Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK SEHAT DAN SAKIT AKUT

KONSEP HOSPITALISASI

Dosen Pengampuh : Ns. Petronela Mamentu, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :

Mahdia Maylav Aizha Masihor

2101074

Semester 4C

Keperawatan

Program Studi Ners

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

MANADO
1
2023

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan

hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “KONSEP

HOSPITALISASI”.

Dan juga saya berterima kasih pada Ns. Petronela Mamentu, S.Kep., M.Kep selaku dosen mata

kuliah Keperawatan Anak Sehat dan Sakit Akut yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta

pengetahuan kita mengenai konsep hospitalisasi. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di

dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk

itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,

mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya

laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang

membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang

berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Manado, 14 Mei 2023

Penyusun

3
DAFTAR ISI

JUDUL MAKALAH.......................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4

A. Latar Belakang....................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................5
C. Tujuan.................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................6
A. Pengertian Hospitalisasi......................................................................................................6
B. Manfaat Hospitalisasi.........................................................................................................7
C. Faktor – Faktor Penunjang Hospitalisasi............................................................................7
D. Mempersiapkan Anak Untuk Mendapat Pelayanan di Rumah Sakit..................................8
E. Stressor Terhadap Hospitalisasi..........................................................................................9
F. Dampak Hospitalisasi.......................................................................................................11
G. Mengatasi Dampak Hospitalisasi.....................................................................................14

BAB III PENUTUP........................................................................................................................15

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................15
3.2 Saran.................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................16

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sakit bukan lagi kata yang jarang kita dengar. Setiap orang mungkin pernah mengalami
sakit dan bahkan mungkin pernah dirawat di rumah sakit. Suasana saat berada di tempat
perawatan seperti rumah sakit tentu berbeda dengan suasana yang biasanya seseorang
rasakan. Suasana dengan dikelilingi orang-orang yang berbeda. Hal ini tentu akan sangat
dirasakan terutama bagi mereka yang baru pertama kalinya merasakan suasana perawatan
rumah sakit. Proses perawatan tersebut merupakan proses hospitalisasi. Hospitalisasi
diartikan adanya beberapa perubahan psikis yang dapat menjadi sebab yang bersangkutan
dirawat disebuah institusi seperti rumah perawatan (Berton, 1958, dalam Stevens, 1992).
Dalam Supartini (2002), hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan
yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani
terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Hospitalisasi ini
memiliki dampak terhadap psikis pada pasien (anak) ataupun pada orangtua. Seperti
pasien merasa keahilangan privasi,otonomi, serta perubahan gaya hidupnya.Sedangkan
pada orang tua, sepertiadanya rasa bersalah dan frustasi karena tidak dapat menjaga
kesehatan anaknya oleh karena itu, betapa pentingnya seorang perawat memahami
konsep hospitalisasi agar dampaknya pada anak dan pasien dan orang tua dan kluarga
dapat diminimalisir sehingga dapat dijadikan dasar dalam pemberian suatu tindakan
asuhan keperawatan

5
B. Rumusan Masalah

1. Menjelaskan pengertian hospitalisasi ?

2. Menjelaskan manfaat hospitalisasi ?

3. Menerangkan tentang faktor-faktor penunjang hospitalisasi ?

4. Bagaimana cara mempersiapkan anak dalam mendapatkan pelayanan di rumah sakit ?

5. Bagaimana stressor dalam hospitalisasi ?

6. Bagaimana dampak hospitalisasi ?

7. Bagaimana cara mengatasi dampak hospitalisasi ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian hospitalisasi

2. Mengetahui manfaat hospitalisasi

3. Mengetahui faktor – faktor penunjang hospitalisasi

4. Mengetahui bagaimana cara mempersiapkan anak dalam mendapatkan pelayanan di

rumah sakit

5. Mengetahui stressor dalam hospitalisasi

6. Mengetahui dampak hospitalisasi

7. Mengetahui cara mengatasi dampak hospitalisasi

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Hospitalisasi merupakan perawatan yang dilakukan dirumah sakit dan dapat
menimbulkan trauma dan stress pada klien yang baru mengalami rawat inap dirumah
sakit. Hospitalisasi dapat diartikan juga sebagai suatu keadaan yang memaksa seseorang
harus menjalani rawat inap dirumah sakit untuk menjalani pengobatan maupun terapi
yang dikarenakan klien tersebut mengalami sakit.
Pengalaman hospitalisasi dapat mengganggu psikologi seseorang terlebih bila seseorang
tersebut tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya di rumah sakit. Pengalaman
hospitalisasi yang dialami klien selama rawat inap tersebut tidak hanya
mengganggu psikologi klien, tetapi juga akan sangat berpengaruh pada psikososial klien
dalam berinteraksi terutama pada pihak rumah sakit termasuk pada perawat.
Hospitalisasi diartikan adanya beberapa perubahan psikis yang dapat menjadi sebab
yang bersangkutan dirawat disebuah institusi seperti rumah perawatan (Berton, 1958
dalam Stevens, 1992).
Dalam Supartini (2002), hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan
yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani
terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah.
Penelitian membuktikan bahwa hospitalisasi anak dapt menjadi suatu pengalaman yang
menimbulkan trauma, baik pada anak, maupun orang tua. Sehingga menimbulkan reaksi
tertentu yang akan sangat berdampak pada kerja sama anak dan orang tua dalam
perawatan anak selama di rumah sakit (Halstroom dan Elander, 1997, Brewis, 1995, dan
Brennan, 1994). Oleh karena itu betapa pentingnya perawat memahami konsep
hospitalisasi dan dampaknya pada anak dan orang tua sebagai dasar dalam pemberian
asuhan keperawatan (Supartini, 2002).

Tingkah laku pasien yang dirawat di rumah sakit dapat dikenal menurut Berton 1958
dalam Stevens, 1992) dari :
1. Kelemahan untuk berinisiatif
2. Kurang/ tak ada perhatian tentang hari depan
3. Tak berminat (ada daya tarik)
4. Kurang perhatian cara berpakaian dan segala sesuatu yang bersifat pandangan luas
5. Ketergantungan dari orang-orang yang membantunya.

7
B. Manfaat Hospitalisasi
Menurut Supartini (2004), cara memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak adalah
sebagai berikut
1. Membantu perkembangan orang tua dan anak, dengan cara memberi kesempatan
orang tua mempelajari tumbuh kembang anak dan reaksi anak terhadap stressor
yang dihadapi selama dalam perawatan di rumah sakit
2. Hospitalisasi dapat dijadikan media untuk belajar orang tua. Untuk itu, perawat
dapat memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang penyakit anak,
terapi yang didapat, dan prosedur keperawatan yang dilakukan pada anak,
tentunya sesuai dengan kapasitas belajarnya.
3. Untuk meningkatkan kemampuan kontrol diri, dapat dilakukan dengan memberi
kesempatan pada anak mengambil keputusan, tidak terlalu bergantung pada orang
lain dan percaya diri. Tentunya hal ini hanya dapat dilakukan oleh anak yang
lebih besar, bukan bayi. Berikan selalu penguatan yang positif dengan selalu
memberikan pujian atas kemampuan anak dan orang tua dan dorong terus untuk
meningkatkannya
4. Fasilitasi anak untuk menjaga sosialisasinya dengan sesama pasien yang ada,
teman sebaya atau teman sekolah. Beri kesempatan padanya untuk saling kenal
dan berbagi pengalamannya. Demikian juga interaksi dengan petugas kesehatan
dan sesama orang tua harus difasilitasi oleh perawat karena selama di rumah sakit
orang tua dan anak mempunyai kelompok sosial yang baru.

C. Faktor – Faktor Penunjang Hospitalisasi


Faktor- faktor yang menunjang hospitalisasi (Stevens, 1992) :
1. Kepribadian manusia
Tidak setiap orang peka terhadap hospitalisasi. Kita melihat ada sebagian orang
yang sangat menderita dan sangat tergantung pada pada apa yang diberikan
lingkungannya. Namun ada juga yang menangani sendiri dan tidak bisa menerima
keadaan itu begitu saja. Semua tergantung dari segi kepribadian manusia itu
sendiri.
2. Kehilangan kontak dengan dunia luar perawatan
Pasien/ orang yang tinggal di rumah perawatan akan kehilangan kontak yang
sudah lama berjalan dengan terpaksa.Iia sudah tidak berada lagi dalam lingkungan
yang aman yang dijalaninya dalam sebagian besar hidupnya. Orang-orang yang
sering berkomunikasi dengannya kini hanya sekedar bertamu dalam suasana yang
berbeda, hanya sebagian kecil keluarga dekat yang menemaninya. Sebagian
besar kontak-kontak dengan orang senasib yang terbatas dalam ruang perawatan
yang sama dan dengan orang-orang yang membantunya. Dunia mereka boleh
dikatakan terbatas pada lingkungan kecil. Apalagi ia bergaul dengan orang-orang
yang sebenarnya bukan pilihannya.

8
3. Sikap pemberi pertolongan
Ada perbedaan tugas antara pasien dan yang memberi pertolongan. Ini terlihat
jelas dalam kegiatan mereka sehari-hari. Pasien biasanya menunggu dan yang
menolong yang menentukan apa yang dilakukan dan kapan. Pasien menunggu apa
yang terjadi dan perawat yang tahu. Pasien tergantung pada yang menolong dan ia
terpaksa mengikuti. Ia sering merasa tidak berdaya sehingga merasa harga dirinya
berkurang. Hal ini membuat dirinya lebih merasa tergantung. Perawat melakukan
pekerjaan yang rutin dan berkembang sedikit saja, hal ini akan membuat mereka
menanamkan jiwa hospitalisasi pada pasien.
4. Suasana bagi perawatan
Suasana bagian sebagian besar ditentukan oleh sikap personel/ perawat, baik oleh
hubungan antar sesama perawat, maupun oleh sikap mereka terhadap pasien dan
tamu-tamu mereka. Bara berpakaian orang-orang di bagian juga sangat penting.
Bara manuasia bergaul, dapat mempengaruhi sikap pasien. Ketergantungan antara
personal biasanya mudah dapat dipengaruhi. Pasien yang dirawat inap mendapat
kesan bahwa mereka bukan yang terpenting dalam perawatan ini. Juga ternyata
bahwa orang-orang yang hanya mendapatkan tugas melaksanakan pekerjaan dan
tanpa bisa memberi tanggapan atau saran maka pasien-pasien atau tamu-tamu
mereka akan diperlakukan sama seperti itu. Ini memperbesar kemungkinan
adanya hospitalisasi.
5. Obat – Obatan
Obat-obatan dapat memberi pengaruh besar pada sikap. Beberapa obat-obatan
dapat mengakibatkan adanya tanda-tanda yang sama seperti hospitalisasi. Dengan
sendirinya,kemungkinan hospitalisasi besar. Jika dipakai obat-obatan yang dapat
merangsang adanya sikap tadi

D. Mempersiapkan Anak Untuk Mendapatkan Pelayanan Di Rumah Sakit


Rumah sakit tempat dirawat mungkin merupakan tempat dan suasana baru bagi anak.
Oleh karena itu, persiapan sebelum dirawat itu sangat penting. Persiapan anak sebelum
dirawat dirumah sakit didasarkan pada asumsi bahwa ketakutan akan sesuatu yang tidak
diketahui akan menjadi ketakutan yang nyata (Supartini, 2004).
Menurut Supartini (2004), pada tahap sebelum masuk rumah sakit dapat dilakukan :
1. Siapkan ruang rawat sesuai dengan tahapan usia dan jenis penyakit dengan peralatan
yang diperlukan
2. Apabila anak harus dirawat secara berencana, 1-2 hari sebelum dirawat diorientsikan
dengan situasi rumah sakit dengan bentuk miniatur bangunan rumah sakit.

Sedangkan pada hari pertama dirawat, menurut Supartini (2004), tindakan yang harus
dilakuan adalah :
1. Kenalkan perawat dan dokter yang akan merawatnya

9
2. Orientasikan anak dan orang tua pada ruangan rawat yang ada beserta fasilitas yang
dapat digunakannya
3. Kenalkan dengan pasien anak lain yang akan menjadi teman sekamarnya
4. Berikan identitas pada anak. misalnya pada papan nama anak
5. Jelaskan aturan rumah sakit yang berlaku pada jadwal kegiatan yang harus diikuti
6. Laksanakan pengkajian riwayat keperawatan
7. Lakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lainya sesuai dengan yang diprogramkan.

E. Stressor Dalam Hospitalisasi


Saat dirawat di rumah sakit atau tengah menjalani proses hospitalisasi, klien (dalam hal
ini adalah anak), tentu akan mengalami stress akibat dari segala macam bentuk
perubahan yang iaalami, seperti perubahan lingkungan, suasana, dan lain sebagainya

a. Reaksi anak terhadap hospitalisasi


Stressor dan reaksi hospitalisasi sesuai dengan tumbuh kembang pada anak (Novianto
dkk, 2009)
1. Masa bayi (0-1 tahun)
Dampak perpisahan, usia anak > 6 bulan terjadi stanger anxiety (cemas)
- Menangis keras
- Pergerakan tubuh yang banyak
- Ekspresi wajah yang tidak menyenangkan

2. Masa toddler (2-3 tahun)


Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan. Disini respon perilaku anak dengan
tahapnya

3. Masa Prasekolah (3-6 tahun)


Seringkalidipersepsikananaksekolahsebagaihukuman,sehinggamenimbulkanreaksiagresif
- Menolak makan
- Sering bertanya
- Menangis perlahan
- Tidak kooperatif terhadap petugas Kesehatan

4. Masa sekolah (6-12 tahun)


Perawatan di rumah sakit memaksakan :
- Meninggalkan lingkungan yang dicintai
- Meninggalkan keluarga
- Kehilangan kelompok sosial, sehingga menimbulkan kecemasan

10
5. Masa remaja (12-18 tahun)
Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya. Reaksi yang muncul :
- Menolak perawatan/ tindakan yang dilakukan
- Tidak kooperatif dengan petugas
- Bertanya – tanya
- Menarik diri
- Menolak kehadiran orang lain

Pendekatan yang digunakan dalam hospitalisasi (Novianto dkk, 2009) :


1. Pendekatan empirik
Dalam menanamkan kesadaran diri terhadap para personil yang terlibat dalam
hospitalisasi, metode pendekatan empirik menggunakan strategi, yaitu :
a. Melalui dunia pendidikan yang ditanamkan secara dini kepada peserta didik
b. Melalui penyuluhan atau sosialisasi yang diharapkan kesadaran diri mereka
sendiri dan peka terhadap lingkungan sekitarnya.

2. Pendekatan melalui metode permainan


Metode permainan merupakan cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan
konflik dalam dirinya yang tidak disadari. Kegiatan yang dilakukan sesuai keinginan
sendiri untuk memperoleh kesenangan.

b. Reaksi keluarga terhadap hospitalisasi


Berikut beberapa reaksi orang tua saat anak mereka dirawat di rumah sakit
(Supartini,2004)
1. Perasaan Cemas dan Takut
P e r as a an c em a s i n i m un gk i n da p a t t erj a di k e t i k a o ra ng t u a m
e l i ha t a n a kn y a m en da p a t prosedur menyakitkan seperti pengambilan darah,
injeksi, dan prosedur invasif lainnya. Hal ini mungkin saja membuat orang tua merasa
sedih atau bahkan menangis karena tidak tega melihatanaknya. Oleh karea itu, pada
kondisi ini perawat atau petugas kesehatan harus lebih bijaksana bersikap pada anak dan
orang tuanya. Penelitian membuktikan bahwa rasa cemas paling tinggi dirasakan orang
tua saat menunggu informasi tentang diagnosis penyakit anaknya (Supartini, 2000),
sedangkan rasa takut muncul pada orang tua terutama akibat takut kehilangan anak
pada kondisi sakit yang terminal (Brewis, 1995). Hal lain yang mungkin menyebabkan
rasa cemas adalah rasa trauma terhadap lingkungan rumah sakit, ataupun rasa cemas
karena pertama kali membawa anaknya untuk dirawat di rumah sakit sehingga merasa
asing dengan lingkungan baru. Perilaku yang sering ditunjukkan orang tua berkaitan
dengan adanya perasaan cemas dan takut ini adalah sering bertanya atau bertanya
tentang hal yang sama secara berulang pada orang yang berbeda, gelisah, ekspresi wajah
tegang, dan bahkan marah (Supartini, 2001).

11
2. Perasaan sedih
Perasaan sedih sering muncul ketika anak pada saat anak berada pada kondisi
termal dan orang tua mengetahui bahwa anaknya hanya memiliki sedikit kemungkinan
untuk dapat sembuh. Bahkan ketika menghadapi anaknya yang menjelang ajal,
orang tua merasa sedih dan berduka. Namun di satu sisi, orang tua harus berada di
samping anaknya sembari memberikan bimbingan spiritual pada anaknya. Pada kondisi
ini, orang tua menunjukkan perilaku isolasi atau tidak mau didekati orang lain, bahkan
bisa tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan (Supartini, 2000).

3. Perasaan frustasi
Pada kondisi ini, orang tua merasa frustasi dan putus asa ketika melihat anaknya yang
telah dirawat cukup lama namun belum mengalami perubahan kesehatan
menjadi lebih baik. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan psikologis dari pihak
-pihak luar (seperti keluarga ataupun perawat atau petugas kesehatan)

4. Perasaan bersalah
Perasaan bersalah muncul karena orangtua menganggap dirinya telah gagal dalam
memberikan perawatan kesehatan pada anaknya sehingga anaknya harus
mengalami suatu perubahan kesehatan yang harus ditangani oleh tenaga kesehatan di
rumah sakit.
Memberikan dukungan pada angota keluarga lain (Supartini,2004) :
1. Berikan dukungan pada keluarga untuk mau tinggal dengan anak di rumah sakit
2. Apabila diperlukan, fasilitasi keluarga untuk berkonsultasi pada psikolog atau ahli
agama karena sangat dimungkinkan keluarga mengalami masalah psikososial dan
spiritual yang memerluakn bantuan ahli
3. Beri dukungan pada keluarga untuk menerima kondi si anaknya
dengan nilai nilai yang diyakininya
4. Fasilitasi untuk menghadirkan saudara kandung anak apabila diperlukan keluarga dan
berdampak positif pada anak yang dirawat ataupun saudara kandungnya

F. Dampak Hospitalisasi
Perawatan anak di rumah sakit tidak hanya menjadi masalah pada anak, tetapi juga pada
orang tua. Brewis (1995 dalam Supartini, 2002) menemukan rasa takut pada orang tua
selama perawatan anak di rumah sakit terutama pada kondisi sakit anak yang terminal
karena takut akan kehilangan anak yang dicintainya dan adanya perasaan berduka.
Stessor lain yang sangat menyebabkan orang tua stres adalah mendapatkan informasi
buruk tentang diagnosis medik anaknya, perawatan yang tidak direncanakan dan
pengalaman perawatan di rumah sakit sebelumnya yang dirasakan menimbulkan trauma
(Supartini 2000).

12
Menurut Asmadi (2008), hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam bagi
setiap orang. Penyakit yang diderita akan menyebabkan perubahan perilaku normal
sehingga klien perlu menjalani perawatan (hospitalisasi). Secara umum, menurut Asmadi
(2008), hospitalisasi menimbulkan dampak pada beberapa aspek, yaitu :

1. Privasi
Privasi dapat diartikan sebagai refleksi perasaan nyaman pada diri seseorang dan
bersifat pribadi. Bisa dikatakan, privasi adalah suatu hal yang sifatnya pribadi. Sewaktu
dirawat di rumah sakit, klien kehilangan sebagai privasinya. Kondisi ini disebabkan oleh
beberpa hal :
- Selama dirawat di rumah sakit, klien berulang kali diperiksa oleh petugas kesehatan
(dalam hal ini perawat dan dokter). Bagian tubuh yang biasanya dijaga agar tidak dilihat,
tiba-tiba dilihat dan disentuh oleh orang lain. Hal ini tentu akan membuat klien merasa
tidak nyaman.
- Klien adalah orang yang berada dalam keadaan lemah dan bergantung pada orang lain.
Kondisi ini cenderung membuat klien pasrah dan menerima apapun tindakan petugas
Kesehatan kepada dirinya asal ia cepat sembuh. Menyikapi hal tersebut, perawat harus
selalu memperhatikan dan menjaga privasi klien ketika berinteraksi dengan mereka.
Beberapa hal yang dapat perawat lakukan guna menjaga privasi klien adalah sebagai
berikut :
a. Setiap akan melakukan tindakan keperawatan, perawat harus selalu memberitahu dan
menjelaskan perihal tindakan tersebut kepada klien
b. Memperhatikan lingkungan sebelum melaksanakan tindakan keperawatan. Yakinkan
bahwa lingkungan tersebut menunjang privasi klien.
c. Menjaga kerahasiaan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan klien. Sebagai
contoh, setelah memasang kateter, perawat tidak boleh menceritakan alat kelamin pasien
kepada orang lain, termasuk pada teman sejajwat.
d. Menunjukkan sikap profesional selama berinteraksi dengan klien. Perawat tidak boleh
mengeluarkan kata-kata yang dapat membuat klien malu atau marah. Sikap tubuh pun
tidak boleh layaknya majikan kepada pembantu
e. Libatkan klien dalam aktivitas keperawatan sesuai dengan batas kemampuannya jika
tidak ada kontraindikasi.

2. Gaya hidup
Klien yang dirawat di rumah sakit sering kali mengalami perubahan pola gaya hidup. Hal
ini disebabkan oleh perubahan kondisi antara rumah sakit dengan rumah tempat tinggal
klien, juga oleh perubahan kondisi keehatan klien. Aktivitas hidup yang klien jalani
sewaktu sehat tentu berbeda dengan aktivitas yang dialaminya selama di rumah sakit.
Perubahan gaya hidup akibat hospitalisasi inilah yang harus menjadi perhatian setiap
perawat. Asuhan keperawatan yang diberikan harus diupayakan sedemikian rupa agar
dapat menghilangkan atau setidaknya meminimalkan perubahan yang terjadi.

13
3. Otonomi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa individu yang sakit da dirawat di
rumahsakit berada dalam posisi ketergantungan. Artinya, ia akan pasrah terhadap
tindakan apapun yang dilakukan oleh petugas kesehatan demi mencapai keadaan sehat.
Ini menunjukkan bahwa klien yang dirawat di rumah sakit akan mengalami perubahan
otonomi. Untuk mengatasi perubahan ini, perawat harus selalu memberitahu klien
sebelum melakukan intervensi apapun dan melibatkan klien dalam intervensi, baik secara
aktif maupun pasif.

4. Peran
Peran dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan individu sesuai
dengan status sosialnya Jika ia seorang perawat, peran yang diharapkan adalah peran
sebagai perawat bukan sebagai dokter. Selain itu, peran yang dijalani seseorang adalah
sesuai dengan status kesehatannya. Peran yang dijalani sewaktu sehat tentu berbeda
dengan peran yang dijalani saat sakit. Tidak mengherankan jika klien yang dirawat di
rumah sakit mengalami perubahan peran. Perubahan yang terjadi tidak hanya pada diri
pasien, tetapi juga pada keluarga. Perubahan tersebut antara lain :
a. Perubahan peran.
Jika salah seorang anggota keluarga sakit, akan terjadi perubahan pera dalam keluarga.
Sebagai contoh, jika ayah sakit maka peran kepala keluarga akan digantikan oleh ibu.
Tentunya perubahan peran ini mengharuskan dilaksanakannya tugas tertentu sesuai
dengan peran tersebut.
b. Masalah keuangan
Keuangan keluarga akan terpengaruh oleh hospitalisasi. Keuangan yang sedianya
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga akhirnya digunakan untuk
keperluan klien yang dirawat. Akibatnya, keuangan ini sangat riskan, terutama pada
keluarga yang kurang mampu. Dengan semakin mahalnya biaya kesehatan, beban
keuangan keluarga semakin bertambah
c. Kesepian
Suasana rumah akan berubah jika ada seorang anggota keluarga yang dirawat. Keseharian
keluarga yang biasanya dihiasi kegembiraan, keceriaan, dan canda gurau anggotaanya
tiba- iba diliputi oleh kesedihan. Suasana keluarga pun menjadi sepi karena perhatian
keluarga terpusat pada penanganan anggota keluarganya yang sedang dirawat
d. Perubahan kebiasaan sosial
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat. Karenanya, keluarga pun mempunyai
kebiasaan dalam lingkungan sosialnya. Sewaktu sehat, keluarga mampu berperan serta
dalam kegiatan sosial. Akan tetapi, saat salah seorang anggota keluarga sakit, keterlibatan
keluarga dalam aktivitas sosial di masyarakatpun mengalami perubahan.

14
G. Mengatasi Dampak Hospitalisasi
Menurut Supartini (2004), cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi
dampak hospitalisasi adalah sebagai berikut :

1. Upaya meminimalkan stressor


Upaya meminimalkan stresor dapat dilakukan dengan cara mencegah atau mengurangi
dampak perpisahan, mencegah perasaan kehilangan kontrol dan mengurangi/
meminimalkan rasa takut terhadap pelukaan tubuh dan rasa nyeri

2. Untuk mencegah/ meminimalkan dampak perpisahan dapat dilakukan dengan cara :


a. Melibatkan keluarga berperan aktif dalam merawat pasien dengan cara membolehkan
mereka tinggal bersama pasien selama 24 jam (rooming in)
b. Jika tidak mungkin untuk rooming in, beri kesempatan keluarga untuk melihat pasien
setiap saat dengan maksud mempertahankan kontak antar mereka
c. Modifikasi ruangan perawatan dengan cara membuat situasi ruangan rawat perawatan
seperti dirumah dengan cara membuat dekorasi ruangan

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hospitalisasi adalah suatu proses yang harus dilalui anak akibat adanya suatu alasan
sehinggamengharuskan anak untuk menjalani perawatan di rumah sakit.
Hospitalisasi dapat dipengaruhi oleh kepribadian seseorang, pemberi pelayanan, suasana
bagian pelayanan, dan hilangnya kontak dengan dunia luar. Bagi anak yang menganggap
bahwa dunia rumah sakit merupakan dunia baru baginya, orang tua bersama tenaga
kesehatan harus mempersiapkan anak sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan. Saat
dirawat di rumah sakit atau tengah menjalani proses hospitalisasi, klien (dalam hal ini
adalah anak), tentu akan mengalami stress akibat dari segala macam bentuk perubahan
yang iaalami, seperti perubahan lingkungan, suasana, dan lain sebagainya. Stressor dan
reaksi hospitalisasi sesuai dengan tumbuh kembang pada anak. Selain pada diri
anak/pasien (seperti perubahan gaya hidup, hilangnya privasi dan otonomi, danlain
sebaginya), dampak dari hospitalisasi juga akan dirasakan oleh orang tua, yaitu orang
tuaakan merasa stress, frustasi, serta merasa bersalah karena ia tidak dapat memberikan
pemenuhankebutuhan kesehatan yang baik untuk anaknya.&palagi bila mendengan kabar
buruk mengenaikondisi anak.Manfaat dari hospitalisasi ini dapat dimaksimalkan dengan
cara memberikan kesempatan kepadaanak ataupun orang tua untuk mengetahui dan
terlibat dalam proses perawatan walaupun tidak terlibat secara menyeluruh

B. Saran
Dampak dari hospitalisasi yang sering kita lihat saat ini tentu dapat memacu tingkat
stress pasien/anak ataupun keluarga/orang tua. Oleh karena itu, konsep hospitalisasi yang
benar seharusnya dapat ditekankan lagi oleh tenaga kesehatan (perawat dan dokter)
sehingga manfaatdari hospitalisasi itu sendiri dapat dimaksimalkan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (20). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.


Stevens, P.J.M. dkk (1997). Ilmu Keperawatn. 2(1). Jakarta;
EGC.
Supartini, Y. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

17

Anda mungkin juga menyukai