Anda di halaman 1dari 36

JOURNAL READING

“Umbilical cord-care practices in low- and middle-income countries: a


systematic review”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan
Anak Pra Sekolah

Oleh

NABILAH VISTA
NIM. PO.71.24.4.21.025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN JURUSAN


KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
TAHUN 2021
HALAMAN PENGESAHAN

Journal Reading

“Umbilical cord-care practices in low- and middle-income countries: a


systematic review”

Oleh:

NABILAH VISTA
PO.71.24.4.21.025

Menyetujui,

Pembimbing Klinik

Riya Tisnawati, AM.Keb (………………………………)

Pembimbing Akademik

Rosyati Pastuty, SSiT, M.Kes (………………………………)


NIP. 197210141992032002

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Elita Vasra, SST, M.Keb


NIP. 197305191993012001

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Journal Reading
terkait Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra sekolah.
Penulisan Journal Reading ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas praktik
Asuhan Kebidanan Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra
sekolah Program Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Palembang.
Laporan ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini kami juga
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Muhammad Taswin, S.Si, Apt, MM, M.Kes selaku


Direktur Poltekkes Kemenkes Palembang,
2. Ketua Jurusan Kebidanan dan jajaran yang telah memfasilitasi
dalam pelaksanaan kegiatan praktik profesi
3. Pembimbing Akademik Ibu Rosyati Pastuty, SSiT. M.Kes dan
ibu Riya Tisnawati, AM.Keb, sebagai pembimbing lahan praktik.
4. Semua pihak yang telah membantu pada penyusunan laporan ini
yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Palembang, Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iiiv
BAB I....................................................................................................................1
A. Judul Jurnal..................................................................................................1
B. Abstrak..........................................................................................................1
C. Pendahuluan..................................................................................................1
D. Metode...........................................................................................................3
E. Hasil..............................................................................................................4
F. Pembahasan...................................................................................................4
G. Kesimpulan....................................................................................................6
BAB II...................................................................................................................7
A. PICOT...........................................................................................................9
B. Telaah Jurnal...............................................................................................10
BAB III...............................................................................................................13
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................13
A. Definisi........................................................................................................13
B. Etiologi..........................................................................................................
C. Patofisiologi....................................................................................................
D. Faktor Yang Mempengaruhi.......................................................................
F. Pencegahan....................................................................................................
BAB IV................................................................................................................21
PENUTUP..........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................22
BAB I
ISI JURNAL

A. Judul Jurnal
“Umbilical cord-care practices in low- and middle-income countries: a
systematic review”
Penulis : Patricia S. Coffey dan Siobhan C. Brown
B. Abstrak

Latar Belakang: Sepsis neonatorum merupakan penyebab kematian


tertinggi ketiga pada bayi pada bulan pertama kehidupannya. Memotong tali
pusat dapat menjadi jalur masuknya bakteri penyebab sepsis dan kematian
bayi baru lahir. Praktik perawatan tali pusar yang optimal untuk bayi baru
lahir dan selama minggu pertama kehidupan, terutama di tempat dengan
kebersihan yang buruk, memiliki potensi untuk menghindari kematian
neonatal.
Tujuan dari tinjauan praktik perawatan tali pusat ini adalah untuk
membantu dalam pengembangan strategi perubahan perilaku untuk
mendukung pengenalan rejimen perawatan tali pusat yang baru, khususnya
7,1% chlorhexidine digluconate untuk perawatan tali pusat.
Metode: Kami mencari database domestik dan internasional untuk
artikel yang diterbitkan dalam bahasa Inggris antara 1 Januari 2000, dan 24
Agustus 2016. Kami menemukan 321 artikel dan meninjau 65 artikel teks
lengkap menggunakan standar kriteria inklusi. Kriteria utama untuk inklusi
adalah deskripsi zat yang diterapkan pada tali pusat tunggul pada hari-hari
setelah kelahiran.
Hasil: Kami memasukkan 46 artikel dalam tinjauan praktik perawatan
tali pusat ini. Artikel termasuk data dari 15 negara berpenghasilan rendah dan
menengah di sub-Sahara Afrika (8 negara), Asia (5 negara), Afrika Utara (1
negara), dan Amerika Latin dan Karibia (1 negara). Temuan dari tinjauan ini
menunjukkan bahwa dokumentasi perawatan tali pusat praktik tidak konsisten
di seluruh negara berpenghasilan rendah dan menengah, namun literatur yang
ada menggambarkan perusahaan tradisi perawatan tali pusat di setiap budaya.
Praktik perawatan tali pusat berbeda-beda di setiap negara dan wilayah atau
budaya kelompok dalam suatu negara dan menggunakan berbagai macam zat.
Keinginan untuk mempromosikan penyembuhan dan mempercepat tali pusat
pemisahan adalah keyakinan yang mendasari terkait dengan penerapan zat
pada tali pusat. frekuensi dari aplikasi zat (baik jumlah hari atau berapa kali
per hari zat itu diterapkan), dan sumber dan biaya produk yang digunakan
tidak dicirikan dengan baik.
Kesimpulan: Keinginan untuk secara aktif merawat tali pusat bayi baru
lahir seperti yang dicatat dalam berbagai perawatan tali pusat praktik dan
keyakinan yang diidentifikasi dalam ulasan ini menunjukkan kebutuhan untuk
mengontekstualisasikan perubahan perilaku apa pun pendekatan untuk
menyelaraskan dengan budaya lokal.
Kata kunci: Neonatologi, Perawatan tali pusat, Negara berpenghasilan rendah
dan menengah, Perubahan perilaku
C. Pendahuluan
Sepsis neonatorum bertanggung jawab atas lebih dari 15% kematian
neonatus di seluruh dunia dan merupakan penyebab utama ketiga kematian
bayi pada bulan pertama kehidupannya. Memotong tali pusat bisa menjadi
jalur bagi bakteri yang dapat menyebabkan sepsis dan kematian bayi baru
lahir. Praktik perawatan tali pusat dengan kebersihan yang baik, memiliki
potensi untuk menghindari kematian neonatal. Praktik perawatan tali pusat
tradisional yang berbahaya sering disebut sebagai masalah kesehatan
masyarakat yang penting. Pemahaman yang jelas tentang niat perilaku yang
mendasari praktik perawatan tali pusat tradisional di negara berpenghasilan
rendah dan menengah negara dapat membantu dalam mengatasi tingginya
angka sepsis neonatus.

Meskipun tinjauan bukti sistematis dari praktik pembersihan tali pusat


telah dilakukan sebelumnya, sifat kualitatif dari praktik perawatan tali pusat
belum diringkas hingga saat ini. Ulasan ini mengisi celah dalam literatur
dengan meninjau secara sistematis bukti yang tersedia terkait dengan praktik
perawatan tali pusat tradisional dan menilai kemungkinan dampak kategori
produk pada risiko infeksi.

D. Metode
Pencarian awal kami berfokus pada studi yang menggambarkan
praktik perawatan tali pusat tradisional secara global. Untuk tujuan artikel
ini, praktik tradisional adalah yang berfokus pada kepercayaan budaya dan
adat istiadat yang dipandu bagaimana tali pusat dirawat, termasuk panjang
tali pusat, bahan yang digunakan, dan keputusan mengenai pembuangan
tunggul tali pusat. Kami mengembangkan pencarian sistematis untuk
PubMed dan Google Cendekiawan menggunakan kosakata terkontrol.
Kriteria awal untuk kelayakan adalah ditentukan oleh topik, periode
waktu, dan Bahasa publikasi. Kami menyertakan artikel yang diterbitkan
antara 1 Januari 2000, dan 30 Januari 2016. Sedetik pencarian dilakukan
pada Agustus 2016 untuk memperhitungkan setiap publikasi selama bulan-
bulan berikutnya. Bahasa publikasi terbatas pada bahasa Inggris. Referensi
dalam artikel yang diidentifikasi ditinjau untuk menentukan apakah
sumber lain akan relevan dan artikel tambahan disarikan jika relevan.

Pencarian asli menghasilkan 321 artikel, dari mana 107 duplikat


dikeluarkan. Seorang pengulas kemudian disaring judul dan abstrak dari
214 artikel yang tersisa untuk menentukan kesesuaian untuk dimasukkan.
Artikel yang tidak memenuhi kriteria termasuk yang tidak berhubungan
dengan aplikasi zat pada tali pusat, artikel terfokus pada uji klinis yang
membandingkan berbagai aplikasi antiseptik pada tali pusat, artikel di
mana penulis hanya menghubungkan sumber data sekunder mengenai
praktik perawatan tali pusat, dan artikel yang tidak terkait dengan
perawatan tali pusat, tetapi telah muncul di pencarian karena istilah umum,
seperti sumsum tulang belakang. total 65 artikel teks lengkap kemudian
ditinjau menggunakan kriteria inklusi standar. Kriteria utama untuk inklusi
adalah deskripsi zat yang diterapkan pada tali pusat pada hari-hari setelah
kelahiran. Berdasarkan pada kriteria ini, total 46 dari 65 artikel
dimasukkan dalam tinjauan ini. Data sekunder tentang keyakinan dalam
kaitannya dengan perawatan tali pusat dan perawatan tali pusat lainnya
praktek juga dicatat, jika tersedia. Data tentang praktik perawatan tali
pusat diekstraksi dari artikel menggunakan formulir pelacakan standar di
Excel. Item data termasuk:

1. Apa yang digunakan untuk memotong tali pusar?


2. Apa yang digunakan untuk mengikat tali pusar?
3. Aplikasi suatu zat pada tali pusat ?
4. Zat apa yang diberikan ?
5. Seberapa sering itu diberikan ?
6. Berapa hari itu diberikan ?
7. Mengapa itu diberikan (keyakinan) ?
8. Siapa yang mengaplikasikan zat tersebut?
9. Sumber pasokan produk.
10. Biaya produk yang diterapkan.
11. Praktik perawatan kulit bayi baru lahir lainnya, seperti bayi
12. pijat, yang dapat berkontribusi pada pengembangan
13. sepsis neonatorum atau tetanus juga dilacak.
Kami mengolah data yang berkaitan dengan praktik perawatan tali
pusat dan bahan yang digunakan pada kabel menurut negara. Karena
sebagian besar penelitian bersifat kualitatif atau observasional desain,
kami tidak dapat menggambar anak perbandingan statistik. Pelaporan
ulasan ini mengikuti Preferred Item Pelaporan untuk Tinjauan Sistematis
dan Analisis Meta (dikenal sebagai PRISMA) pedoman pelaporan.
F. Hasil
Sebanyak 46 artikel dimasukkan dalam tinjauan praktik perawatan tali
pusat ini. Gambar 1 menyajikan aliran diagram proses peninjauan. 46 artikel
termasuk data dari 15 negara berpenghasilan rendah dan menengah yang
berbeda di Afrika sub-Sahara (8 negara), Asia (5 negara), Afrika Utara (1
negara), dan Amerika Latin dan Karibia (1 negara). Di Afrika sub-Sahara,
sebagian besar artikel berasal dari Uganda (6), diikuti oleh Tanzania (4),
Ethiopia dan Nigeria (masing-masing 3), Ghana dan Zambia (masing-masing
2), dan Benin dan Sierra Leone (masing-masing 1). Di Asia, sebagian besar
artikel berasal dari Pakistan (7), diikuti oleh India dan Nepal (5 masing-
masing), Bangladesh (3), dan Turki (2). Di Utara Afrika, salah satu artikelnya
berasal dari Mesir. dalam bahasa latin Wilayah Amerika/Karibia, satu artikel
datang dari Haiti. Tabel 1 memberikan rincian umum tentang artikel yang
termasuk dalam ulasan ini. Sementara klasifikasi pendapatan negara bukanlah
kriteria yang telah ditentukan untuk dimasukkan atau pengecualian, artikel
perawatan tali pusat dari berpenghasilan tinggi negara hanya berfokus pada
perbandingan dan penggunaan antiseptik dan oleh karena itu, tidak ada yang
termasuk dalam ulasan ini berdasarkan kriteria eksklusi.

Keyakinan yang berkaitan dengan penerapan zat pada tali pusat


bervariasi menurut negara dan wilayah atau kelompok budaya dalam suatu
negara. Niat di balik menerapkan zat pada tali pusat adalah untuk
mempromosikan penyembuhan [7-11] dan mempercepat pemisahan tali pusat
[7, 12–14] baik dengan menjaga tali pusat tetap lembab [10, 14, 15] atau
dengan mengeringkannya [8, 16–20] untuk mencegah rasa
sakit/infeksi/pendarahan [10, 12, 16, 17, 21], atau untuk menjaga "angin" (roh
jahat) atau dingin/udara [10, 16, 22] dari bayi. Tabel 2 memberikan gambaran
tentang perawatan tali pusat praktik yang dijelaskan dalam setiap artikel yang
termasuk dalam ini tinjauan.

KEPERCAYAAN DI SETIAP NEGARA

Tabel 3 mengilustrasikan jenis zat yang digunakan untuk tai pusat


menurut berbagai negara. Zat yang digunakan mungkin tergantung pada sifat
yang dirasakan dari tali pusat. Pelembab zat diterapkan jika kabelnya terlalu
rapuh dan mengering zat diterapkan jika kabelnya terlalu lama untuk
dipisahkan. Misalnya, di Zambia selatan, petroleum jelly atau minyak
mabono (buah liar) dapat digunakan jika tali pusat retak atau berdarah,
sementara debu arang, bedak bayi, atau batang labu yang dibakar dapat
digunakan jika tali pusat putus terlalu lama [8]. Di daerah Tanzania, Uganda,
dan Zambia [7, 8, 18, 20, 23], bayi tidak dapat meninggalkan pulang sampai
tali pusatnya terlepas dan/atau ibu tidak dapat kembali ke pekerjaannya
sampai saat itu. Di distrik Tonkolili di Sierra Leone, seorang dukun bayi
mencatat tujuan mengoleskan singkong yang ditumbuk ke talinya: “Ini akan
membantu pusar pulih dengan mudah dan anak akan berjalan cepat”

Usia kehamilan yang dirasakan atau keadaan kesehatan. Sebagai contoh,


di Distrik Choma di Zambia, zat yang digunakan tali pusat bayi baru lahir
berbeda dengan tali pusat bayi baru lahir persepsi usia kehamilan, karena zat
yang digunakan untuk bayi cukup bulan dianggap terlalu kuat untuk bayi
prematur. Bubuk hitam yang terbuat dari batang pohon yang terbakar
tanaman labu dioleskan ke tali pusar bayi cukup bulan sementara bubuk hijau
dibuat dari yang dikeringkan akar tanaman mweeye dioleskan pada tali pusat
bayi prematur/kecil karena dianggap lebih lembut daripada bubuk hitam [18].
Juga di Zambia selatan, zat seperti petroleum jelly, mabono (buah liar)
minyak goreng/minyak motor, arang, kotoran sapi kering atau kotoran ayam,
batang labu yang dibakar, dan dihaluskan loma (sarang tawon) dioleskan pada
tali yang sehat bayi. Namun, satu set zat terpisah yang dianggap obat
diterapkan jika kabelnya merah atau jika nanah muncul. Zat-zat yang
dianggap berkhasiat obat antara lain: minyak ular piton, air susu ibu, alkohol,
pisang, kotoran sapi, mukunku (kulit pohon), tradisional tumbuh-tumbuhan,
atau kotoran dari tongkat penumbuk [8]. Panjang tali pusat mungkin memiliki
kepentingan khusus. Di Zambia selatan, diyakini bahwa jika tali pusat yang
panjang, itu akan memakan waktu terlalu lama untuk sembuh, dan jika terlalu
pendek, “udara akan masuk dan ini akan membuat bayi mati”

FREKUENSI PEMBERIAN

Beberapa artikel melaporkan frekuensi penerapan substansi (baik jumlah


hari atau jumlah kali per hari zat itu diterapkan). Di Etiopia, zat tersebut
dioleskan satu hingga tiga kali per hari hingga hari ketujuh kehidupan.
Namun, aplikasi mungkin tidak dimulai sampai bayi baru lahir berusia dua
atau tiga hari [14]. Di wilayah Brong Ahafo Ghana, suatu zat adalah
diterapkan di mana saja dari setiap 30 menit hingga 3 kali per hari [15]. Di
perkotaan Uganda, para ibu melaporkan membersihkan tali pusat dengan zat
setidaknya dua kali sehari [9]. Pada Pulau Pemba di kepulauan Zanzibar,
Tanzania, beberapa zat diterapkan ke daerah pusar dimulai pada hari keenam
setelah lahir. Dalam studi ini Lebih dari 1000 bayi lahir di rumah, hanya 10%
(n = 109) memiliki zat yang diterapkan pada tali pusar dan kurang dari 11%
aplikasi tersebut dibuat dalam 48 jam pertama kehidupan [26]. Sebuah
penelitian di Sylhet District di Bangladesh, melibatkan 39 wawancara
mendalam terhadap ibu, ayah, nenek, dan dukun bayi serta data dari lebih dari
6000 survei rumah tangga ibu, menemukan bahwa zat diterapkan sampai
kabelnya terpisah dan itu baik kunyit atau jahe dioleskan saat lahir dan
kemudian kombinasi minyak mustard dan bawang putih dioleskan dua kali
setiap hari sampai talu pusat terlepas.

Beberapa penelitian mengidentifikasi siapa yang biasanya menerapkan


substansi pada tali pusat. Dalam 19 studi yang dilaporkan, baik ibu atau
nenek dari bayi [9, 12–19, 21, 25, 27–32] atau wanita senior [15, 19, 33] di
rumah tangga menerapkan zat ke tali pusat. Di hanya sedikit kasus yang
dilakukan oleh dukun bayi atau petugas kesehatan [11, 14, 19] mengoleskan
zat pada tali pusat

BIAYA DAN SUMBER ZAT

Beberapa artikel menyelidiki sumber zat yang dioleskan ke tali pusar dan
tidak ada yang melaporkannya biaya bahan yang digunakan. Shea butter atau
masakan minyak dibeli dari pasar [15, 18]. Satu studi melaporkan bahwa
minyak goreng yang dioleskan pada tali pusta umumnya merupakan produk
daur ulang yang dibeli di pasar lokal yang telah digunakan sebelumnya [18].
Biaya dan sumber zat dapat dilihat pada tabel 3.

G. Pembahasan
Studi ini menyajikan pandangan praktik perawatan tali pusat tradisional
seperti yang dilaporkan selama lima belas tahun terakhir di negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah. Keinginan untuk merawat tali pusat bayi
tampaknya bersifat universal dalam semua hal budaya. Yang menarik adalah
deskripsi kisaran produk yang dioleskan pada tali pusat yang baru dipotong dan
zat tersebut diterapkan pada tali pusat pada bayi yang lahir di rumah maupun di
fasilitas. Peserta dalam studi dari Petit-Gôave, Haiti, dan Karachi, Pakistan,
melaporkan bahwa jika bayi lahir di fasilitas kesehatan, zat akan diterapkan pada
tali pusar setelah kembali rumah.

Kemungkinan bahaya dari zat ini belum sepenuhnya terkuantifikasi. Dalam


beberapa kasus, seperti dengan kohl dan surma digunakan di Mesir dan Pakistan,
timbal dan antimon yang termasuk dalam produk kemungkinan besar berbahaya.
Literatur ekdotal sering mengacu pada penggunaan kotoran sebagai praktek
tradisional yang berbahaya. Sebaliknya, kami menemukan penggunaan kotoran
ayam/kadal/sapi dilaporkan hanya di tiga negara (Haiti, Uganda, dan Zambia),
dengan demikian menunjukkan bahwa praktik ini tidak meluas seperti yang
digambarkan atau itu, seperti yang dilaporkan oleh dukun bersalin di utara Ghana,
dipraktekkan di masa lalu dan sejak itu dihentikan [21]. Ada juga kemungkinan
bahwa penerapan persiapan menggunakan kotoran tidak dilaporkan dalam
literatur yang diterbitkan. Misalnya, penelitian formatif yang tidak dipublikasikan
dari Distrik Kenieba dan Koutiala di Mali melaporkan penggunaan bassa bo
(bubuk kotoran kadal dicampur dengan shea but ter) dan bagani dji (bubuk
serangga dicampur dengan shea butter, getah, atau bubuk pourghère) untuk
membantu tunggul jatuh dan sembuhkan umbilikus [data tidak dipublikasikan dari
penelitian formatif yang dilakukan di Mali pada tahun 2015 oleh Program
Kelangsungan Hidup Ibu Anak dari Badan AS untuk Pengembangan
Internasional]. Data dari Kita dan Distrik Diema di Mali melaporkan penerapan
kotoran sapi, shea butter, abu, alkohol, dan kubus Maggi ke tali pusar [data tidak
dipublikasikan dari survei endline yang dilakukan di Mali pada tahun 2014 oleh
Maternal and Child Program Terpadu Kesehatan, pendahulu Maternal Program
Kelangsungan Hidup Anak].

Kategori produk lainnya (yaitu, minyak, herbal/rempah-rempah/tanaman,


mineral/bubuk, air, cairan tubuh, makanan, perawatan diri/ produk medis) dan
proses seperti perlakuan panas mungkin atau mungkin tidak berbahaya dan dapat
menjamin lebih lanjut penyelidikan. Neonatus dan bayi muda lebih banyak rentan
terhadap infeksi daripada anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa dan bukti
menunjukkan bahwa sistem kekebalan mereka masih berkembang daripada
sepenuhnya terbentuk pada saat kelahiran. Selanjutnya, bayi yang baru lahir
tampaknya sangat rentan terhadap jenis patogen intraseluler yang umumnya
menyebabkan sepsis neonatal [35], seperti beberapa strain streptokokus,
Escherichia coli, dan Listeria monositogen.

Kekhawatiran telah diungkapkan tentang penularan HIV dari ibu ke anak


melalui aplikasi ASI ke tali pusar . Juga, penggunaan dari numbati (air yang telah
digunakan untuk mencuci dan kelamin wanita dewasa) di Tanzania [23],
berpotensi menimbulkan risiko penularan HIV atau penyakit. Penerapan bahan-
bahan yang tidak higienis untuk atau di sekitar tunggul tali pusar telah
dihubungkan untuk tetanus pada bayi [2, 13, 25, 36-39]. Klostridium bakteri
tetani, ditemukan di tanah, debu, air liur, hewan kotoran, dan sumber-sumber lain,
adalah penyebab tetanus di fection.

Beberapa zat, yang diketahui berbahaya dalam konteks lain, menimbulkan


risiko yang tidak jelas ketika diterapkan pada tali pusar. Misalnya, oli
motor/mesin mengandung: aditif kimia tingkat tinggi dan, setelah digunakan
untuk tujuan yang dimaksudkan, dapat mengandung kadar berat yang tinggi
logam dan mineral lainnya [41, 42]. Sedangkan motor bekas/oli mesin dikenal
berbahaya bagi lingkungan dan menyebabkan dermatitis melalui paparan jangka
panjang, risiko kesehatan akibat paparan jangka pendek melalui luka terbuka tidak
didefinisikan dengan baik. Bubuk asam borat adalah digunakan sebagai pestisida
dan telah menyebabkan kejang dan kematian pada bayi ketika tertelan [43], tetapi
juga telah diketahui sifat antijamur dan telah digunakan sebagai pengobatan untuk
kondisi infeksi ragi tersebut [44]. Namun, sumber berbeda tentang apakah aman
menggunakan asam borat di tempat terbuka luka. Bubuk pyriproxyfen, pestisida,
menimbulkan minimal risiko bagi manusia dalam jumlah kecil [45]. Substansi
lain, seperti minyak, herbal, tanaman, produk makanan, dan perlakuan panas yang
diterapkan pada kabel dapat berbahaya tergantung pada apakah kabel tersebut
telah terkontaminasi dalam beberapa cara, seperti melalui persiapan yang tidak
higienis atau penyimpanan.

Informasi penting mengenai praktik perawatan tali pusat tradisional ini dapat
menjadi batu loncatan untuk perubahan perilaku. Kami memfokuskan ulasan kami
pada ulasan yang komprehensif deskripsi praktik perawatan tali pusat yang
dilaporkan dengan niat menggunakan pengetahuan untuk mengembangkan
strategi perubahan perilaku untuk mendukung pengenalan rejimen perawatan tali
pusat yang baru, khususnya 7,1% chlorhexi dine digluconate untuk perawatan tali
pusat. Acak

uji coba terkontrol yang menyelidiki penggunaan 7,1% chlorhexi dine


digluconate untuk perawatan tali pusat telah dilakukan di Nepal [46], Bangladesh
[47], dan Pakistan [48]. Sebuah meta-analisis dari tiga studi menunjukkan bahwa
aplikasi klorheksidin pada tali pusat baru lahir menyebabkan pengurangan 23%
pada semua penyebab neonatal kematian dan pengurangan omphalitis mulai dari
27 menjadi 56% dibandingkan dengan kelompok kontrol tergantung pada
keparahan infeksi [49]. Selanjutnya, Kesehatan Dunia Organisasi
merekomendasikan aplikasi 7,1% klor hexidine digluconate (gel atau larutan) ke
pusar tali pusat neonatus yang lahir di rumah dalam pengaturan dengan kematian
neonatus yang tinggi atau untuk menggantikan penggunaan zat tradisional yang
berbahaya [50]. Meskipun sebelumnya dilaporkan pengurangan substansial di
Asia Selatan, hasil dari percobaan baru-baru ini di Zambia [51] dan Tanzania [52]
menunjukkan bahwa aplikasi 7,1% klorheksidin ke tali pusat tidak secara
signifikan mengurangi angka kematian neonatal di situs studi. Ini menunjukkan
bahwa konteks terprogram dan tingkat risiko dalam populasi serta perawatan tali
pusat praktik harus dipertimbangkan dalam setiap perubahan perilaku Prakarsa.

Temuan dari ulasan ini menunjukkan bahwa dokumentasi praktik perawatan


tali pusat tidak konsisten di seluruh negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Mengingat heterogenitas praktik yang dijelaskan dalam literatur, tidak jelas
apakah data dari satu negara di suatu wilayah juga berkaitan dengan negara lain
negara sekitar dan/atau kelompok etnis terdekat. Namun, secara keseluruhan,
literatur yang ada menggambarkan tradisi perawatan tali pusat yang kuat di setiap
budaya. Keinginan untuk mengambil beberapa tindakan untuk mengatasi
pemotongan yang baru tali pusar tampaknya menjadi keinginan manusia yang
kuat. Peserta dalam beberapa penelitian mencatat bahwa mengikuti pengeringan
perawatan tali pusat sangat sulit. Sebagai contoh, di Ghana, ada kepercayaan
bahwa tidak menerapkan apa pun pada kabelnya akan menunda perpisahan,
menyebabkan ketidaknyamanan, dan berpotensi menyebabkan kematian bayi
dengan mencegah rasa sakit dari penyembuhan dan menyebabkan penyakit di
perut [15]. Di Uganda, praktik perawatan tali pusat tercatat sebagai: sulit untuk
diikuti karena menunda pemisahan kabel dan kembalinya ibu ke pekerjaan rumah
[7]. Keinginan untuk secara aktif merawat bayi baru lahir ini dapat dimanfaatkan
sebagai upaya perubahan perilaku. Misalnya, seperti yang diterapkan dalam
Model Keyakinan Kesehatan [53], pengetahuan tentang tali pusat yang efektif
perawatan (yaitu, produk, prosedur aplikasi, jumlah hari untuk digunakan, berapa
kali/hari untuk menerapkan) dapat berfungsi sebagai "isyarat untuk bertindak"
untuk memungkinkan pengasuh bertindak dalam cara yang positif.

Ulasan ini memiliki keterbatasan, sebagaimana dicatat. Pelaporan adalah


tidak bersifat global karena ulasannya terbatas pada sumber yang diterbitkan
dalam bahasa Inggris di jurnal peer-reviewed. Beberapa studi yang dilakukan
telah mendalam, penilaian kualitatif perawatan tali pusat praktek; oleh karena itu,
banyak informasi rinci tentang kepercayaan dan praktik seputar tali pusar
perawatan berasal dari beberapa sumber atau negara, seperti: Tanzania dan
Zambia. Hal ini dapat mengarah pada asumsi bahwa beberapa negara lebih
mementingkan praktik perawatan tali pusat dibandingkan negara lain dimana
pengumpulan data difokuskan pada berbagai praktik perawatan bayi baru lahir.
Kurangnya data dari Amerika Latin dan Karibia yang tercermin dalam tinjauan ini
dapat berasal dari keputusan kami untuk hanya memasukkan materi berbahasa
Inggris. Juga, kemungkinan tambahan itu informasi anekdot tersedia dalam
literatur abu-abu.

Penelitian tambahan seputar biaya dan sumber produk yang digunakan dalam
praktik perawatan tali pusat dapat membantu program yang menargetkan
perubahan perilaku perawatan bayi baru lahir. Seperti halnya penyelidikan
etnografi dan/atau kualitatif yang lebih dalam tentang makna dan signifikansi
yang mendasarinya praktik perawatan tali pusat tradisional dapat membantu
dalam merumuskan pesan-pesan kunci yang digunakan untuk membangkitkan
permintaan untuk produk profilaksis baru.

H. Kesimpulan
Temuan dari ulasan ini menunjukkan bahwa dokumentasi praktik perawatan
tali pusat tidak konsisten di seluruh negara berpenghasilan rendah dan menengah,
namun literatur yang ada menggambarkan tradisi kuat perawatan tali pusat di
setiap budaya dipelajari. Praktik perawatan tali pusat bervariasi menurut negara
dan menurut wilayah atau kelompok budaya dalam a negara dan menggunakan
berbagai macam zat. Itu keinginan untuk mempromosikan penyembuhan dan
mempercepat pemisahan tali pusat adalah keyakinan yang mendasari terkait
dengan penerapan zat ke tali pusat. frekuensi dari aplikasi zat (baik jumlah hari
atau berapa kali sehari zat tersebut diterapkan) dan sumber serta biaya produk
yang digunakan tidak dikarakterisasi dengan baik.

Keinginan ini untuk secara aktif peduli untuk tali pusar bayi yang baru lahir
bisa dimanfaatkan untuk mempromosikan perubahan perilaku positif seperti
pengenalan 7,1% klorheksidin diglukonat untuk perawatan tali pusat. Variasi
dalam praktik perawatan tali pusat dan keyakinan yang dicatat dalam ulasan ini
namun menunjukkan kebutuhan untuk mengontekstualisasikan perubahan
perilaku apa pun pendekatan untuk menyelaraskan dengan budaya lokal.
BAB II

TELAAH JURNAL

A. PICOT
P I C O T
Tidak terdapat Penelitian ini menggunakan Tidak ada Kami memasukkan 46 artikel dalam tinjauan praktik Tidak ada tempat
populasi dalam metode systematic review dengan kelompok perawatan tali pusat ini. Artikel termasuk data dari 15 penelitian karena
penelitian ini melakukan studi penelaahan kontrol negara berpenghasilan rendah dan menengah di sub- penelitian ini
karena adalah terhadap buku-buku, literatur- pada Sahara Afrika (8 negara), Asia (5 negara), Afrika merupakan
Penelitian literatur, catatan-catatan, dan penelitian penelitia dengan
Utara (1 negara), dan Amerika Latin dan Karibia (1
dengan metode laporan-laporan terkait. ini. Jenis systematic review
negara). Temuan dari tinjauan ini menunjukkan
systematic Kami mencari database domestik Penelitian dengan studi
review dan internasional untuk artikel ini adalah bahwa dokumentasi perawatan tali pusat praktik tidak literatur
yang diterbitkan dalam bahasa studi konsisten di seluruh negara berpenghasilan rendah
Inggris antara 1 Januari 2000, dan literatur dan menengah, namun literatur yang ada
24 Agustus 2016. Kami menggambarkan perusahaan tradisi perawatan tali
menemukan 321 artikel dan pusat di setiap budaya. Praktik perawatan tali pusat
meninjau 65 artikel teks lengkap berbeda-beda di setiap negara dan wilayah atau
menggunakan standar kriteria budaya kelompok dalam suatu negara dan
inklusi. Kriteria utama untuk menggunakan berbagai macam zat. Keinginan untuk
inklusi adalah deskripsi zat yang mempromosikan penyembuhan dan mempercepat tali
diterapkan pada tali pusat tunggul pusat pemisahan adalah keyakinan yang mendasari
pada hari-hari setelah kelahiran.
terkait dengan penerapan zat pada tali pusat.
frekuensi dari aplikasi zat (baik jumlah hari atau
berapa kali per hari zat itu diterapkan), dan sumber
dan biaya produk yang digunakan tidak dicirikan
dengan baik.
B. Telaah Jurnal
Penulis Metode Random Sampel Perlakuan Hasil

Patricia S. Penelitian ini menggunakan Tidak Pencarian asli menghasilkan Penelitian ini menggunakan Kami memasukkan 46 artikel
Coffey1 metode systematic review dengan 321 artikel, dari mana 107 metode studi literature dalam tinjauan praktik perawatan
Siobhan melakukan studi penelaahan duplikat dikeluarkan. dengan melakukan studi tali pusat ini. Artikel termasuk data
C. Brown2 terhadap buku-buku, literatur- Seorang pengulas kemudian penelaahan terhadap buku- dari 15 negara berpenghasilan
literatur, catatan-catatan, dan disaring judul dan abstrak buku, literatur- literatur, rendah dan menengah di sub-Sahara
laporan-laporan terkait. dari 214 artikel yang tersisa catatan- catatan, dan Afrika (8 negara), Asia (5 negara),
Kami mencari database untuk menentukan laporan-laporan terkait. Afrika Utara (1 negara), dan
domestik dan internasional untuk kesesuaian untuk Terdapat 46 sumber baik Amerika Latin dan Karibia (1
artikel yang diterbitkan dalam dimasukkan. Total 65 artikel melalui buku, jurnal, negara). Temuan dari tinjauan ini
bahasa Inggris antara 1 Januari teks lengkap kemudian laporan dan literature menunjukkan bahwa dokumentasi
2000, dan 24 Agustus 2016. ditinjau dengan kriteria terkait perawatan tali pusat praktik tidak
Kami menemukan 321 artikel inklusi standar. Kriteria konsisten di seluruh negara
dan meninjau 65 artikel teks utama untuk inklusi adalah berpenghasilan rendah dan
lengkap menggunakan standar deskripsi zat yang diterapkan menengah, namun literatur yang ada
kriteria inklusi. Kriteria utama pada tali pusat pada hari-hari menggambarkan perusahaan tradisi
untuk inklusi adalah deskripsi zat setelah kelahiran. perawatan tali pusat di setiap
yang diterapkan pada tali pusat Berdasarkan pada kriteria ini, budaya.
tunggul pada hari-hari setelah total 46 dari 65 artikel Praktik perawatan tali pusat
kelahiran. dimasukkan dalam tinjauan berbeda-beda di setiap negara dan
ini. wilayah atau budaya kelompok
dalam suatu negara dan
menggunakan berbagai macam zat.
Keinginan untuk mempromosikan
penyembuhan dan mempercepat tali
pusat lepas adalah keyakinan yang
mendasari terkait dengan penerapan
zat pada tali pusat.
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Neonatus


1. Pengertian Neonatus
Neonatus adalah bayi yang baru lahir hingga 28 hari pertama
kehidupannya (Rudolph, 2014). Neonatus adalah usia bayi sejak lahir
hingga akhir bulan pertama (Koizer, 2011). Neonatus adalah bulan
pertama kelahiran. Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan
neonatus adalah bayi yang lahir hingga 28 hari pertama.
Neonatus memiliki ciri berat badan 2500-4000 gram, panjang,
panjang 48- 53 cm, lingkar kepala 33-35cm. Neonatus memiliki
frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit, pernapasan 40-60 x/menit,
lanugo tidak terlihat dan rambut kepala tumbuh sempurna, kuku agak
panjang dan lemas, nilai APGAR >7, refleks-refleks sudah terbentuk
dengan baik.
2. Adaptasi Fisiologis Neonatus
Adaptasi bayi baru lahir adalah periode adaptasi terhadap
kehidupan uar rahim. Periode ini dapat berlangsung hingg satu bulan
atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa sistem tubuh bayi. Transisi
paling nyata dan cepat terjadi pada sistem pernapasan dan sirkulasi,
sistem kemampuan mengatur suhu, dan dalam kemampuan mengambil
dan menggunakan glukosa (Pusdik SDM Kesehatan, 2016).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi adaptasi bayi baru
lahir diantaranya: riwayat antepartum ibu dan bayi baru lahir misalnya
terpapar zat toksik, riwayat intrapartum ibu dan bayi baru lahir
misalnya lama persalinan, serta kapasitas fisiologis bayi baru lahir
untuk melakukan transisi dari kehidupan intrauterin ke kehidupan
ekstrauterin (Pusdik SDM Kesehatan, 2016). Pada saat bayi baru lahir,
bayi akan mengalami adaptasi pada kehidupan ekstrauterin, dimana
akan terjadinya perubahan sistem pernapasan, sistem regulasi, sistem
thermoregulasi, sistem imunologi, dan sistem ginjal (Pusdik SDM
Kesehatan, 2016).
B. Konsep Dasar Pencegahan Infeksi pada Neonatus
Menurut (Pusdik SDM Kesehatan, 2016) Pencegahan infeksi
merupakan penatalaksanaan awal yang harus dilakukan pada bayi baru
lahir karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Adapun
jenis- jenis pencegahan infeksi pada neonatus, yaitu:
1. Pencegahan infeksi pada tali pusat
Upaya ini dilakukan dengan cara merawat tali pusat yang
berarti menjaga agar luka tersebut tetap bersih, tidak trekena air
kecing, kotoran bayi atau tanah. Pemakaian popok bayi diletakkan
di bawah tali pusat, segera keringkan dengan kain kasa kering dan
dibungkus dengan kasa tipis yang steril. Dilarang membubuhkan
atau mengoles ramuan, abu dapur dan sebagainya pada luka tali
pusat, karena akan menyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat
berakhir dengan kematian neonatal. Tanda- tanda infeksi tali pusat
yang harus diwaspadai, antara lain kulit sekitar tali pusat berwarna
kemerahanm ada pus/ nanah dan berbau busuk.
2. Pencegahan Infeksi pada Kulit
Beberapa cara yang diketahui daat mencegah terjadi infeksi pada
kulit bayi baru lahir atau penyakit infeksi lain adalah meletakkan bayi
di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi, sehingga
menyebabkan terjadinya kolonisasi meikroorganisme ibu yang
cenderung bersifat nonpatogen, serta adanya zat antibodi bayi yang
sudah terbentuk dan terkandung dalam air susu ibu.
3. Pencegahan Infeksi pada Mata
Cara mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir adalah merawat
mata bayi baru lahir dengan mencuci tangan terlebih dahulu,
membersihkan kedua mata bayi segera setelah lahir degan kapas atau
sapu tangan halus yag bersih dengan air hangat. Dalam waktu 1 jam
setelah bayi lahir, berikan salep atau obat tetes mata untuk mencegah
oftalmia neonatrum (tetrasiklim 1%) birkan obat tetap pada mata bayi.
4. Imunisasi
Pada daerah risiko tinggi infeksi tuberkulosis, imunisasi BCG
harus diberikan pada bayi segera setelah lahir. Pemberian dosis pertama
tetesan polio dianjurkan pada bayi segera setelah lahir atau pada umur 2
minggu. Maksud pemberian imunisasi polio secara dini adalah untuk
meningkatkan perlindungan awal. Imunisasi Hepatitis B sudah
merupakan program nasional, meskipun pelaksanaannya dilakukan
secara bertahap. Pada daerah risiko tinggi, pemberian imunisasi
Hepatitis B dianjurkan pada bayi segera setelah lahir.

C. Konsep Dasar Perawatan Tali Pusat


1. Pengertian Tali Pusat
Tali pusat menurut istilah medis (umbilical cord) merupakan
suatu tali yang menghubungkan antara janin dengan plasenta.Semasa
dalam rahim, tali inilah yang menyalurkan oksigen dan nutrisi makanan
dari plasenta ke janin yang berada di dalamnya. Begitu janin dilahirkan
tidak lagi membutuhkan oksigen dari ibunya, karena sudah dapat
bernapas sendiri melalui hidungnya. Oleh karena itu sudah tidak
diperlukan lagi, maka saluran ini harus segera dipotong dan dijepit
(Baety, 2011).
Menurut Riksani (2012) yang dimaksud Tali pusat atau (funiculus
umbilikalis) adalah sebuah saluran kehidupan janin didalam kandungan.
Tali pusat merentang dari umbilicus (pusar) janin ke permukaan
plasenta dan mempunyai panjang normal kurang lebih 50-55 cm,
dengan ketebalan sekitar 1-2 cm, tali pusat dianggap berukuran pendek,
jika panjang normal kurang dari 40 cm. Tali pusat merupakan jembatan
penghubung antara plasenta dan janin. Jadi tali pusat tidak hanya
mencakup fungsi pernapasan saja, tapi seluruh aktivitas yang ada di
plasenta yakni menyalurkan zat-zat yang dibutuhkan oleh janin, baik
untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serta berperan
sebagai saluran untuk mengeluarkan bahan-bahan sisa yang tidak
dibutuhkan oleh janin seperti urea dan gas karbondioksida.

2. Pemotongan Tali Pusat


Adapun langkah-langkah proses dalam tahap pemotongan tali
pusat antara lain yaitu sediakan alat berupa gunting tali pusat desinfeksi
tingkat tinggi 1 atau 2 buah, serta klem desinfeksi tingkat tinggi (DTT)
2 buah dan handscoen steril 1 pasang. Sedangkan cara pemotongan
pada tali pusat dengan cara mencuci tangan terlebih dahulu atau bisa
juga masukan tangan kedalam larutan klorin yang berfungsi untuk
membersihkan atau mensterilkan, kemudian jangan lupa gunakan
handscoon yang steril. Lalu kemudian setelah itu lakukan penjepitan
pada tali pusat dengan menggunakan klem kira-kira 3 cm dari
umbilicus bayi, dan setelah dilakukan penjempitan kemudian lakukan
urutan pada tali pusat kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari
klem yang pertama, terus pegang tali pusat diantara 2 klem
menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan jari-jari tangan kiri,
kemudian tangan yang lain memotong tali pusat diantara 2 klem
tersebut dengan gunting tali pusat.

3. Fisiologi Pelepasan Tali Pusat


Selama hamil, plasenta menyediakan semua nutrisi untuk
pertumbuhan dan eksresi secara terus menerus melalui tali pusat.
Setelah lahir, tali pusat mengering dengan cepat, mengeras, dan berubah
warnanya menjadi hitam (suatu proses yang disebut gangren kering).
Proses pelepasan tali pusat tersebut dibantu oleh paparan udara.
Pembuluh umbilikus tetap berfungsi selama beberapa hari, sehingga
resiko infeksi masih tetap tinggi sampai tali pusat terpisah. Kolonisasi
area pada tali pusat tersebut dimulai dalam beberapa jam setelah lahir
akibat dari organisme non patogenik yang berasal dari ibu dan masuk
ke bayi melalui kontak dari kulit ke kulit. Bakteri yang berbahaya dapat
disebarkan melalui higiene yang buruk, teknik cuci tangan yang tidak
baik dan khususnya infeksi silang dari pekerja kesehatan (Lumsden, H
dan Debbie Holmes, 2012).

Pemisahan tali pusat berlanjut dipertemuan tali pusat dengan kulit


abdomen, dengan infiltrasi leukosit dan kemudian digesti tali pusat.
Selama proses normal ini, sejumlah kecil material mukosa keruh
terkumpul ditempat pertemuan antara tali pusat dan kulit abdomen
tersebut. Hal ini tanpa disadari diinterpretasikan sebagai nanah. Tali
pusat menjadi basah atau lengket, tetapi hal ini juga merupakan proses
fisiologi yang normal. Pemisahan harusnya selesai dalam 5-15 hari,
meskipun bisa berlangsung lebih lama. Alasan utama terjadi pelepasn
tali pusat yang lebih lama adalah penggunaan antiseptik dan infeksi
(Lumsden, H dan Debbie Holmes, 2012).
Sedangkan menurut Novack dalam Cunningham et al (2013)
menyatakan bahwa kehilangan air pada jeli wharton menyebabkan
mumifikasi tali pusat beberapa waktu setelah lahir. Jeli wharton yaitu
zat yang berbentuk seperti agar-agar dan mengandung banyak air
sehingga tali 19 pusat pada bayi mengering dan cepat terlepas dari
umbilikus. Dalam 24 jam jaringan ini kehilangan warna putih
kebiruannya yang khas, penampilan yang basah, segera menjadi kuning,
dan hitam. Perlahan-lahan garis pemisah timbul tepat diatas kulit
abdomen, kemudian dalam beberapa hari tali pusat terlepas,
meninggalkan luka granulasi yang setelah sembuh membentuk
umbilikus (pusar). Pelepasan biasanya terjadi dalam 2 minggu pertama,
dengan rentang 5-8 hari. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan
oleh Elsobky (2017) rata-rata waktu pelepasan tali pusat bayi yaitu 4-10
hari.
Menurut Yola (2011), faktor yang mempengaruhi pelepasan tali
pusat adalah persalinan SC, penggunaan antibiotik, penggunaan
antiseptik pada tali pusat, gangguan morbilitas neutrofil dan infeksi.
Sedangkan menurut Allam (2015), faktor yang menunda pelepasan tali
pusat diantaranya pemberian antiseptik pada pangkal tali pusat, adanya
infeksi dan Persalinan SC. Pelepasan tali pusat yang tertunda dengan
menggunakan antiseptik disebabkan oleh penghancuran flora normal di
sekitar umbilikus dan penurunan jumlah leukosit pada tali pusat

4. Perawatan Tali Pusat


a. Definisi Perawatan Tali Pusat
Perawatan tali pusat merupakan suatu tindakan merawat dan
membersihkan tali pusat, serta untuk mencegah terjadinya infeksi
dan mempercepat penyembuhan luka bekas pemotongan tali pusat
(Sodikin, 2009).
Perawatan tali pusat juga sebagai pengobatan dan pengikatan
tali pusat yang menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara ibu
dan bayi, kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih,
kering, puput dan terhindar dari infeksi tali pusat (Hidayat, 2007).
b. Tujuan Perawatan Tali Pusat
Menurut Sodikin (2012) tujuan perawatan tali pusat adalah
untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan pada bayi
diantaranya tetanus neonatorum dan omfalitis dengan tindakan
sederhana. Tujuan lain perawatan tali pusatpun berfungsi untuk
mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir,
penyakit ini disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus
kedalam tubuh bayi melalui tali pusat, baik dari alat steril,
pemakaian obat-obatan, bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan
ke tali pusat sehingga dapat mengakibatkan infeksi (Boycell, 2011).
c. Metode Perawatan Tali Pusat
1) Dengan Dibalut Kassa Steril Kering
Menurut Prawirohardjo (2014), penatalaksanaan
merawat tali pusat dengan cara yaitu : mencuci tangan sebelum
menyentuh tali pusat bayi, kemudian bersihkan dengan lembut
kulit disekitar tali pusat dengan kapas basah, setelah itu
bungkus tali pusat dengan longgar jangan terlalu rapat dengan
menggunakan kassa steril, kemudian pastikan popok bayi
diikat dibawah tali pusat. Popok tidak boleh menutupi tali
pusat agar tali pusat tidak terkena feses dan urin, hindari
penggunaan kancing, koin (uang logam) pada area tali pusat.

2) Perawatan Tali Pusat Terbuka


Menurut Varney (APN, 2012). perawatan tali pusat
dilakukan dengan mencuci tangan terlebih dahulu. Ketika
memandikan bayi usahakan tidak merendam seluruh badan
bayi kedalam air. Jangan merendam seluruh badan sampai
ujung tali pusat lepas dan kering, hindari membasahi tali pusat
ketika membasuh bayi dengan lap basah. Tidak dianjurkan
mengoleskan salep atau zat lain ke ujung tali pusat, ataupun
mengusap alkohol atau povidone iodine meskipun masih
diperkenankan asal tidak menyebabkan tali pusat menjadi
basah atau lembab. Hindari pembungkusan tali pusat dengan
tujuan agar tali pusat cepat mengering dan puput, kemudian
pastikan popok atau celana bayi diikat dibawah tali pusat.
Popok atau celana tersebut tidak boleh menutupi tali pusat agar
tali pusat tidak terkena feses dan urin, dan apabila terdapat sisa
tali pusat kotor, bersihkan dengan hati-hati menggunakan air
Desinfektan Tingkat Tinggi (DTT), selanjutnya keringkan
secara dengan menggunakan kain bersih atau kassa kering
(APN, 2012).
Banyak pendapat yang menyatakan tentang cara terbaik
dalam merawat tali pusat. Telah dilakukan ataupun
dilaksanakan beberapa uji klinis untuk membandingkan cara
perawatan tali pusat agar tidak terjadi peningkatan infeksi
adalah dengan cara membiarkan tali pusat dalam keadaan
terbuka, dan apabila terdapat luka pada area tali pusat maka
bersihkan luka tersebut cukup hanya dengan menggunakan air
bersih (APN, 2012).
d. Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Pada Saat Perawatan Tali Pusat
Untuk mencegah infeksi tali pusat, maka tali pusat harus
tetap bersih dan kering. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tali
pusat yaitu :
1) Cuci tangan sebelum menyentuh tali pusat bayi, apabila tali
pusat kotor atau memiliki banyak darah kering bersihkanlah
dengan alkohol 50%, dan juga bisa menggunakan air dan
sabun.
2) Jangan meletakan benda apapun di atas tali pusat untuk
menghindari terjadinya infeksi.
3) Sisa tali pusat biasanya lepas sekitar hari ke 5-7 setelah lahir.
Mungkin akan keluar beberapa tetes darah ataupun lendir saat
tali pusat terlepas, ini normal-normal saja. Namun jika ternyata
masih keluar banyak darah atau muncul nanah, segera minta
bantuan medis (Siti Saleha, 2009).

e. Dampak Perawatan Tali Pusat


1) Perawatan Tali Pusat Steril
Menurut Hidayat (2009) bahwa perawatan tali pusat yang
steril akan berdampak pada bayi, bayi akan sehat dengan kondisi
tali pusat yang bersih, tidak 28 terjadi infeksi serta tali pusat akan
pupus lebih cepat yaitu antara hari ke 5-7 tanpa adanya suatu
komplikasi.
2) Perawatan Tali Pusat Tidak Steril
Dampak permasalahan perawatan tali pusat yang tidak baik
akan menimbulkan permasalahan infeksi berupa mengeluarkan
cairan nanah, darah, dan tali pusat berbau, karena kondisi kotor
pada tali pusat yang dapat menjadi media pertumbuhan
mikroorganisme sehingga dapat menyebabkan infeksi, bahkan
dapat mendorong terjadinya penyebaran infeksi. Sedangkan
menurut Riksani (2012), perawatan tali pusat yang tidak steril akan
mengakibatkan beberapa gangguan kesehatan pada bayi,
diantaranya tetanus neonatorum dan omphalitis.
f. Manfaat Perawatan Tali Pusat
Terdapat manfaat perawatan tali pusat menurut
Prawirohardjo (2014) yaitu
1) Dapat merawat tali pusat dengan tehnik septik dan aseptik.
2) Dapat membersihkan tali pusat dan sekitarnya.
3) Dapat mencegah timbulnya infeksi oleh bakteri.

D. Infeksi Tali Pusat


1. Definisi
Infeksi tali pusat adalah infeksi yang terjadi pada tali pusat
yang terjadi selama proses pelepasan tali pusat dengan gejala
umbilicus merah, bengkak, mengeluarkan pus, dan berbau tidak
sedap (Muniraman, et all, 2018).
2. Faktor Penyebab
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi tali pusat
pada bayi baru lahir menurut (Coffey PS dan Brown SC, 2017).
adalah sebagai berikut :
a. Kuman dan Bakteri
Staphylococcus aereus ada dimana-mana dan didapat pada
masa awal kehidupan hampir semua bayi, saat lahir atau
selama masa perawatan. Biasanya Staphylococcus aereus
sering dijumpai pada kulit, saluran pernafasan, dan saluran
cerna terkolonisasi.
Untuk pencegahan terjadinya infeksi tali pusat sebaiknya
tali pusat tetap dijaga kebersihannya, upayakan tali pusat agar
tetap kering dan bersih. Saat memandikan di minggu pertama
sebaiknya jangan merendam bayi langsung kedalam air karena
akan menyebabkan basahnya tali pusat dan memperlambat
proses pengeringan tali pusat.
b. Proses Persalinan
Persalinan yang tidak sehat atau yang dibantu oleh tenaga
non medis. Kematian bayi yang diakibatkan oleh tetanus ini
terjadi saat pertolongan persalinan oleh dukun, terjadi pada
saat memotong tali pusat menggunakan alat yang tidak steril
dan tidak mencuci tangan.

c. Tradisi
Perawatan tali pusat juga tidak lepas dari tradisi yang
berlaku di sebagian masyarakat misalnya dengan memberikan
berbagai ramuan atau serbuk-serbuk yang dipercaya bisa
membantu mempercepat kering dan lepasnya potongan tali
pusat. Ada yang mengatakan tali pusat bayi itu harus diberi
abu-abu pandangan seperti inilah yang seharusnya tidak boleh
dilakukan karena justru dengan diberikannya berbagai ramuan
tersebut kemungkinan terjangkitnya tetanus lebih besar
biasanya penyakit tetanus neonatorum ini cepat menyerang
bayi, pada keadaan infeksi berat hanya beberapa hari setelah
persalinan jika tidak ditangani biasa mengakibatkan meninggal
dunia.
3. Etiologi
Etiologi infeksi pada tali pusat adalah infeksi polimikrobial
pada tali pusat, mayoritas adalah gabungan bakteri gram positif dan
negatif. Bakteri yang menyebabkan infeksi pada tali pusat yaitu
Staphylococcusaureus, Streptococcus pyogenes,Escherichiacoli, K
lebsiella pneumoniae, Proteus mirabilils, Bacteroides fragilis,
Clostridium perfringens, dan Clostridium tetani (Stewart D dan
Benitz W, 2016).
Awalnya, bakteri gram positif lebih banyak ditemukan pada
kasus infeksi tali pusat. Sekitar 85% kasus disebabkan oleh bakteri
gram positif. Akan tetapi dengan banyaknya penggunaan antibiotik,
bakteri gram negatif semakin banyak ditemukan. Selain itu, kasus
infeksi tali pusat yang disebabkan oleh bakteri   staphylococcus
yang resisten terhadap metisilin juga mulai banyak ditemukan.
Untuk itu, pemberian antibiotik pada omfalitis disarankan
antibiotik spektrum luas yang dapat membunuh bakteri gram
positif, gram negatif, dan anaerob (Sengupta, et all, 2016).

4. Patofisiologi
Patofisiologi infeksi tali pusat dipengaruhi oleh devitalisasi
tali pusat neonatus, sehingga menjadi tempat yang baik untuk
tumbuhnya bakteri. In utero, tali pusat berperan sebagai
penghubung antara janin dengan ibu untuk membawa oksigen serta
nutrisi. Setelah bayi lahir, umbilikus diputus, dan biasanya akan
terlepas sendiri dalam waktu 5–15 hari (Painter K dan Feldman J,
2019).
Sisa tali pusat neonatus akan terpapar dengan bakteri segera
setelah lahir. Adanya bakteri ini berguna untuk menarik sel-sel
imun yang akan membantu proses pelepasan tali pusat neonatus.
Tetapi, bakteri ini juga berpotensi menyebabkan infeksi pada
pangkal tali pusat, menyebabkan infeksi pada tali pusat. Jika terjadi
infeksi dan tidak ditatalaksana, maka infeksi dapat menyebar
melewati jaringan subkutan ke plana fascia, otot dinding abdomen,
bahkan memasuki pembuluh darah umbilikus, menyebabkan
nekrosis fasciitis dan sepsis (Gleason CA dan Devaskar SU, 2012).
5. Epidemiologi
Insidensi infeksi tali pusat berkisar antara 0,2-0,7% pada
negara industri. Insidensi dilaporkan lebih tinggi pada bayi preterm
dibandingkan aterm. Pada bayi aterm, kejadian infeksi tali pusat
tertinggi pada usia 5-9 hari. Sedangkan pada bayi preterm, onset
pada usia 3-5 hari (Perlstein,2019). Di Indonesia, omfalitis
merupakan salah satu infeksi yang cukup sering ditemukan pada
neonatus, tetapi belum ada data epidemiologi nasional omfalitis.
Pada kasus tanpa komplikasi atau kelainan anatomi lainnya,
mortalitas akibat infeksi tali pusat jarang terjadi. Namun pada kasus
dengan komplikasi, mortalitas dapat meningkat menjadi 7 – 15%
dan semakin meningkat menjadi 60% pada kasus
dengan necrotizing fasciitis atau mionekrosis (Perlstein,2019).

6. Tanda dan Gejala


Pada anamnesis dengan orangtua pasien, akan didapatkan
keluhan perubahan warna atau keluar nanah dari pangkal tali pusat.
Jika infeksi meluas ke jaringan yang lebih dalam atau meluas ke
sistemik, maka akan muncul gejala yang lebih berat seperti demam,
tidak mau minum, iritabel, dan letargi (Amboss, 2019).
7. Diagnosis
Diagnosis infeksi tali pusat dapat ditegakkan secara klinis
dengan melihat tanda inflamasi dan infeksi pada pangkal tali pusat
dan jaringan sekitarnya. Pemeriksaan penunjang jarang diperlukan,
namun kultur bakteri bisa dipertimbangkan untuk mengetahui
etiologi (Amboss, 2019).
8. Pencegahan
Adapun berbagai hal upaya pencegahan sebelum terjadinya
infeksi pada tali pusat menurut (Kemenkes R1, 2016) yaitu dengan
dilakukan antara lain :
a. Berikan penyuluhan atau edukasi kepada ibu post partum
tentang bagaimana cara merawat tali pusat yang baik dan
benar, yang bertujuan untuk menghindari atau mencegah
supaya tidak terjadinya kesalahan ataupun adanya infeksi pada
tali pusat, dan pemberian edukasi yang dilakukan pada ibu post
partum berfungsi untuk menambahkan wawasan serta
pengetahuan dalam merawat tali pusat pada bayi baru lahir.
b. Memberikan stimulus dan latihan secara langsung tentang
perawatan tali pusat pada ibu post partum dan nifas, supaya ibu
memiliki persepsi dalam perawatan tali pusat dan kemudian
dapat mempraktikannya atau melaksanakannya secara
langsung.
c. Instruksikan ibu untuk selalu memantau bayi dan keadaan tali
pusat, untuk memastikan bahwa kondisi bayi dan tali pusat
tetap dalam keadaan yang baik dan sehat.

d. Lakukan perawatan tali pusat setiap hari dan setiap kali,


apabila tali pusat mengalami basah atau kotor, jika tali pusat
basah maka diwajibkan tali pusat dalam keadaan kering,
sedangkan jika tali pusat dalam keadaan kotor wajib
dibersihkan, bertujuan agar tidak terjadinya infeksi.
BAB IV
PENUTUP

Menurut Prawirohardjo (2014) dalam Ambarwati (2010), masa nifas


atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. ASI adalah makanan terbaik untuk
bayi karena mengandung nutrisi yang seimbang dan sempurna untuk bayi.
ASI tidak atau jarang membuat masalah pada kesehatan bayi, malah
nutrisinya amat baik untuk bayi. Pengeluaran ASI tidak dipengaruhi oleh
besar atau kecilnya ukuran payudara. Namun, pengeluaran ASI dipengaruhi
oleh banyak factor diantaranya hormon, tingkat stress ibu, isapan bayi dan
frekuensi menyusui.

Pada penelitian ini Pijat punggung adalah pijatan pada sumsum tulang
belakang 5-6 dengan gerakan melingkar yang dilakukan pada ibu setelah
melahirkan untuk membantu kerja hormon oksitosin dalam pelepasan ASI,
akselerasi saraf parasimpatis mengirimkan sinyal ke bagian belakang otak
untuk merangsang kerja kerja oksitosin dalam mengalirkan susu
keluar.Tindakan pijat punggung dapat mempengaruhi hormon prolaktin
yang berfungsi sebagai perangsang produksi ASI pada ibu selama
menyusui. Tindakan ini juga bisa membuat ibu rileks dan memperlancar
aliran saraf dan saluran ASI di kedua payudara. Dengan demikian, ibu yang
mendapatkan pijat punggung memiliki produksi ASI yang relatif lebih
banyak diban dibandingkan ibu yang tidak diberikan atau kelompok kontrol.
DAFTAR PUSTAKA

Amboss. Chorioamnionitis, neonatal infection, and omphalitis. 2019.


available from
https://www.amboss.com/us/knowledge/Chorioamnionitis
%2C_neonatal_infection%2C_and_omphalitis

Baety, A.N. 2011. Biologi Reproduksi kehamilan dan Persalinan.


Jogjakarta: Graha Ilmu.
Budiarti, Astrida, dkk. 2017. Perbedaan Efektifitas Penggunaan Kassa
Kering Steril Dibandingkan Dengan Kassa Alkohol Terhadap Lama
Lepas Tali Pusat Di Desa Cerme Kidul-Gresik. E-jurnal yang diakses
pada tanggal 9 Maret 2018
Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse, and Spong, Obstetri William
Edisi 23 Volume 2, 23rd ed. Jakarta: EGC, 2013
Deffi, Gita Budhi, dkk. 2012. Perbedaan Lama Lepas Tali Pusat Perawatan
dengan Menggunakan Kassa Steril dibandingkan Kassa Alkohol. E-
jurnal yang diakses pada tanggal 25 Maret 2018.
Gleason CA, Devaskar SU. Avery’s diseases of the newborn. Ed 9. Elsevier:
USA. 2012
Hidayat, (2009). Ilmu Kesehatan Anak, Salemba Medika: Jakarta
Koizer, et all. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.2011
Lumsden, H., & Holmes, D. (2012). Asuhan Kebidanan pada Bayi yang
Baru Lahir (Rianayati Kusmini, Penerjemah).Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Maharani, Yanti Delia. 2017. Perawatan Antenatal, Intranatal, Postnatal
Bayi Baru Lahir dan Kontrasepsi. Salemba Medika. Jakarta
Muniraman H, Sardesai T, Sardesai S. Disorders of the Umbilical Cord.
Pediatrics in Review. 2018;39(7):332-341
Nita, Niriya. 2017. Penggunaan Kassa Terbuka dan Kassa Tertutup
Terhadap Lama Lepas Tali Pusat Di Desa Dolok Jaya. E-jurnal yang
diakses pada tanggal 17 Maret 2018
Rahardjo, Kukuh. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak
Prasekolah.Pustaka Belajar. Yogyakarta
Riksani, R. 2012. Keajaiban ASI (Air Susu Ibu). Jakarta: Dunia Sehat.
Rudolph A., Hoffman., et al. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Jakarta :
EGC.2014: 740-74.
S. Prawirohardjo, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal, 2nd ed. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2014.
Saleha, Siti. 2009. Asuhan kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika
Sengupta M, Banerjee S, Banerjee P, Guchhait P. Outstanding prevalence of
methicillin resistant Staphylococcus aureus in neonatal omphalitis. J Clin
Diagn Res. 2016 Sep. 10 (9):DM01-3
Setiyani, Astuti, Sukesi dan Esyuananik. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak
Kebidanan: Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra
Sekolah. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.
Siska, Yati. 2017. Perbedaan Perawatan Tali Pusat Dengan Memakai Kasa
Kasa Kering dan ASI Terhadap Waktu Putusnya Tali Pusat. E-jurnal yang
diakses pada tanggal 12 Maret 2018
Sodikin. 2018. Buku Saku Perawatan Tali Pusat. EGC. Jakarta
Stewart D, Benitz W. Umbilical cord care in the newborn infant. Pediatrics.
2016;138(3):e20162149
Painter K, Feldman J. Omphalitis. [Updated 2019 Feb 14]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2019 Jan-.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513338/
Perlstein D. Umbilical cord care. Medscape, 2019. Available from:
https://www.emedicinehealth.com/umbilical_cord_care/article_em.ht
m#what_is_the_prognosis_for_the_umbilical_cord_stump
Wiliams. 2012. Perawatan Neonatologi. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai