BAHASA INDONESIA
PENALARAN
DOSEN PEMBIMBING:
NUDIA YULTISA,SS.MS
DISUSUN OLEH :
VIKA DILLA WINALDA SARAGI
MELANI SYAHPUTRI
MALIA ROSANDI
SRI RAHAYU
SERLY LYNOVA
ARIS KUSNAIDI
FAKULTAS PERTANIAN
PRODI AGRBISNIS
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN PENALARAN
2. METODE DALAM PENALARAN
a. Metode Induktif
b. Metode Deduktif
3. KONSEP SILOGISME, ENTINEM, GENERALISASI DAN ANALOGI
a. Silogisme
b. Entinem
c. Generalisasi
d. Analogi
BAB III SALAH NALAR
A. PENGERTIAN SALAH PAHAM
B. MACAM-MACAM SALAH NALAR
1. GENERALISASI YANG TERLALU LUAS
a. Generalisasi sepintas
b. Generalisasi apriori
2. KERANCUAN ANALOGI
3. KEKELIRUAN KAUSALITAS (SEBAB-AKIBAT)
4. KESALAHAN RELEVANSI
C. MENGAPA SALAH NALAR TERJADI
D. FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA SALAH NALAR
E. CARA MENGATASI DAN MENGHINDARI SALAH NALAR
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Pendidikan Bahasa Indonesia yang berjudul
“Penalaran” dengan tepat waktu.
Dalam penulisan makalah ini kami selaku penulis, tidak sedikit menemukan beberapa
hambatan. Namun berkat kerja keras, kekompakkan serta dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
PENDAHULUAN
Pencarian pengetahuan yang benar harus berlangsung menurut prosedur atau kaedah
hukum, yaitu berdasarkan logika. Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut dengan
pengetahuan ilmiah. Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis
penalaran, yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif. Penalaran deduktif merupakan
prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau
diyakini dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan yang bersifat lebih lebih khusus.
Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai
hasil pengamatan empiric dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang
bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran dedukatif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah yang
ditekankan adalah :
D. Manfaat
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN PENALARAN
Pendefinisian Penalaran :
Terdapat dua jenis metode penalaran yaitu penalaran deduktif dan induktif.
a. Metode Induktif
Metode induktif adalah suatu penalaran yang berpangkal dari peristiwa
khusus sebagai hasi pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau
pengetahuan baru yang bersifat umum.
Menurut Smart, Penalaran induktif adalah penalaran yang memberlakukan
atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Dan menurut
Suriasumantri, penalaran induktif adalah proses penarikan kesimpulan dari kasus-
kasus yang bersifat individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum.
Penalaran induktif adalah penalaran yang mengambil contoh-contoh
khusus yang khas untuk kemudian diambil kesimpulan yang lebih umum.
Penalaran ini memudahkan untuk memetakan suatu masalah sehingga dapat
dipakai dalam masalah lain yang serupa. catatan bagaimana penalaran induktif ini
bekerja adalah, meski premis-premis yang diangkat benar dan cara penarikan
kesimpulannya sah, kesimpulannya belum tentu benar. tapi kesimpulan tersebut
mempunyai peluang untuk benar.
Penalaran induktif membutuhkan banyak sampel untuk mempertinggi
tingkat ketelitian premis yang diangkat. untuk itu penalaran induktif erat dengan
pengumpulan data dan statistic. Penalaran ini lebih banyak berpijak pada
observasi inderawi atau empirik.
Contoh 1 :
v Premis 1 : Ani bersekolah dengan memakai seragam merah putih karena masih SD
Premis 2 :Anton Bersekolah dengan memaki seragam merah putih karena dia
masih SD.
Kesimpulan: Semua siswa yang masih SD memakai seragam merah putih saat
bersekolah.
Contoh 2 :
b. Metode Deduktif
Metode deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa
umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu
kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
Penalaran deduktif menarik kesimpulan khusus dari premis yang lebih umum.
Jika premis benar dan cara penarikan kesimpulannya sah, maka dapat dipastikan hasil
kesimpulannya benar. Jika penalaran induktif erat kaitannya dengan statistika, maka
penalaran deduktif erat dengan matematika khususnya matematika logika dan teori
himpunan dan bilangan.
Menurut Aristoteles penalaran deduktif merupakan penalaran yang beralur dari
pernyataan-pernyataan yang bersifat umum menuju pada penyimpulan yang bersifat
khusus.
Contoh 1 :
Contoh 2 :
a. Silogisme
Silogisme merupakan suatu cara penalaran yang formal. Silogisme
termasuk dalam penalaran deduktif Silogisme adalah jenis penalaran deduktif
secara tidaklangsung. Silogisme merupakan penemuan terbesar dari ahli filsafat
terkenal,Aristoteles.
Contoh :
Premis Umum : Semua siswa SMA Harapan Bangsa mengikuti outclass study.
Premis Umum : Saya akan membeli mobil baru jika punya uang yang banyak.
Premis Khusus : Saya memiliki uang yang banyak.
Kesimpulan : Saya membeli mobil baru.
1) Silogisme katagorial
Silogisme ini merupakan silogisme dimana semua proporsinya merupakan
katagorial. Kemudian proporsisi yang mengandung silogisme disebut dengan
premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang
termnya menjadi predikat), dan premis minor (premis yang termnya menjadi
subjek).
2) Silogisme hipotesis
Silogisme hipotesis adalah silogisme yang premis mayornya berupa
keputusan hipotesis dan premis minornya merupakan pernyataan
kategoris. Contoh :
Jika hari ini tidak hujan, saya akan ke rumah paman (premis mayor)
3) Silogisme alternatif
Contoh :
– Devan masuk sekolah atau tidak. (premis 1)
– Ternyata devan tidak masuk sekolah. (premis 2)
– Ia tidak masuk sekolah. (konklusi).
b. Entinem
Entinem adalah silogisme yang diperpendek. Entinem tidak peerlu
menyebutkan premis umum, tetapi langsung mengetengahkan simpulan dengan
premis khusus yang menjadi penyebabnya. Entinem ini biasanya berkaitan dengan
silogisme. Entinem sendiri merupakan kesimpulan dari silogisme.
Contoh :
Premis Umum : Semua orang yang membuat banyak penelitian adalah sarjana
besar.
Silogisme :
Contoh
Entinem :
Badu harus bekerja keras, karena ia orang yang ingin sukses.
C : Badu
B : harus bekerja keras
A : orang yang ingin sukses
Silogisme :
PU : Semua orang yang ingin sukses harus bekerja keras.
PK : Badu orang yang ingin sukses.
S : Maka, Badu harus bekerja keras
c. Generalisasi
Menurut Gorys Keraf dalam buku Argumentasi dan Narasi, Generalisasi
adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual
untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua
fenomena tadi.
Contoh::
Aluminium jika dipanaskan akan memuai
Besi jika dipanaskan akan memuai
Tembaga jika dipanaskan akan memuai
Nikel jika dipanaskan akan memuai
Contoh kesalahannya: Sapri juga bintang iklan, tetapi tidak berwajah tampan.
Macam-macam generalisasi :
d. Analogi
Analogi adalah membandingkan dua hal yang memiliki sifat yang sama.
cara ini berdasarkan pada sebuah asumsi bahwa jika sudah ada persamaan dalam
berbagai segi, maka nada persamaan pula dalam bidang yang lain. Jenis-jenis
analogi yaitu :
1) Analogi induktif
Analogi induktif analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada
pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada
fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua.
Tim Uber Indonesia mampu masuk babak final karena berlatih setiap hari. Maka
tim Thomas Indonesia akan masuk babak final jika berlatih setiap hari.
2) Analogi deklaratif :
Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau
menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang
sudah dikenal. Cara ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru menjadi dikenal
atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah kita ketahui
atau kita percayai. Contoh :
a. Generalisasi Sepintas
Kesalahan ini terjadi dikarenakan penulis membuat generalisasi berdasarkan data
atau evidensi yang sangat sedikit.
Contoh: Semua anak yang jenius akan sukses dalam belajar.
Pernyataan tersebut tidaklah benar karena kejeniusan atau tingkat intelegensi yang
tinggi bukan satu-satunya faktor penentu kesuksesan belajar anak. Masih banyak
faktor penentu lain yang terlibat seperti: motivasi belajar, sarana prasarana belajar,
keadaan lingkungan belajar, dan sebagainya.
b. Generalisasi Apriori
Salah nalar ini terjadi ketika seorang penulis melakukan generalisasi atas gejala
atau peristiwa yang belum diuji kebenaran atau kesalahannya. Kesalahan corak
penalaran ini sering ditimbulkan oleh prasangka. Karena suatu anggota dari suatu
kelompok, keluarga, ras atau suku, agama, negara, organisasi, dan pekerjaan atau
profesi, melakukan satu atau beberapa kesalahan, maka semua anggota kelompok
itu disimpulkan sama. Contoh: semua pejabat pemerintah melakukan tindakan
korupsi. Benarkah pernyataan tersebut? Silahkan Anda jawab.
2. Kerancuan Analogi
Salah nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain
dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian
persamaan pada segi yang lain. Analogi adalah persamaan atau persesuaian antara
dua benda atau hal yg berlainan, kiasan. Contoh dari kerancuan analogi adalah
sebagai berikut:
Anto walaupun lulusan Akademi Amanah tidak dapat mengerjakan tugasnya
dengan baik.
Pada hari senin Patriana kuliah mengendarai sepeda motor. Pada hari selasa
Patriana kuliah juga mengendarai sepeda motor. Pada hari rabu patriana kuliah
pasti mengendarai sepeda motor.
Rektor harus memimpin universitas seperti jenderal memimpin devisi.
4. Kesalahan Relevansi
Kesalahan ini akan terjadi jika antar premis tidak punya hubungan logika
dengan kesimpulan. Misalnya, bukti peristiwa atau alasan yang diajukan tidak
berhubungan atau tidak menunjang konklusi. Jadi, perlu berhati-hati, ketika
sebuah argumen bergantung pada premis yang tidak relevan dengan konklusi,
maka tidak mungkin dibangun kebenarannya. Terdapat beberapa jenis kesesatan
relevansi yang umum dikenal, berikut penjelasannya:
a. Argumentum ad hominem: terjadi jika kita berusaha agar orang lain
menerima atau menolak suatu usulan, tidak berdasarkan alasan penalaran, akan
tetapi karena alasan yang berhubungan dengan kepentingan si pembuat usul.
b. Argumentum ad verecundiam: terjadi karena orang yang mengemukakannya
adalah orang yang berwibawa dan dapat dipercaya, jadi bukan terjadi karena
penalaran logis.
c. Argumentum ad baculum (menampilkan kekuasaan): terjadi apabila orang
menolak atau menerima suatu argumen bukan atas dasar penalaran logis,
melainkan karena ancaman atau terror (bisa juga karena faktor
kekuatan/kekuasaan).
d. Argumentum ad populum (menampilkan emosi): artinya ialah ditujukan
untuk massa/rakyat. Pembuktian secara logis tidak diperlukan, dan mengutamakan
prinsip menggugah perasaan massa sehingga emosinya terbakar dan akhirnya
akan menerima sesuatu konklusi tertentu. Contoh sederhananya seperti
demonstrasi dan propaganda.
e. Argumentum ad misericordian (menampilkan rasa kasihan): disebabkan
karena adanya rasa belas kasihan. Maksudnya, penalaran ini ditunjukkan untuk
menimbulkan belas kasihan sehingga pernyataan dapat diterima, dan biasanya
berhubungan dengan usaha agar suatu perbuatan dimaafkan.
f. Post hoc propter hoc: terjadi karena orang menganggap sesuatu sebagai sebab,
padahal bukan. Pada suatu urutan peristiwa, orang menunjukkan apa yang terjadi
lebih dahulu adalah penyebab peristiwa yang terjadi sesudahnya, padahal bukan.
g. Petitio principii: berarti mengajukan pertanyaan dengan mengamsusikan
kebenaran dari apa yang berusaha untuk dibuktikan, dalam upaya untuk
membuktikannya. Dikenal dengan pernyataan berupa pengulangan prinsip dengan
prinsip.
h. Argumentum ad ignorantiam (argumen dari keridaktahuan): kesalahan terjadi
ketika berargumen bahwa proposisi adalah benar hanya atas dasar bahwa belum
terbukti salah, atau bahwa itu adalah salah karena belum terbukti benar
i. Ignorantia elenchi: terjadi karena tidak adanya hubungan logis antara premis
dan konklusi.
5. Penyandaran Terhadap Prestise Seseorang
Salah nalar disini terjadi karena penulis menyandarkan pada pendapat seseorang
yang hanya karena orang tersebut terkenal atau sebagai tokoh masyarakat namun
bukan ahlinya. Agar tidak terjadi salah nalar karena faktor penyebab ini, maka
perlu di patuhi rambu-rambu sebagai berikut:
a. Orang itu diakui keahliannya oleh orang lain.
b. Pernyataan yang dibuat berkenaan dengan keahliannya, dan relevan dengan
persoalan yang dibahas.
c. Hasil pemikirannya dapat diuji kebenarannya.
Hal tersebut mengindikasikan kita sebagai penulis tidak boleh asal mengutip
semata-mata karena orang tersebut merupakan orang terpandang, terkenal atau
kaya raya dan baik status sosial ekonominya.
Salah nalar sering terjadi karena disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu
sehingga mengakibatkan terjadinya pergeseran maksud. Contoh penyebab yang
salah nalar adalah sebagai berikut:
a. Hendra mendapat kenaikan jabatan setelah ia memperhatikan dan mengurusi
makam leluhurnya.
b. Anak wanita dilarang duduk di depan pintu agar tidak susah jodohnya.
Ada beberapa cara untuk mengatasi dan menghindari salah nalar. Cara-cara
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Memilih kata dengan baik
b. Harus mengetahui teori dasar dalam berpikir
c. Sering membaca buku agar memiliki wawasan yang luas
d. Memikirkan perkataan atau kalimat sebelum diucapkan
e. Menguasai bahasa Indonesia dengan baik dan benar
f. Jangan menyimpulkan premis dengan cepat
g. Dapat berkomunikasi dengan baik
h. Tidak cepat menafsirkan atau menarik kesimpulan sebelum dikaji terlebih
dahulu kebenarannya; dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubungkan fakta-
fakta atau data yang sistematik menuju suatu kesimpulan berupa pengetahuan. Terdapat
dua jenis metode penalaran yaitu penalaran deduktif dan induktif.
Metode induktif adalah suatu penalaran yang berpangkal dari peristiwa khusus
sebagai hasi pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan
baru yang bersifat umum.
Metode deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa
umum yang kesimpulannya berupa pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
Bentuk bentuk penalaran antara lain silogisme, entinem, generalisasi dan analogi.
Silogisme merupakan suatu cara penalaran yang formal, entinem merupakan kesimpulan
dari silogisme, generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena
individual menuju kesimpulan umum dan analogi adalah membandingkan dua hal yang
memiliki sifat yang sama.
B. Saran
Adapun saran untuk perbaikan makalah ini yaitu sebagai berikut :
http://sucimutiara10.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-penalaran- dan-macam-
macam.html (12 Oktober 2016)
Gagan, acep.(2013).”Silogisme dan Entimen”.[online]
http://acepgagan.blogspot.co.id/2013/01/silogisme-entimem.html
(12 Oktober 2016)
Eko, ras.(2011).”Macam – macam generalisasi”.[online]
http://www.ras-eko.com/2011/03/generalisasi-macam-macam-
generalisasi.html?m=0(12 Oktober 2016)
Goregrind, apik. (2014).”Penalaran induktif”.[online]
http://apikgoregrind.blogspot.com/2014/03/pengertian-penalaran-induktif.html
(12 Oktober 2016)
http://ragambahasakita.blogspot.com/2016/05/pengertian-silogisme-dan-
entimen.html