KONSEP HOSPITALISASI
Dosen pengampu: Hera heriyanti,S.,Kep.,Ns.,M.Kep
12 juni 2023
penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii
.......................................................................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii
.......................................................................................................................................................
BAB I ............................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan......................................................................................................... 2
BAB II .............................................................................................................................. 3
BAB III.................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan........................................................................................................ 12
B. Saran.................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu, sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari konsep hospitalisasi?
2. Apa saja faktor-faktor stresor hospitalisasi ?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruh anak dalam bereaksi terhadap
hospitalisasi
4. Apa saja dampak hospitalisasi
5. Apa saja reaksi psikologis anak terhadap hospitalisasi
6. Pencegahan dampak hospitalisasi
7. Apa saja Penanganan dampak hospitalisasi
8. Apa saja peran perawat untuk stress hospitalisasi
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari konsep hospitalisasi
2. Untuk mengetahui faktor-faktor stresor hospitalisasi
3. Untuk mengtahui untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi anak
dalam terhadap hospitalisasi
4. Untuk mengetahui dampak hospitalisasi
5. Untuk mengetahui pencegahan hospitalisasi
6. Untuk mengetahui penanganan dampak hospitalisasi
7. Untuk mengetahu reaksi psikologis anak terhadap hosipitalisasi
8. Untuk mengetahui peran perawat untuk stres hospitalisasi
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Hospitalisasi merupakan sebuah pengalaman yang tidak menyenangkan dan
dianggap 10 mengancam, sehingga menjadi pengalaman buruk bagi setiap orang yang
pernah mengalaminya. Selama proses tersebut, anak dapat mengalami berabagai
pengalaman traumatic seperti: ketakutan saat melihat perawat, ketakutan saat melihat
obat-obatan, dan ketakutan saat ingin mulai berinteraksi dengan orang baru
disekitarnya (Supartini, 2012).
B. Faktor-Faktor Stresor Hospitalisasi
1. Faktor Lingkungan rumah sakit
Rumah sakit dapat menjadi suatu tempat yang menakutkan dilihat dari sudut
pandang anak-anak. Suasana rumah sakit yang tidak familiar, wajah-wajah yang
asing, berbagai macam bunyi dari mesin yang digunakan, dan bau yang khas,
dapat menimbulkan kecemasan dan ketakutan baik bagi anak ataupun orang tua.
(Norton-Westwood, 2012).
2. Faktor Berpisah dengan orang yang sangat berarti
Berpisah dengan suasana rumah sendiri, benda-benda yang familiar digunakan
seharihari, juga rutinitas yang biasa dilakukan dan juga berpisah dengan anggota
keluarga lainnya (Pelander & Leino-Kilpi, 2010).
3. Faktor kurangnya informasi
Kurangnya informasi yang didapat anak dan orang tuanya ketika akan menjalani
hospitalisasi. Hal ini dimungkinkan mengingat proses hospitalisasi merupakan hal
yang tidak umum di alami oleh semua orang. Proses ketika menjalani
hospitalisasi juga merupakan hal yang rumit dengan berbagai prosedur yang
dilakukan (Gordon et al, 2010).
4. Faktor kehilangan kebebasan dan kemandirian
Aturan ataupun rutinitas rumah sakit, prosedur medis yang dijalani seperti tirah
baring, pemasangan infus dan lain sebagainya sangat mengganggu kebebasan dan
kemandirian anak yang sedang dalam taraf perkembangan (Price & Gwin, 2005).
5. Faktor pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan
Semakin sering seorang anak berhubungan dengan rumah sakit, maka semakin
kecil bentuk kecemasan atau malah sebaliknya (Pelander & Leino-Kilpi, 2010).
6. Faktor perilaku atau interaksi dengan petugas rumah sakit.
Mengingat anak masih memiliki keterbatasan dalam perkembangan kognitif,
bahasa dan komunikasi. (Pena & Juan, 2011).
4
C. Faktor- faktor yang mempengaruhi anak dalam bereaksi terhadap hospitalisasi
1. Umur dan perkembangan kognitif
Hospitalisasi dan faktor-faktor yang terkait lebih mempengaruhi anak-anak
dibanding dengan orang dewasa. Anak-anak memang jelas tidak memiliki
kemampuan emosi dan kognitif yang setara dengan orang dewasa. (Lau & Tse,
1994 ; Chung, 2014) b) Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi
2. Kecemasan Orangtua
Orang tua dan anak mengalami kecemasan saat anak dihospitalisasi.
Kecemasan yang terjadi pada orang tua ini dapat meningkatkan kecemasan anak.
Orang tua kadang tidak menjawab pertanyaan anak dan tidak menjelaskan yang
sebenarnya karena khawatir anak menjadi takut dan cemas. Orang tua takut
membuat bingung anak dan menurunkan tingkat kepercayaan anak. (James &
Ashwill, 2007).
3. Persiapan anak dan orang tua
Metode yang dapat dilakukan untuk menyiapkan anak dalam menjalani
hospitalisasi adalah mengerti kebutuhan tentang dari anak tersebut. Petugas
kesehatan harus mempertimbangkan umur, tingkat perkembangan, keterlibatan
keluarga, waktu, status fisik dan psikologi anak, faktor sosial budaya dan
pengalaman terhadap sakit maupun pengalaman merawat anak. (James & Ashwill,
2007).
4. Ketrampilan koping anak dan keluarga
Koping merupakan suatu proses dalam menghadapi kesulitan untuk
mendapatkan penyelesaian masalah. Koping anak terhadap hospitalisasi
dipengaruhi oleh usia, persepsi terhadap kejadian yang dialami, hospitalisasi
sebelumnya dan dukungan dari berbagai pihak. (James & Ashwill, 2007).
D. Dampak hospitalisasi
Dampak yang sering terjadi pada anak dengan hospitalisasi adalah stress.
Stress seringkali dialami anak dengan hospitalisasi, stress yang dirasakan anak
merupakan suatu dampak yang dapat menimbulkan kecemasan terutama pada anak
yang mengalami hospitalisasi (Noviati, Imas, and Anisa 2018). Stress anak dengan
hospitalisasi meningkatkan rasa cemas yang berlebihan pada anak dan orang tua.
Gangguan perkembangan juga merupakan dampak negatif lain yang terjadi akibat
hospitalisasi, semakin sering anak menjalani hospitalisasi akan semakin beresiko
tinggi mengalami gangguan pada perkembangan motorik anak (Utami 2014). Stress
5
yang dialami anak dengan hospitalisasi mempengaruhi tingkat kesembuhan pada
anak. Anak yang mengalami stress akan mengalami gangguan perkembangan (Noviati
et al. 2018). Stress terdiri dari keadaan emosional, dengan komponen psikologis,
social dan fisiologis yang dapat mempengaruhi individu pada setiap tahap
perkembangannya (Vageriya, 2019). Stress yang dialami anak mempengaruhi tingkat
kesembuhan anak saat dirumah sakit. Stress yang dirasakan seorang anak dapat
memberikan efek negatif dalam perkembangan hidup anak. Perubahan yang terjadi
dapat dapat berupa psikis atau fisik. (Dian, 2008). Perubahan secara fisik yang terjadi
pada anak dengan hospitalisasi yaitu reaksi negatif yang akan dikeluarkan anak adalah
seperti menendang-nendang, berteriak-teriak dan perlawanan sampai tingkat
diperlukan pengendalian fisik oleh beberapa orang (Langthasa, Yeluri, Jain, &
Munshi, 2012). Perubahan psikis yang terjadi pada anak yaitu bisa disebabkan karena
anak harus berpisah dengan keluarga dan lingkungan bermain. Pada kondisi tersebut
13 anak memberikan respon perubahan perilaku (Utami 2014), yaitu menolak untuk
makan, memberikan reaksi menangis, memanggil orang tua, dan menunjukan tingkah
laku yang agresif (Mulyatiningsih, 2014).
E. Reaksi Psikologis Anak Terhadap Hospitalisasi
Reaksi anak terhadap hospitalisasi dimulai saat sebelum masuk rumah sakit,
selama hospitalisasi, dan setelah pulang dari rumah sakit. Perubahan perilaku
temporer dapat terjadi selama anak dirawat di rumah sakit sampai pulang dari rumah
sakit. Perubahan ini disebabkan oleh perpisahan dari orang-orang terdekat, hilangnya
kesempatan untuk membentuk hubungan baru, dan lingkungan yang asing ( Wong et
al, 2003).
Kekhawatiran yang paling sering dikeluhkan anak yang dirawat inap adalah:
6
i. persepsi tentang perubahan fisik,
j. kehilangan kemandirian dan identitas, serta
k. takut ditolak . Hampir semua, rumah sakit adalah lingkungan asing yang
mengganggu aktivitas hidup sehari-hari. Child Hospitalization 49 (Berz, 2000).
Dampak hospitalisasi selain cemas perpisahan, juga dapat berupa regresi dan
adanya rasa malu (Lau & Tse, 1994).
F. Pencegahan
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh petugas medis dalam memberikan
pencegahan dampak hospitalisasi pada anak, adalah :
a. Persiapan hospitalisasi
Proses persiapan hospitalisasi yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian
informasi secara verbal dan tertulis, kunjungan keliling rumah sakit, pertunjukan
menggunakan boneka dan permainan yang menggunakan miniatur peralatan
rumah sakit yang nanti akan dijumpai anak pada saat proses pengobatan.
Persiapan bisa juga menggunakan buku-buku, video atau film yang menceritakan
seputar kondisi di rumah sakit. (Bonn. 1994 ; Karling, 2006; Wong et al, 2003;
Turket et al, 2009; Gordon et al, 2010).
b. Mencegah dan mengurangi perpisahan
Kehadiran orang tua setiap saat dapat membantu mengurangi kecemasan
anak. Orang tua diharapkan terlibat dalam aktivitas pengobatan sehingga orang
tua dapat berpartisipasi terhadap pengobatan. (Wong et al, 2003) Lingkungan
yang akrab juga meningkatkan penyesuaian anak terhadap perpisahan. Jika orang
tua tidak dapat melakukan rawat gabung, mereka harus membawa barang-barang
kesukaan anak dari rumah ke rumah sakit seperti selimut, alat bermain, botol,
peralatan makan, atau pakaian.(Price & Gwin, 2005).
c. Mencegah kehilangan kontrol
Kehilangan kontrol dapat terjadi akibat perpisahan, restriksi fisik dan
perubahan rutinitas. Kehilangan kontrol dapat dicegah dengan meningkatkan
kebebasan bergerak, mempertahankan rutinitas anak, mendorong kemandirian
dan meningkatkan pemahaman.
d. Mencegah dan mengurangi ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri
Anak akan dihantui rasa takut akan mengalami cedera tubuh dan nyeri dalam
menghadapi prosedur yang menyakitkan. Tehnik manipulasi prosedural untuk
setiap kelompok umur dapat mengurang ketakutan terhadap cedera tubuh.
7
Intervensi yang paling mendukung adalah dengan prosedur secepat mungkin dan
mempertahankan kontak orang tua dengan anak. (Wong et al, 2003).
e. Penataan Ruang Rawat Inap dan Ruang Bermain di Rumah Sakit
Anak yang sakit dimungkinkan dirawat di rumah sakit khusus anak atau di
rumah sakit umum yang memiliki fasilitas ruangan khusus untuk anak. Perlu
mempertimbangkan kebutuhan dan perkembangan anak, dengan mempersiapkan
sarana di unit perawatan anak dengan perabotan yang berwarna cerah dan sesuai
dengan usia anak, dekorasi ruangan yang menarik dan familiar bagi anak, serta
adanya ruang bermain yang dilengkapi berbagai macam alat bermain (Price &
Gwin,2005).
G. Penanganan dampak hospitalisasi
a) Terapi Bermain
Melalui bermain dapat mengetahui persepsi seorang anak ketika hospitalisasi.
Bermain juga bagi seorang anak adalah suatu kesempatan untuk menghilangkan
stres, ketika berada ditempat dimana dia merasa tidak berdaya dan cemas. Melalui
bermain, terutama dengan peralatan medis, anak dapat mengembangkan rasa
kontrol. (Webb, 1995; Homeyer & Morrison, 2008)
Terapi bermain terdiri dari aktivitas-aktivitas yang tergantung dengan
kebutuhan perkembangan anak maupun lingkungan seperti ketika dihospitalisasi,
dan dapat disampaikan dalam berbagai bentuk yang di antaranya adalah
pertunjukan wayang interaktif, seni ekspresi atau kreatif, permainan boneka, dan
lain-lain permainan yang berorientasi pengobatan (Koller, 2008). Beberapa
penelitian telah menunjukkan bahwa terapi bermain adalah efektif dalam
menurunkan kecemasan dan ketakutan anak pada saat harus segera masuk rumah
sakit untuk operasi dan pada saat keluar dari rumah sakit Koller, 2008).
b) Terapi badut
Terapi Badut di bagian anak adalah bermain dengan lemah lembut dan
penuh tawa bersama anak-anak yang menderita sakit sehingga mereka dapat
mengekspresikan emosinya, memenuhi rasa kontrol dan dapat berinteraksi sosial
selama hospitalisasi. Terapi Badut bertujuan untuk mengurang stres anak dan
keluarga selama rawat inap dan menjalani pengobatan. (Koller & Gryski, 2008).
c) Terapi Musik
Terapi musik adalah salah satu metode yang dilakukan untuk mengurangi
stres pada anak yang mengalami hospitalisasi. Berbagai penelitian telah
8
menunjukkan efek fisologis dan psikologis dari musik terhadap anak yang
mengalami hospitalisasi. ( Berz, 2000 ; Kazemi, et al, 2010).
d) Penggunaan premedikasi ansiolitik dan sedatif
Tujuan premedikasi dengan sedatif adalah menurunkan kecemasan anak saat
akan dilakukan induksi anestesi, terutama pada penggunaan masker. Efek
premedikasi telah dipelajari baik secara tunggal maupun berkaitan dengan
intervensi lain seperti kehadiran orang tua atau program persiapan. Midazolam
digunakan untuk menurunkan kecemasan pada saat induksi anestesi (Karling,
2006).
H. Peran perawat untuk stres stres hospitalisasi
I. Mencegah atau
meminimalkan perpisahan
J. Tujuan perawatan primer
di rumah sakit adalah
untuk mencegah
K. perpisahan terutama untuk
anak di bawah usia 5
tahun. Rumah sakit
L. pednya tidak menganggap
orang tua sebagai
pengunjung dan harapan
9
M. orang tua bersama anak
sepanjang waktu. Beberapa
rumah sakit
N. menggunakan konsep
family centered care. Orang
tua merupakan partner
O. dalam perawatan anak di
rumah sakit. Upaya
untuk menggunakan
P. perpisahan salah satunya
dengan melibatkan orang
tua dalam perawatan
Q. Mencegah atau
meminimalkan perpisahan
10
R. Tujuan perawatan primer
di rumah sakit adalah
untuk mencegah
S. perpisahan terutama untuk
anak di bawah usia 5
tahun. Rumah sakit
T. pednya tidak menganggap
orang tua sebagai
pengunjung dan harapan
U. orang tua bersama anak
sepanjang waktu. Beberapa
rumah sakit
V. menggunakan konsep
family centered care. Orang
tua merupakan partner
11
W. dalam perawatan anak di
rumah sakit. Upaya
untuk menggunakan
X. perpisahan salah satunya
dengan melibatkan orang
tua dalam perawatan
Y. Mencegah atau
meminimalkan perpisahan
Z. Tujuan perawatan primer
di rumah sakit adalah
untuk mencegah
AA. perpisahan terutama
untuk anak di bawah
usia 5 tahun. Rumah
sakit
12
BB. pednya tidak
menganggap orang tua
sebagai pengunjung dan
harapan
CC. orang tua bersama anak
sepanjang waktu. Beberapa
rumah sakit
DD. menggunakan konsep
family centered care. Orang
tua merupakan partner
EE. dalam perawatan anak
di rumah sakit. Upaya
untuk menggunakan
FF. perpisahan salah satunya
dengan melibatkan orang
tua dalam perawatan
13
GG. Mencegah atau
meminimalkan perpisahan
HH. Tujuan perawatan
primer di rumah sakit
adalah untuk mencegah
II. perpisahan terutama untuk
anak di bawah usia 5
tahun. Rumah sakit
JJ. pednya tidak menganggap
orang tua sebagai
pengunjung dan harapan
KK. orang tua bersama anak
sepanjang waktu. Beberapa
rumah sakit
14
LL. menggunakan konsep
family centered care. Orang
tua merupakan partner
MM. dalam perawatan anak
di rumah sakit. Upaya
untuk menggunakan
NN. perpisahan salah satunya
dengan melibatkan orang
tua dalam perawatan
a. mencegah atau meminimalkan perpisahan
Tujuan perawatan primer dirumah sakit adalah untuk mencegah
perpisahan terutama untuk anak di bawah usia 5 tahun. Rumah sakit tidak
menanggap orang tua sebagai pengunjung dan harapan orang tua bersama
anak sepanjang waktu. Beberapa rumah sakit menggunakan konsep family
centered care. Orang tua merupakan partner dalam perawatan anak dirumah
sakit. Upaya untuk menggunakan perpisahan salah satunya dengan melibatkan
orang tua dalam perawatan anak.
Hal pertama yang dibutuhkan adalah sikap positif perawat terhadap
orang tua. Orang tua dapat terlibat dalam pengambilan keputusan perawatan,
mendampingi anak selama tindakan, serta memberikan dukungan positif
terhadpa anak. Jika perpisahan tidak dapat mencegah pencegahan, perawat
perlu strategi untuk melakukan dampak perpisahan. Strategi yang dapat
dilakukan perawat termasuk orang tua dalam menyiapakan makanan,
menentukan jadwal makan, memberikan terapi bermain pada anak, serta
menghadirkan anggota keluarga lain bersama anak sebagai orang tua.
15
b. Mencegah cedera ketakutan dan cedera tubuh
Anak yang menjalani perawatan di rumah sakit merasakan takut
terhadap adanya perlukaan tubuh, prosedur yang melibatkan rasa nyeri,
ketidak mampuan,dan kematian. Secara umum, persiapan anak untuk
menghadapi prosedur yang menyebabkan nyeri dapat menurunkan ketakutan.
Hal ini dapat di lakukan melalui pengenalan anak terhadap alat kesehatan yang
digunakan, melakukan prosedur dengan cepat,serta mempertahankan
kehadiran orang tua selama prosedur.
c. Menyediakan aktivitas perkembangan
Salah satu tujuan utama perawatan anak yang mendukung anak
dirumah sakit adalah masa perkembangan pada anak. Anak yang harus
menjalani perawatan di rumah sakit dalam jangka waktu yang lama atau
berulang yang mengalami perkembangan atau regresi. Perawat memberikan
kesempatan pada anak untuk terlibat dalam aktivitas yang mendukung
simulasi perkembangan dan membantu mengurangi gangguan perkembangan
pada anak.
d. Terapi bermain untuk meminimalkan stres
Bermain adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan anak dan
alat yang paling efektif untuk mengurangi stres pada anak. Bermain pentning
untuk kesehatan mental, emosional, dan sosial anak. Sejalan dengan
kebutuhan perkembangan, kebutuhan aktifitas bermain juga tidak terhenti saat
anak sakit dan harus menjalani perwatan di rumah sakit.
Fungsi aktivitas bermain di rumah sakit :
1. Memberikan pengalihan dan relaksasi
2. Membantu anak merasa lebih nyaman di lingkungan asing
3. Pengurangan stres akibat perpisahan dan perasaana ingin pulang ke rumah
4. Sebagai tempat mengalirkan ide kreatif
5. Sebagai tempat anak untuk aktif dan kehilangan kontrol.
16
4. Meningkatkan kemampuan sosialisasi, dukungan kepada anggota
f.b. Meminimalkan
Kehilangan kontrol dan
otonomi
g. Perasaan
Kehilangan kontrol
disebabkan oleh
perpisahan,
17
h. perubahan fisik,
perubahan rutinitas,
ketergantungan, dan
perubahan
i. peran dalam keluarga.
Strategi
j. b. Meminimalkan
Kehilangan kontrol dan
otonomi
k. Perasaan
Kehilangan kontrol
disebabkan oleh
perpisahan,
l. perubahan fisik,
perubahan rutinitas,
18
ketergantungan, dan
perubahan
m. peran dalam
keluarga. Strategi
n. b. Meminimalkan
Kehilangan kontrol dan
otonomi
o. Perasaan
Kehilangan kontrol
disebabkan oleh
perpisahan,
p. perubahan fisik,
perubahan rutinitas,
ketergantungan, dan
perubahan
19
q. peran dalam
keluarga. Strat
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hospitalisasi adalah suatu proses yang harus dilalui anak akibat adanya suatu
alasan sehinggamengharuskan anak untuk menjalani perawatan di rumah sakit.
2. Hospitalisasi dapat dipengaruhi oleh kepribadian seseorang, pemberi pelayanan,
suasana bagian pelayanan, dan hilangnya kontak dengan dunia luar
3. Bagi anak yang menganggap bahwa dunia rumah sakit merupakan dunia baru
baginya, orang tua bersama tenaga kesehatan harus mempersiapkan anak sebelum
mendapatkan pelayanankesehatan.
4. Saat dirawat di rumah sakit atau tengah menjalani proses hospitalisasi, klien
(dalam hal ini adalah anak), tentu akan mengalami stress akibat dari segala macam
bentuk perubahan yang ia alami, seperti perubahan lingkungan, suasana, dan lain
sebagainya. Stressor dan reaksi hospitalisasi sesuai dengan tumbuh kembang pada
anak.
5. Selain pada diri anak/pasien (seperti perubahan gaya hidup, hilangnya privasi dan
otonomi, danlain sebaginya), dampak dari hospitalisasi juga akan dirasakan oleh
orang tua, yaitu orang tuaakan merasa stress, frustasi, serta merasa bersalah karena
ia tidak dapat memberikan pemenuhankebutuhan kesehatan yang baik untuk
anaknya. Apalagi bila mendengan kabar buruk mengenaikondisi anak.
6. Manfaat dari hospitalisasi ini dapat dimaksimalkan dengan cara memberikan
kesempatan kepada anak ataupun orang tua untuk mengetahui dan terlibat dalam
proses perawatan walaupun tidak terlibat secara menyeluruh.
B. Saran
Dampak dari hospitalisasi yang sering kita lihat saat ini tentu dapat memacu tingkat
stress pasien/anak ataupun keluarga/orang tua. Oleh karena itu, konsep hospitalisasi
yang benar seharusnya dapat ditekankan lagi oleh tenaga kesehatan (perawat dan
dokter) sehingga manfaat dari hospitalisasi itu sendiri dapat dimaksimalkan.
21
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.itsk-soepraoen.ac.id/306/3/BAB%20II.pdf
https://r.search.yahoo.com/
_ylt=AwrKGAv7KIdk118VtRzLQwx.;_ylu=Y29sbwNzZzMEcG9zAzEEdnRpZAM
Ec2VjA3Ny/RV=2/RE=1686608252/RO=10/RU=http%3a%2f%2frepository.itsk-
soepraoen.ac.id%2f306%2f3%2fBAB%2520II.pdf/RK=2/
RS=eDCRpCTLjJIMD5Uj_Vye3FTw4AQ-
https://eprints.umm.ac.id/63219/3/BAB%20II.pdf
https://doku.pub/documents/makalah-kel-6-konsep-hospitalisasi-z0xje8ovxwln
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-pjs1a23e602aafull.pdf
22