifat individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum.
Penalaran induktif adalah penalaran yang mengambil contoh-contoh
khusus yang khas untuk kemudian diambil kesimpulan yang lebih umum.
Penalaran ini memudahkan untuk memetakan suatu masalah sehingga dapat
dipakai dalam masalah lain yang serupa. catatan bagaimana penalaran induktif ini
bekerja adalah, meski premis-premis yang diangkat benar dan cara penarikan
kesimpulannya sah, kesimpulannya belum tentu benar. tapi kesimpulan tersebut
mempunyai peluang untuk benar.
Penalaran induktif membutuhkan banyak sampel untuk mempertinggi
tingkat ketelitian premis yang diangkat. untuk itu penalaran induktif erat dengan
pengumpulan data dan statistic. Penalaran ini lebih banyak berpijak pada
observasi inderawi atau empirik.
Contoh 1 :

v Premis 1 : Ani bersekolah dengan memakai seragam merah putih karena masih SD
Premis 2 :Anton Bersekolah dengan memaki seragam merah putih karena dia
masih SD.
Kesimpulan: Semua siswa yang masih SD memakai seragam merah putih saat
bersekolah.
Contoh 2 :

Premis 1 : Kerbau punya mata


Premis 2 : Anjing punya mata
Premis 3 : Kucing punya mata
Kesimpulan : Setiap hewan punya mata
Contoh 3 :

Premis 1 : Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan

Premis 2 : Ikan Paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan


Kesimpulan : Semua hewan yang berdaun telinga berkembang biak dengan
melahirkan

b. Metode Deduktif
Metode deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa
umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu
kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
Penalaran deduktif menarik kesimpulan khusus dari premis yang lebih umum.
Jika premis benar dan cara penarikan kesimpulannya sah, maka dapat dipastikan hasil
kesimpulannya benar. Jika penalaran induktif erat kaitannya dengan statistika, maka
penalaran deduktif erat dengan matematika khususnya matematika logika dan teori
himpunan dan bilangan.
Menurut Aristoteles penalaran deduktif merupakan penalaran yang beralur dari
pernyataan-pernyataan yang bersifat umum menuju pada penyimpulan yang bersifat
khusus.
Contoh 1 :

Premis 1 : Semua hewan punya mata

Premis 2: Kucing termasuk hewan

Kesimpulan : Kucing punya mata

Contoh 2 :

Premis 1 : Barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi

Premis 2 : Laptop adalah barang elektronik

Kesimpulan : Laptop membutuhkan daya listrik untuk beroperasi

3. KONSEP SILOGISME, ENTINEM, GENERALISASI DAN ANALOGI

a. Silogisme
Silogisme merupakan suatu cara penalaran yang formal. Silogisme
termasuk dalam penalaran deduktif Silogisme adalah jenis penalaran deduktif
secara tidaklangsung. Silogisme merupakan penemuan terbesar dari ahli filsafat
terkenal,Aristoteles.

Penalaran dalam bentuk ini jarang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.


Kita lebih sering mengikuti polanya saja, meskipun kadang-kadang secara tidak
sadar.Silogisme terdiri atas dua premis dan satu kesimpulan. Kedua premis
tersebutadalah premis umum (PU) atau premis mayor dan premis khusus (PK)
atau premis minor.

Premis umum (PU) berisi pernyataan yang menyatakan semua anggota


kelompok atau kumpulan sesuatu yang memiliki sifat atau ciri tertentu. Premis
Khusus (PK) menyatakan seseorang / suatu anggota kelompok itu.

Contoh :

Premis Umum : Semua siswa kelas X sangat rajin.


Premis Khusus : Ara adalah siswa kelas X.
Kesimpulan : Ara sangat rajin.

Premis Umum : Semua unggas berkembangbiak dengan cara bertelur.


Premis Khusus : Ayam adalah binatang jenis unggas.
Kesimpulan : Ayam berkembang biak dengan cara bertelur.

Premis Umum : Semua siswa SMA Harapan Bangsa mengikuti outclass study.

Premis Khusus : Adi belajar di SMA Harapan Bangsa.


Kesimpulan : Adi mengikuti outclass study.

Premis Umum : Saya akan membeli mobil baru jika punya uang yang banyak.
Premis Khusus : Saya memiliki uang yang banyak.
Kesimpulan : Saya membeli mobil baru.

Premis Umum : Bayu bersekolah di SMA atau SMK.


Premis Khusus : Bayu bersekolah di SMK.
Kesimpulan : Bayu tidak bersekolah di SMA.

Secara singkat silogisme dapat dituliskan

JikaA=B dan B=C maka A=C.


Jenis-jenis silogisme :

1) Silogisme katagorial
Silogisme ini merupakan silogisme dimana semua proporsinya merupakan
katagorial. Kemudian proporsisi yang mengandung silogisme disebut dengan
premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang
termnya menjadi predikat), dan premis minor (premis yang termnya menjadi
subjek).

Silogisme kategoris adalah silogisme yang terdiri dari tiga proposisi


(premis) kategoris. Contoh silogisme kategoris:

Semua manusia adalah makhluk berakal budi (premis mayor)

Afdan adalah manusia (premis minor)

Jadi, Afdan adalah makhluk berakal budi (kesimpulan)

2) Silogisme hipotesis
Silogisme hipotesis adalah silogisme yang premis mayornya berupa
keputusan hipotesis dan premis minornya merupakan pernyataan
kategoris. Contoh :

Jika hari ini tidak hujan, saya akan ke rumah paman (premis mayor)

Hari ini tidak hujan (premis minor)

Maka, saya akan kerumah paman (kesimpulan).

3) Silogisme alternatif

Silogisme alternatif adalah silogisme yang premis mayornya premis


alternatif, premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya, dan
kesimpulannya menolak alternatif yang lain. Contoh :

Kakek berada di Bantaeng atau Makassar (premis mayor)

Kakek berada di Bantaeng (premis minor)

Jadi, kakek tidak berada di Makassar (kesimpulan)


4) Silogisme disjungtif
Silogisme disjungtif merupakan silogisme yang premis mayornya
merupakan disjungtif, sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang
mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor.

Contoh :
– Devan masuk sekolah atau tidak. (premis 1)
– Ternyata devan tidak masuk sekolah. (premis 2)
– Ia tidak masuk sekolah. (konklusi).

b. Entinem
Entinem adalah silogisme yang diperpendek. Entinem tidak peerlu
menyebutkan premis umum, tetapi langsung mengetengahkan simpulan dengan
premis khusus yang menjadi penyebabnya. Entinem ini biasanya berkaitan dengan
silogisme. Entinem sendiri merupakan kesimpulan dari silogisme.

Rumus entinem : C = B, Karena C = A

Contoh :

Premis Umum : Anak yang rajin pasti menjadi bintang kelas.

Premis Khusus : Andi adalah anak yang rajin.

Kesimpulan : Andi menjadi bintang kelas.

Entinem : Ari menjadi bintang kelas, karena ia anak yang rajin.

Premis Umum : Semua orang yang membuat banyak penelitian adalah sarjana
besar.

Premis Khusus : Prof. Budi Handoko membuat banyak penelitian.

Kesimpulan : Prof. Budi Handoko adalah sarjana besar.


Entinem : Prof. Budi Handoko melakukan banyak penelitian, karena ia adalah
sarjana besar.

Silogisme :

PU : Pegawai yang baik tidak mau menerima suap.


PK : Ali pegawai yang baik.
S : Ali tidak mau menerima suap.
Entinem

Ali tidak mau menerima suap, karena ia pegawai yang baik.


Penjelasan:
C = Ali ;ia
B = tidak mau menerima suap
A = pegawai yang baik
C = B, karena C = A
Contoh di atas silogisme yang dijadikan entinem. Jika entinem dapat
dikembalikan menjadi silogisme

Contoh
Entinem :
Badu harus bekerja keras, karena ia orang yang ingin sukses.
C : Badu
B : harus bekerja keras
A : orang yang ingin sukses
Silogisme :
PU : Semua orang yang ingin sukses harus bekerja keras.
PK : Badu orang yang ingin sukses.
S : Maka, Badu harus bekerja keras
c. Generalisasi
Menurut Gorys Keraf dalam buku Argumentasi dan Narasi, Generalisasi
adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual
untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua
fenomena tadi.

Di dalam buku Logika, Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang


bertolak dari sejumlah fenomena individual menuju kesimpulan umum yang
mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki.
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual
menuju kesimpulan umum.

Contoh::
Aluminium jika dipanaskan akan memuai
Besi jika dipanaskan akan memuai
Tembaga jika dipanaskan akan memuai
Nikel jika dipanaskan akan memuai

Generalisasinya, yaitu semua logam jika dipanaskan akan memuai.

Andika Pratama adalah bintang film, dan ia berwajah tampan.

Raffi Ahmad adalah bintang film, dan ia berwajah tampan.

Generalisasi: Semua bintang film berwajah tampan. Pernyataan “semua bintang


film berwajah tampan” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum
pernah diselidiki kebenarannya.

Contoh kesalahannya: Sapri juga bintang iklan, tetapi tidak berwajah tampan.

Macam-macam generalisasi :

Dari segi kuantitas fenomena yang menjadi dasar penyimpulan,


generalisasi dibedakan menjadi dua yaitu :

1) Generalisasi sempurna: Generalisasi dimana seluruh fenomena yang


menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh: sensus penduduk
2) Generalisasi tidak sempurna: Generalisasi dimana kesimpulan diambil dari
sebagian fenomenayang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang
belum diselidiki.

Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana


pantaloon.

Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna. Generalisasi yang tidak


sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian
yang benar.

d. Analogi

Analogi adalah membandingkan dua hal yang memiliki sifat yang sama.
cara ini berdasarkan pada sebuah asumsi bahwa jika sudah ada persamaan dalam
berbagai segi, maka nada persamaan pula dalam bidang yang lain. Jenis-jenis
analogi yaitu :

1) Analogi induktif
Analogi induktif analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada
pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada
fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua.

Analogi induktif merupakan suatu metode yang sangat bermanfaat untuk


membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan
yang terbukti terdapat pada dua barang khusus yang diperbandingkan. Contoh :

Tim Uber Indonesia mampu masuk babak final karena berlatih setiap hari. Maka
tim Thomas Indonesia akan masuk babak final jika berlatih setiap hari.

2) Analogi deklaratif :
Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau
menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang
sudah dikenal. Cara ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru menjadi dikenal
atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah kita ketahui
atau kita percayai. Contoh :

Untuk penyelenggaraan negara yang baik diperlukan sinergitas antara kepala


negara dengan warga negaranya.

Sebagaimana manusia, untuk mewujudkan perbuatan yang benar diperlukan


sinergitas antara akal dan hat
SALAH NALAR
1. Definisi Salah Nalar

Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-


hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan, juga
bisa merupakan Gagasan, pikiran, kepercayaan, atau simpulan yang salah, keliru,
atau cacat.
Salah nalar dapat terjadi di dalam proses berpikir untuk mengambil keputusan.
Hal ini terjadi karena ada kesalahan pada cara penarikan kesimpulan. Dalam
proses berpikir sering sekali kita keliru menafsirkan atau menarik kesimpulan,
kekeliruan ini dapat terjadi karena faktor emosional, kesalahan karena gagasan,
struktur kalimat, kecerobohan, atau ketidaktahuan.

2. Salah nalar ada dua macam

a. Salah nalar induktif, berupa :


 kesalahan karena generalisasi yang terlalu luas.
 kesalahan penilaian hubungan sebab-akibat.
 kesalahan analogi.
b. Kesalahan deduktif dapat disebabkan :
 kesalahan karena premis mayor tidak dibatasi.
 kesalahan karena adanya term keempat.
 kesalahan karena kesimpulan terlalu luas/tidak dibatasi.
 kesalahan karena adanya 2 premis negatif. Fakta atau data
yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak benar.

3. Macam-macam Salah Nalar

Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang tepat pada sasarannya.


Oleh karena itu, dalam berkomunikasi perlu untuk kita perhatikan kalimat dalam
berbahasa Indonesia secara cermat sehingga salah nalar dapat terminimalisasikan.
Ada beberapa macam salah nalar, yaitu sebagai berikut :
1. Generalisasi yang Terlalu Luas
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung generalisasi
tidak seimbang dengan besarnya generalisasi tersebut sehingga kesimpulan yang
diambil menjadi salah. Selain itu, salah nalar jenis ini terjadi dikarenakan
kurangnya data yang dijadikan dasar generalisasi, sikap “menggampangkan”,
malas untuk mengumpulkan dan menguji data secara memadai, atau ingin segera
meyakinkan orang lain dengan bahan yang terbatas.
Premis adalah kalimat atau proposisi yang dijadikan dasar penarikan simpulan di
dalam logika. Sementara itu yang dimaksud dengan generalisasi adalah perihal
membuat suatu gagasan lebih sederhana dari pada yang sebenarnya. Contoh
Generalisasi yang terlalu luas sebagai berikut:
 Setiap orang yang telah mengikuti Penataran P4 akan menjadi manusia
Pancasilais sejati.
 Anak-anak tidak boleh memegang barang porselen karena barang itu cepat
pecah.
Ada dua bentuk kesalahan generalisasi yang biasa muncul. Dua bentuk kesalahan
tersebut adalah sebagai berikut:

a. Generalisasi Sepintas
Kesalahan ini terjadi dikarenakan penulis membuat generalisasi berdasarkan data
atau evidensi yang sangat sedikit.
Contoh: Semua anak yang jenius akan sukses dalam belajar.
Pernyataan tersebut tidaklah benar karena kejeniusan atau tingkat intelegensi yang
tinggi bukan satu-satunya faktor penentu kesuksesan belajar anak. Masih banyak
faktor penentu lain yang terlibat seperti: motivasi belajar, sarana prasarana belajar,
keadaan lingkungan belajar, dan sebagainya.

b. Generalisasi Apriori
Salah nalar ini terjadi ketika seorang penulis melakukan generalisasi atas gejala
atau peristiwa yang belum diuji kebenaran atau kesalahannya. Kesalahan corak
penalaran ini sering ditimbulkan oleh prasangka. Karena suatu anggota dari suatu
kelompok, keluarga, ras atau suku, agama, negara, organisasi, dan pekerjaan atau
profesi, melakukan satu atau beberapa kesalahan, maka semua anggota kelompok
itu disimpulkan sama. Contoh: semua pejabat pemerintah melakukan tindakan
korupsi. Benarkah pernyataan tersebut? Silahkan Anda jawab.
2. Kerancuan Analogi
Salah nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain
dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian
persamaan pada segi yang lain. Analogi adalah persamaan atau persesuaian antara
dua benda atau hal yg berlainan, kiasan. Contoh dari kerancuan analogi adalah
sebagai berikut:
 Anto walaupun lulusan Akademi Amanah tidak dapat mengerjakan tugasnya
dengan baik.
 Pada hari senin Patriana kuliah mengendarai sepeda motor. Pada hari selasa
Patriana kuliah juga mengendarai sepeda motor. Pada hari rabu patriana kuliah
pasti mengendarai sepeda motor.
 Rektor harus memimpin universitas seperti jenderal memimpin devisi.

3. Kekeliruan kausalitas (sebab-akibat)


Kekeliruan kausalitas terjadi karena kekeliruan menentukan dengan tepat sebab
dari suatu peristiwa atau hasil (akibat) dari suatu peristiwa atau kejadian. Contoh
dari kekeliruan kausalitas (sebab-akibat) adalah sebagai berikut:
 Saya tidak bisa berenang karena tidak ada satupun keluarga saya yang dapat
berenang.
 Saya tidak dapat mengerjakan ujian karena lupa tidak sarapan.

4. Kesalahan Relevansi
Kesalahan ini akan terjadi jika antar premis tidak punya hubungan logika
dengan kesimpulan. Misalnya, bukti peristiwa atau alasan yang diajukan tidak
berhubungan atau tidak menunjang konklusi. Jadi, perlu berhati-hati, ketika
sebuah argumen bergantung pada premis yang tidak relevan dengan konklusi,
maka tidak mungkin dibangun kebenarannya. Terdapat beberapa jenis kesesatan
relevansi yang umum dikenal, berikut penjelasannya:
a. Argumentum ad hominem: terjadi jika kita berusaha agar orang lain
menerima atau menolak suatu usulan, tidak berdasarkan alasan penalaran, akan
tetapi karena alasan yang berhubungan dengan kepentingan si pembuat usul.
b. Argumentum ad verecundiam: terjadi karena orang yang mengemukakannya
adalah orang yang berwibawa dan dapat dipercaya, jadi bukan terjadi karena
penalaran logis.
c. Argumentum ad baculum (menampilkan kekuasaan): terjadi apabila orang
menolak atau menerima suatu argumen bukan atas dasar penalaran logis,
melainkan karena ancaman atau terror (bisa juga karena faktor
kekuatan/kekuasaan).
d. Argumentum ad populum (menampilkan emosi): artinya ialah ditujukan
untuk massa/rakyat. Pembuktian secara logis tidak diperlukan, dan mengutamakan
prinsip menggugah perasaan massa sehingga emosinya terbakar dan akhirnya
akan menerima sesuatu konklusi tertentu. Contoh sederhananya seperti
demonstrasi dan propaganda.
e. Argumentum ad misericordian (menampilkan rasa kasihan): disebabkan
karena adanya rasa belas kasihan. Maksudnya, penalaran ini ditunjukkan untuk
menimbulkan belas kasihan sehingga pernyataan dapat diterima, dan biasanya
berhubungan dengan usaha agar suatu perbuatan dimaafkan.
f. Post hoc propter hoc: terjadi karena orang menganggap sesuatu sebagai sebab,
padahal bukan. Pada suatu urutan peristiwa, orang menunjukkan apa yang terjadi
lebih dahulu adalah penyebab peristiwa yang terjadi sesudahnya, padahal bukan.
g. Petitio principii: berarti mengajukan pertanyaan dengan mengamsusikan
kebenaran dari apa yang berusaha untuk dibuktikan, dalam upaya untuk
membuktikannya. Dikenal dengan pernyataan berupa pengulangan prinsip dengan
prinsip.
h. Argumentum ad ignorantiam (argumen dari keridaktahuan): kesalahan terjadi
ketika berargumen bahwa proposisi adalah benar hanya atas dasar bahwa belum
terbukti salah, atau bahwa itu adalah salah karena belum terbukti benar
i. Ignorantia elenchi: terjadi karena tidak adanya hubungan logis antara premis
dan konklusi.
5. Penyandaran Terhadap Prestise Seseorang
Salah nalar disini terjadi karena penulis menyandarkan pada pendapat seseorang
yang hanya karena orang tersebut terkenal atau sebagai tokoh masyarakat namun
bukan ahlinya. Agar tidak terjadi salah nalar karena faktor penyebab ini, maka
perlu di patuhi rambu-rambu sebagai berikut:
a. Orang itu diakui keahliannya oleh orang lain.
b. Pernyataan yang dibuat berkenaan dengan keahliannya, dan relevan dengan
persoalan yang dibahas.
c. Hasil pemikirannya dapat diuji kebenarannya.
Hal tersebut mengindikasikan kita sebagai penulis tidak boleh asal mengutip
semata-mata karena orang tersebut merupakan orang terpandang, terkenal atau
kaya raya dan baik status sosial ekonominya.

Mengapa Salah Nalar Sering Terjadi

Salah nalar sering terjadi karena disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu
sehingga mengakibatkan terjadinya pergeseran maksud. Contoh penyebab yang
salah nalar adalah sebagai berikut:
a. Hendra mendapat kenaikan jabatan setelah ia memperhatikan dan mengurusi
makam leluhurnya.
b. Anak wanita dilarang duduk di depan pintu agar tidak susah jodohnya.

6. Faktor Penyebab Terjadinya Salah Nalar

Terjadinya salah nalar, disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut


adalah sebagai berikut:
a. Analogi yang Salah
Salah nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain
dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian
persamaan pada segi yang lain.
Contoh: Anto walaupun lulusan Akademi Amanah tidak dapat mengerjakan
tugasnya dengan baik.
b. Argumentasi Bidik Orang
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat seseorang
dengan tugas yang diembannya.
Contoh: Program keluarga berencana tidak dapat berjalan di desa kami karena
petugas penyuluhannya memiliki enam orang anak

7. Cara Mengatasi dan Menghindari Salah Nalar

Ada beberapa cara untuk mengatasi dan menghindari salah nalar. Cara-cara
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Memilih kata dengan baik
b. Harus mengetahui teori dasar dalam berpikir
c. Sering membaca buku agar memiliki wawasan yang luas
d. Memikirkan perkataan atau kalimat sebelum diucapkan
e. Menguasai bahasa Indonesia dengan baik dan benar
f. Jangan menyimpulkan premis dengan cepat
g. Dapat berkomunikasi dengan baik
h. Tidak cepat menafsirkan atau menarik kesimpulan sebelum dikaji terlebih
dahulu kebenarannya; dan lain-lain.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubungkan fakta-
fakta atau data yang sistematik menuju suatu kesimpulan berupa pengetahuan. Terdapat
dua jenis metode penalaran yaitu penalaran deduktif dan induktif.

Metode induktif adalah suatu penalaran yang berpangkal dari peristiwa khusus
sebagai hasi pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan
baru yang bersifat umum.

Metode deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa
umum yang kesimpulannya berupa pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.

Bentuk bentuk penalaran antara lain silogisme, entinem, generalisasi dan analogi.
Silogisme merupakan suatu cara penalaran yang formal, entinem merupakan kesimpulan
dari silogisme, generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena
individual menuju kesimpulan umum dan analogi adalah membandingkan dua hal yang
memiliki sifat yang sama.

Pada intinya penalaran berguna untuk menambah daya berpikir logika


sehingga menimbulkan disiplin intelektual untuk memperoleh kebenaran dan
menghindari kesesatan.

B. Saran
Adapun saran untuk perbaikan makalah ini yaitu sebagai berikut :

1. Diharapkan pendidik dapat memahami perkembangan peserta didik dalam proses


pendidikan.
2. Diharapkan pembaca dapat memanfaatkan makalah ini sebaik- baiknya.
3. Perlunya pemahaman mengenai ilmu psikologi pendidikan secara luas agar
memahami kepribadian peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA

Prayoga, bachtiar. (2016).“Makalah Pemikiran dan Penalaran”.[online]


Tersedia : http://venusmerah.blogspot.co.id/2016/01/makalah-pemikiran-dan-
penalaran.html (10 Oktober 2016)

Saumaiyah, fauzia. (2014).“Pengertian Silogisme, Generalisasi, dan Analogi”.[online]


https://fauziauzhe.wordpress.com/2014/11/03/pengertian-silogisme-generalisasi-
dan-analogi/ (12 Oktober 2016)
Mutiara, suci.(2013).”Pengertian dan macam – macam penalaran” .[online]

http://sucimutiara10.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-penalaran- dan-macam-
macam.html (12 Oktober 2016)
Gagan, acep.(2013).”Silogisme dan Entimen”.[online]
http://acepgagan.blogspot.co.id/2013/01/silogisme-entimem.html
(12 Oktober 2016)
Eko, ras.(2011).”Macam – macam generalisasi”.[online]
http://www.ras-eko.com/2011/03/generalisasi-macam-macam-
generalisasi.html?m=0(12 Oktober 2016)
Goregrind, apik. (2014).”Penalaran induktif”.[online]
http://apikgoregrind.blogspot.com/2014/03/pengertian-penalaran-induktif.html
(12 Oktober 2016)
http://ragambahasakita.blogspot.com/2016/05/pengertian-silogisme-dan-
entimen.html

Anda mungkin juga menyukai