Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“PENALARAN ILMIAH”

Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Bahasa Indonesia”

Dosen pembimbing : Syahabuddin Nur, M.Pd.I

Di susun oleh :

1. Hayatul Janah
2. Mirawati
3. Nina Rahilah
4. Nurul Hikmah
5. Rahmaniah

SEKOLAH TINGGI ILMU ALQURAN (STIQ) AMUNTAI


PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT hingga saat ini
masih diberikan nafas kehidupan dan anugerah akal, sehingga kami dapat
menyelesaikan pembuatan makalah Bahasa Indonesia ini dengan judul “Penalaran
Ilmiah” tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tak lupa selalu tercurah kepada
Nabi besar Muhammad SAW, kepada para kerabat, sahabat, dan seluruh umat
beliau sampai hari kiamat.

Kami menyadari bahwa baik isi maupun cara penyusunan makalah ini
belum sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk langkah penulisan berikutnya. Semoga makalah ini dapat
membantu dalam proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan untuk
kita semua.

Terima kasih.

Amuntai, 20 Oktober 2021

Kelomp
ok 7

1
DAFTAR ISI

“JUDUL”...........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................1
BAB I: PENDAHULUAN...............................................................................................3
A. Latar Belakang............................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................3
C. Tujuan.........................................................................................................................3
BAB II: PEMBAHASAN.................................................................................................4
A. Pengertian Penalaran Ilmiah.......................................................................................4
B. Syarat-syarat kebenaran dalam penalaran...................................................................4
C. Pengertian Penalaran Deduktif...................................................................................5
1) Silogisme............................................................................................................6
2) Entimen..............................................................................................................7
D. Pengertian penalaran Induktif.....................................................................................7
E. Ciri-ciri Penalaran Induktif.........................................................................................8
F. Macam-macam Penalaran Induktif.............................................................................9
1. Generalisasi........................................................................................................9
2. Analogi.............................................................................................................10
3. Hubungan Sebab Akibat...................................................................................11
BAB III: PENUTUP......................................................................................................12
A. Kesimpulan...............................................................................................................12
B. Saran.........................................................................................................................12

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penalaran Ilmiah adalah proses ketika prinsip-prinsip logika diterapkan


pada proses ilmiah –pencarian mengenai suatu penjelasan, formulasi dari
suatu hipotesis, membuat prediksi, solusi dari suatu masalah, penyusunan
eksperimen, kontrol variabel, menganalisis data, dan pengembangan hukum
empirissemuanya dalam cara yang logis (Weaning&Vierya, 2015). Penalaran
ilmiah merupakan salah satu aspek kognitif yang seharusnya dimiliki siswa di
Indonesia. Hal ini dikarenakan, ditemukan adanya korelasi antara kemampuan
penalaran ilmiah siswa dengan kemajuan belajar pada konten sains (Coletta &
Phillips, 2005; Lawson et al., 2000). Selain itu, beberapa kemampuan
penalaran ilmiah dapat membantu dalam pengambilan keputusan ataupun
pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Han, 2013, 11).1
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan kita bahas dalam kesempatan kali ini
adalah :
1. Apa itu penalaran ilmiah?
2. Apa saja syarat – syarat dalam penalaran ilmiah?
3. Apa yang dimaksud penalaran deduktif?
4. Apa yang dimaksud penalaran induktif?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu penalaran ilmiah?


2. Untuk mengetahui apa saja syarat – syarat dalam penalaran ilmiah?
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud penalaran deduktif?
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud penalaran induktif?

1
Indri Liani Sartika, “Penalaran Ilmiah,” 2017, h. 1.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penalaran Ilmiah

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera


(pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi
yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap
benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi
yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan
hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara
premis dan konklusi disebut konsekuensi. Penalaran adalah suatu proses
berfikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Ciri
pertama adalah proses berpikir logis, dimana berpikir logis diartikan sebagai
kegiatan berpikir menurut pola tertentu atau dengan kata lain menurut logika
tertentu. Ciri yang kedua adalah sifat analitik dari proses berpikirnya. Menurut
Jujun Suriasumantri, Penalaran adalah suatu proses berfikir dalam menarik
suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Sebagai suatu kegiatan berfikir
penalaran memiliki ciri- ciri tertentu. Ciri pertama adalah proses berpikir
logis, dimana berpikir logis diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut pola
tertentu atau dengan kata lain menurut logika tertentu. Ciri yang kedua adalah
sifat analitik dari proses berpikirnya. Sifat analitik ini merupakan konsekuensi
dari adanya suatu pola berpikir tertentu. Analisis pada hakikatnya merupakan
suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.2
B. Syarat-syarat kebenaran dalam penalaran

Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk


menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam

2
“Penalaran,” dalam Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, 20 Februari 2018,
https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Penalaran&oldid=13716314.

4
menalar dapat dipenuhi. Adapun syarat – syarat kebenaran dalam penalaran
adalah sebagai berikut:
1) Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan
yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
2) Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis.
Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar
secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang
tepat, diturunkan dari aturan-aturan berpikir yang tepat sedangkan material
berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat. 3
C. Pengertian Penalaran Deduktif

Deduksi berasal dari kata latin deducere (de yang berarti ‘dari’, dan
decere yang berarti menghantar’,'memimpin’). Dengan demikian deduksi
yang diturunkan dari kata itu berarti ‘menghantar dari suatu hal ke suatu hal
yang lain’. Sebagai suatu istilah dalam penalaran, deduksi merupakan suatu
proses berpikir yang bertolak dari suatu proposisi yang sudah ada, menuju
suatu proposisi baru yang menuju suatu kesimpulan.4
Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan
kesimpulan dari keadaan- keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari
yang umum, lawannya induksi (Kamus Umum Bahasa Indonesia hal 273
W.J.S.Poerwadarminta. Balai Pustaka 2006).
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum
ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara
deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus.
Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan.
(Filsafat Ilmu.hal 48-49 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005).
Penalaran deduktif dapat juga dijelaskan sebagai suatu penalaran yang
berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui
atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru

3
“Penalaran.”
4
“Bab 2 Penalaran Ilmiah - PDF Free Download,” h. 2-3, diakses 14 Oktober 2021,
https://docplayer.info/30007526-Bab-2-penalaran-ilmiah.html.

5
yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori,
hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi.
Penalaran Deduktif adalah proses penalaran untuk manarik kesimpulan
berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta
yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut Deduksi. Kesimpulan
deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal umum,
menuku kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah proses
pembentukan kesimpulan deduktif terebut dapat dimulai dai suatu dalil atau
hukum menuju kepada hal-hal yang kongkrit.
Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya
perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari
media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai
prestasi sosial dan penanda status sosial.
Penalaran deduktif dikembangkan oleh Aristoteles, Thales, Pythagoras,
dan para filsuf Yunani lainnya dari Periode Klasik (600-300 SM.).
Aristoteles, misalnya, menceritakan bagaimana Thales menggunakan
kecakapannya untuk mendeduksikan bahwa musim panen zaitun pada musim
berikutnya akan sangat berlimpah. Karena itu ia membeli semua alat
penggiling zaitun dan memperoleh keuntungan besar ketika panen zaitun
yang melimpah itu benar-benar terjadi. Penalaran deduktif tergantung pada
premisnya. Artinya, premis yang salah mungkin akan membawa kita kepada
hasil yang salah, dan premis yang tidak tepat juga akan menghasilkan
kesimpulan yang tidak tepat.
Berkaitan dengan metode berpikir, metode deduktif adalah metode
berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk
seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Adapun macam-macam penalaran ilmiah adalah sebagai berikut:
1) Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif.
Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi

6
(kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalahrangkaian 3 buah
pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.
Contoh Silogisme:
Semua hewan akan mati
Kuda adalah hewan
Jadi, kuda akan mati (konklusi / kesimpulan)

2) Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat
dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan
karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh Entimen :
Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari
Pada malam hari tidak ada matahari
Pada malam hari tidak mungkin ada proses fotosintesis.5
D. Pengertian penalaran Induktif

Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk mancari kesimpulan


berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan fakta-fakta yang
bersifat khusus, prosesnya disebut Induksi. Penalaran induktif tekait dengan
empirisme. Secara impirisme, ilmu memisahkan antara semua pengetahuan
yang sesuai fakta dan yang tidak. Sebelum teruji secara empiris, semua
penjelasan yang diajukan hanyalah bersifat sentara. Penalaran induktif ini
berpangkal pada empiris untuk menyusun suatu penjelasan umum, teori atau
kaedah yang berlaku umum.6
Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal atau
peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang umum.Induksi merupakan
cara berfikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai
kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan
mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang
5
“BERFIKIR DEDUKTIF,” diakses 14 Oktober 2021,
http://tulisanyangsederhana.blogspot.com/2015/03/berfikir-deduktif.html.
6
Imron Mustofa, “Jendela Logika dalam Berfikir: Deduksi dan Induksi sebagai Dasar
Penalaran Ilmiah,” t.t., 21.

7
khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan
pernyataan yang bersifat umum.7
Berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan
bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena
yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Jalan
induksi mengambil jalan tengah, yakni di antara jalan yang memeriksa hanya
satu bukti saja dan jalan yang menghitung lebih dari satu, tetapi boleh
dihitung semuanya satu persatu. Induksi mengandaikan, bahwa karena
beberapa (tiada semuanya) di antara bukti yang diperiksanya itu benar, maka
sekalian bukti lain yang sekawan, sekelas dengan dia benar pula.
Induksi adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah
fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan(Inferensi). Proses
penalaran juga disebut sebagai corak berpikir yang ilmiah.
Penalaran Induktif adalah penalaran yang mengambil contoh-contoh
khusus yang khas untuk kemudian diambil kesimpulan yang lebih umum.
penalaran ini memudahkan untuk memetakan suatu masalah sehingga dapat
dipakai dalam masalah lain yang serupa. catatan bagaimana penalaran
induktif ini bekerja adalah, meski premis-premis yang diangkat benar dan
cara penarikan kesimpulannya sah, kesimpulannya belum tentu benar. tapi
kesimpulan tersebut mempunyai peluang untuk benar.
Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa
khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan
atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif
merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan
melakukan penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup
mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik
generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan
persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan
memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan
gejala dan melakukan generalisasi.

7
“Penalaran.”

8
Contoh:
kerbau punya mata. anjing punya mata. kucing punya mata
Kesimpulan : setiap hewan punya mata.
E. Ciri-ciri Penalaran Induktif

1) Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus


2) Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus
3) Kesimpulan terdapat di akhir paragraf
4) Menemukan Kalimat Utama, Gagasan Utama, Kalimat Penjelas
5) Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraph
6) Gagasan Utama terdapat pada kalimat utama
7) Kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni yang
mengungkapkan peristiwa-peristiwa khusus.8
F. Macam-macam Penalaran Induktif

1. Generalisasi
Penalaran generalisasi dimulai dengan peristiwa-peristiwa khusus
untuk untuk mengambil kesimpulan umum. Generalisasi adalah
pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala
yang diminati generalisasi mencakup cirri-ciri esensial, bukan rincian.
Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta,
contoh, data statistik, dan lain-lain. Proses penalaran ini bertolak dari
sejumlah fenomena individual (khusus) menuju kesimpulan umum yang
mengikat umum menuju kesimpulan umum yang mengikat umum yang
mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang
diselidiki.
Contoh generalisasi :
1. Pemakaian bahasa Indonesia deseluruh daerah diindonesia dewasa ini
belum dapat dikata seragam. Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu
kalimat, ucapan terlihan dengan mudah. Pemakaian bahasa Indonesia
sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah.
8
Adityadimas14, “GLORY: Macam - Macam Penalaran,” GLORY (blog), Sabtu,
Oktober 2011, http://raveltglory.blogspot.com/2011/10/macam-macam-penalaran.html.

9
Diungkapkan persurat kabaran, radio, dan TV pemakaian bahasa
indonesia belum lagi dapat dikatakan sudah terjaga baik. Para pemuka
kita pun pada umumnya juga belum memperlihatkan penggunaan
bahasa Indonesia yang terjaga baik. Fakta-fakta diatas menunjukan
bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkanJika
dipanaskan, besi memuai.
2. Jika dipanaskan, tembaga memuai. Jika dipanaskan, emas memuai.
Jika dipanaskan, platina memuai.
2. Analogi
Adalah membandingkan dua hal yang banyak persamaanya.
Kesimpulan yang diambil dengan jalan analogi, yakni kesimpulan dari
pendapat khusus dari beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara
membandingkan situasi yang satu dengan yang sebelumnya.
Dalam berfikir Analogis, kita meletakan suatu hubungan baru
berdasarkan hubungan-hubungan baru itu. Dan kita juga dapat menarik
kesimpulan bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi, ada
persamaan pula dalam bidang yang lain. Pada pembentukan kesimpulan
dengan jalan analogi, jalan pikiran kita didasarkan atas persamaan suatu
keadaan yang khusus lainnya. Karena pada dasarnya hanya
membandingkan persamaan – persamaan dankemudian dicari
hubungannya. Maka sering kesimpulan yang diambil tidak logis.
Dari penjabaran diatas, dapat dikatakan bahwa penalaran analogi
adalah proses penyimpulan berdasarkan fakta atau kesamaan data. Analogi
juga dapat dikatakan sebagai proses membandingkana dari dua hal yang
berlainan berdasarkan kesamaannya kemudian berdasarkan kesamaannya
itu ditarik suatu kesimpulan.
Contoh analogi:
1) Kita banyak tertarik dengan planel mars, karena banyak persamaannya
dengan bumi kita. Mars dan Bumi menjadi anggota tata surya yang
sama. Mars mempunyai atsmosfir seperti bumi. Temperaturnya
hampir sama dengan bumi. Unsur air dan oksigennya juga ada.

10
Caranya mengelilingi matahari menyebabkan pula timbulanya musim
seperti bumi. Jika bumi ada mahluk. Tidaklah mungkin ada mahluk
hidup diplanet Mars.
2) Jika dipanaskan, logam memuai. Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup. Jika ada udara, tumbuhan akan
hidup.
3) Untuk menjadi seorang penari professional atau ternama dibutuhkan
latihan yang rajin dan ulet. Demikiannya dengan seorang atlit untuk
dapat menjadi atlit professional dan berprestasi dibutuhkan latihan
yang rajin dan ulet. Oleh karena itu untuk menjadi seorang penari
maupun seorang atlit diperlukan latihan yang rajin dan ulet.
3. Hubungan Sebab Akibat
Hubungan akibat sebab merupakan suatu proses berfikir dengan
bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai akibat, kemudian
bergerak menuju sebab-sebab yang mungkin telah menimbulkan akibat
tadi.
Contoh :
1) Masalah pengangguran merupakan masalah serius yang harus
diselesaikan pemerintah, seperti beberapa waktu lalu diberitakan
dimedia cetak dan ibu kota, bagaimana ribuan pencari kerja harus
berdesakan bahkankan pingsan untuk mendapatkan pekerjaan.
Menurut laporan media cetak hal ini terjadi karena dalam waktu dekat
ini banyak perusahaan menufaktur yang akan tutup. Sehingga harus
melakukan PHK. Selain itu minimnya kahlian atau rendahnya kualitas
SDM menjadi faktor penyebab banyaknya pengangguran di ibukota.
2) Jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari berbagai penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penalaran dalam


prosesnya ada 2 macam yaitu penalaran Induksi dan penalaran Deduktif.
Penalaran Induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa
prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang
bersifat khusus. Prosesnya disebut Induksi. Dalam penalaran Induktif ini ada 3
jenis penalaran Induktif yaitu Generalisai, Analogi, dan Hubungan sebab
akibat ataupun hubungan akibat–sebab. Penalaran Deduktif adalah proses
penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku
khusus berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum. Prosesnya disebut
Deduksi.
B. Saran

Terlepas dari penjelasan yang kami bahas di atas, kami mengaharapkan


adanya timbal balik dari makalah yang kami buat ini berupa kritikan dan saran
agar bisa kami jadikan bahan pembelajaran untuk memperbaiki karya tulis
ilmiah kami kedepannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Adityadimas14. “GLORY: Macam - Macam Penalaran.” GLORY (blog), Sabtu,


Oktober 2011. http://raveltglory.blogspot.com/2011/10/macam-macam-
penalaran.html.
Ahmadi, H.Abu . 1998 . psikologi Umum . Jakarta : PT Rineka Cipta.
Ambarwati, Sri Bahasa Indonesia untuk SMA / MA kelas X semester genap.
Klaten , Jawa Tengah : CV Viva Pakarindo.
“Bab 2 Penalaran Ilmiah - PDF Free Download.” Diakses 14 Oktober 2021.
https://docplayer.info/30007526-Bab-2-penalaran-ilmiah.html.
“BERFIKIR DEDUKTIF.” Diakses 14 Oktober 2021.
http://tulisanyangsederhana.blogspot.com/2015/03/berfikir-deduktif.html.
Mustofa, Imron. “Jendela Logika dalam Berfikir: Deduksi dan Induksi sebagai
Dasar Penalaran Ilmiah,” t.t., 21.
“Penalaran.” Dalam Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, 20 Februari
2018. https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Penalaran&oldid=13716314.
Sartika, Indri Liani. “Penalaran Ilmiah,” 2017, 7.

13

Anda mungkin juga menyukai