Oleh :
AMY HADIYANTI
NIM : 210704087
i
LEMBAR PERSETUJUAN
ASUHAN KEBIDANAN
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT PADA ANAK “I”
DI UPT PUSKESMAS PETIR
KABUPATEN SERANG – BANTEN
TAHUN 2022
Pembimbing I
(Tanda Tangan)
i
DAFTAR ISI
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................15
B. Saran ...............................................................................................15
A. Latar Belakang
Penurunan angka kematian bayi dan balita (AKB & AKABA)
merupakan tantangan dunia terutama negera berkembang seperti Indonesia.
Indonesia masih memiliki AKB & AKABA yang tinggi di dunia. Diilustrasikan
bahwa dalam setiap 3 menit terdapat 1 balita meninggal di Indonesia. Data
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan
angka kematian bayi 24 kematian per 1000 kelahiran hidup dan AKABA 32
per 1000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan penurunan jika
dibandingkan data SDKI tahun 2012 dimana terdapat AKB 32 kematian dan
AKABA 44 per 1000 kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Namun tren penurunan ini masih perlu mendapatkan perhatian serius dari
semua pihak untuk mencapai target Sustainable Development Goals pada
tahun 2030.
Faktor penyebab kematian bayi dan balita harus menjadi fokus dalam
pelayanan kebidanan pada bayi dan balita. Salah satu upaya pemerintah
untuk penurunan AKB & AKABA yaitu dengan menyiapkan kompetensi
sumber daya manusia, salah satunya adalah bidan. Kompetensi bidan
sebagai ujung tombak pelaksana kegiatan kesehatan ibu dan anak di
masyarakat sangat utama dan diharapkan mampu memberikan kontribusi
positif dalam penurunan AKB & AKABA di Indonesia. Gambaran diatas
menunjukkan perlunya kesiapan bidan dalam memberikan pelayanan
kebidanan yang bermutu dan profesional di masyarakat. Oleh karena itu,
penting bagi bidan dalam memahami materi kebidanan pada bayi, balita dan
anak prasekolah yang nantinya dapat diimplementasikan pada pelayanan
kebidanan di masyarakat.
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita,
karena pada masa ini merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan
dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak
selanjutnya. Kualitas anak masa kini merupakan penentu kualitas sumber
daya manusia di masa yang akan datang. Pertumbuhan adalah
bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti
bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan
1
sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. Perkembangan
adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi
dan kemandirian (Kementerian Kesehatan RI, 2016).
Manajemen Terpadu Balita Sakit merupakan suatu pendekatan yang
terintegrasi atau terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan focus pada
kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan
merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan atau cara
penatalaksanaan balita sakit. Konsep MTBS pertama kali diperkenalkan oleh
organisasi kesehatan dunia WHO (World Health Organizations) merupakan
suatu bentuk srategi upaya pelayanan kesehatan yang ditunjukan untuk
menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan bayi dan anak balita
di Negara-negara berkembang.
Balita adalah semua anak termasuk bayi baru lahir yang berusia 0
sampai menjelang 5 tahun (Ferry,2007). Sedngkan menurut Depkes RI
(2008), Balita adalah anak usia 12-59 bulan. Penyakit yang dapat diderita
bayi atau balita salah satunya adalah Demam. Demam merupakan suatu
keadaan di mana suhu badan melebihi 37°C karena di sebabkan oleh
jangkitan atau keradangan (Rizali, 2002). Komplikasi dari demam yaitu dapat
terjadi kejang. Untuk bidan harus mampu memberikan asuhan kebidanan
dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit .
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengambil
kasus dengan judul “Manajemen Terpadu Balita Sakit Pada Anak I
dengan Demam Di UPT Puskesmas Petir.”
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian, diagnosa, asuhan dan
evaluasi Manajemen Terpadu Balita Sakit dengan Demam.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian berdasarkan fakta pada
Manajemen Terpadu Balita Sakit dengan Demam
b. Mahasiswa mampu menegakan diagnosa atau masalah potensial
(bila ada) pada Manajemen Terpadu Balita Sakit dengan Demam
2
c. Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan yang tepat pada
Manajemen Terpadu Balita Sakit dengan Demam
d. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada Manajemen Terpadu
Balita Sakit dengan Demam
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
B. Sasaran MTBS
Adapun sasaran MTBS adalah anak umur 0-5 tahun dan di bagi menjadi dua
kelompok sasaran yaitu kelompok usia 0-2 bulan dan kelompok usia 2 bulan
sampai 5 tahun (vera,2015: Depkes RI, 2008)
Untuk balita sakit mendapatkan terapi rawat jalan, maka petugas kesehatan
dapat mengajari ibu cara pemberian obat oral dirumah, obat-obat yang
diberikan sesuai dengan dengan diagnose pasien seperti (antibiotik, oral, anti
malaria, oral, paracetamol, vitamin A, zat besi, dan obat cacing). Sedangkan
anak dengan tanda bahaya umum mempunyai masalah serius perlu di rujuk
segera (Yulia Astute, 2014).
5
D. Menanyakan Keluhan Utama
Beberapa jenis pelayanan yang penting untuk diajukan terkait dengan menilai
batuk atau sukar bernafas dan klafikasinya, menilai diare dan klasifikasinya,
menilai demam dan klasifikasinya, serta menilai masalah telinga dan
klafikasinya.
1. Menilai batuk atau sukar bernafas dan kafikasinya
Setelah memeriksa tanda bahaya umum, di tanyakan kepada ibu apakah
menderita batuk atau sukar bernafas jika anak batuk atau sukar bernafas,
sudah berapa lama, menghitung frekunsi nafas, melihat tarikan dada
bawah kedalam, dan melihat dan dengar adanya stridor. Kemudian
dilakukan klafikasi apakah anak menderita pneumonia berat, pneumonia
atau batuk bukan pneumonia.
2. Menilai diare dan Klasifikasinya
Setelah memeriksakan batuk atau sukar bernafas, petugas menanyakan
kepada ibu apakah anak menderita diare, jika anak diare, tanyakan sudah
berapa lama, apakah beraknya berdarah (apakah ada darah dalam tinja).
Lanhkah berikutnya adalah memeriksa keadaa umum anak, apakah anak
letargis atau tidak sadar, apakah anak gelisah dan rewel/mudah marah :
melihat apakah mata anak cekung, memeriksa kemampuan anak untuk
minum : apakah anak tidak bisa minum atau malas minum, apakah anak
haus minum dengan lahap: memeriksa cubitan kulit perut untuk
mengetahui turgor: apakah kembalinya sangat lambat (lebih dari 2 detik)
atau lambat. Setelah penilaian di dapatkan tanda dan gejala diare, maka
selanjutnya di klasifikasikan apakah anak menderita dehidrasi berat,
ringan/sedang, tanpa dehidrasi, diare pesisten berat, diare pesisten atau
disentri.
3. Menilai Demam dan Klasifikasinya
Demam merupakan masalah yang sering dijumpai pada anak kecil.
Tanyakan kepada ibu apakah anak demam, selanjutnya periksa apakah
anak teraba panas atau mengukur suhu tubuh dengan thermometer.
Dikatakan demam jika badan anak terasa panas atau juka suhu badan
37,5 °C atau lebih. Jika anak demam, tentukan daerah resiko malaria:
resiko tinggi, resiko rendah atau tanpa resiko malaria,. Jika daerah resiko
rendah atau tanda resiko malaria, tanyakan apakah anak dibawa
berkunjung ke luar daerah ini dalam 2 minggu terakhir. Jika iya, apakah
6
dari resiko tinggi atau resiko rendah malaria kemudia tanyakan sudah
berapa lama anak demam jika lebih dari 7 hari apakah demam terjadi
setiap hari, lihat dan raba adanya kaku kuduk, lihat adanya filek, adanya
anak menderita campak dalam 3 bulan terakhir, lihat adanya tanda –
tanda campak : ruam kemerahan di kulit yang menyeluruh dan terdapat
salah satu gejala berikut : batuk, pilek, atau mata merah. Kemudian
klafikasikan apakah anak menderita penyakit berat dengan demam,
malaria atau demam mungkin bukan malaria. Jika anak menderuta
campak saat ini atau 3 bulan trakhir : lihat adanya luka dimulut, apakah
lukanya dalam atau luas, lihat apakah matanya bernanah, lihat adakah
kekerukhan pada kornea mata. Kemudia klasifikasikan apakah anak
menderita campak, campak dengan komplikasi berat, atau campak
dengan komplikasi pada mata dan mulut. Jika demam kurang dari7 hari,
tanyakan apakah anak mengalami perdarahan dari hidung atau gusi yang
cukup berat, apakah anak muntah: sering, muntah dengan darah atau
seperti kopi : apakah berak bercampur darah atau berwana hitam: apakah
ada nyeri ulu hati atau anak gelisah: lihat adanya perdarahan dari hidung
atau gusi yang berat, bintik perdarhanan di kulit (petekie), periksa tanda-
tanda syok yaitu ujung ekstrimitas teraba dingin dan nadi sangat lemah
atau tak teraba. Kemudian klasifikasikan apakah anak menderita Demam
Berdarah Dengue (DBD), mungkin DBD atau Demam mungkin bukan
DBD.
4. Menilai Masalah Telinga dan Klasifikasinya
Setelah memeriksa, petugas menanyakankepada ibu apakah telinganya,
jika anak mempunyai masalah telinga tanyakan apakah telinganya sakit,
lihat apakah nanah ada keluar dari telinga, raba adakah pembengkakan
nyeri di belakang telinga. Kemudikan klasifikasikan apakah anak
menderita mostoiditis, infeksi telinga akut, infeksi telinga kronis atau tidak
ada infeksi telinga.
5. Memeriksa status gizi dan anemi serta klasifikasinya
Setiap anak harus diperiksa status gizinya, karna kekurangan gizi
merupakan masalah yang sering ditemukan terutama diantara penduduk
miskin. Langkahnya yaitu apakah anak tanpak sangat kurus, memeriksa
pembengkakan pada kedua kaki, memeriksa kepucatan telapak tangan
dan membandingkan berat badan anak menurut umur. Kemudian
7
mengklasifikasikan sesuai tanda dan gejala apakah gizi buruk atau anemi
berat, bawah garis merah (BGM) da aatau anemi tidak BGM dan tidak
anemi.
6. Menasehati ibu
Nasehat bagi ibu meliputi menilai cara pemberian makan anak, anjuran
pemberian makan selama skit dan sehat, menasehati ibu tentang
masalah pemberian makan, meningkatkan pemberian cairan selama
sakit, menasehati ibu kapan harus kebali dan menasehati ibu tentang
kesehatannya sendiri.
7. Pemberian pelayanan tindak lanjut
Kegiatan ini berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak
datang atau kunjungan ulang. Pelayanan pada anak yang datang untuk
tidak lanjut menggunakan kotak-kotak yang sesuai klasifikasi anak
sebelumnya. Jika anak mempunyai masalah baru lakukan penilaian,
klasifikasi dan tindakan terhadap maslah baru tersebut seperti pada
bagan penilaian dan klasifikasi.
a. Pasal 46
8
b. Pasal 47
f. peneliti.
c. Pasal 48
d. Pasal 49
9
masa kehamilan,masa persalinan nifas, serta asuhan
pasca keguguran dan dilanjutkan dengan rujukan.
1. Area Kompetensi
c) Remaja.
e) Masa Kehamilan.
f) Masa Persalinan.
10
h) Masa Nifas.
i) Masa Antara.
j) Masa Klimakterium.
11
BAB III
TINJAUAN KASUS
FORMULIR PENCATATAN BALITA SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN
Tanggal Kunjungan : 07-10-2022 Alamat : Kp. Cicongkok RT 001/001
Nama Anak : “I” L/P Nama Ibu : Ny. “R”
Umur : 48 bulan Tahun BB : 16 kg PB : 108 cm Suhu : 37,6 °c
Anak sakit apa? Kunjungan Pertama ? Kunjungan Ulang ? 10-10-2022
Tentukan Daerah resiko Malaria : Tinggi - Redah - Tanpa Risiko Lakukan pemeriksaan
SDM (mikroskopis)
Jika Risiko Rendah atau Tanpa Risiko Malaria, tanyakan :
Apakah anak berkunjung keluar daerah ini dalam 2 minggu terakhir ? -Memberitahu hasil
Jika Ya, tentukan daerah risiko sesuai tempat yang dikunjungi. pemeriksaan
-Mengompres
Ambil Sediaan Darah : (tidak dilakukan untuk daerah tanpa risiko) Demam Mungkin dengan air hangat
Perikasa RDT jika belum pernah dilakukan dalam 28 hari terakhir. ATAU Periksa Bukan Malaria -Beri banyak Minum
microkopis daerah jika sudah dilakukan RDT dlm 28 hari terakhir -Parasetamol sy 120
*Sudah berapa lama anak demam? *Lihat dan raba adanya kaku kuduk mg/5 ml 3-4x sehari
2 Hari *Lihat adakah pilek -Kunjungan Ulang 3
*Jika lebih dari 7 hari, apakah *Lihat tanda-tanda CAMPAK: hari
Demam terjadi setiap hari ? -Ruam kemerahan di kulit yang
*Apakah anak pernah mendapat menyeluruh DAN
anti malaria dalam 2 minggu terakhir? -Salah satu dari batuk, pilek atau
*Apakah anak menderita campak mata merah
Dalam 3 bulan terakhir?
12
Jika anak sakit campak saat ini
Atau dalam 3 bulan terakhir : *Lihat adanya luka di mulut
Jika ya, apakah dalam atau luas? - -
*Lihat adanya nanah di mata
*Lihat adanya kekeruhan di kornea
Klasifikasikan Demam Berdarah jika demam 2 hari sampai dengan 7 hari
13
PENILAIAN (Lingkari semua gejala yang ditemukan) KLASIFIKASI TINDAKAN
PENGOBATAN
APAKAH ANAK MEMPUNYAI MASALAH TELINGA? Ya Tidak
*Apakah ada nyeri telinga ? *Lihat adanya nanah/cairan
Adakah nanah cairan keluar dari keluar dari telinga Tidak ada
-
Telinga ? *Raba adanya pembengkakan yang masalah telinga
Jika Ya, sudah berapa lama ? nyeri di belakang telinga
hari
MEMERIKSA STATUS GIZI
*Lihat apakah anak tampak kurus atau sangat kurus
*Lihat adanya pembengkakan di kedua punggung kaki
*Tentukan berat badan menurut panjang badan atau tinggi badan : Normal -
- BB/TB (PB) < -3SD
- BB/TB (PB) ≥ -3 SD - < -2 SD
- BB/TB (PB) -2 SD - +2 SD
MEMERIKSA ANEMIA
*Lihat adanya kepucatan pada telapak tangan :
- Sangat Pucat Tidak Anemia -
- Agak Pucat
14
* Apakah anak mendapat makanan tersendiri? Ya Tidak
Siapa yang member makan dan bagaimana caranya?
*Selama sakit ini, apakah ada perubahan pemberian makan pada anak?
Ya Tidak Jika ya, bagaimana?
15
Pathway Kasus Kebidanan
Bayi Baru Lahir
Nama : Anak I
Usia : 4 tahun (48 bulan)
Demam Mungkin Bukan Malaria
16
BAB IV
PEMBAHASAN
17
pemberian antipiretik yaitu paracetamol syrup setiap 6 jam sampai demam hilang
dengan dosis 120 mg/7,5 ml 1 ½ sendok takar.
Pada kasus anak I umur 4 tahun dengan demam mungkin bukan malaria
pada KIE meliputi : memberikan informasi pada ibu tentang hasil pemeriksaan
anaknya, anjurkan ibu untuk memakaikan anaknya pakaian yang tipis, anjurkan
ibu untuk memberikan banyak minum pada anak, anjurkan ibu untuk melakukan
kompres dengan air hangat, anjurkan pada ibu untuk memberikan obat pada
anaknya sesuai program yaitu parasetamol syrup 120 mg/5 ml sehari 3-4 x 1
sendok takar. Menurut (Suriadi, Yuliani 2006 dan Sodikin 2012) penatalaksanaan
Febris sebagai berikut : pemberian therapy antipiretik dan antibiotic sesuai
program, berikan minum lebih banyak dari biasanya, pakaian yang di gunakan
anak baiknya dengan pakaian yang tipis, monitor temperature sesara ketat,
berikan kompres hangat (tepid water Songe), hindari kompres alkohol dan air es.
Pada asuhan anak dengan Demam mungkin bukan Malaria ibu di anjurkan untuk
kunjungan ulang 3 hari yang akan datang atau anak tidak ada perbaikan.
18
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pengkajian kasus dilakukan penulis pada Anak
I umur 4 tahun dengan Demam mungkin bukan malaria maka dapat
disimpulkan :
1. Pengkajian data didapatkan hasil pengkajian pada tanggal 07-10-2022
bahwa ibu mengatakan anaknya umur 4 tahun, panas sudah 2 hari,
rewel, tidak mau makan dan minum sedikit. Data objektif : keadaan umum
baik, kesadaran composmentis, nadi 88 x/mt, respirasi 38 x/mt, suhu
37.6°c.
2. Pada kasus ini ibu juga di anjurkan untuk memakaikan anaknya pakaian
yang tipis, anjurkan ibu untuk memberikan banyak minum pada anak,
anjurkan ibu untuk melakukan kompres dengan air hangat, anjurkan pada
ibu untuk memberikan obat pada anaknya sesuai program yaitu
parasetamol syrup 120 mg/5 ml sehari 3-4 x 1 sendok takar dan
melakukan kunjungan ulang 3 hari yang akan datang atau anak tidak ada
perbaikan
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Menjadi bahan referensi bagi mahasiswa untuk melakukan pengkajian
manajemen terpadu balita sakit dengan demam mungkin bukan malaria.
2. Bagi Lahan Praktek
Meningkatkan sumber daya manusia maupun sarana prasarana di lahan
praktek serta memberikan penyuluhan kesehatan yang sesuai dengan
kebutuhan pasien pada kasus balita sakit dengan demam mungkin bukan
malaria
3. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka
pengembangan diri serta menerapkan dan mengaplikasikan ilmu yang
didapat terutama dalam memberikan asuhan pada kasus balita sakit
dengan demam mungkin bukan malaria
19
4. Manfaat Bagi Klien
Mendapatkan asuhan kebidanan pada balita sakit sesuai kebutuhan
pasien, pengetahuan mengenai asuhan pada kasus balita sakit dengan
demam mungkin bukan malaria yang di dapat informasikan kepada
keluarga dan familynya sebagai upaya promotive dan preventif bidang
kesehatan.
20
DAFTAR PUSTAKA
21
22