Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“PENALARAN ILMIAH”

MATA KULIAH

BAHASA INDONESIA

DOSEN PEMBIMBING

YUSNI, S.Pd.,M.Pd

DISUSUN
Oleh:

KELOMPOK 1

1. ELSHIE KADONGA : K.21.01.012


2. EVI SARI AYU : K.21.01.013
3. FHAIZATUL ISLAMIAH : K.21.01.014
4. FITRI ADIYANI ASMAN : K.21.01.015
5. HAERUNNISA : K.21.01.016
6. HASIWULANSI HUSRI : K.21.01.017
7. IDA : K.21.01.019
8. RAHMAFIAH IDHAM : K.21.01.036
9. IZZA :K.21.01.021

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO

2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan tugas ini dengan baik.Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu
tentang “Pernalaran Ilmiah” yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah BAHASA INDONESIA. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kritik yang membangun dari
para pembaca sangat kami harapkan. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen
Pembimbing mata kuliah BAHASA INDONESIA yaitu Ibu YUSNI, S.Pd.,M.Pd yang telah
membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun makalah ini
dengan baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Palopo, 02 Januari 2022

Kelompok 1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................

Daftar Isi.....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1.................................................................................................................................................
Latar Belakang
................................................................................................................................................
1.2.................................................................................................................................................
Rumusan Masalah
................................................................................................................................................
1.3.................................................................................................................................................
Tujuan Penulisan
................................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Penalaran Ilmiah
................................................................................................................................................
B. Pengertian Penalaran Ilmiah
................................................................................................................................................
C. Tujuan Penalaran Ilmiah
................................................................................................................................................
D. Jenis-jenis Penalaran Ilmiah
................................................................................................................................................
1. Penalaran Deduktif
..........................................................................................................................................
2. Penalaran Indukatif
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
Pendekatan Ilmiah
................................................................................................................................................
E. Kesalahan Penalaran
................................................................................................................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
................................................................................................................................................
B. Saran
................................................................................................................................................

Daftar Pustaka...........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pencarian pengetahuan yang benar harus berlangsung menurut prosedur atau kaedah
hukum, yaitu berdasarkan logika. Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut dengan
penalaran dan pengetahuan yang benar dapat disebut dengan pengetahuan ilmiah. Untuk
memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu Penalaran
Deduktif dan Penalaran Induktif. Penalaran deduktif merupakan prosedur yang
berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau
diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih
khusus. Untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori
tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan Dengan
demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah penalaran tersebut dapat digunakan
dan dilaksanakan dalam suatu wujud penelitian ilmiah yang menggunakan metode
ilmiah dan taat pada hukum-hukum logika.
1.2. Rumusan masalah
1. Adapun rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut:
2. Apa yang dimaksud dengan penalaran ilmiah?
3. Apakah yang dimaksud dengan penalaran deduktif?
4. Apakah yang dimaksud dengan penalaran induktif?
5. Apa saja jenis penalaran ilmiah?
6. Apakah macam-macam kesalahan dalam penalaran?
1.3. Tujuan penulisan
Mengingat pentingnya mengetahui tentang penalaran ilmiah dalam penggunaannya di
kehidupan sehari-hari, maka makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui definisi Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif
2. Memahami arti Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif
3. Mampu menjelaskan Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif

BAB II
PEMBAHASAN

A. Penalaran Ilmiah
Dalam kehidupan sehari-hari kita kerap kali menghadapi masalah, peristiwa dan
pilihan yang mengharuskan diri kita untuk dapat memahami, menghadapi serta
mencari solusi. Dengan tujuan mencari jalan keluarnya. Disini peran penalaran
kita butuhkan dalam pencapaiannya. Sebab dengan penalaran kita dapat
mengetahui cara atau tahapan dalam proses pemahaman dan penarikan
kesimpulan sehingga menghasilkan sebuah informasi yang sebelumnya kita tidak
ketahui. Di dalam proses penalaran kita juga telah merasakan proses berfikir
secara deduktif yang merupakan cara berfikir dimana dalam menarik suatu
kesimpulan dimulai dari yang bersifat umum dari berbagai kasus ke yang bersifat
individual. Sedangkan berfikir induktif yaitu cara berfikir dalam rangka menarik
kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus
(individual) kemudian dilanjutkan dengan pernyataan bersifat umum. Yang
dimana fungsi dari proses tersebut amatlah dibutuhkan pada saat kita menarik
kesimpulan.
B. Pengertian Penalaran Ilmiah
Penalaran Ilmiah dalah suatu proses berfikir dengan menghubung-hubungkan
bukti, fakta, atau petunjuk menuju suatu kesimpulan. Dengan kata alur dari
pernyataan lain, penalaran adalah proses berfikir yang sistematis dalam logis
untuk memperoleh sebuah kesimpulan atau informasi yang sebelumnya tidak
diketahui. Bahan pengambilan kesimpulan itu dapat berupa fakta, informasi,
pengalaman, atau pendapat para ahli (otoritas). Penalaran menjadi bagian penting
dalam proses melahirkan sebuah karya ilmiah. Mengesampingkan unsur emosi,
sentiment pribadi atau sentiment kelompok. Dan tetap berdasarkan pada
keilmuan.
Ciri-ciri Penalaran :
 Adanya suatu pola pikir yang secara luas disebut logika.
 Sifat analitik dari proses berfikir. Analisis pada hakikatnya merupakan
suatu kegiatan berfikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.
 Menghasilkan kesimpulan berupa pengetahuan, keputusan atau sikap yang
baru.
 Premis berupa pengalaman atau pengetahuan, bahkan teori yang telah
diperoleh.
C. Tujuan Penalaran Ilmiah
Tujuan dari penalran adalah untuk menentukan secara logis atau objektif, apakah
yang kita lakukan itu benar atau tidak sehingga dapat dilaksanakan.
D. Jenis-Jenis Penalaran Ilmiah
Ada dua jenis metode penalaran secara umum yaitu:
1. Penalaran Deduktif
Metode berfikir deduktif adalah suatu metode berfikir yang menerapkan hal-
hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-
bagian yang khusus. Hal ini adalah suatu sistem penyusunan fakta yang telah
diketahui sebelumnya guna mencapai suatu kesimpulan yang logis. Dalam
penalaran deduktif, dilakukan melalui serangkaian pernyataan yang disebut
silogisme dan terdiri atas beberapa unsur yaitu:
 Dasar pemikiran utama (premis mayor)
 Dasar pemikiran kedua (premis minor)
 Kesimpulan
 Jenis penalaran deduktif yaitu:
 Silogisme kategorial = silogisme yang terjadi dari tiga proposisi
 Silogisme hipotesis = silogisme yang terdiri atas premis mayor yang
berproposisi konditional hipotesis
 Silogisme akternatif = silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa
proposisi alternatif
 Entimen = silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari,
baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor
dan simpulan.
Contoh:
 Premis mayor : semua siswa SMA kelas X wajib mengikuti pelajaran
Sosiologi
 Premis minor : Bob adalah siswa kelas X SMA
 Kesimpulan : Bob wajib mengikuti jam pelajaran Sosiologi

 Contoh Paragraf Deduktif


Chairil Anwar terkenal sebagai penyair. Ia disebut penyair yang membawa
pembaharuan dalam puisi. Ada yang mengatakan dia sebagai seorang
individualis. Ada yang menilai bahwa ia seorang yang kurang bermoral dan
plagiat karena ada sebagian kecil dalam gubahannya merupakan jiblakan dari
puisi asing. Dalam sajak-sajaknya yang dikumpulkan dalam “Deru Campur
Debu” memperlihatkan adanya perbedaan bentuk, corak, gaya, dan isi. Tanggapan
orang terhadap Chairil berbeda-beda. Namun, bagaimanapun ia tetap seorang
penyair besar yang membawa kesegaran baru dalam bidang puisi pada 1945.
Penarikan kesimpulan deduktif dibagi menjadi dua, yaitu penarikan
langsung dan tidak langsung.
1. Penarikan simpulan secara langsung
Simpulan secara langsung adalah penarikan simpulan yang ditarik dari
satu premis. Premis yaitu posisi tempat menarik simpulan.
Simpulan secara langsung:
a. Semua S adalah P. (premis)
Sebagian P adalah S. (simpulan)
Contoh: semua manusia mempunyai rambut. (premis)
Sebagian yang mempunyai rambut adalah manusia. (simpulan)
b. Semua S adalah P.(premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh: semua pistol adalah senjata berbahaya. (premis)
Tidak satu pun pistol adalah senjata tidak berbahaya. (simpulan)
c. Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Semua S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh: tidak seekor pun gajah adalah jerapah. (premis)
Semua gajah adalah bukan jerapah. (simpulan)
d. Semua S adalah P (premis)
Tidak satu-pun S adalah tak P. (simpulan)
Tidak satu-pun tak P adalah S. (simpulan)
Contoh: semua kucing adalah berbulu. (premis)
Tidak satu pun kucing adalah tak berbulu. (simpulan)
Tidak satu pun yang tak berbulu adalah kucing. (simpulan)

2. Penarikan simpulan secara tidak langsung


Untuk penarikan simpulan secara tidak langsung diperlukan dua
premis sebagai data. Dari dua premis tersebut akan menghasilkan
sebuah simpulan. Premis yang pertama adalah premis yang bersifat
umum dan premis yang kedua adalah premis yang bersifat khusus.
Jenis penalaran deduksi dengan penarikan simpulan tidak langsung,
yaitu:
1. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara
deduktif. Silogisme disusun dari dua proposal (pernyataan) dan
sebuah konklusi (kesimpulan).
Contohnya:
- Semua manusia akan mati
- Ani adalah manusia
Jadi, Ani akan mati. (simpulan)

- Semua manusia bijaksana


- Semua dosen adalah manusia
Jadi, semua dosen bijaksana. (simpulan)
2. Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara tidak langsung. Dan
dapat dikatakan silogisme premisnya dihilangkan atau tidak
diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contohnya:
- Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari
- Pada malam hari tidak ada sinar matahari
- Pada malam hari tidak mungkin ada proses fotosintesis
- Anto adalah seorang ilmuwan.
Jadi, Anto adalah orang cerdas.
Jadi, dengan demikian silogisme dapat dijadikan entimen.
Sebaliknya, entimen juga dapat dijadikan silogisme.

2. Penalaran Induktif

Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir


dengan bertolak dari hal-hal yang bersifat khusus untuk menentukan
kesimpulan yang bersifat umum. Dalam penalaran induktif ini, kesimpulan
ditarik dari sekumpulan fakta peristiwa atau pernyataan yang bersifat umum.

Contoh:
Bukti 1 : logam 1 apabila dipanaskan akan memuai
Bukti 2 : logam 2 apabila dipanaskan akan memuai
Bukti 3 : logam 3 apabila dipanaskan akan memuai
Kesimpulan: Semua logam apabila dipanaskan akan memuai.

a. Ciri-ciri Paragraf Induktif


1. Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus
2. Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa
khusus
3. Kesimpulan terdapat di akhir paragraph
4. Menemukan Kalimat Utama, Gagasan Utama, Kalimat Penjelas
5. Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraph
6. Gagasan Utama terdapat pada kalimat utama
7. Kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni yang
mengungkapkan peristiwa-peristiwa khusus
8. Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasa utama
b. Jenis Paragraf Induktif :
 Generalisasi
 Analogi
 Sebab akibat (terbagi menjadi tiga jenis)
- Sebab akibat
- Akibat sebab
- Sebab akibat 1 akibat 2

A. Pengertian Paragraf Generalisasi


Kata kunci: “General = umum”
Generalisasi adalah penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum
berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau peristiwa khusus yang dikemukakan harus
cukup dan dapat mewakili
Contoh Paragraf Induktif Generalisasi
Setelah karangan anak-anak kelas 3 diperiksa, ternyata Ali, toto, Alex, dan Burhan
mendapat nilai 8. Anak-anak yang lain mendapat 7. Hanya Maman yang 6, dan tidak
seorang pun mendapat nilai kurang. Boleh dikatakan, anak kelas 3 cukup pandai
mengarang. A.S. Broto (ed.)
B. Pengertian Paragraf Analogi
Analogi adalah penalaran induktif dengan membandingkan dua hal yang banyak
persamaannya. Berdasarkan persamaan kedua hal tersebut, Anda dapat menarik
kesimpulan.
Contoh Paragraf Induktif Analogi
Sifat manusia ibarat padi yang terhampar di sawah yang luas. Ketika manusia itu meraih
kepandaian, kebesaran, dan kekayaan, sifatnya akan menjadi rendah hati dan dermawan.
Begitu pula dengan padi yang semakin berisi, ia akan semakin merunduk. Apabila padi
itu kosong, ia akan berdiri tegak.
C. Pengertian Paragraf Sebab Akibat
Paragraf hubungan sebab akibat adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan
fakta khusus yang menjadi sebab, dan sampai pada simpulan yang menjadi akibat.
Contoh Paragraf Induktif Sebab Akibat
Kemarau tahun ini cukup panjang. Sebelumnya, pohon-pohon di hutan sebagi penyerap
air banyak yang ditebang. Di samping itu, irigasi di desa ini tidak lancar. Ditambah lagi
dengan harga pupuk yang semakin mahal dan kurangnya pengetahuan para petani dalam
menggarap lahan pertaniannya. Oleh karena itu, tidak mengherankan panen di desa ini
selalu gagal.
D. Pengertian Paragraf Akibat Sebab
Paragraf hubungan akibat sebab adalah paragraf yang dimulai dengan fakta khusus yang
menjadi akibat, kemudian fakta itu dianalisis untuk diambil kesimpulan.
Contoh Paragraf Induktif Akibat Sebab
Hasil panen para petani di Desa Cikaret hampir setiap musim tidak memuaskan. Banyak
tanaman yang mati sebelum berbuah karena diserang hama. Banyak pula tanaman yang
tidak berhasil tumbuh dengan baik.
Bukan itu saja, pengairan pun tidak berjalan dengan lancar dan penataan letak tanaman
tidak sesuai dengan aturannya. Semua itu merupakan akibat dari kurangnya pengetahuan
para petani dalam pengolahan pertanian.
E. Pengertian Paragraf Sebab Akibat 1 Akibat 2
Dalam paragraf hubungan sebab akibat 1 akibat 2, suatu penyebab dapat menimbulkan
serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat
kedua. Demikian seterusnya hingga timbul beberapa akibat.
Contoh Paragraf Induktif Sebab Akibat 1 Akibat 2
Baru-baru ini petani Cimanuk gagal panen karena tanaman padi mereka diserang hama
wereng. Peristiwa ini menelan kerugian ratusan juta rupiah. Selain itu, distribusi beras ke
kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung terganggu.

Pendekatan Ilmiah (Gabungan antara Deduktif dan Induktif)

Metode berpikir pendekatan ilmiah adalah penalaran yang menggabungkan cara berpikir
deduktif dengan cara berpikir induktif. Dalam pendekatan ilmiah, penalaran disertai
dengan suatu hipotesis.
Misalkan seorang siswa yang apabila sebelum berangkat sekolah telah sarapan terlebih
dahulu dalam porsi yang banyak, dia tidak akan kelaparan hingga jam pelajaran berakhir.
Secara deduktif, akan disimpulkan bahwa setiap anak yang makan banyak tidak akan
cepat lapar. Untuk menjawab kasus seperti ini, kita ajukan pertanyaan mengapa seorang
siswa cepat lapar? Untuk itu, kita ajukan hipotesis bahwa siswa akan cepat lapar jika
makanan yang dimakan kurang memenuhi standar gizi dan energi yang dihasilkan oleh
makanan tersebut sedikit. Kemudian secara induktif kita uji untuk mengetahui apakah
hasil pengujian mendukung atau tidak mendukung hipotesis yang diajukan tersebut.
E. Kesalahan Penalaran

Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan


data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Salah nalar
dapat terjadi di dalam proses berpikir untuk mengambil keputusan. Hal ini terjadi
karena ada kesalahan pada cara penarikan kesimpulan. Salah nalar lebih dari
kesalahan karena gagasan, struktur kalimat, dan karena dorongan emosi. Salah
nalar ada dua macam:

1. Salah nalar induktif, berupa :


- Kesalahan karena generalisasi yang terlalu luas,
- Kesalahan penilaian hubungan sebab-akibat,
- Kesalahan analogi.
2. Kesalahan deduktif dapat disebabkan :
- kesalahan karena premis mayor tidak dibatasi;
- kesalahan karena adanya term keempat;
- kesalahan karena kesimpulan terlalu luas/tidak dibatasi; dan
- kesalahan karena adanya 2 premis negatif.

Fakta atau data yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak benar.

1. Pengertian dan contoh salah nalar :


a. Gagasan,
b. pikiran,
c. kepercayaan,
d. simpulan yang salah, keliru, atau cacat.
Dalam ucapan atau tulisan kerap kali kita dapati pernyataan yang mengandung
kesalahan. Ada kesalahan yang terjadi secara tak sadar karena kelelahan atau
kondisi mental yang kurang menyenangkan, seperti salah ucap atau salah tulis
misalnya.
Ada pula kesalahan yang terjadi karena ketidaktahuan, disamping kesalahan
yang sengaja dibuat untuk tujuan tertentu. Kesalahan yang kita persoalkan
disini adalah kesalahan yang berhubungan dengan proses penalaran yang kita
sebut salah nalar. Pembahasan ini akan mencakup dua jenis kesalahan
menurut penyebab utamanya, yaitu kesalahan karena bahasa yang merupakan
kesalahan informal dan karena materi dan proses penalarannya yang merupan
kesalahan formal. Gagasan, pikiran, kepercayaan atau simpulan yang salah,
keliru, atau cacat disebut sebagai salah nalar.
Berikut ini salah nalar yang berhubungan dengan induktif, yaitu :
A. Generelisasi Terlalu Luas
Contoh : perekonomian Indonesia sangat berkembang
B. Analogi Yang Salah
Contoh : ibu Yuni, seorang penjual batik, yang dapat menjualnya dengan
harga terjangkau. Oleh sebab itu, ibu Lola seorang penjual batik, tentu dapat
menjualya dengan harga terjangkau.

2. Jenis-Jenis Salah Nalar


A. Deduksi Yang Salah
Simpulan dari suatu silogisme dengan diawali premis yang salah atau tidak
memenuhi persyaratan.
contoh : -Kalau listrik masuk desa, rakyat di daerah itu menjadi cerdas.
-Semua gelas akan pecah bila dipukul dengan batu.
B. Generalisasi terlalu luas
Salah nalar ini disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung generalisasi
tidak seimbang dengan besarnya generalisasi itu sehingga simpulan yang
diambil menjadi salah.
Contoh : -Setiap orang yang telah mengikuti Penataran P4 akan menjadi
manusia Pancasilais sejati.
-Anak-anak tidak boleh memegang barang porselen karena barang itu cepat
pecah.
C. Pemilihan terbatas pada dua alternatif
Salah nalar ini dilandasi oleh penalaran alternatif yang tidak tepat dengan
pemilihan jawaban yang ada.
Contoh : Orang itu membakar rumahnya agar kejahatan yang dilakukan tidak
diketahui orang lain.
D. Penyebab Salah Nalar
Salah nalar ini disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga
mengakibatkan terjadinya pergeseran maksud.
Contoh:- Broto mendapat kenaikan jabatan setelah ia memperhatikan dan
mengurusi makam leluhurnya.
-Anak wanita dilarang duduk di depan pintu agar tidak susah jodohnya.
E. Analogi yang Salah
Salah nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang
lain dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian
persamaan pada segi yang lain.
Contoh: Anto walaupun lulusan Akademi Amanah tidak dapat mengerjakan
tugasnya dengan baik.
F. Argumentasi Bidik Orang
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat seseorang
dengan tugas yang diembannya.
Contoh: Program keluarga berencana tidak dapat berjalan di desa kami
karena petugas penyuluhannya memiliki enam orang anak.

3. Konsep dan simbol dalam penalaran


Penalaran juga merupakan aktifitas pikiran yang abstrak, untuk
mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan
dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan
berupa argumen. Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah
abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang
digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol
berupa argumen.
Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia
adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa
pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi.
Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk
pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi
penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi
sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam melakukan penulisan, penalaran dibutuhkan agar penulis maupun pembaca
dapat berfikir logis. Logis yang mencakup fakta, data dan informasi sehingga dapat
ditarik sebuah kesimpulan. Aspek penalaran sangat diperhatikan dalam setiap penulisan
karangan ataupun jenis tulisan lainnya. Penulis harus mengenal setiap kriteria dan
mengetahui prinsip proses penarikan kesimpulan.
Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubungkan fakta-fakta atau
data yang sistematik menuju suatu kesimpulan berupa pengetahuan. Terdapat dua jenis
metode penalaran yaitu penalaran deduktif dan induktif.
Metode induktif adalah suatu penalaran yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai
hasi pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru
yang bersifat umum.
Metode deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum
yang kesimpulannya berupa pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
Bentuk-bentuk penalaran antara lain silogisme, entinem, generalisasi dan analogi.
Silogisme merupakan suatu cara penalaran yang formal, entinem merupakan kesimpulan
dari silogisme, generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena
individual menuju kesimpulan umum dan analogi adalah membandingkan dua hal yang
memiliki sifat yang sama.
 Pada intinya penalaran berguna untuk menambah daya berpikir logika
sehingga menimbulkan disiplin intelektual untuk memperoleh kebenaran
dan menghindari kesesatan. untuk menemukan kebenaran dapat dicapai
jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi :
Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang
akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
 Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah
premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi
sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti
penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan
berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang
dijadikan sebagai premis tepat.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, kami sadar bahwa masih banyak kekurangan di dalamnya.
Oleh karena itu, kami menyarankan pembaca untuk membaca literatur yang lebih resmi
seperti literatur yang dikeluarkan oleh KEMENDIKBUD dan membaca pedoman
mengenai Penalaran Ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA

Kemendikbud. 2015. Pedoman Penalaran Bahasa Indonesia. Jakarta : Kementerian Pendidikan


dan Kebudayaan

Kemendikbud. 2011.Penalaran Induktif Bahasa Indonesia. Jakarta : Kementerian Pendidikan


dan Kebudayaan

Kemendikbud. 2007. Pedoman Umum Penalaran induktif dan Salah Nalar. Jakarta :
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Anda mungkin juga menyukai