Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT PADA ANAK “I”


DI UPT PUSKESMAS PETIR
KABUPATEN SERANG – BANTEN
TAHUN 2022

Oleh :
AMY HADIYANTI
NIM : 210704087

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ABDI NUSANTARA JAKARTA
TAHUN 2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT PADA ANAK “I”
DI UPT PUSKESMAS PETIR
KABUPATEN SERANG – BANTEN
TAHUN 2022

Telah disetujui, diperiksa, Dan siap diujikan dihadapan Tim penguji

Pembimbing I
(Tanda Tangan)

( Tuty Yanuarti, S.Si.T, M.Kes )


NIDN. 3311017702
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas yang berjudul “Manajemen Terpadu Balita Sakit
Pada Anak “I” Di UPT Puskesmas Petir ”.
Dalam penyusunan Laporan Kasus, penulis banyak mendapatkan
dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Khairil Walid, M.Pd Ketua Yayasan Abadi Nusantara Jakarta.
2. Ibu Lia Idealistiana, SKM, SST, MARS, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta.
3. Ibu Feva Tridiyawati,M Kes, M.Keb, selaku pembimbing I yang telah
banyak memberikan masukan, pengarahan, dan bantuan kepada
penulis dalam melakukan perbaikan- perbaikan.
4. Ibu/Bapak , selaku Penguji yang telah banyak memberikan
masukan, pengarahan, dan bantuan kepada penulis dalam melakukan
perbaikan-perbaikan untuk kesempurnaan laporan penulis.
5. Bapak Agus Kusumah, SKM Kepala UPT Puskesmas Petir Kabupaten
serang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk pengambilan
data.
6. Suami dan anak anak tercinta, serta keluarga besar yang selalu
mendo’akan, memotivasi dan membantu dengan tulus dan iklas.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayahNya
kepada kita semua.

Serang, Oktober 2022

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Tujuan ............................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian MTBS (Manajemen terpadu Balita Sakit)....................... 4
B. Sasaran MTBS (Manajemen terpadu Balita Sakit) .......................... 5
C. Pelaksanaan MTBS Di Puskesmas.................................................. 5
D. Menanyakan Keluhan Pasien.......................................................... 6

BAB III TINJAUAN KASUS .............................................................................. 9

BAB IV PEMBAHASAN ...................................................................................13

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................15
B. Saran ...............................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................17


LAMPIRAN........................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penurunan angka kematian bayi dan balita (AKB & AKABA)
merupakan tantangan dunia terutama negera berkembang seperti Indonesia.
Indonesia masih memiliki AKB & AKABA yang tinggi di dunia. Diilustrasikan
bahwa dalam setiap 3 menit terdapat 1 balita meninggal di Indonesia. Data
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan
angka kematian bayi 24 kematian per 1000 kelahiran hidup dan AKABA 32
per 1000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan penurunan jika
dibandingkan data SDKI tahun 2012 dimana terdapat AKB 32 kematian dan
AKABA 44 per 1000 kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Namun tren penurunan ini masih perlu mendapatkan perhatian serius dari
semua pihak untuk mencapai target Sustainable Development Goals pada
tahun 2030.
Faktor penyebab kematian bayi dan balita harus menjadi fokus dalam
pelayanan kebidanan pada bayi dan balita. Salah satu upaya pemerintah
untuk penurunan AKB & AKABA yaitu dengan menyiapkan kompetensi
sumber daya manusia, salah satunya adalah bidan. Kompetensi bidan
sebagai ujung tombak pelaksana kegiatan kesehatan ibu dan anak di
masyarakat sangat utama dan diharapkan mampu memberikan kontribusi
positif dalam penurunan AKB & AKABA di Indonesia. Gambaran diatas
menunjukkan perlunya kesiapan bidan dalam memberikan pelayanan
kebidanan yang bermutu dan profesional di masyarakat. Oleh karena itu,
penting bagi bidan dalam memahami materi kebidanan pada bayi, balita dan
anak prasekolah yang nantinya dapat diimplementasikan pada pelayanan
kebidanan di masyarakat.
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita,
karena pada masa ini merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan
dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak
selanjutnya. Kualitas anak masa kini merupakan penentu kualitas sumber
daya manusia di masa yang akan datang. Pertumbuhan adalah
bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti
bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan

1
sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. Perkembangan
adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi
dan kemandirian (Kementerian Kesehatan RI, 2016).
Manajemen Terpadu Balita Sakit merupakan suatu pendekatan yang
terintegrasi atau terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan focus pada
kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan
merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan atau cara
penatalaksanaan balita sakit. Konsep MTBS pertama kali diperkenalkan oleh
organisasi kesehatan dunia WHO (World Health Organizations) merupakan
suatu bentuk srategi upaya pelayanan kesehatan yang ditunjukan untuk
menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan bayi dan anak balita
di Negara-negara berkembang.
Balita adalah semua anak termasuk bayi baru lahir yang berusia 0
sampai menjelang 5 tahun (Ferry,2007). Sedngkan menurut Depkes RI
(2008), Balita adalah anak usia 12-59 bulan. Penyakit yang dapat diderita
bayi atau balita salah satunya adalah Demam. Demam merupakan suatu
keadaan di mana suhu badan melebihi 37°C karena di sebabkan oleh
jangkitan atau keradangan (Rizali, 2002). Komplikasi dari demam yaitu dapat
terjadi kejang. Untuk bidan harus mampu memberikan asuhan kebidanan
dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit .
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengambil
kasus dengan judul “Manajemen Terpadu Balita Sakit Pada Anak I
dengan Demam Di UPT Puskesmas Petir.”

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian, diagnosa, asuhan dan
evaluasi Manajemen Terpadu Balita Sakit dengan Demam.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian berdasarkan fakta pada
Manajemen Terpadu Balita Sakit dengan Demam
b. Mahasiswa mampu menegakan diagnosa atau masalah potensial
(bila ada) pada Manajemen Terpadu Balita Sakit dengan Demam

2
c. Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan yang tepat pada
Manajemen Terpadu Balita Sakit dengan Demam
d. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada Manajemen Terpadu
Balita Sakit dengan Demam

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)


Merupakan suatu pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana balita
sakit yang datang berobat ke fasitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar,
meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria,
infeksi telinga, malnutrisi dan upaya promotif dan prefentif yang meliputi
imunisasi dan pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan.
MTBS singkatan dari Manajemen Terpadu Balita Sakit adalah suatu
pendekatan yang terintegrasi/ terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan
focus kepada kesehatan anak usia 0-5 tahun(balita) secara menyeluruh.
MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan
atau cara penatalaksanaan balita sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya
yang ditunjukan untuk menurunkan kesakitan dan kematian sekaligus
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan anak balita di unit rawat jalan
kesehatan dasar seperti Puskesmas, Pustu, Polindes, Poskesdes dll.
Bila dilaksanakan dengan baik , upaya ini tergolong lengkap untuk
mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi
dan balita. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya kuratif (pengobatan),
prefentif (pencegahan), perbaikan gizi, imunisasi dan konseling (promotif).
MTBS bertujuan untuk meningkatkan keterampilan petugas,
memperkuat system kesehatan serta meningkatkan kemampuan perawatan
oleh keluarga dan masyarakat yang di perkenalkan pertama kali pada tahun
1999.
Dalam menangani balita sakit, tenaga kesehatan (perawat,
bidan/desa) yang berada di pelayanan dasar dilatih untuk menerapkan
pendekatan MTBS secara aktif dan terstruktur, meliputi :
1. Melakukan penilaian adanya tanda-tanda atau gejala penyakit dengan
cara Tanya, lihat, dengar dan raba
2. Membuat klasifikasi dan menentukan tindakan serta pengobatan anak
3. Memberikan konseling dan tindak lanjut pada saat kunjungan ulang

4
B. Sasaran MTBS
Adapun sasaran MTBS adalah anak umur 0-5 tahun dan di bagi menjadi dua
kelompok sasaran yaitu kelompok usia 0-2 bulan dan kelompok usia 2 bulan
sampai 5 tahun (vera,2015: Depkes RI, 2008)

C. Pelaksanaan MTBS di Puskesmas


Hal-hal yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan dalam menangani balita
sakit sesuai dengan Protap MTBS, meliputi:
1. Melakukan Anamnesa
Wawancara terhadap orang tua bayi dan balita mengenai keluhan utama,
lamanya sakit, pengobatan yang telah diberikan dan riwayat penyakit
lainnya.
2. Pemeriksaan
a. Untuk bayi umur 1 hari sampai 2 bulan
Mengajari pemeriksaan yang dilakukan meliputi : pemeriksaan
kemungkinan kejang, gangguan nafas, suhu tubuh, adanya infeksi,
ikterus, gangguan pencernaan, BB dan status imunisasi
b. Umur bayi 2 bulan sampai 5 tahun
Pemeriksaan yang dilakukan adalah :keadaan umum, respirasi,
derajat dehidrasi, suhu, pemeriksaan telinga, diare, status gizi,
anemia, imunisasi dan vitamin A, dan keluhan lain.
c. Menentukan klasifikasi, tindakan penyuluhan/ konseling pada ibu dan
konsultasi dokter (depkes RI, 2008)
d. Pengobatan

Untuk balita sakit mendapatkan terapi rawat jalan, maka petugas kesehatan
dapat mengajari ibu cara pemberian obat oral dirumah, obat-obat yang
diberikan sesuai dengan dengan diagnose pasien seperti (antibiotik, oral, anti
malaria, oral, paracetamol, vitamin A, zat besi, dan obat cacing). Sedangkan
anak dengan tanda bahaya umum mempunyai masalah serius perlu di rujuk
segera (Yulia Astute, 2014).

5
D. Menanyakan Keluhan Utama
Beberapa jenis pelayanan yang penting untuk diajukan terkait dengan menilai
batuk atau sukar bernafas dan klafikasinya, menilai diare dan klasifikasinya,
menilai demam dan klasifikasinya, serta menilai masalah telinga dan
klafikasinya.
1. Menilai batuk atau sukar bernafas dan kafikasinya
Setelah memeriksa tanda bahaya umum, di tanyakan kepada ibu apakah
menderita batuk atau sukar bernafas jika anak batuk atau sukar bernafas,
sudah berapa lama, menghitung frekunsi nafas, melihat tarikan dada
bawah kedalam, dan melihat dan dengar adanya stridor. Kemudian
dilakukan klafikasi apakah anak menderita pneumonia berat, pneumonia
atau batuk bukan pneumonia.
2. Menilai diare dan Klasifikasinya
Setelah memeriksakan batuk atau sukar bernafas, petugas menanyakan
kepada ibu apakah anak menderita diare, jika anak diare, tanyakan sudah
berapa lama, apakah beraknya berdarah (apakah ada darah dalam tinja).
Lanhkah berikutnya adalah memeriksa keadaa umum anak, apakah anak
letargis atau tidak sadar, apakah anak gelisah dan rewel/mudah marah :
melihat apakah mata anak cekung, memeriksa kemampuan anak untuk
minum : apakah anak tidak bisa minum atau malas minum, apakah anak
haus minum dengan lahap: memeriksa cubitan kulit perut untuk
mengetahui turgor: apakah kembalinya sangat lambat (lebih dari 2 detik)
atau lambat. Setelah penilaian di dapatkan tanda dan gejala diare, maka
selanjutnya di klasifikasikan apakah anak menderita dehidrasi berat,
ringan/sedang, tanpa dehidrasi, diare pesisten berat, diare pesisten atau
disentri.
3. Menilai Demam dan Klasifikasinya
Demam merupakan masalah yang sering dijumpai pada anak kecil.
Tanyakan kepada ibu apakah anak demam, selanjutnya periksa apakah
anak teraba panas atau mengukur suhu tubuh dengan thermometer.
Dikatakan demam jika badan anak terasa panas atau juka suhu badan
37,5 °C atau lebih. Jika anak demam, tentukan daerah resiko malaria:
resiko tinggi, resiko rendah atau tanpa resiko malaria,. Jika daerah resiko
rendah atau tanda resiko malaria, tanyakan apakah anak dibawa
berkunjung ke luar daerah ini dalam 2 minggu terakhir. Jika iya, apakah

6
dari resiko tinggi atau resiko rendah malaria kemudia tanyakan sudah
berapa lama anak demam jika lebih dari 7 hari apakah demam terjadi
setiap hari, lihat dan raba adanya kaku kuduk, lihat adanya filek, adanya
anak menderita campak dalam 3 bulan terakhir, lihat adanya tanda –
tanda campak : ruam kemerahan di kulit yang menyeluruh dan terdapat
salah satu gejala berikut : batuk, pilek, atau mata merah. Kemudian
klafikasikan apakah anak menderita penyakit berat dengan demam,
malaria atau demam mungkin bukan malaria. Jika anak menderuta
campak saat ini atau 3 bulan trakhir : lihat adanya luka dimulut, apakah
lukanya dalam atau luas, lihat apakah matanya bernanah, lihat adakah
kekerukhan pada kornea mata. Kemudia klasifikasikan apakah anak
menderita campak, campak dengan komplikasi berat, atau campak
dengan komplikasi pada mata dan mulut. Jika demam kurang dari7 hari,
tanyakan apakah anak mengalami perdarahan dari hidung atau gusi yang
cukup berat, apakah anak muntah: sering, muntah dengan darah atau
seperti kopi : apakah berak bercampur darah atau berwana hitam: apakah
ada nyeri ulu hati atau anak gelisah: lihat adanya perdarahan dari hidung
atau gusi yang berat, bintik perdarhanan di kulit (petekie), periksa tanda-
tanda syok yaitu ujung ekstrimitas teraba dingin dan nadi sangat lemah
atau tak teraba. Kemudian klasifikasikan apakah anak menderita Demam
Berdarah Dengue (DBD), mungkin DBD atau Demam mungkin bukan
DBD.
4. Menilai Masalah Telinga dan Klasifikasinya
Setelah memeriksa, petugas menanyakankepada ibu apakah telinganya,
jika anak mempunyai masalah telinga tanyakan apakah telinganya sakit,
lihat apakah nanah ada keluar dari telinga, raba adakah pembengkakan
nyeri di belakang telinga. Kemudikan klasifikasikan apakah anak
menderita mostoiditis, infeksi telinga akut, infeksi telinga kronis atau tidak
ada infeksi telinga.
5. Memeriksa status gizi dan anemi serta klasifikasinya
Setiap anak harus diperiksa status gizinya, karna kekurangan gizi
merupakan masalah yang sering ditemukan terutama diantara penduduk
miskin. Langkahnya yaitu apakah anak tanpak sangat kurus, memeriksa
pembengkakan pada kedua kaki, memeriksa kepucatan telapak tangan
dan membandingkan berat badan anak menurut umur. Kemudian

7
mengklasifikasikan sesuai tanda dan gejala apakah gizi buruk atau anemi
berat, bawah garis merah (BGM) da aatau anemi tidak BGM dan tidak
anemi.
6. Menasehati ibu
Nasehat bagi ibu meliputi menilai cara pemberian makan anak, anjuran
pemberian makan selama skit dan sehat, menasehati ibu tentang
masalah pemberian makan, meningkatkan pemberian cairan selama
sakit, menasehati ibu kapan harus kebali dan menasehati ibu tentang
kesehatannya sendiri.
7. Pemberian pelayanan tindak lanjut
Kegiatan ini berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak
datang atau kunjungan ulang. Pelayanan pada anak yang datang untuk
tidak lanjut menggunakan kotak-kotak yang sesuai klasifikasi anak
sebelumnya. Jika anak mempunyai masalah baru lakukan penilaian,
klasifikasi dan tindakan terhadap maslah baru tersebut seperti pada
bagan penilaian dan klasifikasi.

E. UNDANG – UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2019 TE


NTANG PRAKTEK KEBIDANAN BAGIAN 2 TUGAS DAN WEWENANG

a. Pasal 46

(1) Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan Bertugas


memberikan pelayanan yang meliputi:

a. pelayanan kesehatan ibu;

b. pelayanan kesehatan anak

c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga


berencana;

d. pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau


pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.

(2) Tugas Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat


dilaksanakan secara bersama atau sendiri.

(3) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilaksanakan secara bertanggung jawab dan akuntabel.

8
b. Pasal 47

(1) Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan dapat berperan


sebagai:

a. pemberi Pelayanan Kebidanan;

b. pengelola Pelayanan Kebidanan;

c. penyuluh dan konselor;

d. pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik;

e. penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan


perempuan; dan/atau

f. peneliti.

(2). Peran Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Pasal 48

Bidan dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 46 dan Pasal 47, harus sesuai dengan
kompetensi dan kewenangannya Pelayanan Kesehatan Ibu

d. Pasal 49

Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan ibu


sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 ayat (1) huruf a, Bidan
berwenang:

1) memberikan Asuhan Kebidanan pada masa sebelum hamil;

2) memberikan Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan normal;

3) memberikan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan dan


menolong persalinan normal;

4) memberikan Asuhan Kebidanan pada masa nifas;

5) melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil,


bersalin, nifas, dan rujukan; dan

6) melakukan deteksi dini kasus risiko dan komplikasi pada

9
masa kehamilan,masa persalinan nifas, serta asuhan
pasca keguguran dan dilanjutkan dengan rujukan.

KMK No.HK.01.07.MENKES 320 Tahun 2020 tentang Standar Kompetensi


Bidan

1. Area Kompetensi

Kompetensi Bidan terdiri dari 7 (tujuh) area kompetensi meliputi:

(1) Etik legal dan keselamatan klien,

(2) Komunikasi efektif,

(3) Pengembangan diri dan profesionalisme,

(4) Landasan ilmiah praktik kebidanan,

(5) Keterampilan klinis dalam praktik kebidanan,

(6) Promosi kesehatan dan konseling, dan

(7) Manajemen dan kepemimpinan. Kompetensi Bidan menjadi dasar


memberikan pelayanan kebidanan secara komprehensif, efektif,
efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien, dalam
bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang
dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan (Gambar 3.1).

2. Area Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan

Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk memberikan asuhan


yang berkualitas dan tanggap budaya sesuai ruang lingkup asuhan:

a) Bayi Baru Lahir (Neonatus).

b) Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.

c) Remaja.

d) Masa Sebelum Hamil.

e) Masa Kehamilan.

f) Masa Persalinan.

g) Masa Pasca Keguguran.

10
h) Masa Nifas.

i) Masa Antara.

j) Masa Klimakterium.

k) Pelayanan Keluarga Berencana.

l) Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas


Perempuan.

3. Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk memberikan


penanganan situasi kegawatdaruratan dan sistem rujukan.

4. Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk dapat melakukan


Keterampilan Dasar Praktik Klinis Kebidanan.

11
BAB III
TINJAUAN KASUS
FORMULIR PENCATATAN BALITA SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN
Tanggal Kunjungan : 07-10-2022 Alamat : Kp. Cicongkok RT 001/001
Nama Anak : “I” L/P Nama Ibu : Ny. “R”
Umur : 48 bulan Tahun BB : 16 kg PB : 108 cm Suhu : 37,6 °c
Anak sakit apa? Kunjungan Pertama ?  Kunjungan Ulang ? 10-10-2022

PENILAIAN KLASIFIKASI TINDAKAN


(Lingkari semua gejala yang ditemukan) PENGOBATAN
MEMERIKSA TANDA BAHAYA UMUM Ada tanda Ingatlah untuk
*Tidak bisa minum/menyusu *Letargis atau tidak sadar Bahaya umum? merujuk setiap anak
*Memuntahkan semuanya *Ada stridor Ya Tidak  yang mempunyai
Ingatlah adanya tanda bahaya umum
*Kejang *Biru (cyanosis)tangan dan
tanda bahaya
*Ujung tangan dan kaki pucat dan dingin dalam
menentukan
klasifikasi
APAKAH ANAK BATUK ATAU SUKAR BERNAFAS? Ya Tidak

*Berapa lama? Hari *Hitung nafas dalam 1 menit
---- Kali/men it. Nafas Cepat? - -
*Ada tarikan dinding dada kedalam
*Ada wheezing
*Saturasi oksigen
APAKAH ANAK DIARE? Ya Tidak 
*Berapa lama?-------hari *Keadaan umum anak:
*Adakah darah dalam tinja -Letargis atau tidak sadar
-Gelisah atau rewel
*Mata cekung
*Beri anak minum : - -
-Tidak bisa minum atau malas minum
-Haus, minum dengan lahap
*Cubit kulit perut, apakah kembalinya:
-Sangat lambat (lebih dari 2 detik)
-Lambat (masih sampat terlihat lipatan kulit)
APAKAH ANAK DEMAM? Ya Lakukan
Tidak Pemeriksaan RDT
(anamnesis ATAU teraba panas ATAU suhu=37,5°c Hasil:RDT (+)/(-)

Tentukan Daerah resiko Malaria : Tinggi - Redah - Tanpa Risiko Lakukan pemeriksaan
SDM (mikroskopis)
Jika Risiko Rendah atau Tanpa Risiko Malaria, tanyakan :
Apakah anak berkunjung keluar daerah ini dalam 2 minggu terakhir ? -Memberitahu hasil
Jika Ya, tentukan daerah risiko sesuai tempat yang dikunjungi. pemeriksaan
-Mengompres
Ambil Sediaan Darah : (tidak dilakukan untuk daerah tanpa risiko) Demam Mungkin dengan air hangat
Perikasa RDT jika belum pernah dilakukan dalam 28 hari terakhir. ATAU Periksa Bukan Malaria -Beri banyak Minum
microkopis daerah jika sudah dilakukan RDT dlm 28 hari terakhir -Parasetamol sy 120
*Sudah berapa lama anak demam? *Lihat dan raba adanya kaku kuduk mg/5 ml 3-4x sehari
2 Hari *Lihat adakah pilek -Kunjungan Ulang 3
*Jika lebih dari 7 hari, apakah *Lihat tanda-tanda CAMPAK: hari
Demam terjadi setiap hari ? -Ruam kemerahan di kulit yang
*Apakah anak pernah mendapat menyeluruh DAN
anti malaria dalam 2 minggu terakhir? -Salah satu dari batuk, pilek atau
*Apakah anak menderita campak mata merah
Dalam 3 bulan terakhir?

12
Jika anak sakit campak saat ini
Atau dalam 3 bulan terakhir : *Lihat adanya luka di mulut
Jika ya, apakah dalam atau luas? - -
*Lihat adanya nanah di mata
*Lihat adanya kekeruhan di kornea
Klasifikasikan Demam Berdarah jika demam 2 hari sampai dengan 7 hari

*Apakah demam mendadak tinggi *Perhatikan tanda-tanda syok:


Dan terus menerus? Ujung ekstremitas teraba dingin
*Apakah ada pendarahan dari hidung dan nadi sangat lemah atau tak
Atau gusi yang berat? Teraba.
*Apakah anak muntah? *Lihat adanya perdarahan dari
Jika Ya : hidung atau gusi yang berat
- Apakah sering? *Lihat adanya bintik perdarahan di
- Apakah berdarah/ seperti kopi? Kulit (petekie) jika sedikit dan tak
*Apakah beraknya berwarna hitam? Ada tanda lain dari DBD, lakukan
*Apakah nyeri ulu hati atau gelisah? Uji Torniket jika mungkin.

13
PENILAIAN (Lingkari semua gejala yang ditemukan) KLASIFIKASI TINDAKAN
PENGOBATAN
APAKAH ANAK MEMPUNYAI MASALAH TELINGA? Ya Tidak 
*Apakah ada nyeri telinga ? *Lihat adanya nanah/cairan
Adakah nanah cairan keluar dari keluar dari telinga Tidak ada
-
Telinga ? *Raba adanya pembengkakan yang masalah telinga
Jika Ya, sudah berapa lama ? nyeri di belakang telinga
hari
MEMERIKSA STATUS GIZI
*Lihat apakah anak tampak kurus atau sangat kurus
*Lihat adanya pembengkakan di kedua punggung kaki
*Tentukan berat badan menurut panjang badan atau tinggi badan : Normal -
- BB/TB (PB) < -3SD
- BB/TB (PB) ≥ -3 SD - < -2 SD
- BB/TB (PB) -2 SD - +2 SD
MEMERIKSA ANEMIA
*Lihat adanya kepucatan pada telapak tangan :
- Sangat Pucat Tidak Anemia -
- Agak Pucat

MEMERIKSA STATUS IMUNISASI


Lingkari imunisasi yang dibutuhkan hari ini, beri tanda v jika sudah diberikan.

BCG Hep B-0 HB-1 HB-2 HB-3 Imunisasi yang di


berikan hari ini :

DPT -1 DPT- 2 DPT-3 Campak

Polio 1 Polio 2 Polio 3 Polio 4

Apakah diberi vit.A


MEMERIKSA PEMBERIAN VITAMIN A Dibutuhkan vitamin A : Ya Tidak hari ini?
Ya ---- Tidak 

MENILAI MASALAH ATAU KELUHAN LAIN

LAKUKAN PENILAIAN PEMBERIAN MAKAN,jika anak KURUS atau


ANEMIA atau UMUR < 2 TAHUN dan tidak akan dirujuk segera
*Apakah ibu menyusui anak ini? Ya Tidak
Jika ya, berapa kali dalam 24 jam? ---- Kali
Apakah menyusui juga di malam hari? Ya Tidak
*Apakah anak mendapat makanan atau minuman lain? Ya Tidak
Jika Ya, makanan atau minuman apa?

Berapa kali sehari? Kali


Alat apa yang digunakan untuk member makan/minum anak?

*Jika anak KURUS :


Berapa banyak makanan atau minuman yang diberikan pada anak?

14
* Apakah anak mendapat makanan tersendiri? Ya Tidak
Siapa yang member makan dan bagaimana caranya?

*Selama sakit ini, apakah ada perubahan pemberian makan pada anak?
Ya Tidak Jika ya, bagaimana?

Nasihati kapan kembali segera.


Kunjungan Ulang : 3 hari.

15
Pathway Kasus Kebidanan
Bayi Baru Lahir
Nama : Anak I
Usia : 4 tahun (48 bulan)
Demam Mungkin Bukan Malaria

Tanda / Gejala / Patofisiologi (Sesuai Tanda/ Gejala/: Tanda / Gejala / keluhan


keluhan secara teori yang dialami pasien
Demam terjadi karena pengeluaran
Tanda gejala
zat pirogen dalam tubuh. Zat Ibu mengatakan anaknya
1. Adanya tanda pirogen terdiri dari eksogen dan demam sudah 2 hari,
bahaya ATAU Kaku endogen. Pirogen eksogen adalah kalau malam susah tidur,
kuduk pirogen yang berasal dari luar
gelisah, rewel, tidak mau
tubuh sep mikroorganisme dan
2. Demam (pada makan
toksin. Pirogen endogen adalah
anamnesis atau
pirogen dari dalam tubuh meliputi K/U Baik TB . 108 cm,
teraba panas atau
interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL- BB : 16 kg, S : 37,6 ºc,
suhu ≥ 37,5ºc DAN
6) dan tumor necrosing factor alfa
Mikroskopis RDT (+) tidak ada muntah dan
(TNF-A). sumber utama dari zat
3. RDT (-) ATAU anak masih mau minum
pirogen endogen adalah monosit,
ditemukan penyebab limfosit dan neutrofil (Guyton,2007)
demam lainnya

Rasionalisasi dari asuhan yang diberikan.


Sesuai teori
Asuhan yang diberikan :
1. Penyampaian dan penjelasan tentang
1. Memberitahu hasil pemeriksaan hasil pemeriksaan kepada ibu sangat
kepada ibu penting agar ibu dapat mengetahui
2. Menganjurkan ibu untuk keadaan anaknya saat ini
mengompres menggunakan air 2. Untuk mengurangi suhu tubuh panas
hangat berkurang
3. Menganjurkan untuk memberikan 3. Agar tubuh tidak terjadi dehidrasi
air minum sesuai kebutuhan tubuh
(untuk anak usia1-3 th kebutuhan 4. Agar tidak terjadi penguapan
air 1,3 lt atau sekitar 4 gelas 5. Untuk meredakan demam
4. Menganjurkan untuk memakai
pakaian yang menyerap keringat 6. Mengantisipasi terjadinya Demam tinggi
sep kaos atau katun 7. Untuk mengetahui keadaan anaknya
5. Memberikan terapi parasetamol 8. Untuk penilaian lebih lanjut
syrup 120 mg/5 ml sehari 3x sehari
6. Nasehati ibu kembali segera jika
tidak ada perubahan
7. Kunjungan ulang 3 hari jika tetap
demam Evaluasi asuhan yang diberikan :
8. Jika demam berlanjut lebih dari 7 Ibu sudah mengetahui keadaan anaknya dan akan kembali
hari RUJUK
untuk kunjungan ulang bila tidak ada perubahan

16
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada tanggal 07-10-2022 pukul 10.00 wib pengkajian dengan


mengumpulkan data dasar yang merupakan tahap awal dari MTBS dengan cara
wawancara dan observasi langsung. Diperoleh hasil bahwa ibu mengatakan
anaknya umur 4 tahun, panas sudah 2 hari, rewel tidak mau makan dan minum
sedikit. Data objektif : keadaan umum cukup, kesadaran composmentis, Nadi 88
x/mt, respirasi 38 x/mt, suhu 37,6°C.
Sedangkan Demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkasian
yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang
terletak dalam hipotalamus anterior. Demam berarti suhu tubuh diatas normal
(Guyton, 2007). Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5-37,2°C. Demam terjadi
karena ada peningkatan suhu.
Menurut Riandita (2012), Febris adalah suatu keadaan di mana suhu
tubuh diatas normal, yaitu di atas 38°c, keluhan yang dirasakan balita biasanya
adalah suhu meningkat, gelisah, rewel, susah minum, nafsu makan berkurang,
sehigga antara teori dan praktik tidak ada kesenjangan.
Pada anak I umur 4 tahun dengan demam mungkin bukan malaria selain
demam anak juga rewel tidak mau makan dan minum sedikit dihawatirkan ada
gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi apabila di biarkan terlalu
lama. Kebutuhan berdasarkan masalah yang timbul yaitu pemenuhan kebutuhan
nutrisi dengan pemberian makan sedikit tapi sering dan pemenuhan kebutuhan
cairan dengan pemberian minum susu, teh manis atau air putih sesering
mungkin.
Kebutuhan balita dengan demam yaitu menganjurkan untuk memberikan
air minum sesuai kebutuhan tubuh yaitu untuk anak usia1-3 tahun kebutuhan air
1,3 liter atau sekitar 4 gelas perhari, peningkatan kebutuhan nutrisi serta
memberikan kompres hangat pada balita. Sehingga antar teori dan praktik tidak
ada kesenjangan.
Pada anak I umur 4 tahun dengan demam mungkin bukan malaria yaitu
pemberian obat paracetamol syrup 120 mg/5 ml sehari 3-4 x 1 sendok takar
Sedangkan menurut buku bagan Manajem terpadu balita sakit (MTBS) dalam

17
pemberian antipiretik yaitu paracetamol syrup setiap 6 jam sampai demam hilang
dengan dosis 120 mg/7,5 ml 1 ½ sendok takar.
Pada kasus anak I umur 4 tahun dengan demam mungkin bukan malaria
pada KIE meliputi : memberikan informasi pada ibu tentang hasil pemeriksaan
anaknya, anjurkan ibu untuk memakaikan anaknya pakaian yang tipis, anjurkan
ibu untuk memberikan banyak minum pada anak, anjurkan ibu untuk melakukan
kompres dengan air hangat, anjurkan pada ibu untuk memberikan obat pada
anaknya sesuai program yaitu parasetamol syrup 120 mg/5 ml sehari 3-4 x 1
sendok takar. Menurut (Suriadi, Yuliani 2006 dan Sodikin 2012) penatalaksanaan
Febris sebagai berikut : pemberian therapy antipiretik dan antibiotic sesuai
program, berikan minum lebih banyak dari biasanya, pakaian yang di gunakan
anak baiknya dengan pakaian yang tipis, monitor temperature sesara ketat,
berikan kompres hangat (tepid water Songe), hindari kompres alkohol dan air es.
Pada asuhan anak dengan Demam mungkin bukan Malaria ibu di anjurkan untuk
kunjungan ulang 3 hari yang akan datang atau anak tidak ada perbaikan.

18
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pengkajian kasus dilakukan penulis pada Anak
I umur 4 tahun dengan Demam mungkin bukan malaria maka dapat
disimpulkan :
1. Pengkajian data didapatkan hasil pengkajian pada tanggal 07-10-2022
bahwa ibu mengatakan anaknya umur 4 tahun, panas sudah 2 hari,
rewel, tidak mau makan dan minum sedikit. Data objektif : keadaan umum
baik, kesadaran composmentis, nadi 88 x/mt, respirasi 38 x/mt, suhu
37.6°c.
2. Pada kasus ini ibu juga di anjurkan untuk memakaikan anaknya pakaian
yang tipis, anjurkan ibu untuk memberikan banyak minum pada anak,
anjurkan ibu untuk melakukan kompres dengan air hangat, anjurkan pada
ibu untuk memberikan obat pada anaknya sesuai program yaitu
parasetamol syrup 120 mg/5 ml sehari 3-4 x 1 sendok takar dan
melakukan kunjungan ulang 3 hari yang akan datang atau anak tidak ada
perbaikan

B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Menjadi bahan referensi bagi mahasiswa untuk melakukan pengkajian
manajemen terpadu balita sakit dengan demam mungkin bukan malaria.
2. Bagi Lahan Praktek
Meningkatkan sumber daya manusia maupun sarana prasarana di lahan
praktek serta memberikan penyuluhan kesehatan yang sesuai dengan
kebutuhan pasien pada kasus balita sakit dengan demam mungkin bukan
malaria
3. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka
pengembangan diri serta menerapkan dan mengaplikasikan ilmu yang
didapat terutama dalam memberikan asuhan pada kasus balita sakit
dengan demam mungkin bukan malaria

19
4. Manfaat Bagi Klien
Mendapatkan asuhan kebidanan pada balita sakit sesuai kebutuhan
pasien, pengetahuan mengenai asuhan pada kasus balita sakit dengan
demam mungkin bukan malaria yang di dapat informasikan kepada
keluarga dan familynya sebagai upaya promotive dan preventif bidang
kesehatan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI.2008. Buku bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta :


Departemen Kesehatan RI
Soenarto, Yati. MTBS: Strategi Untuk meningkatkan Derajat Kesehatan Anak.
Surjono, Achmad. Endang DL, Alan R. Tumbelaka, et al.1998. studi
Pengembangan Puskesmas Dalam manajemen
Wijaya, Awi M. 2009. Manajemen Terpadu balita Sakit ( MTBS ). Di unduh dari :
http://infodokterku.com/

21
22

Anda mungkin juga menyukai