Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, BALITA


DAN ANAK
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT
MTBS

DISUSUN OLEH:
AISYAH FEBRIANTI
NPM 1930701058

JURUSAN KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Telah menganugrahkan kasihnya dengan
berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Mata Kuliah Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi dan Balita dengan judul Manajemen Terpadu Balitas Sakit. Dalam
penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, dan berbagai
macam buku karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan
sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Penyusun berharap
tulisan ini bisa memberikan wawasan luas untuk memahami tentang Asuhan Kebidanan.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah
ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Terimakasih

Tarakan, 16 Juni 2020


Penyusun,

Aisyah Febrianti
NPM. 1930701058

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................. 1
C. Tujuan Masalah.................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Baby Friendly..................................................................................................... 3
B. Memulai Pemberian ASI Sejak Dini dan Ekslusif............................................. 4
C. Regulasi Suhu Bayi Baru Lahir Dengan Kontak Kulit ke Kulit........................ 6
D. Pemotongan Tali Pusat....................................................................................... 7
E. Perawatan Tali Pusat.......................................................................................... 8
F. Stimulasi Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi dan Balita............................. 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan......................................................................................................... 13
B. Saran................................................................................................................... 13

Daftar Pustaka.............................................................................................................. 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Derajat kesehatan merupakan pecerminan kesehatan perorangan, kelompok, maupun
masyarakat yang digambarkan dengan umur harapan hidup, mortalitas, morbiditas, dan
status gizi masyarakat. Sehat dapat mencakup pengertian yang sangat luas, selain bebas
dari penyakit tetapi juga tercapainya keadaan kesejahteraan baik fisik, sosial dan mental.
Berdasarkan data WHO, sekitar 12 juta anak di dunia meninggal setiap tahun sebelum
mencapai umur 5 tahun. Lebih dari 70% kematian tersebut disebabkan oleh pneumonia,
diare, malaria, campak dan gizi buruk (Astuti, 2015). Sedangkan hasil Survey Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, angka kematian neonatal (AKN), angka kematian bayi
(AKB) dan angka kematian balita (AKBA) adalah 19/1000 kelahiran hidup (KH),
34/1000 KH dan 44/1000KH. Artinya, kematian balita (0- 59 bulan) masih tinggi.
Beberapa pelayanan kesehatan sudah berpengalaman dalam mengobati penyakit-
penyakit yang umum menyerang anak tersebut, akan tetapi masih menggunakan pedoman
terpisah untuk setiap penyakit. Padahal ada beberapa penyakit yang saling berkaitan,
misalnya diare berulang seringkali menyebabkan gizi buruk sehingga perawat mengalami
kesulitan dalam menggabungkan berbagai pedoman yang terpisah pada saat menangani
anak yang menderita beberapa penyakit (Astuti, 2015). Untuk itu, diperlukan kerja keras
dalam upaya menurunkan angka kematian tersebut, termasuk diantaranya peningkatan
keterampilan perawat sebagai lini terdepan pemberi pelayanan dalam menangani balita
sakit (Direktorat Kesehatan Anak, 2011).

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Manajemen Terpadu Balita Sakit?
2. Bagaimana Sejarah Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit?
3. Apa Tujuan Manajemen Terpadu Balita Sakit?
4. Dimana Ruang Lingkup Manajemen Terpadu Balita Sakit?
5. Bagaimana Penatalaksanaan Balita Sakit Dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Manajemen Terpadu Balita Sakit.
2. Untuk mengetahui sejarah penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit.
iii
3. Untuk mengetahui apa tujuan Manajemen Terpadu Balita Sakit.
4. Untuk mengetahui ruang lingkup Manajemen Terpadu Balita Sakit.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan balita sakit dengan Manajemen Terpadu Balita
Sakit

iii
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan suatu panduan tata laksana
terkait kondisi sakit yang dialami oleh balita. Pada panduan MTBS yang disusun oleh
Kemenkes terdiri dari:
1. Penilaian, klasifikasi, dan tindakan pengobatan
Panduan ini ditujukan untuk tenaga kesehatan utamanya dalam fasilitas
kesehatan primer untuk mampu mengidentifikasi tanda bahaya umum terkait dengan
keluhan utama saat balita datang ke puskesmas. Selain itu diperlukan juga untuk
memeriksa status gizi, anemia, HIV, imunisasi, pemberian vitamin A, dan
mengidentifikasi masalah/ keluhan lain.
2. Panduan pengobatan untuk ibu terhadap penyakit yang bisa diatasi di rumah
Meliputi cara pemberianobat oral seperti:
a. Antibiotik
b. Kotrimoksasol
c. Parasetamol
d. Obat cacingan
e. Zat besi, vit A
f. Obat oral untuk malaria dan infeksi campuran

Selain itu panduan bagi ibu dalam mengobati infeksi lokal yang terjadi di rumah
seperti:
a. Mengobati infeksi mata dengan salep ataupun tetes mata
b. Mengeringkan telinga dengan bahan penyerap
c. Mengobati luka di mulut dengan antiseptik mulut
d. Meredakan batuk dan melegakan tenggorokan dengan bahan yang aman
e. Cara mendeteksi dan menangani dehidrasi pada anak serta kapan untuk
membawanya ke rumah sakit
3. Konseling ibu
Konseling yang diberikan untukibu ini meliputi cara pengobatan di rumah seperti
yang disebutkan sebelumnya. Selain itu, ibu juga akan diberi konseling mengenai cara
pemberian makanan dan masalah yang mungkin terjadi serta cara mengatasinya.
iii
Konseling juga diberikan terkait pemberian cairan pada balita. Hal yang tidak kalah
penting adalah menganjurkan dan mengingatkan ibu untuk senantiasa menjaga
kondisi kesehatan masing-masing selain kesehatan anaknya.
4. Pelayanan tindak lanjut
Pelayanan tindak lanjut diberikan pada balita dengan kondisi tertentu yang
memang membutuhkan perawatan di rumah sakit, seperti:
a. Pneumonia
b. Diare persisten
c. Disentri dan malaria
d. Demam bukan malaria
e. Campak dengan komplikasi pada mata atau mulut
f. Dengue
g. Infeksi telinga akut atau kronis
h. Gizi buruk atau malnutrisi
i. Anemia dan anak dengan risiko HIV

B. Sejarah Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit di Indonesia


MTBS telah diadaptasi pada tahun 1997 atas kerjasama antara Kementerian
Kesehatan RI, WHO, Unicef dan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia). Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of Childhood Illness (IMCI)
adalah suatu pendekatan terpadu dalam tatalaksana balita sakit.
MTBS bukan merupakan program kesehatan,tetapi suatu standar pelayanan dan
tatalaksana balita sakit secara terpadu di fasilitas kesehatan tingkat dasar. WHO
memperkenalkan konsep pendekatan MTBS dimana merupakan strategi upaya pelayanan
kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi dan anak
balita di negara-negara berkembang.
Ada 3 komponen dalam penerapan strategiMTBS yaitu:
1. Komponen I : meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana
kasus balita sakit (dokter, perawat, bidan, petugas kesehatan)
2. Komponen II : memperbaiki sistem kesehatan agar penanganan penyakit pada
balita lebih efektif
3. Komponen III : Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan
di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan

iii
pemberdayaan keluarga dan masyarakat, yang dikenal sebagai “Manajemen
Terpadu Balita Sakit berbasis masyarakat”).
Untuk keberhasilan penerapan MTBS, proporsi penekanan pada ketiga komponen
harus sama besar.

C. Tujuan Manajemen Terpadu Balita Sakit


1. Menurunkansecara bermakn aangka kematian dan kesakitan yang terkait penyakit
tersering pada balita.
2. Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak.

Menurut data Riskesdas tahun 2007, penyebab kematian perinatal 0 – 7 hari terbanyak
adalah gangguan/kelainan pernapasan (35,9 %), prematuritas (32,4 %), sepsis (12,0
%).Kematian neonatal 7 – 29 hari disebabkan oleh sepsis (20,5 %), malformasi
kongenital (18,1 %) dan pneumonia (15,4 %). Kematian bayi terbanyak karena diare (42
%) dan pneumonia (24 %), penyebab kematian balita disebabkan diare (25,2 %),
pneumonia (15,5 %) dan DBD (6,8 %).
Penyakit-penyakit terbanyak pada balita yang dapat di tata laksana dengan MTBS
adalah penyakit yang menjadi penyebab utama kematian, antara lain pneumonia, diare,
malaria, campak dan kondisi yang diperberat oleh masalah gizi (malnutrisi dan anemia).
Langkah pendekatan pada MTBS adalah dengan menggunakan algoritma sederhana yang
digunakan oleh perawat dan bidan untuk mengatasi masalah kesakitan pada Balita. Bank
Dunia, 1993 melaporkan bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost effective untuk
mengatasi masalah kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan Akut
(ISPA), diare, campak malaria, kurang gizi, yang sering merupakan kombinasi dari
keadaan tersebut
Pendekatan MTBS di Indonesia pada awalnya dimanfaatkan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan
jaringannya termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll). MTBS mengkombinasikan
perbaikan tatalaksana kasus pada balita sakit (kuratif) dengan aspek gizi, imunisasi dan
konseling ( promotif dan preventif). Agar penerapan MTBS dapat berjalan sebagaimana
yang diharapkan, maka diperlukan langkah-langkah secara sistematis dan menyeluruh,
meliputi pengembangan sistem pelatihan, pelatihan berjenjang, pemantauan pasca

iii
pelatihan, penjaminan ketersediaan formulir MTBS, ketersediaan obat dan alat,
bimbingan teknis dan lain-lain.
Dari kedua survey di atas, menunjukkan bahwa kematian neonatal mendominasi
penyebab kematian bayi dan balita. Puskesmas dikatakan sudah menerapkan MTBS
apabila memenuhi kriteria melaksanakan/melakukan pendekatan MTBS minimal 60%
dari jumlah kunjungan balita sakit di puskesmas tersebut.
Mengingat MTBS telah diterapkan di Indonesia sejak 1997 dan banyak pihak yang
telah berkontribusi dalam pelatihan MTBS, tentunya banyak tenaga kesehatan yang telah
dilatih MTBS dan banyak insitusi yang terlibat di dalamnya. Sudah banyak fasilitator
dilatih MTBS dan para fasilitator ini sudah melatih banyak tenaga kesehatan, baik di
tingkat desa dan puskesmas.
Keberhasilan penerapan MTBS tidak terlepas dari adanya monitoring pasca pelatihan,
bimbingan teknis bagi perawat dan bidan, kelengkapan sarana dan prasarana pendukung
pelaksanaan MTB termasuk kecukupan obat-obatan. Namun, hal tersebut seringkali
dihadapkan pada keterbatasan alokasi dana, sehingga diperlukan suatu metode lain untuk
meningkatkan ketrampilan bidan dan perawat serta dokter akan MTBS melalui
komputerisasi atau yang lebih dikenal dengan ICATT (IMCI Computerize Adaptation
Training Tools), yaitu suatu aplikasi inovatifsoftware berbasis komputer untuk MTBS
yang mempunyai 2 tujuan:
1. Untuk adaptasi pedomanMTBS
2. Untuk pelatihan MTBS melalui komputer.

D. Ruang Lingkup Manajemen Terpadu Balita Sakit


1. Penilaian, klasifikasi dan pengobatan bayi muda umur 1 hari- 2 bulan
2. Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan- 5 tahun
3. Pengobatan yang telah ditetapkan dalam bagan penilaian dan klasifikasi
4. Konseling bagi ibu
5. Tindakan dan pengobatan
6. Masalah dan pemecahan dan pelayanan tindak lanjut

E. Penatalaksanaan Balita Sakit dengan Pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit


Seorang balita sakit dapat ditangani dengan pendekatan MTBS oleh Petugas
kesehatan yang telah dilatih. Petugas memakai tool yang disebut Algoritma MTBS untuk

iii
melakukan penilaian/pemeriksaan dengan cara menanyakan kepada orang tua/wali, apa
saja keluhan-keluhan/masalah anak kemudian memeriksa dengan cara 'lihat dan dengar'
atau 'lihat dan raba'. Setelah itu petugas akan mengklasifikasikan semua gejala
berdasarkan hasil tanya-jawab dan pemeriksaan. Berdasarkan hasil klasifikasi penyakit,
petugas akan menentukan tindakan/pengobatan, misalnya anak dengan klasifikasi
Pneumonia Berat atau Penyakit Sangat Berat akan dirujuk ke dokter Puskesmas.
Contoh begitu sistematis dan terintegrasinya pendekatan MTBS, ketika anak sakit
datang berobat, petugas kesehatan akan menanyakan kepada orang tua/wali secara
berurutan, dimulai dengan memeriksa tanda-tanda bahaya umum seperti:
1. Apakah anak bisa minum/menyusu?
2. Apakah anak selalu memuntahkan semuanya?
3. Apakah anak menderita kejang ?

Kemudian petugas akan melihat/memeriksa apakah anak tampak letargis/tidak sadar?


Setelah itu petugas kesehatan akan menanyakan keluhan utama lain:
1. Apakah anak menderita batuk atau sukar bernafas?
2. Apakah anak menderita diare?
3. Apakah anak demam?
4. Apakah anak mempunyai masalah telinga?
5. Memeriksa status gizi
6. Memeriksa anemia
7. Memeriksa status imunisasi
8. Memeriksa status pemberian vitamin A
9. Menilai masalah/keluhan-keluhan lain

Berdasarkan hasil penilaian hal-hal tersebut di atas, petugas akan mengklasifikasi


keluhan/penyakit anak, setelah itu petugas melakukan langkah-langkah
tindakan/pengobatan yang telah ditetapkan dalam penilaian/klasifikasi. Tindakan yang
dilakukan dapat berupa:
1. Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah
2. Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah
3. Menjelaskan kepada ibu tentang aturan-aturan perawatan anak sakit di rumah, misal
aturan penanganan diare di rumah

iii
4. Memberikan konseling bagi ibu, misal: anjuran pemberian makanan selama anak sakit
maupun dalam keadaan sehat
5. Menasihati ibu kapan harus kembali kepada petugas kesehatan
6. dan lain-lain
Perlu diketahui, untuk bayi yang berusia s/d 2 bulan, dipakai penilaian dan klasifikasi
bagi Bayi Muda (0-2 bulan) memakai Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) yang
merupakan bagian dari MTBS. Penilaian dan klasifikasi bayi
Pemeriksaan dan tindakan secara lengkap tentunya tidak akan diuraikan disini karena
terlalu panjang. Sebagai gambaran, untuk penilaian dan tindakan/pengobatan bagi setiap
balita sakit, pendekatan MTBS memakai 1 set Bagan Dinding yang ditempelkan di
tembok ruang pemeriksaan dan dapat memenuhi hampir semua sisi tembok ruang
pemeriksaan MTBS di Puskesmas dan formulir pencatatan baik bagi bayi muda (0-2
bulan) maupun balita umur 2 bulan-5 tahun. Sedangkan untuk pelatihan petugas,
diperlukan 1 paket buku yang terdiri dari 7 buku Modul, 1 buku Foto, 1 buku Bagan, 1 set
bagan dinding serta 1 set buku Pedoman Fasilitator dengan lama pelatihan selama 6 hari
ditambah pelajaran pada sesi malam.
Dinas Kesehatan perlu memonitor secara berkala apakah Puskesmas di wilayah
kerjanya menerapkan MTBS? Bila belum menerapkan, mungkin Tenaga Kesehatan yang
bertugas disana perlu dilatih. Untuk itu perlu merencanakan kegiatan pelatihan MTBS
dengan jadwal penuh seperti yang dipersyaratkan.

iii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan pelayanan
terhadap balita sakit yang dikembangkan oleh WHO.Dengan MTBS dapat ditangani
secara lengkap kondisi kesehatan balita pada tingkat pelayanan kesehatan dasar, yang
memfokuskan secara integrative aspek kuratif, preventif dan promotif termasuk
pemberian nasihat kepada ibu sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat untuk
meningkatkan kesehatan anak.Pemberian antibiotika sangat selektif sesuai klasifikasi
dan dapat dan dapat membatasi beberapa klasifikasi yang akhirnya dapat menekan
biaya pengobatan.Melihat keunggulan tersebut maka dapatlah dimengerti mengapa
Indonesia termasuk salah satu pengguna dini dari pendekatan MTBS ini, bahkan
Indonesia sekarang sudah sampai tahap pemantapan implementasi.

iii
DAFTAR PUSTAKA
prilia Asri R, S. Kep, Ners. Diktat Kuliah Keperawatan Anak 1. 2011

Dr. Soedjatmiko, SpA (K), Msi, 2009, Materi presentase pada “Pelatihan Program Kesehatan Balita
Bagi Penanggung Jawab Program Kesehatan Anak”. Bogor. 2009. Stimulasi , Deteksi dan Intervensi
Dini Gangguan Tumbuh Kembang Balita.

http://www.asuhan-keperawatan.co.cc/2010/01/kti-kebidanan-pelaksanaan-manajemen_04.html

http://www. Klikdokter.com/

Soetjiningsih, (1998), Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta.

iii

Anda mungkin juga menyukai