Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PROSES PENALARAN ILMIAH SECARA MEMADAI

Dosen Pengampu

DEWI PRAMESTUTI, M.Pd

Disusun oleh :

Kelompok C

Aprelia Lestary (21.01.01.009)


I Gede Dede Adnyana (21.01.01.027)
Septiana Ike Setyarini (21.01.01.004)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA HINDU


SEKOLAH TINGGI HINDU DHARMA
KLATEN
2021
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puja dan Puji Syukur saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, karena atas Asung Kertha Wara NugrahanNya lah makalah yang berjudul
“Makalah Proses Penalaran Ilmiah Secara Memadai” ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas serta membantu
mengembangkan kemampuan pemahaman pembaca terhadap Proses Penalaran
Ilmiah Secara Memadai. Pemahaman tersebut dapat dipahami melalui
pendahuluan, pembahasan masalah, serta penarikan garis kesimpulan dalam
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan Makalah ini berjalan atas dukungan dari
segala pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan rasa hormat
kepada seluruh pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis
miliki sehingga ada kekurangan dalam penyusunan tugas ini. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Akhir kata semoga tugas ini bermanfaat bagi penyusun khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Om Santih, Santih, Santih Om

Klaten, 24 September 2021

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Tujuan........................................................................................................2

C. Rumusan Masalah.....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Pembahasan...............................................................................................3

BAB III PENUTUP.................................................................................................9

A. Kesimpulan................................................................................................9

B. Saran..........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pencarian pengetahuan yang benar harus berlangsung menurut
prosedur atau kaedah hukum, yaitu berdasarkan logika. sedangkan aplikasi
dari logika dapat disebut dengan penalaran dan pengetahuan yang benar
dapat disebut dengan pengetahuan ilmiah. Penalaran memiliki pengertian
yang berbeda-beda seperti yang dikemukaan oleh para ahli yang
menyatakan bahwa penalaran adalah bentuk khusus dari berpikir dalam
upaya pengambilan penyimpulan konklusi yang dgambarkan premis,
simpulan berbagai pengetahuan dan keyakinan mutakhir
menstransformasikan informasi yang diberikan untuk menelaah konklusi
Menurut Sumartini (2015) penalaran adalah proses berpikir yang
dilakukan dengan suatu cara untuk menarik kesimpulan. Kesimpulan yang
diperoleh dari hasil bernalar, didasarkan pada pengamatan datadata yang
ada sebelumnya dan telah diuji kebenarannya. Hal ini sejalan dengan
pendapat yang mengemukakan bahwa penalaran adalah suatu proses atau
suatu aktifitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat
suatu pernyataan baru yang benar berdasar pada beberapa pernyataan yang
kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya.
Secara garis besar penalaran terbagi menjadi dua, yaitu penalaran
deduktif dan penalaran induktif. Penalaran deduktif merupakan penarikan
kesimpulan dari hal yang umum menuju hal yang khusus berdasarkan
fakta-fakta yang ada. Menurut Pesce (dalam Sumarmo, 1987), penalaran
deduktif adalah proses penalaran dan pengetahuan prinsip atau
pengalaman umum yang menuntun kita memperoleh kesimpulan untuk
sesuatu yang khusus.
Penalaran induktif merupakan suatu proses berpikir dengan
mengambil suatu kesimpulan yang bersifat umum atau membuat suatu
pernyataan baru dari kasus-kasus yang khusus. Penalaran induksi adalah
proes penalaran yang menurunkan prinsip atau aturan umum dari
pengamatan hal-hal atau contoh-contoh khusus. Penalaran induktif
merupakan proses penalaran yang kesimpulannya diturunkan dari premis-
premisnya dengan suatu probabilitas.
Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan
teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala. penalaran
induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus
sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan
atau pengetahuan baru yang bersifat umum. dengan demikian, untuk
mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua penalaran tersebut dapat
digunakan secara bersama-sama dan saling mengisi, dan dilaksanakan
dalam suatu wujud penelitian ilmiah yang menggunakan metode ilmiah
dan taat pada hukum-hukum logika.

1
B. Tujuan
1. Apa yang dimaksud dengan penalaran deduktif?
2. Apa yang dimaksud dengan penalaran induktif ?
3. Apa yang dimaksud dengan salah nalar?

C. Rumusan Masalah
1. Mampu mengetahui definisi penalaran deduktif
2. Mampu mengetahui definisi penalaran induktif.
3. Mampu memahami tentang kesalahan penalaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Penalaran memiliki pengertian yang berbeda-beda seperti yang
dikemukaan oleh para ahli yang menyatakan bahwa penalaran adalah
bentuk khusus dari berpikir dalam upaya pengambilan penyimpulan
konklusi yang dgambarkan premis, simpulan berbagai pengetahuan dan
keyakinan mutakhir menstransformasikan informasi yang diberikan untuk
menelaah konklusi Menurut Sumartini (2015) penalaran adalah proses
berpikir yang dilakukan dengan suatu cara untuk menarik kesimpulan.
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil bernalar, didasarkan pada
pengamatan datadata yang ada sebelumnya dan telah diuji kebenarannya.
Hal ini sejalan dengan pendapat yang mengemukakan bahwa penalaran
adalah suatu proses atau suatu aktifitas berpikir untuk menarik suatu
kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasar pada
beberapa pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau
diasumsikan sebelumnya.
Secara garis besar penalaran terbagi menjadi dua, yaitu penalaran
deduktif dan penalaran induktif. Penalaran deduktif merupakan penarikan
kesimpulan dari hal yang umum menuju hal yang khusus berdasarkan
fakta-fakta yang ada. Penalaran deduktif adalah proses penalaran dan
pengetahuan prinsip atau pengalaman umum yang menuntun kita
memperoleh kesimpulan untuk sesuatu yang khusus. Penalaran induktif
merupakan suatu proses berpikir dengan mengambil suatu kesimpulan
yang bersifat umum atau membuat suatu pernyataan baru dari kasus-kasus
yang khusus. Penalaran induksi adalah proes penalaran yang menurunkan
prinsip atau aturan umum dari pengamatan hal-hal atau contoh-contoh
khusus. Penalaran induktif merupakan proses penalaran yang
kesimpulannya diturunkan dari premis-premisnya dengan suatu
probabilitas.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita kerap menghadapi masalah,
peristiwa, dan pilihan yang mengharuskan diri kita untuk dapat
memahami, menghadapi serta mencari solusi. Disinilah peran penalaran
kita butuhkan dalan mencapai tujuan mencari jalan keluar. Sebab dengan
penalaran, kita dapat mengetahui cara atau tahapan dalam proses
pemahaman dan penarikan kesimpulan sehingga menghasilkan sebuah
informasi. Di dalam proses penalaran kita juga telah merasakan proses
berfikir secara induktif, yang merupakan cara berfikir dimana dalam
menarik suatu kesimpulan dimulai dari yang bersifat umum dari berbagai
kasus ke yang bersifat individual.
Sedangkan berfikir deduktif yaitu cara berfikir dalam rangka menarik
kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus
(individual) kemudian dilanjutkan dengan pernyataan bersifat umum.

3
Yang dimana fungsi dari proses tersebut sangat dibutuhkan pada saat
menarik kesimpulan[ CITATION Sya17 \l 1033 ].
Penalaran Ilmiah adalah suatu proses berfikir dengan menghubungkan-
menghubungkan bukti, fakta, atau petunjuk menuju suatu kesimpulan.
Dengan kata alur dari pernyataan lain, penalaran adalah proses berfikir
yang sistematis dalam logis untuk memperoleh sebuah kesimpulan atau
informasi yang sebelumnya tidak diketahui. Bahan pengambilan keputusan
dapat berupa fakta, informasi, pengalaman, atau pendapat para ahli
[ CITATION Fat15 \l 1033 ].
Berikut ini merupakan ciri-ciri penalaran ilmiah :
1. Logis. Ditimbang secara objektif dan didasarkan pada data.
2. Analisis Ditelaah, dicermati, didekati, didalami dan dikaitkan
secara
relevan sehingga membentuk suatu pola piker tertentu.
3. Rasional Fakta atau kenyataan yang dapat diamati dan dipikirkan
secara mendalam[ CITATION Jus16 \l 1033 ].

Tujuan dari penalaran ilmiah ini adalah untuk menentukan secara logis
atau objektif, sehingga kita dapat mengetahui apakah yang kita lakukan
dan laksanakan itu benar atau salah. Penalaran ilmiah dimaksudkan
sebagai kemampuan berpikir sistematis dan logis untuk menyelesaikan
masalah dengan menggunakan metode ilmiah, meliputi proses
mengevaluasi fakta, membuat prediksi dan hipotesis, menentukan dan
mengontrol variabel, merancang dan melakukan eksperimen,
mengumpulkan data, menganalisis data dan mengambil kesimpulan.
Penalaran ilmiah sangat penting untuk dilatihkan karena merupakan
landasan dari proses penemuan dan juga menjadi dasar bagi perkembangan
keterampilan lain seperti keterampilan berpikir kritis (berpikir tingkat
tinggi) dan pemecahan masalah
(Handayai dkk., 2020).

Metode berpikir deduktif adalah suatu metode berpikir yang


menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya
dihubungkan dalam bagian-bagian yang khusus. Hal ini adalah suatu
sistem penyusunan fakta yang telah diketahui sebelumnya guna mencapai
suatu kesimpulan yang logis. Dalam penalaran deduktif, dilakukan melalui
serangkaian pernyataan yang disebut silogisme dan terdiri atas beberapa
unsur yaitu:
-Dasar pemikiran utama (premis mayor)
-Dasar pemikiran kedua (premis minor)
4
Kesimpulan
Contoh:
Premis mayor: Semua manusia bisa bernafas
Premis minor: Bob adalah manusia
Kesimpulan: Bob bisa bernafas
- Jenis-jenis Silogisme
Silogisme dibedakan menjadi 4 jenis yaitu, Silogisme Kategorik,
Silogisme Hipotetik, Silogisme Alternatif, dan Entimen.
1. Silogisme Kategorik adalah
Selogisme yang semua pernyataan berupa kategorik, silogisme
kategorik memiliki premis mayor berupa kategorik yang menjadi
predikat, sedangkan premis minor menjadi subjek.
Contoh :
Mayor : Semua warga negara Indonesia wajib mengikuti pemilu
Minor : Haris adalah warga negara Indonesia
Kesimpulan : Haris wajib mengikuti pemilu
2. Silogisme hipotetik
Yang dimaksud dengan silogisme hipotetik itu adalah suatu
argumen/pendapat yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik,
sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik.
Contoh :
Mayor : Apabila saya lapar, saya makan roti
Minor : Sekarang saya lapar
Kesimpulan: Jadi, saya makan roti
3. Silogisme alternative
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis
mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif itu bila premis
minornya membenarkan salah satu alternatifnya.
Contoh :
Mayor : Raka tinggal di Klaten atau Jogja
Minor : Raka tinggal di Klaten
Kesimpulan : Jadi, Raka tidak tinggal di Jogja
4. Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Baik
dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor
dan kesimpulannya.
Contoh :
PK : Ari adalah anak yang pintar
K : Ari rajin belajar
Entimen : Ari rajin belajar, karena ia anak pintar

Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa


khusus sebagai hasil pengamatan empirik untuk menentukan kesimpulan
yang bersifat umum.
1. Generalisasi
5
Proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang
mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat
umum.
Contoh :
Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
Jadi, jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.
2. Analogi
Cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang
mempunyai sifat yang sama.
Contoh :
Pernyataan 1 : Rika rajin pergi ke perpustakaan untuk membaca buku.
Pernyataan 2 : Dian senang mengunjungi toko buku untuk membeli
buku bacaan.
Kesimpulan : Sama seperti Rika, Dian juga rajin membaca buku.
3. Hubungan Kausal
Adalah penalaran yang diperoleh dari peristiwa yang memiliki
hubungan sebab-akibat.
Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Ada 3 jenis hubungan kausal :
a. Hubungan sebab-akibat
Yaitu dimulai dengan mengemukakan fakta yang menjadi
sebab dan sampai kepada kesimpulan yang menjadi akibat.
Contoh :
Akibat : Ani malas makan dan sering telat makan
Akibat : Ani sakit maag
Kesimpulan : Karena Ani malas makan dan sering telat makan, Ani
sakit maag.
b. Hubungan akibat-sebab.
Yaitu dimulai dengan fakta yang menjadi akibat, kemudian dari
fakta itu dianalisis untuk mencari sebabnya.
Contoh :
Akibat : Andika tidak lulus
Sebab : Andika tidak belajar dengan sungguh-sungguh
Kesimpulan : Andika tidak lulus karena tidak belajar dengan
sungguh-sungguh.

c. Hubungan sebab-akibat1-akibat2
Yaitu dimulai dari suatu sebab yang dapat menimbulkan
serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang
menimbulkan akibat kedua.
Contoh :
Akibat : Terjadi Krisis moneter dan hyper inflasi
Sebab : Pemerintah mencetak terlalu banyak uang
6
Kesimpulan : Krisis moneter dan hyper inflasi terjadi karena
pemerintah terlalu banyak mencetak uang.

Dalam ucapan atau tulisan kerap kali kita dapati pernyataan yang
mengandung kesalahan. Ada kesalahan yang terjadi secara tak sadar
karena kelelahan atau kondisi mental yang kurang menyenangkan, seperti
salah ucap atau salah tulis misalnya. Ada pula kesalahan yang terjadi
karena ketidaktahuan, disamping kesalahan yang sengaja dibuat untuk
tujuan tertentu. Kesalahan yang kita persoalkan disini adalah kesalahan
yang berhubungan dengan proses penalaran yang kita sebut salah nalar.
Pembahasan ini akan mencakup dua jenis kesalahan menurut penyebab
utamanya, yaitu kesalahan karena bahasa yang merupakan kesalahan
informal dan karena materi dan proses penalarannya yang merupan
kesalahan formal. Gagasan, pikiran, kepercayaan atau simpulan yang
salah, keliru, atau cacat disebut sebagai salah nalar (Muhammad, 2017).

Berikut ini salah nalar yang berhubungan dengan induktif, yaitu :


Generelisasi yang terlalu luas, contohnya, perekonomian Indonesia sangat
berkembang. Analogi yang salah contohnya, Ibu Yuni, seorang penjual
batik, yang dapat menjual dengan harga terjangkau. Oleh sebab itu, ibu
Lola seorang penjual batik, tentu dapat menjualnya dengan harga
terjangkau.

Salah nalar dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Berikut ini


merupakan jenis-jenis salah nalar, yaitu :

1. Deduksi yang salah


Simpulan dari suatu silogisme dengan diawali premis yang salah atau
tidak memenuhi persyaratan.
Contoh : Kalau listrik masuk desa, rakyat di daerah itu menjadi cerdas.
-Semua gelas akan pecah bila dipukul dengan batu.
2. Generalisasi terlalu luas
Salah nalar ini disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung
generalisasi tidak seimbang dengan besarnya generalisasi itu sehingga
simpulan yang diambil menjadi salah.
Contoh : Setiap orang yang telah mengikuti Penataran P4 akan menjadi
manusia Pancasilais sejati.
3. Pemilihan terbatas pada dua altematif
Salah nalar ini dilandasi oleh penalaran alternatif yang tidak tepat
dengan pemilihan jawaban yang ada.
Contoh : Orang itu membakar rumahnya agar kejahatan yang dilakukan
tidak diketahui orang lain.
4. Penyebab Salah Nalar
Salah nalar ini disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga
mengakibatkan terjadinya pergeseran maksud.
7
Contoh : Broto mendapat kenaikan jabatan setelah ia memperhatikan dan
mengurusi makam leluhurnya.
5. Analogi yang Salah
Salah nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan
yang lain dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan
kepastian persamaan pada segi yang lain.
Contoh: Anto walaupun lulusan Akademi Amanah tidak dapat
mengerjakan tugasnya dengan baik.
6. Argumentasi Bidik Orang
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat
seseorang dengan tugas yang diembannya.
Contoh : Program keluarga berencana tidak dapat berjalan di desa kami
karena petugas penyuluhannya memiliki enam orang anak.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari Makalah “Proses Penalaran Ilmiah Secara Memadai”.
dapat disimpulkan bahwa :

8
1. Penalaran deduktif merupakan suatu metode berpikir yang menerapkan
hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan
dalam bagian-bagian yang khusus.
2. Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa
khusus sebagai hasil pengamatan untuk menentukan kesimpulan yang
bersifat umum.
3. Kesalahan penalaran merupakan suatu kesalahan dalam ucapan atau
tulisan kerap kali kita dapati pernyataan yang mengandung kesalahan.
Kesalahan itu terjadi secara tak sadar karena kelelahan atau kondisi
mental yang kurang menyenangkan, dan ada kesalahan yang sengaja
dibuat untuk tujuan tertentu. Kesalahan ini berhubungan dengan proses
penalaran yang kita sebut salah nalar.

B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan
makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata
sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan
susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber
dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Fatima, J. (2016). 123dok. Diambil kembali dari Bahasa Indonesia Penalaran


ilmiah: https://text-id.123dok.com/document/7qvr3301y-ciri-ciri-
penalaran-ilmiah-unsur-penlaran-penulisan-ilmiah.html

9
Fatmawati, I. (2015). Penalaran Ilmiah. Diambil kembali dari Inatesia:
http://inatesia.blogspot.com/2015/10/dalam-kehidupansehari-hari-kita-
kerap.html?m=1
Handayani, G. A., Widyariani, S., & Pauzi, R. Y. (2020). Profil Tingkat Penalaran
Ilmiah Siswa Sekolah Menengah Atas Pada Materi Ekosistem. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Biologi, 6(2), 176-186.
Muhammad, S. (2017). Makalah Penalaran Ilmiah. Diambil kembali dari
SCRIBD: https://id.scribd.com/document/360101853/makalah-penalaran-
ilmiah
Sumartini, T. (2015). Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa
Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Pendidikan Matematika,
5(1), 1-10.

10

Anda mungkin juga menyukai