Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KOMPREHENSIF

“Asuhan Kebidanan Neonatus pada By Ny.”R” Usia 5 Hari dengan


Perawatan Tali Pusat di PMB Riya Tisnawati
Kota Palembang”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Fisiologis


Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah

Oleh
NABILAH VISTA
NIM. PO.71.24.4.21.025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI PROGRAM PROFESI


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES
PALEMBANG TAHUN 2021
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KOMPREHENSIF

“Asuhan Kebidanan Neonatus pada By Ny.”R” Usia 5 Hari dengan Perawatan


Tali Pusat di PMB Riya Tisnawati
Kota Palembang”

Disusun Oleh

Nabilah Vista
PO.71.24.4.21.025

Menyetujui,
Pembimbing Klinik

Riya Tisnawati, AM.Keb. (..........................................)

Pembimbing Akademik

Rosyati Pastuty, SSiT, M.Kes (...........................................)


NIP. 197210141992032002

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi

Elita Vasra, SST, M.Keb


NIP. 197305191993012001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Komprehensf
terkait Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.
Penulisan Laporan Komprehensif ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas
praktik Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah
Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Palembang. Laporan ini terwujud
atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan
terima kasih kepada:

1. Bapak Muhammad Taswin, S.Si, Apt, MM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes
Kemenkes Palembang
2. Dr. H.Pangestu Widodo, MARS selaku Direktur Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang
3. Ibu Nesi Novita, S.SiT, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Palembang
4. Ibu Elita Vasra, SST, M.Keb selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi
Bidan Poltekkes Kemenkes Palembang
5. Ibu Rosyati Pastuty S.SiT, M.Kes selaku pembimbing akademik dan ibu Riya
Tisnawati, A.Md.Keb. selaku pembimbing lahan praktik.
6. Seluruh pegawai dan staf Griya Bunda Ceria
Akhir kata, saya berharap laporan ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.

Palembang, Februari 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Tujuan..........................................................................................................3
C. Ruang Lingkup............................................................................................4
D. Manfaat........................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
A. Kajian Masalah Kasus................................................................................5
B. Kajian Teori.................................................................................................6
1. Konsep Dasar Neonatus..........................................................................6
2. Konsep Dasar Pencegahan Infeksi pada Neonatus..............................7
3. Konsep Dasar Perawatan Tali Pusat.....................................................8
4. Infeksi Tali Pusat...................................................................................14
BAB III..................................................................................................................19
A. Data Subjektif............................................................................................19
B. Data Objektif.............................................................................................21
C. Analisis.......................................................................................................21
D. Penatalaksanaan........................................................................................22
BAB IV..................................................................................................................26
A. Kesimpulan................................................................................................26
B. Saran..........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut World Health Organisation 2014, terdapat banyak faktor
yang mempengaruhi tingkat Angka Kematian Bayi (AKB). Dari seluruh
kematian neonatal, sekitar 60% merupakan kematian bayi umur <7 hari
yang disebabkan oleh gangguan perinatal yang salah satunya asfiksia dan
infeksi. WHO mencatat sekitar 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir
mengalami asfiksia dan infeksi, hampir 1 juta bayi yang meninggal (Nita
N, 2017). Kementrian Kesehatan RI 2015, salah satu indicator Sustainabe
Development Goals (SDGs) adalah Angka Kematian Neonatal (AKN)
yang merupakan indicator dari tujuan SDGs yang ketiga yaitu menurunkan
AKN menjadi 12 per 1000 kelahiran ditahun 2030 (Siska Y, 2017).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka


kesakitan dan kematian bayi adalah dengan memberikan pelayanan
kesehatan yang efektif pada masyarakat tentang perawatan tali pusat.
Dalam melaksanakan upaya tersebut diperlukan sumber daya manusia
yang mempunyai kemampuan untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas, yaitu dengan memberikan penyuluhan tentang kesehatan
kepada masyarakat, sehingga pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat
diharapkan dapat mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap kesehatan.
Selama periode bayi baru lahir kemampuan hidup sehat dimulai sejak bayi,
karena pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan yang menentukan
kualitas otak pada masa dewasa.Supaya terciptanya bayi yang sehat maka
dalam perawatan tali pusat bayi baru lahir dilakukan dengan benar-benar
sesuai dengan prosedur kesehatan (Rahardjo K, 2015).

1
Pada bayi baru lahir, bau tidak sedap merupakan satu indikasi bahwa
bayi terinfeksi pada tali pusatnya. Angka kejadian ini sekitar 2% dari
jumlah bayibaru lahir.Kondisi ini bisa jadi memburuk atau malah
sebaliknya, tergantung perawatan yang diberikan setelah ibu dan bayinya
kembali ke rumah. Segala macam bentuk infeksi merupakan hal yang
menakutkan bagi ibu yang memiliki bayi baru lahir. Tali pusat juga tidak
luput menjadi tempat berkembangnya kuman penyakit. Penyebaran kuman
ini disebabkan oleh gerak tubuh bayi. Ada beberapa cara untuk mencegah
terjadinya infeksi pada tali pusat. Yang paling umumdilakukakan adalah
tindakan aseptis, yaitu menggunakan zat antiseptik dan menutup pusar
dengan bahan steril (Maharani Y D, 2017).

Perawatan tali pusat adalah tali pusat yang dirawat dalam keadaan
yang steril, bersih dan terhindar dari infeksi tali pusat. Perawatan tali pusat
yang baik dan benar akan menimbulkan dampak positif yaitu tali pusat
akan putus pada hari ke 5 dan hari 7 tanpa ada komplkasi, sedangkan
dampak negative dari perawatan tali pusat yang tidak benar adalah bayi
akan mengalami infeksi dan dapat mengakibatkan kematian (Rahardjo K,
2015). Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya
infeksi pada bayi baru lahir karena masuknya spora kuman tetanus
kedalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat steril, pemakaian obat-
obatan, bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan ke tali pusat sehingga
dapat mengakibatkan infeksi (Sodikin, 2018).

Penggunaan bahan antiseptik dalam perawatan tali pusat masih


beranekaragam bahan yang digunakan.Ada yang menggunakan kassa
alkohol dan ada yang menggunakan kassa steril atau kassa tanpa
alkohol.Penggunaan kasa yang dibasahi dengan alkohol dan melilitkannya
pada tali pusat dianggap metode yang paling efektif untuk membunuh
kuman disekitar tali pusat sehingga mempercepat pelepasan tali pusat.
Sedangkan yang menggunakan kassa steril atau kassa tanpa alkohol
mengatakan, bahwa perawatan tali pusat menggunakan kassa alkohol yang

2
digunakan untuk melilitkan pada tali pusat akan merusak flora normal
disekitar tali pusat karena yang tertinggal pada tali pusat itu ialah alkohol,
sehingga keadaan tali pusat yang sudah lembab bila dililitkan kasa yang
dibasahi alkohol menjadi lebih lembab yang dapat memperlambat
pelepasan tali pusat. Alkohol tidak dipergunakan lagi dalam melilitkan tali
pusat bayi, yang digunakan melilitkan tali pusat yaitu kasa steril(Wiliams,
2012).

Berdasarkan penelitian Deffy Gita Budhi Utami dan Sulastri (2012)


tentang Perbedaan Lama Lepas Tali Pusat Perawatan Dengan
Menggunakan Kassa Steril Dibandingkan Kassa alkohol, mengatakan
bahwa perawatan tali pusat dengan menggunakan kassa steril lebih cepat
putusnya dibandingkan menggunakan kassa alkohol. Menurut penelitian
Budiarti, Dya Sustrami, dan Julienavita Adinda (2017) tentang Perbedaan
Efektifitas Penggunaan Kassa Kering Steril Dibandingkan Dengan Kassa
Alkohol Terhadap Lama Lepas Tali Pusat, mengatakan bahwa hasil
penelitian uji statistik menunjukkan ada perbedaan efektifitas penggunaan
kassa kering steril dibandingkan dengan kassa alkohol terhadap lama lepas
tali pusat.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tercapainya implementasi asuhan kebidanan pada neonatus dengan
menggunakan pola pikir manajemen kebidanan serta melakukan
pendokumentasian hasil asuhannya.
2. Tujuan Khusus
a. Terlaksananya pengkajian mendalam terhadap perawatan tali pusat
pada neonatus.
b. Tersusunnya identifikasi diagnosa/masalah kebidanan berdasarkan
data subyektif dan data obyektif pada neonatus.
c. Diketahuinya kebutuhan segera pada neonatus.

3
d. Tersusunnya rencana tindakan yang akan dilakukan pada kasus
perawatan tali pusat pada neonatus.
e. Terlaksananya tindakan untuk menangani kasus perawatan tali
pusat pada neonatus.
f. Terlaksananya evaluasi untuk menangani kasus perawatan tali
pusat pada neonatus.
g. Tersusunnya pendokumentasian kasus perawatan tali pusat pada
neonatus.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup laporan komprehensif ini adalah pelaksanaan
pelayananan kebidanan yang berfokus pada masalah perawatan tali pusat
pada neonatus.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Pengembangan ilmu ke dalam praktik yang bisa meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman secara langsung, sehingga
menambah wawasan dalam menerapkan asuhan kebidanan pada
perawatan tali pusat pada neonatus.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Dapat memahami teori, memperdalam ilmu, dan menerapkan
asuhan kebidanan neonates pada perawatan tali pusat pada
neonatus.
b. Bagi PMB Riya Tisnawati
Memberikan informasi bagi bidan di PMB Riya Tisnawati
mengenai perawatan tali pusat pada neonatus.
c. Bagi Ibu
Menambah pengetahuan dan gambaran terkait asuhan kebidanan
neonatus pada perawatan tali pusat pada neonatus.

4
BAB II
TINJAUAN KASUS DAN TEORI

A. Kajian Masalah Kasus


Kasus dalam asuhan kebidanan ini adalah seorang neonatus usia 5
hari. Pengkajian awal dilakukan saat bayi melakukan kunjungan ulang
pertama setelah pulang kerumah pasca persalinan. Dari hasil pengkajian
didapatkan keadaan bayi dalam batas normal dengan hasil pemeriksaan
sebagai berikut keadaan umum: Baik, Kesadaran: Composmentis, N:
116x/m, T: 36,5°C, RR : 45x/m. Tali pusat belum lepas. Terlihat pada
daerah perut dan daerah genetalia bayi diberikan bedak. Pada kasus ini ibu
dan nenek bayi mengatakan memberikan bedak di daerah perut dan
genetalia agar bayinya menjadi harum dan segar serta untuk mencegah
terjadinya biang keringat. Pada kasus ini dibutuhkan KIE dan Pendidikan
kesehatan mengenai perawatan pada neonatus khususnya perawatan tali
pusat.

5
B. Kajian Teori
1. Konsep Dasar Neonatus
a. Pengertian Neonatus
Neonatus adalah bayi yang baru lahir hingga 28 hari pertama
kehidupannya (Rudolph, 2014). Neonatus adalah usia bayi sejak lahir
hingga akhir bulan pertama (Koizer, 2011). Neonatus adalah bulan
pertama kelahiran. Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan
neonatus adalah bayi yang lahir hingga 28 hari pertama.
Neonatus memiliki ciri berat badan 2500-4000 gram, panjang,
panjang 48- 53 cm, lingkar kepala 33-35cm. Neonatus memiliki
frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit, pernapasan 40-60 x/menit,
lanugo tidak terlihat dan rambut kepala tumbuh sempurna, kuku agak
panjang dan lemas, nilai APGAR >7, refleks-refleks sudah terbentuk
dengan baik.
b. Adaptasi Fisiologis pada Neonatus
Adaptasi bayi baru lahir adalah periode adaptasi terhadap
kehidupan uar rahim. Periode ini dapat berlangsung hingg satu bulan
atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa sistem tubuh bayi. Transisi
paling nyata dan cepat terjadi pada sistem pernapasan dan sirkulasi,
sistem kemampuan mengatur suhu, dan dalam kemampuan mengambil
dan menggunakan glukosa (Pusdik SDM Kesehatan, 2016).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi adaptasi bayi baru lahir
diantaranya: riwayat antepartum ibu dan bayi baru lahir misalnya
terpapar zat toksik, riwayat intrapartum ibu dan bayi baru lahir
misalnya lama persalinan, serta kapasitas fisiologis bayi baru lahir
untuk melakukan transisi dari kehidupan intrauterin ke kehidupan
ekstrauterin (Pusdik SDM Kesehatan, 2016). Pada saat bayi baru lahir,
bayi akan mengalami adaptasi pada kehidupan ekstrauterin, dimana
akan terjadinya perubahan sistem pernapasan, sistem regulasi, sistem
thermoregulasi, sistem imunologi, dan sistem ginjal (Pusdik SDM
Kesehatan, 2016).

6
2. Konsep Dasar Pencegahan Infeksi pada Neonatus
Menurut (Pusdik SDM Kesehatan, 2016) Pencegahan infeksi
merupakan penatalaksanaan awal yang harus dilakukan pada bayi
baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi.
Adapun jenis- jenis pencegahan infeksi pada neonatus, yaitu:
a. Pencegahan infeksi pada tali pusat
Upaya ini dilakukan dengan cara merawat tali pusat yang
berarti menjaga agar luka tersebut tetap bersih, tidak trekena air
kecing, kotoran bayi atau tanah. Pemakaian popok bayi diletakkan
di bawah tali pusat, segera keringkan dengan kain kasa kering dan
dibungkus dengan kasa tipis yang steril. Dilarang membubuhkan
atau mengoles ramuan, abu dapur dan sebagainya pada luka tali
pusat, karena akan menyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat
berakhir dengan kematian neonatal. Tanda- tanda infeksi tali pusat
yang harus diwaspadai, antara lain kulit sekitar tali pusat berwarna
kemerahanm ada pus/ nanah dan berbau busuk.
b. Pencegahan Infeksi pada Kulit
Beberapa cara yang diketahui daat mencegah terjadi infeksi pada
kulit bayi baru lahir atau penyakit infeksi lain adalah meletakkan bayi
di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi, sehingga
menyebabkan terjadinya kolonisasi meikroorganisme ibu yang
cenderung bersifat nonpatogen, serta adanya zat antibodi bayi yang
sudah terbentuk dan terkandung dalam air susu ibu.
c. Pencegahan Infeksi pada Mata
Cara mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir adalah merawat
mata bayi baru lahir dengan mencuci tangan terlebih dahulu,
membersihkan kedua mata bayi segera setelah lahir degan kapas atau
sapu tangan halus yag bersih dengan air hangat. Dalam waktu 1 jam
setelah bayi lahir, berikan salep atau obat tetes mata untuk mencegah
oftalmia neonatrum (tetrasiklim 1%) birkan obat tetap pada mata bayi.

7
d. Imunisasi
Pada daerah risiko tinggi infeksi tuberkulosis, imunisasi BCG harus
diberikan pada bayi segera setelah lahir. Pemberian dosis pertama
tetesan polio dianjurkan pada bayi segera setelah lahir atau pada umur 2
minggu. Maksud pemberian imunisasi polio secara dini adalah untuk
meningkatkan perlindungan awal. Imunisasi Hepatitis B sudah
merupakan program nasional, meskipun pelaksanaannya dilakukan
secara bertahap. Pada daerah risiko tinggi, pemberian imunisasi
Hepatitis B dianjurkan pada bayi segera setelah lahir.

3. Konsep Dasar Perawatan Tali Pusat


a. Pengertian Tali Pusat
Tali pusat menurut istilah medis (umbilical cord) merupakan suatu
tali yang menghubungkan antara janin dengan plasenta.Semasa dalam
rahim, tali inilah yang menyalurkan oksigen dan nutrisi makanan dari
plasenta ke janin yang berada di dalamnya. Begitu janin dilahirkan
tidak lagi membutuhkan oksigen dari ibunya, karena sudah dapat
bernapas sendiri melalui hidungnya. Oleh karena itu sudah tidak
diperlukan lagi, maka saluran ini harus segera dipotong dan dijepit
(Baety, 2011).
Menurut Riksani (2012) yang dimaksud Tali pusat atau (funiculus
umbilikalis) adalah sebuah saluran kehidupan janin didalam kandungan.
Tali pusat merentang dari umbilicus (pusar) janin ke permukaan
plasenta dan mempunyai panjang normal kurang lebih 50-55 cm,
dengan ketebalan sekitar 1-2 cm, tali pusat dianggap berukuran pendek,
jika panjang normal kurang dari 40 cm. Tali pusat merupakan jembatan
penghubung antara plasenta dan janin. Jadi tali pusat tidak hanya
mencakup fungsi pernapasan saja, tapi seluruh aktivitas yang ada di
plasenta yakni menyalurkan zat-zat yang dibutuhkan oleh janin, baik
untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serta berperan
sebagai saluran untuk mengeluarkan bahan-bahan sisa yang tidak

8
dibutuhkan oleh janin seperti urea dan gas karbondioksida.
b. Pemotongan Tali Pusat
Adapun langkah-langkah proses dalam tahap pemotongan tali pusat
antara lain yaitu sediakan alat berupa gunting tali pusat desinfeksi
tingkat tinggi 1 atau 2 buah, serta klem desinfeksi tingkat tinggi (DTT)
2 buah dan handscoen steril 1 pasang. Sedangkan cara pemotongan
pada tali pusat dengan cara mencuci tangan terlebih dahulu atau bisa
juga masukan tangan kedalam larutan klorin yang berfungsi untuk
membersihkan atau mensterilkan, kemudian jangan lupa gunakan
handscoon yang steril. Lalu kemudian setelah itu lakukan penjepitan
pada tali pusat dengan menggunakan klem kira-kira 3 cm dari
umbilicus bayi, dan setelah dilakukan penjempitan kemudian lakukan
urutan pada tali pusat kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari
klem yang pertama, terus pegang tali pusat diantara 2 klem
menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan jari-jari tangan kiri,
kemudian tangan yang lain memotong tali pusat diantara 2 klem
tersebut dengan gunting tali pusat.
c. Fisiologi Pelepasan Tali Pusat
Selama hamil, plasenta menyediakan semua nutrisi untuk
pertumbuhan dan eksresi secara terus menerus melalui tali pusat.
Setelah lahir, tali pusat mengering dengan cepat, mengeras, dan berubah
warnanya menjadi hitam (suatu proses yang disebut gangren kering).
Proses pelepasan tali pusat tersebut dibantu oleh paparan udara.
Pembuluh umbilikus tetap berfungsi selama beberapa hari, sehingga
resiko infeksi masih tetap tinggi sampai tali pusat terpisah. Kolonisasi
area pada tali pusat tersebut dimulai dalam beberapa jam setelah lahir
akibat dari organisme non patogenik yang berasal dari ibu dan masuk
ke bayi melalui kontak dari kulit ke kulit. Bakteri yang berbahaya dapat
disebarkan melalui higiene yang buruk, teknik cuci tangan yang tidak
baik dan khususnya infeksi silang dari pekerja kesehatan (Lumsden, H
dan Debbie Holmes, 2012).

9
Pemisahan tali pusat berlanjut dipertemuan tali pusat dengan kulit
abdomen, dengan infiltrasi leukosit dan kemudian digesti tali pusat.
Selama proses normal ini, sejumlah kecil material mukosa keruh
terkumpul ditempat pertemuan antara tali pusat dan kulit abdomen
tersebut. Hal ini tanpa disadari diinterpretasikan sebagai nanah. Tali
pusat menjadi basah atau lengket, tetapi hal ini juga merupakan proses
fisiologi yang normal. Pemisahan harusnya selesai dalam 5-15 hari,
meskipun bisa berlangsung lebih lama. Alasan utama terjadi pelepasn
tali pusat yang lebih lama adalah penggunaan antiseptik dan infeksi
(Lumsden, H dan Debbie Holmes, 2012).
Sedangkan menurut Novack dalam Cunningham et al (2013)
menyatakan bahwa kehilangan air pada jeli wharton menyebabkan
mumifikasi tali pusat beberapa waktu setelah lahir. Jeli wharton yaitu
zat yang berbentuk seperti agar-agar dan mengandung banyak air
sehingga tali 19 pusat pada bayi mengering dan cepat terlepas dari
umbilikus. Dalam 24 jam jaringan ini kehilangan warna putih
kebiruannya yang khas, penampilan yang basah, segera menjadi kuning,
dan hitam. Perlahan-lahan garis pemisah timbul tepat diatas kulit
abdomen, kemudian dalam beberapa hari tali pusat terlepas,
meninggalkan luka granulasi yang setelah sembuh membentuk
umbilikus (pusar). Pelepasan biasanya terjadi dalam 2 minggu pertama,
dengan rentang 5-8 hari. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan
oleh Elsobky (2017) rata-rata waktu pelepasan tali pusat bayi yaitu 4-10
hari.
Menurut Yola (2011), faktor yang mempengaruhi pelepasan tali
pusat adalah persalinan SC, penggunaan antibiotik, penggunaan
antiseptik pada tali pusat, gangguan morbilitas neutrofil dan infeksi.
Sedangkan menurut Allam (2015), faktor yang menunda pelepasan tali
pusat diantaranya pemberian antiseptik pada pangkal tali pusat, adanya

10
infeksi dan Persalinan SC. Pelepasan tali pusat yang tertunda dengan
menggunakan antiseptik disebabkan oleh penghancuran flora normal di
sekitar umbilikus dan penurunan jumlah leukosit pada tali pusat
d. Perawatan Tali Pusat
1) Definisi Perawatan Tali Pusat
Perawatan tali pusat merupakan suatu tindakan merawat dan
membersihkan tali pusat, serta untuk mencegah terjadinya infeksi
dan mempercepat penyembuhan luka bekas pemotongan tali pusat
(Sodikin, 2009).
Perawatan tali pusat juga sebagai pengobatan dan pengikatan
tali pusat yang menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara ibu
dan bayi, kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih,
kering, puput dan terhindar dari infeksi tali pusat (Hidayat, 2007).
2) Tujuan Perawatan Tali Pusat
Menurut Sodikin (2012) tujuan perawatan tali pusat adalah
untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan pada bayi
diantaranya tetanus neonatorum dan omfalitis dengan tindakan
sederhana. Tujuan lain perawatan tali pusatpun berfungsi untuk
mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir,
penyakit ini disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus
kedalam tubuh bayi melalui tali pusat, baik dari alat steril,
pemakaian obat-obatan, bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan
ke tali pusat sehingga dapat mengakibatkan infeksi (Boycell, 2011).
3) Metode Perawatan Tali Pusat
a) Dengan Dibalut Kassa Steril Kering
Menurut Prawirohardjo (2014), penatalaksanaan merawat
tali pusat dengan cara yaitu : mencuci tangan sebelum
menyentuh tali pusat bayi, kemudian bersihkan dengan lembut
kulit disekitar tali pusat dengan kapas basah, setelah itu
bungkus tali pusat dengan longgar jangan terlalu rapat dengan
menggunakan kassa steril, kemudian pastikan popok bayi

11
diikat dibawah tali pusat. Popok tidak boleh menutupi tali
pusat agar tali pusat tidak terkena feses dan urin, hindari
penggunaan kancing, koin (uang logam) pada area tali pusat.
b) Perawatan Tali Pusat Terbuka
Menurut Varney (APN, 2012). perawatan tali pusat
dilakukan dengan mencuci tangan terlebih dahulu. Ketika
memandikan bayi usahakan tidak merendam seluruh badan
bayi kedalam air. Jangan merendam seluruh badan sampai
ujung tali pusat lepas dan kering, hindari membasahi tali pusat
ketika membasuh bayi dengan lap basah. Tidak dianjurkan
mengoleskan salep atau zat lain ke ujung tali pusat, ataupun
mengusap alkohol atau povidone iodine meskipun masih
diperkenankan asal tidak menyebabkan tali pusat menjadi
basah atau lembab. Hindari pembungkusan tali pusat dengan
tujuan agar tali pusat cepat mengering dan puput, kemudian
pastikan popok atau celana bayi diikat dibawah tali pusat.
Popok atau celana tersebut tidak boleh menutupi tali pusat agar
tali pusat tidak terkena feses dan urin, dan apabila terdapat sisa
tali pusat kotor, bersihkan dengan hati-hati menggunakan air
Desinfektan Tingkat Tinggi (DTT), selanjutnya keringkan
secara dengan menggunakan kain bersih atau kassa kering
(APN, 2012).
Banyak pendapat yang menyatakan tentang cara terbaik
dalam merawat tali pusat. Telah dilakukan ataupun
dilaksanakan beberapa uji klinis untuk membandingkan cara
perawatan tali pusat agar tidak terjadi peningkatan infeksi
adalah dengan cara membiarkan tali pusat dalam keadaan
terbuka, dan apabila terdapat luka pada area tali pusat maka
bersihkan luka tersebut cukup hanya dengan menggunakan air
bersih (APN, 2012).
4) Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Pada Saat Perawatan Tali

12
Pusat
Untuk mencegah infeksi tali pusat, maka tali pusat harus tetap
bersih dan kering. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tali pusat
yaitu :
a) Cuci tangan sebelum menyentuh tali pusat bayi, apabila
tali pusat kotor atau memiliki banyak darah kering
bersihkanlah dengan alkohol 50%, dan juga bisa
menggunakan air dan sabun.
b) Jangan meletakan benda apapun di atas tali pusat untuk
menghindari terjadinya infeksi.
c) Sisa tali pusat biasanya lepas sekitar hari ke 5-7 setelah
lahir. Mungkin akan keluar beberapa tetes darah ataupun
lendir saat tali pusat terlepas, ini normal-normal saja.
Namun jika ternyata masih keluar banyak darah atau
muncul nanah, segera minta bantuan medis (Siti Saleha,
2009).
5) Dampak Perawatan Tali Pusat
a) Perawatan Tali Pusat Steril
Menurut Hidayat (2009) bahwa perawatan tali pusat yang
steril akan berdampak pada bayi, bayi akan sehat dengan
kondisi tali pusat yang bersih, tidak 28 terjadi infeksi serta tali
pusat akan pupus lebih cepat yaitu antara hari ke 5-7 tanpa
adanya suatu komplikasi.
b) Perawatan Tali Pusat Tidak Steril
Dampak permasalahan perawatan tali pusat yang tidak
baik akan menimbulkan permasalahan infeksi berupa
mengeluarkan cairan nanah, darah, dan tali pusat berbau,
karena kondisi kotor pada tali pusat yang dapat menjadi media
pertumbuhan mikroorganisme sehingga dapat menyebabkan
infeksi, bahkan dapat mendorong terjadinya penyebaran
infeksi. Sedangkan menurut Riksani (2012), perawatan tali

13
pusat yang tidak steril akan mengakibatkan beberapa gangguan
kesehatan pada bayi, diantaranya tetanus neonatorum dan
omphalitis.

6) Manfaat Perawatan Tali Pusat


Terdapat manfaat perawatan tali pusat menurut Prawirohardjo
(2014) yaitu
a) Dapat merawat tali pusat dengan tehnik septik dan aseptik.
b) Dapat membersihkan tali pusat dan sekitarnya.
c) Dapat mencegah timbulnya infeksi oleh bakteri.

4. Infeksi Tali Pusat


a. Definisi
Infeksi tali pusat adalah infeksi yang terjadi pada tali pusat yang
terjadi selama proses pelepasan tali pusat dengan gejala umbilicus
merah, bengkak, mengeluarkan pus, dan berbau tidak sedap
(Muniraman, et all, 2018).
b. Faktor Penyebab
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi tali pusat pada
bayi baru lahir menurut (Coffey PS dan Brown SC, 2017). adalah
sebagai berikut :
1) Kuman dan Bakteri
Staphylococcus aereus ada dimana-mana dan didapat pada masa
awal kehidupan hampir semua bayi, saat lahir atau selama masa
perawatan. Biasanya Staphylococcus aereus sering dijumpai pada
kulit, saluran pernafasan, dan saluran cerna terkolonisasi.
Untuk pencegahan terjadinya infeksi tali pusat sebaiknya tali
pusat tetap dijaga kebersihannya, upayakan tali pusat agar tetap
kering dan bersih. Saat memandikan di minggu pertama sebaiknya
jangan merendam bayi langsung kedalam air karena akan

14
menyebabkan basahnya tali pusat dan memperlambat proses
pengeringan tali pusat.

2) Proses Persalinan
Persalinan yang tidak sehat atau yang dibantu oleh tenaga non
medis. Kematian bayi yang diakibatkan oleh tetanus ini terjadi saat
pertolongan persalinan oleh dukun, terjadi pada saat memotong tali
pusat menggunakan alat yang tidak steril dan tidak mencuci tangan.
3) Tradisi
Perawatan tali pusat juga tidak lepas dari tradisi yang berlaku di
sebagian masyarakat misalnya dengan memberikan berbagai
ramuan atau serbuk-serbuk yang dipercaya bisa membantu
mempercepat kering dan lepasnya potongan tali pusat. Ada yang
mengatakan tali pusat bayi itu harus diberi abu-abu pandangan
seperti inilah yang seharusnya tidak boleh dilakukan karena justru
dengan diberikannya berbagai ramuan tersebut kemungkinan
terjangkitnya tetanus lebih besar biasanya penyakit tetanus
neonatorum ini cepat menyerang bayi, pada keadaan infeksi berat
hanya beberapa hari setelah persalinan jika tidak ditangani biasa
mengakibatkan meninggal dunia.
c. Etiologi
Etiologi infeksi pada tali pusat adalah infeksi polimikrobial pada
tali pusat, mayoritas adalah gabungan bakteri gram positif dan gram
negatif. Bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pada tali pusat yaitu
Staphylococcusaureus, Streptococcus pyogenes,Escherichiacoli, Kleb
siella pneumoniae, Proteus mirabilils, Bacteroides fragilis,
Clostridium perfringens, dan Clostridium tetani (Stewart D dan
Benitz W, 2016).

15
Awalnya, bakteri gram positif lebih banyak ditemukan pada kasus
infeksi tali pusat. Sekitar 85% kasus disebabkan oleh bakteri gram
positif. Akan tetapi dengan banyaknya penggunaan antibiotik, bakteri
gram negatif semakin banyak ditemukan.

Selain itu, kasus infeksi tali pusat yang disebabkan oleh


bakteri Staphylococcus yangcresisten terhadap metisilin juga mulai
banyak ditemukan. Untuk itu, pemberian antibiotik pada omfalitis
disarankan antibiotik spektrum luas yang dapat membunuh bakteri
gram positif, gram negatif, dan anaerob (Sengupta, et all, 2016).
d. Patofisiologi
Patofisiologi infeksi tali pusat dipengaruhi oleh devitalisasi tali
pusat neonatus, sehingga menjadi tempat yang baik untuk tumbuhnya
bakteri. In utero, tali pusat berperan sebagai penghubung antara janin
dengan ibu untuk membawa oksigen serta nutrisi. Setelah bayi lahir,
umbilikus diputus, dan biasanya akan terlepas sendiri dalam waktu 5–
15 hari (Painter K dan Feldman J, 2019).
Sisa tali pusat neonatus akan terpapar dengan bakteri segera
setelah lahir. Adanya bakteri ini berguna untuk menarik sel-sel imun
yang akan membantu proses pelepasan tali pusat neonatus. Tetapi,
bakteri ini juga berpotensi menyebabkan infeksi pada pangkal tali
pusat, menyebabkan infeksi pada tali pusat. Jika terjadi infeksi dan
tidak ditatalaksana, maka infeksi dapat menyebar melewati jaringan
subkutan ke plana fascia, otot dinding abdomen, bahkan memasuki
pembuluh darah umbilikus, menyebabkan nekrosis fasciitis dan sepsis
(Gleason CA dan Devaskar SU, 2012).
e. Epidemiologi
Insidensi infeksi tali pusat berkisar antara 0,2-0,7% pada negara
industri. Insidensi dilaporkan lebih tinggi pada bayi preterm
dibandingkan aterm. Pada bayi aterm, kejadian infeksi tali pusat

16
tertinggi pada usia 5-9 hari. Sedangkan pada bayi preterm, onset pada
usia 3-5 hari (Perlstein,2019). Di Indonesia, omfalitis merupakan
salah satu infeksi yang cukup sering ditemukan pada neonatus, tetapi
belum ada data epidemiologi nasional omfalitis.

Pada kasus tanpa komplikasi atau kelainan anatomi lainnya,


mortalitas akibat infeksi tali pusat jarang terjadi. Namun pada kasus
dengan komplikasi, mortalitas dapat meningkat menjadi 7 – 15% dan
semakin meningkat menjadi 60% pada kasus dengan necrotizing
fasciitis atau mionekrosis (Perlstein,2019).
f. Tanda dan Gejala
Pada anamnesis dengan orangtua pasien, akan didapatkan keluhan
perubahan warna atau keluar nanah dari pangkal tali pusat. Jika
infeksi meluas ke jaringan yang lebih dalam atau meluas ke sistemik,
maka akan muncul gejala yang lebih berat seperti demam, tidak mau
minum, iritabel, dan letargi (Amboss, 2019).
g. Diagnosis
Diagnosis infeksi tali pusat dapat ditegakkan secara klinis dengan
melihat tanda inflamasi dan infeksi pada pangkal tali pusat dan
jaringan sekitarnya. Pemeriksaan penunjang jarang diperlukan, namun
kultur bakteri bisa dipertimbangkan untuk mengetahui etiologi
(Amboss, 2019).
h. Pencegahan
Adapun berbagai hal upaya pencegahan sebelum terjadinya
infeksi pada tali pusat menurut (Kemenkes R1, 2016) yaitu dengan
dilakukan antara lain :
1) Berikan penyuluhan atau edukasi kepada ibu post partum tentang
bagaimana cara merawat tali pusat yang baik dan benar, yang
bertujuan untuk menghindari atau mencegah supaya tidak
terjadinya kesalahan ataupun adanya infeksi pada tali pusat, dan

17
pemberian edukasi yang dilakukan pada ibu post partum
berfungsi untuk menambahkan wawasan serta pengetahuan dalam
merawat tali pusat pada bayi baru lahir.
2) Memberikan stimulus dan latihan secara langsung tentang
perawatan tali pusat pada ibu post partum dan nifas, supaya ibu
memiliki persepsi dalam perawatan tali pusat dan kemudian dapat
mempraktikannya atau melaksanakannya secara langsung.
3) Instruksikan ibu untuk selalu memantau bayi dan keadaan tali
pusat, untuk memastikan bahwa kondisi bayi dan tali pusat tetap
dalam keadaan yang baik dan sehat.
4) Lakukan perawatan tali pusat setiap hari dan setiap kali, apabila
tali pusat mengalami basah atau kotor, jika tali pusat basah maka
diwajibkan tali pusat dalam keadaan kering, sedangkan jika tali
pusat dalam keadaan kotor wajib dibersihkan, bertujuan agar
tidak terjadinya infeksi.

18
BAB III
KAJIAN KASUS DAN ASUHAN KEBIDANAN

Pengkajian :

Nama Pengkaji : Nabilah Vista


Tempat Pengkajian : PMB Riya Tisnawati
Tanggal Pengkajian : 26 Januari 2022

A. Data Subjektif
1. Pengkajian Data Subjektif
a. Biodata
1) Biodata Bayi
Nama : By.Ny.R
Usia : 5 hari
Jenis kelamin : Perempuan
2) Biodata Orangtua
Nama : Ny. R Nama : Tn. M
Umur : 31 tahun Umur : 42 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Suku Bangsa : Indonesia Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Purwodadi RT 6
b. Keluhan
Ibu membawa bayi datang ke bidan ingin memeriksakan bayinya
pertama kali setelah dibawa pulang.
c. Riwayat Kelahiran

19
1) Tanggal Lahir : 21 Januari 2022
2) Jenis Persalinan : Spontan
3) Penolong : Bidan
4) BB/PB/LK/LD : 3300 gram, 50 cm, 34 cm, 33 cm
5) Komplikasi : Tidak ada

d. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang :
Bayi dalam keadaan sehat
2) Riwayat Kesehatan Lalu :
Saat lahir bayi dalam keadaan sehat
3) Riwayat Kesehatan Keluarga :
Tidak ada keluarga yang sedang menderita suatu penyakit dan
tidak ada anggota keluarga yang merokok
e. Riwayat Imunisasi
Bayi diimunisasi Hb0 6 jam setelah lahir
f. Kebutuhan Dasar Bayi
1) Nutrisi
Jenis : ASI
Frekuensi :On demand
Keluhan : Tidak ada
2) Eliminasi
a) BAK
Frekuensi : 7-8x sehari
Warna : Jernih
Keluhan : Tidak ada
b) BAB
Frekuensi : 4-5x sehari
Konsistensi : Lembek
Warna : Kecoklatan
Keluhan : Tidak ada

20
3) Pola Istirahat : Tidur ± 16 jam
4) Hygine
Mandi : 1-2x sehari, kadang kadang mandi sore
Ganti pakaian : 3x sehari atau jika basah

B. Data Objektif
1. Pengkajian Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum : baik
2) Kesadaran : composmentis
3) BB : 3200 gram
4) Tanda-Tanda Vital
a) N : 116x/menit
b) T : 36.5°C
c) RR : 45x/menit
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala : rambut bersih
2) Muka : simetris, tidak pucat, tidak icterus
3) Mata : simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda
4) Hidung : simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung
5) Telinga : simetris, bersih, tidak ada tanda infeksi
6) Mulut : bersih, tidak terdapat oral trush
7) Leher : refleks tonic neck baik
8) Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada
9) Abdomen : terdapat bedak menutupi daerah abdomen
termasuk ……. tali pusat, tali pusat belum lepas, keadaan
tali pusat ……… lembab dibalut kassa steril.
10) Genetalia : Terdapat bedak didaerah genetalia
11) Ekstremitas
Atas : kuku-kuku tidak pucat, tidak ikteris, tidak
sianosis

21
Bawah : kuku-kuku tidak pucat, tidak ikteris, tidak
sianosis
c. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak Dilakukan

C. Analisis
Diagnosis : NCB SMK
Masalah : Tali pusat dibubuhi bedak

D. Penatalaksanaan
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan bayi kepada ibu dan asuhan
yang diberikan.
a. Rasionalisasi :
Pemberian informasi hasil pemeriksaan pada pasien merupakan
hak pasien untuk mengetahui keadaan dirinya.
b. Evaluasi :
Ibu mengetahui hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan
diberikan.
2. Melakukan pemeriksaan keadaan bayi berupa observasi tanda-tanda
vital dan pemeriksaan fisik pada bayi
a. Rasionalisasi :
Pemeriksaan dilakukan untuk memantau keadaan bayi setelah
beberapa hari pulang ke rumah untuk mendeteksi masalah yang
terjadi pada bayi.
b. Evaluasi :
Pemeriksaan telah dilakukan, bayi dalam keadaan baik, hanya
saja terdapat bedak pada daerah perut dan genetalia bayi, hal ini
membuat tali pusat bayi menjadi lembab.
3. Melakukan perawatan tali pusat pada bayi, membersihkan daerah tali
pusat dan genetalia bayi dari bedak dengan menggunakan kassa steril
dan cairan Nacl 0,9%. Selanjutnya tali pusat dibiarkan mengering dan
dibalut dengan kassa steril tanpa dibubuhi apapun.

22
a. Rasionalisasi :
Praktik perawatan tali pusat tradisional yang berbahaya sering
disebut sebagai masalah kesehatan masyarakat yang penting.
Pemahaman yang jelas tentang niat perilaku yang mendasari
praktik perawatan tali pusat tradisional dapat membantu dalam
mengatasi tingginya angka sepsis neonatus. Sepsis neonatorum
merupakan penyebab kematian tertinggi ketiga pada bayi di
bulan pertama kehidupannya. Memotong tali pusat dapat
menjadi jalur masuknya bakteri penyebab sepsis. Praktik
perawatan tali pusar yang optimal untuk bayi baru lahir dan
selama minggu pertama kehidupan, terutama di tempat dengan
kebersihan yang buruk, memiliki potensi untuk menghindari
kematian neonatal. Tujuan dari perawatan tali pusat ini adalah
untuk membantu dalam pengembangan strategi perubahan
perilaku untuk mendukung pengenalan rejimen perawatan tali
pusat yang baru, yaitu 7,1% chlorhexidine digluconate untuk
perawatan tali pusat (Cofey & Brown, 2017).
b. Evaluasi :
Daerah tali pusat dan sekitarnya telah dibersihkan dari bedak
4. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga mengenai perawatan tali pusat
yang benar yaitu mencuci tangan sebelum menyentuh tali pusat bayi,
kemudian bersihkan dengan lembut kulit disekitar tali pusat dengan
kapas basah, setelah kering bungkus tali pusat dengan longgar jangan
terlalu rapat dengan menggunakan kassa steril, kemudian pastikan
popok bayi diikat dibawah tali pusat. Popok tidak boleh menutupi tali
pusat agar tali pusat tidak terkena feses dan urin, hindari penggunaan
kancing, koin (uang logam) pada area tali pusat.
a. Rasionalisasi :
Praktik perawatan tali pusat dengan kebersihan yang baik,
memiliki potensi untuk menghindari kematian neonatal. Praktik
perawatan tali pusat tradisional yang berbahaya sering disebut

23
sebagai masalah kesehatan masyarakat yang penting dan
berisiko meningkatkan infeksi (Perlstein, 2019).
b. Evaluasi
Ibu dan keluarga mengerti mengenai perawatan tali pusat yang
benar.

5. Menjelaskan kepada ibu mengenai fisiologi pelepasan tali pusat.


a. Rasionalisasi
Setelah lahir, tali pusat mengering dengan cepat, mengeras, dan
berubah warnanya menjadi hitam (suatu proses yang disebut
gangren kering). Proses pelepasan tali pusat tersebut dibantu
oleh paparan udara. Pembuluh umbilikus tetap berfungsi selama
beberapa hari, sehingga resiko infeksi masih tetap tinggi sampai
tali pusat terpisah pada hari ke 5 sampai 15 (Lumsden, H dan
Debbie Holmes, 2012)..
b. Evaluasi :
Ibu dan keluarga mengerti mengenai pelepasan tali pusat dan
kapan tali pusat akan puput.
6. Memberitahu ibu untuk terus memberikan kebutuhan dasar pada
bayinya dengan memberikan ASI secara on demand, menjaga hygine
bayi dengan mengganti popok jika basah, menjaga kehangatan bayi,
dan istirahat bayi.
a. Rasionalisasi :
Anak memiliki tiga kebutuhan dasar yaitu Asuh (kebutuhan
dasar fisik dan biomedis) Asih (Kebutuhan psikologi dan kasih
sayang) serta Asah (Kebutuhan akan stimulasi mental) (Pusdik
SDM Kesehatan, 2016).
b. Evaluasi :
Ibu mengerti kebutuhan dasar bayi.

24
7. Menjelaskan tanda bahaya pada bayi diantaranya tidak mau nyusu,
adanya tarikan dinding dada bagian ke dalam, kulit kebiruan, kejang,
keluarnya darah pada tali pusat, dan demam dan menjelaskan kepada
ibu untuk segera membawa bayinya ke fasilitas kesehatan jika terdapat
tanda tersebut.
a. Rasionalisasi :
Bayi baru lahir rentan sakit dan jika sakit cenderung cepat
menjadi berat dan serius bahkan bisa meninggal. Gejala sakit
pada bayi baru lahir sulit diketahui. Dengan mengetahui tanda
bahaya, bayi akan cepat mendapat pertolongan sehingga dapat
mencegah kematian (Nurmalia, 2019).
Tanda bahaya pada bayi
b. Evaluasi :
Ibu mengetahui tanda bahaya pada bayi.
8. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang jika tali pusat
bayi sudah lepas dan memberikan KIE mengenai imunisasi serta
jadwal imunisasi bayinya
a. Rasionalisasi :
Imunisasi dilakukan supaya kekebalan tubuh seseorang kuat
terhadap suatu penyakit. Caranya adalah dengan membentuk
antibodi dalam kadar tertentu. Agar antibodi tersebut terbentuk,
seseorang harus diberikan vaksin sesuai jadwal yang telah
ditentukan (Pusdik SDM Kesehatan, 2016).
b. Evaluasi :
Ibu mengerti penjelasan bidan.
9. Melakukan pendokumentasian.
a. Rasionalisasi :
Pendokumentasian dilakukan untuk penggunanya, alat bukti dan
data akurat terkait keterangan dokumen, melindungi dan
menyimpan fisik isi dokumen tersebut.
b. Evaluasi :

25
Pendokumentasian telah dilakukan di status pasien.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan kebidanan pada neonatus melalui pendekatan management Varney
dengan tahap-tahap manajemen asuhan kebidanan terdiri dari pengkajian,
interpretasi data, diagnosa/ masalah potensial, tindakan antisipasi, intervensi,
implementasi, dan evaluasi. Berdasarkan tinjauan kasus yang telah dibuat asuhan
kebidanan ibu nifas pada beberapa kasus dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pada pengkajian didapatkan data subjektif dan dari data objektif dari
neonatus, berdasarkan data yang telah didapat melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan observasi.
2. Pada interpretasi data didapatkan diagnosa kebidanan.
3. Pada kasus tersebut, perencanaan yang dibuat berdasarkan masalah yang
dirasakan ibu dan neonatus dimana perencanaan ini dibuat untuk
memberikan asuhan kepada neonatus dan mengatasi masalah yang
dirasakan.
4. Pada kasus tersebut, pelaksanaan telah dilakukan sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat.
5. Pada kasus tersebut, evaluasi yang didapatkan dari perencanaan yang telah
dilakukan, dimana evaluasi yang ada untuk menilai perencanaan apa yang
telah dilakukan dan bagaimana hasilnya.

26
B. Saran
1. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis dalam
memberikan asuhan pada neonatus.
2. Bagi Institusi
Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber referensi
khususnya tentang asuhan kebidanan pada neonatus.

3. Bagi Lahan Praktik


Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan studi banding dalam
melaksanakan asuhan kebidanan pada neonatus.
4. Bagi Profesi Bidan
Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi bidan dalam
asuhan komprehensif pada ibu neonatus.

27
DAFTAR PUSTAKA

Amboss. Chorioamnionitis, neonatal infection, and omphalitis. 2019. Available


from: https://www.amboss.com/us/knowledge/Chorioamnionitis
%2C_neonatal_infection%2C_and_omphalitis
Baety, A.N. 2011. Biologi Reproduksi kehamilan dan Persalinan. Jogjakarta:
Graha Ilmu.
Budiarti, Astrida, dkk. 2017. Perbedaan Efektifitas Penggunaan Kassa Kering
Steril Dibandingkan Dengan Kassa Alkohol Terhadap Lama Lepas Tali
Pusat Di Desa Cerme Kidul-Gresik. E-jurnal yang diakses pada tanggal 9
Maret 2018
Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse, and Spong, Obstetri William Edisi
23 Volume 2, 23rd ed. Jakarta: EGC, 2013
Coffey, P.S., Brown, S.C. Umbilical cord-care practices in low- and middle-
income countries: a systematic review. BMC Pregnancy Childbirth 17, 68
(2017). https://doi.org/10.1186/s12884-017-1250-7
Deffi, Gita Budhi, dkk. 2012. Perbedaan Lama Lepas Tali Pusat Perawatan
dengan Menggunakan Kassa Steril dibandingkan Kassa Alkohol. E-jurnal
yang diakses pada tanggal 25 Maret 2018.
Gleason CA, Devaskar SU. Avery’s diseases of the newborn. Ed 9. Elsevier:
USA. 2012
Hidayat, (2009). Ilmu Kesehatan Anak, Salemba Medika: Jakarta
Koizer, et all. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.2011

28
Lumsden, H., & Holmes, D. (2012). Asuhan Kebidanan pada Bayi yang Baru
Lahir (Rianayati Kusmini, Penerjemah).Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Maharani, Yanti Delia. 2017. Perawatan Antenatal, Intranatal, Postnatal Bayi
Baru Lahir dan Kontrasepsi. Salemba Medika. Jakarta
Muniraman H, Sardesai T, Sardesai S. Disorders of the Umbilical Cord. Pediatrics
in Review. 2018;39(7):332-341
Nita, Niriya. 2017. Penggunaan Kassa Terbuka dan Kassa Tertutup Terhadap
Lama Lepas Tali Pusat Di Desa Dolok Jaya. E-jurnal yang diakses pada
tanggal 17 Maret 2018
Rahardjo, Kukuh. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak
Prasekolah.Pustaka Belajar. Yogyakarta
Riksani, R. 2012. Keajaiban ASI (Air Susu Ibu). Jakarta: Dunia Sehat.
Rudolph A., Hoffman., et al. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Jakarta : EGC.2014:
740-74.
S. Prawirohardjo, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, 2nd ed. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2014.
Saleha, Siti. 2009. Asuhan kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Sengupta M, Banerjee S, Banerjee P, Guchhait P. Outstanding prevalence of
methicillin resistant Staphylococcus aureus in neonatal omphalitis. J Clin Diagn
Res. 2016 Sep. 10 (9):DM01-3
Setiyani, Astuti, Sukesi dan Esyuananik. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak
Kebidanan: Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah.
Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.
Siska, Yati. 2017. Perbedaan Perawatan Tali Pusat Dengan Memakai Kasa Kasa
Kering dan ASI Terhadap Waktu Putusnya Tali Pusat. E-jurnal yang diakses pada
tanggal 12 Maret 2018
Sodikin. 2018. Buku Saku Perawatan Tali Pusat. EGC. Jakarta
Stewart D, Benitz W. Umbilical cord care in the newborn infant. Pediatrics.
2016;138(3):e20162149
Painter K, Feldman J. Omphalitis. [Updated 2019 Feb 14]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2019 Jan-. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513338/
Perlstein D. Umbilical cord care. Medscape, 2019. Available from:
https://www.emedicinehealth.com/umbilical_cord_care/article_em.htm#wha
t_is_the_prognosis_for_the_umbilical_cord_stump

29
Wiliams. 2012. Perawatan Neonatologi. EGC. Jakarta

30

Anda mungkin juga menyukai