Anda di halaman 1dari 36

JOURNAL READING

“Umbilical cord-care practices in low- and middle-income countries: a


systematic review”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan
Anak Pra Sekolah

Oleh

NABILAH VISTA
NIM. PO.71.24.4.21.025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN JURUSAN


KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
TAHUN 2021
HALAMAN PENGESAHAN

Journal Reading

“Umbilical cord-care practices in low- and middle-income countries: a


systematic review”

Oleh:

NABILAH VISTA
PO.71.24.4.21.025

Menyetujui,

Pembimbing Klinik

Riya Tisnawati, AM.Keb (………………………………)

Pembimbing Akademik

Rosyati Pastuty, SSiT, M.Kes (………………………………)


NIP. 197210141992032002

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Elita Vasra, SST, M.Keb


NIP. 197305191993012001

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Journal Reading
terkait Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra sekolah.
Penulisan Journal Reading ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas praktik
Asuhan Kebidanan Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra
sekolah Program Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Palembang.
Laporan ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini kami juga
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Muhammad Taswin, S.Si, Apt, MM, M.Kes selaku


Direktur Poltekkes Kemenkes Palembang,
2. Ketua Jurusan Kebidanan dan jajaran yang telah memfasilitasi
dalam pelaksanaan kegiatan praktik profesi
3. Pembimbing Akademik Ibu Rosyati Pastuty, SSiT. M.Kes dan
ibu Riya Tisnawati, AM.Keb, sebagai pembimbing lahan praktik.
4. Semua pihak yang telah membantu pada penyusunan laporan ini
yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Palembang, Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iiiv
BAB I....................................................................................................................1
A. Judul Jurnal..................................................................................................1
B. Abstrak..........................................................................................................1
C. Pendahuluan..................................................................................................1
D. Metode...........................................................................................................3
E. Hasil..............................................................................................................4
F. Pembahasan...................................................................................................4
G. Kesimpulan....................................................................................................6
BAB II...................................................................................................................7
A. PICOT...........................................................................................................9
B. Telaah Jurnal...............................................................................................10
BAB III...............................................................................................................13
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................13
A. Definisi........................................................................................................13
B. Etiologi..........................................................................................................
C. Patofisiologi....................................................................................................
D. Faktor Yang Mempengaruhi.......................................................................
F. Pencegahan....................................................................................................
BAB IV................................................................................................................21
PENUTUP..........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................22
BAB I
ISI JURNAL

A. Judul Jurnal
“Umbilical cord-care practices in low- and middle-income countries: a
systematic review”
Penulis : Patricia S. Coffey dan Siobhan C. Brown
B. Abstrak

Latar Belakang: Sepsis neonatorum merupakan penyebab kematian


tertinggi ketiga pada bayi pada bulan pertama kehidupannya. Memotong tali
pusat dapat menjadi jalur masuknya bakteri penyebab sepsis dan kematian
bayi baru lahir. Praktik perawatan tali pusar yang optimal untuk bayi baru
lahir dan selama minggu pertama kehidupan, terutama di tempat dengan
kebersihan yang buruk, memiliki potensi untuk menghindari kematian
neonatal.
Tujuan dari tinjauan praktik perawatan tali pusat ini adalah untuk
membantu dalam pengembangan strategi perubahan perilaku untuk
mendukung pengenalan rejimen perawatan tali pusat yang baru, khususnya
7,1% chlorhexidine digluconate untuk perawatan tali pusat.
Metode: Kami mencari database domestik dan internasional untuk
artikel yang diterbitkan dalam bahasa Inggris antara 1 Januari 2000, dan 24
Agustus 2016. Kami menemukan 321 artikel dan meninjau 65 artikel teks
lengkap menggunakan standar kriteria inklusi. Kriteria utama untuk inklusi
adalah deskripsi zat yang diterapkan pada tali pusat tunggul pada hari-hari
setelah kelahiran.
Hasil: Kami memasukkan 46 artikel dalam tinjauan praktik perawatan
tali pusat ini. Artikel termasuk data dari 15 negara berpenghasilan rendah dan
menengah di sub-Sahara Afrika (8 negara), Asia (5 negara), Afrika Utara (1
negara), dan Amerika Latin dan Karibia (1 negara). Temuan dari tinjauan ini
menunjukkan bahwa dokumentasi perawatan tali pusat praktik tidak konsisten
di seluruh negara berpenghasilan rendah dan menengah, namun literatur yang
ada menggambarkan perusahaan tradisi perawatan tali pusat di setiap budaya.
Praktik perawatan tali pusat berbeda-beda di setiap negara dan wilayah atau
budaya kelompok dalam suatu negara dan menggunakan berbagai macam zat.
Keinginan untuk mempromosikan penyembuhan dan mempercepat tali pusat
pemisahan adalah keyakinan yang mendasari terkait dengan penerapan zat
pada tali pusat. frekuensi dari aplikasi zat (baik jumlah hari atau berapa kali
per hari zat itu diterapkan), dan sumber dan biaya produk yang digunakan
tidak dicirikan dengan baik.
Kesimpulan: Keinginan untuk secara aktif merawat tali pusat bayi baru
lahir seperti yang dicatat dalam berbagai perawatan tali pusat praktik dan
keyakinan yang diidentifikasi dalam ulasan ini menunjukkan kebutuhan untuk
mengontekstualisasikan perubahan perilaku apa pun pendekatan untuk
menyelaraskan dengan budaya lokal.
Kata kunci: Neonatologi, Perawatan tali pusat, Negara berpenghasilan rendah
dan menengah, Perubahan perilaku
C. Pendahuluan
Sepsis neonatorum bertanggung jawab atas lebih dari 15% kematian
neonatus di seluruh dunia dan merupakan penyebab utama ketiga kematian
bayi pada bulan pertama kehidupannya. Memotong tali pusat bisa menjadi
jalur bagi bakteri yang dapat menyebabkan sepsis dan kematian bayi baru
lahir. Praktik perawatan tali pusat dengan kebersihan yang baik, memiliki
potensi untuk menghindari kematian neonatal. Praktik perawatan tali pusat
tradisional yang berbahaya sering disebut sebagai masalah kesehatan
masyarakat yang penting. Pemahaman yang jelas tentang niat perilaku yang
mendasari praktik perawatan tali pusat tradisional di negara berpenghasilan
rendah dan menengah negara dapat membantu dalam mengatasi tingginya
angka sepsis neonatus.

Meskipun tinjauan bukti sistematis dari praktik pembersihan tali pusat


telah dilakukan sebelumnya, sifat kualitatif dari praktik perawatan tali pusat
belum diringkas hingga saat ini. Ulasan ini mengisi celah dalam literatur
dengan meninjau secara sistematis bukti yang tersedia terkait dengan praktik
perawatan tali pusat tradisional dan menilai kemungkinan dampak kategori
produk pada risiko eksi.

D. Metode
Pencarian awal kami berfokus pada studi yang menggambarkan
praktik perawatan tali pusat tradisional secara global. Untuk tujuan artikel
ini, praktik tradisional adalah yang berfokus pada kepercayaan budaya dan
adat istiadat yang dipandu bagaimana tali pusat dirawat, termasuk panjang
tali pusat, bahan yang digunakan, dan keputusan mengenai pembuangan
tunggul tali pusat. Kami mengembangkan pencarian sistematis untuk
PubMed dan Google Cendekiawan menggunakan kosakata terkontrol.
Kriteria awal untuk kelayakan adalah ditentukan oleh topik, periode
waktu, dan Bahasa publikasi. Kami menyertakan artikel yang diterbitkan
antara 1 Januari 2000, dan 30 Januari 2016. Sedetik pencarian dilakukan
pada Agustus 2016 untuk memperhitungkan setiap publikasi selama bulan-
bulan berikutnya. Bahasa publikasi terbatas pada bahasa Inggris. Referensi
dalam artikel yang diidentifikasi ditinjau untuk menentukan apakah
sumber lain akan relevan dan artikel tambahan disarikan jika relevan.

Pencarian asli menghasilkan 321 artikel, dari mana 107 duplikat


dikeluarkan. Seorang pengulas kemudian disaring judul dan abstrak dari
214 artikel yang tersisa untuk menentukan kesesuaian untuk dimasukkan.
Artikel yang tidak memenuhi kriteria termasuk yang tidak berhubungan
dengan aplikasi zat pada tali pusat, artikel terfokus pada uji klinis yang
membandingkan berbagai aplikasi antiseptik pada tali pusat, artikel di
mana penulis hanya menghubungkan sumber data sekunder mengenai
praktik perawatan tali pusat, dan artikel yang tidak terkait dengan
perawatan tali pusat, tetapi telah muncul di pencarian karena istilah umum,
seperti sumsum tulang belakang. total 65 artikel teks lengkap kemudian
ditinjau menggunakan kriteria inklusi standar. Kriteria utama untuk inklusi
adalah deskripsi zat yang diterapkan pada tali pusat pada hari-hari setelah
kelahiran. Berdasarkan pada kriteria ini, total 46 dari 65 artikel
dimasukkan dalam tinjauan ini. Data sekunder tentang keyakinan dalam
kaitannya dengan perawatan tali pusat dan perawatan tali pusat lainnya
praktek juga dicatat, jika tersedia. Data tentang praktik perawatan tali
pusat diekstraksi dari artikel menggunakan formulir pelacakan standar di
Excel. Item data termasuk:

1. Apa yang digunakan untuk memotong tali pusar?


2. Apa yang digunakan untuk mengikat tali pusar?
3. Aplikasi suatu zat pada tali pusat ?
4. Zat apa yang diberikan ?
5. Seberapa sering itu diberikan ?
6. Berapa hari itu diberikan ?
7. Mengapa itu diberikan (keyakinan) ?
8. Siapa yang mengaplikasikan zat tersebut?
9. Sumber pasokan produk.
10. Biaya produk yang diterapkan.
11. Praktik perawatan kulit bayi baru lahir lainnya, seperti bayi
12. pijat, yang dapat berkontribusi pada pengembangan
13. sepsis neonatorum atau tetanus juga dilacak.
Kami mengolah data yang berkaitan dengan praktik perawatan tali
pusat dan bahan yang digunakan pada kabel menurut negara. Karena
sebagian besar penelitian bersifat kualitatif atau observasional desain,
kami tidak dapat menggambar anak perbandingan statistik. Pelaporan
ulasan ini mengikuti Preferred Item Pelaporan untuk Tinjauan Sistematis
dan Analisis Meta (dikenal sebagai PRISMA) pedoman pelaporan.
F. Hasil
Sebanyak 46 artikel dimasukkan dalam tinjauan praktik perawatan tali
pusat ini. Gambar 1 menyajikan aliran diagram proses peninjauan. 46 artikel
termasuk data dari 15 negara berpenghasilan rendah dan menengah yang
berbeda di Afrika sub-Sahara (8 negara), Asia (5 negara), Afrika Utara (1
negara), dan Amerika Latin dan Karibia (1 negara). Di Afrika sub-Sahara,
sebagian besar artikel berasal dari Uganda (6), diikuti oleh Tanzania (4),
Ethiopia dan Nigeria (masing-masing 3), Ghana dan Zambia (masing-masing
2), dan Benin dan Sierra Leone (masing-masing 1). Di Asia, sebagian besar
artikel berasal dari Pakistan (7), diikuti oleh India dan Nepal (5 masing-
masing), Bangladesh (3), dan Turki (2). Di Utara Afrika, salah satu artikelnya
berasal dari Mesir. dalam bahasa latin Wilayah Amerika/Karibia, satu artikel
datang dari Haiti. Tabel 1 memberikan rincian umum tentang artikel yang
termasuk dalam ulasan ini. Sementara klasifikasi pendapatan negara bukanlah
kriteria yang telah ditentukan untuk dimasukkan atau pengecualian, artikel
perawatan tali pusat dari berpenghasilan tinggi negara hanya berfokus pada
perbandingan dan penggunaan antiseptik dan oleh karena itu, tidak ada yang
termasuk dalam ulasan ini berdasarkan kriteria eksklusi.

G. Pembahasan

H. Kesimpulan
BAB II

TELAAH JURNAL

A. PICOT
P I C O T
Populasi dalam Instrumen yang digunakan untuk Hasil studi pendahuluan yang Berdasarkan hasil Penelitian ini
penelitian ini adalah mengumpulkan data penelitian ini dilakukan di puskesmas rawat penelitian frekuensi dilaksanakan pada
seluruh ibu nifas adalah lembar observasi untuk inap di Denpasar yaitu kencing pada kelompok bulan Mei 2019
yang melahirkan di menilai produksi ASI dan Puskesmas Pembantu Dauh kontrol memiliki rata-rata sampai Juli 2019.
RS Sukoharjo, Jawa pemberian intervensi pijat Puri dan Puskesmas Denpasar 5,6 dan kelompok
Tengah. Selanjutnya oksitosin sesuai dengan prosedur Timur I melakukan wawancara perlakuan 6,9. Hal ini
90 ibu nifas dipilih operasi standar (SOP). Intervensi dengan petugas kesehatan, diperkuat dengan nilai p =
secara acak dan pertama akan dilakukan pada dengan hasil bahwa bayi yang 0,0001 (p <0,005) yang
dibagi kedalam dua kelompok perlakuan setelah tiga dilahirkan dilakukan untuk artinya ada pengaruh
kelompok yaitu jam ibu melahirkan, sehingga ibu Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pemberian pijat punggung
kelompok perawatan mendapat istirahat sejenak setelah untuk satu jam kemudian ibu terhadap peningkatan
payudara dan pijat melahirkan serta makan dan dan bayi dimasukkan ke dalam produksi ASI pada ibu
oksitosin serta minum yang cukup. Kelompok ruang perawatan. Selain itu, nifas.
kelompok kontrol. kontrol akan dinilai tetapi tidak hasil wawancara dengan ibu
ada pijat oksitosin yang akan nifas ditemukan bahwa
diberikan intervensi. Kemudian sebagian ibu mengeluh belum
kedua kelompok akan keluar ASI dan dikhawatirkan.
ditindaklanjuti oleh asisten
peneliti dengan melakukan
kunjungan rumah setiap dua hari
sekali selama dua minggu (tujuh
tindakan untuk kelompok
perlakuan). Minyak yang akan
digunakan untuk pijat oksitosin
adalah minyak VCO (Virgine
Coconut Oil) yang memiliki efek
samping alergi yang rendah.
B. Telaah Jurnal
No Penulis Metode Random Sampel Perlakuan Kontrol Hasil
Yang Diukur Temuan
1 Tutik Penelitian ini merupakan Ya Sebanyak 90 90 sampel ibu nifas yang Terdapat Dalam penelitian Peningkatan
Rahayuningsih1, penelitian Randomized ibu nifas dipilih secara acak dan kelompok ini volume produksi ASI pada
Ambar Controlled Trial (RCT) yang dipilih dibagi kedalam dua control produksi ASI kelompok perawatan
Mudigdo2, yang dilakukan di Rumah secara acak kelompok yaitu dalam digunakan sebagai payudara dan pijat
Bhisma Murti3 Sakit Sukoharjo, Jawa dan dibagi kelompok perawatan studi alat ukur dalam oksitosin (mean =
Tengah selama satu bulan kedalam dua payudara dan kelompok penelitian menentukan 17,37, SD= 9,70)
pada tanggal 19 Oktober kelompok pijat oksitosin. Variabel ini. produksi ASI. Ibu lebih besar dari
hingga 18 November 2016. yaitu terikat dalam penelitian yang sebelum dan kelompok kontrol
Sebanyak 90 ibu nifas kelompok ini adalah produksi ASI. setelah dilakukan (mean=1,58,
yang dipilih secara acak perawatan Variabel bebas adalah intervensi SD=1,69), dan
dan dibagi kedalam dua payudara perawatan payudara dan perawatan signifikan secara
kelompok yaitu kelompok dan pijat oksitosin. payudara dan pijat statistik
perawatan payudara dan kelompok Perubahan produksi ASI oksitosin. (p<0,001).Perawatan
kelompok pijat oksitosin. pijat sebelum dan sesudah payudara dan pijat
Variabel terikat dalam oksitosin intervensi antara dua oksitosin secara
penelitian ini adalah kelompok diuji dengan signifikan dapat
produksi ASI. Variabel uji Mann-Whitney. meningkatkan
bebas adalah perawatan produksi ASI.
payudara dan pijat
oksitosin. Perubahan
produksi ASI sebelum dan
sesudah intervensi antara
dua kelompok diuji dengan
uji Mann-Whitney.
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Nifas


1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas merupakan masa dimana tubuh ibu melakukan adaptasi
pasca persalinan, meliputi perubahan kondisi tubuh ibu hamil kembali ke
kondisi sebelum hamil. Masa ini dimulai setelah plasenta lahir, dan
sebagai penanda berakhirnya masa nifas adalah ketika alat-alat
kandungan sudah kembali seperti keadaan sebelum hamil (Astuti, 2015).

Masa nifas adalah sebuah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,


serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ
kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu.
Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-
alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil atau tidak hamil
sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologis dan psikologis karena
proses persalinan (Pitriyani & Andriyani, 2014).

Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Nifas
(peurperium)berasal dari bahasa latin. Peurperium berasal dari 2 dua
suku kata yakni peur dan parous. Peur berarti melahirkan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa peurperium merupakan masa setelah melahirkan.
(Yusari, Risneni, 2016)

2. Tujuan Asuhan Kebidanan Nifas


Menurut Siti Nunung, dkk, (2013) Pada masa nifas ini terjadi
perubahan-perubahan fisik maupun psikis berupa organ reproduksi,
terjadinya proses laktasi, terbentuknya hubungan antara orangtua dan
bayi dengan memberi dukunagn. Atas dasar tersebut perlu dilakukan
suatu pendekatan antara ibu dan kelurga dalam manajemen kebidanan.
Adapun tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas untuk:
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikis.
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi
masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi, baik
pada ibu maupun bayi.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatn kesehatan
diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayi
dan perawatan bayi sehat.
d. Memberikan pelayanan KB.
e. Untuk mendapatkan kesehatan emosi.
f. Mempelancar pembentukan air susu ibu (ASI).
g. Menganjarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri
samapi masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik,
sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang normal.(Siti Nunung, dkk, 2013)
3. Tahapan Masa Nifas
Menurut Mansyur, Kasrida (2014) tahapan masa nifas terbagi
menjadi tiga diantaranya yaitu :

a. Peurperium dini (Immediate post partum periode)


Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam, yang
dalam hal ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
Masa ini sering terdapat banyak masalah misalnya perdarahan
karena atonia uteri oleh karena itu bidan dengan teraturharus
melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokhia,
tekanan darah dan suhu.

b. Puerperium intermedial (Early post partum periode)


Masa 24 jam setelah melahirkan sampai dengan 7 hari (1
minggu). Periode ini bidan memastikan bahwa involusi uterus
berjalan normal, tidak ada perdarahan abnormal dan lokhia tidak
terlalu busuk, ibu tidak demam, ibu mendapatkan cukup makanan
dan cairan, menyusui dengan baik, melakukan perawatan ibu dan
bayinya sehari-hari
c. Remote puerperium (late post partum periode)
Masa 1 minggu sampai 6 minggu sesudah melahirkan periode ini
bidan tetap melanjutkan pemeriksaan dan perawatan sehari-hari serta
memberikan konseling KB.

4. Perubahan pada Masa Nifas


a. Adaptasi Fisiologis pada Masa Nifas
Menurut Sari (2014), pada masa nifas terjadi perubahan-
perubahan fisiologis dan akan berangsur-angsur pulih kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan yang terjadi
adalah sebagai berikut:

1) Perubahan Sistem Reproduksi


a) Uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil
setelah melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai
segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot
polos uterus.

b) Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum
uteri dan vagina selama masa nifas. Lochea terbagi
menjadi tiga jenis, yaitu : Lochea rubra (2 hari),
sangulenta (hari ke-3 s/d 7), Serosa (hari ke-7 s/d 14) dan
alba (hari ke-14)

c) Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan.
Delapan belas jam pasca partum, serviks memendek dan
konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk
semula.

d) Vagina dan Perinium


Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam
penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina
yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap
ke ukuran sebelum hamil, 6 sampai 8 minggu setelah bayi
lahir. Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi
pada saat perineum mengalami robekan. Latihan otot
perineum dapat mengembalikan tonus dan dapat
mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu.

2) Perubahan Sistem Pencernaan


Selama kehamilan tingginya kadar progesteron dapat
mengganggu keseimbangan cairan tubuh. Pasca melahirkan,
kadar progesteron mulai menurun. Namun demikian, faal usus
memerlukan 3-4 hari untuk kembali normal.

3) Perubahan Sistem Perkemihan


Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari post partum. Diuresis
terjadi karena saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini
akan kembali normal setelah 4 minggu post partum.

4) Perubahan Sistem Musculoskletal


Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus.
Pembuluhpembuluh yang berada di antara anyaman-anyaman
otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
perdarahan setelah plasenta dilahirkan. Ligamen-ligamen,
diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu
persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih
kembali.

5) Perubahan Sistem Endokrin


Hormon kehamilan mulai menurun segera setelah plasenta
keluar. Turunnya estrogen dan progesteron menyebabkan
peningkatan prolaktin dan menstimulasi air susu.

6) Perubahan Sistem Kardiovaskuler


Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk
menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh
plasenta dan pembuluh darah uteri. Penarikan kembali estrogen
menyebabkan dieresis yang terjadi secara cepat sehingga
mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal.
Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi.

7) Perubahan Sistem Hematologi


Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma
akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan
peningkatan viskositas meningkatkan faktor pembekuan darah
Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih
dapat mencapai 15.000 selama persalinan akan tetap tinggi
dalam beberapa jumlah sel darah putih pertama di masa post
partum.

8) Perubahan Tanda-tanda Vital


Dua puluh empat jam post partum suhu badan akan naik
sedikit (37° C-38° C). Setelah melahirkan biasanya denyut nadi
itu akan lebih cepat. Kemungkinan tekanan darah akan rendah
setelah ibu melahirkan karena adanya perdarahan. Apabila suhu
dan denyut nadi tidak normal, pernafasan juga akan
mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada saluran
pernafasan.

9) Perubahan pada Sistem Intergumen


Setelah persalinan, hormonal berkurang dan
hiperpigmentasi pun menghilang. Penurunan pigmentasi ini juga
disebabkan karena hormon MSH (Melanophore Stimulating
Hormone) yang berkurang setelah perasalinan akibatnya
pigmentasi pada kulit pun secara perlahan menghilang.

b. Adaptasi Psikologis pada Masa Nifas


Perubahan emosi dan psikologis ibu pada masa nifas terjadi
karena perubahan peran, tugas dan tanggung jawab menjadi
orangtua. Suami istri mengalami perubahan peran menjadi orangtua
sejak masa kehamilan Dalam periode masa nifas, muncul tugas
orangtua dan tanggung jawab baru yang disertai dengan perubahan-
perubahan perilaku (Astuti, 2015).

1) Fase taking in (fase ketergantungan)


Lamanya 3 hari pertama setelah melahirkan. Fokus pada
diri ibu sendiri, tidak pada bayi, ibu membutuhkan waktu untuk
tidur dan istirahat. Pasif, ibu mempunyai ketergantungan dan
tidak bisa membuat keputusan. Ibu memerlukan bimbingan
dalam merawat bayi.

Pada fase ini, kebutuhan istirahat, asupan nutrisi dan


komunikasi yang baik harus dapat terpenuhi. Bila kebutuhan
tersebut tidak terpenuhi, ibu dapat mengalami gangguan
psikologis berupa kekecewean pada bayinya, ketidaknyamanan
sebagai akibat perubahan fisik yang dialami, rasa bersalah
karena belum bisa menyusui bayinya dan kritikan suami atau
keluarga tentang perawatan bayinya.

2) Fase taking hold (fase independen)


Akhir hari ke-3 sampai hari ke-10. Aktif, mandiri dan bisa
membuat keputusan. Memulai aktivitas perawatan diri, fokus
pada perut dan kandung kemih. Fokus pada bayi dan menyusui.
Merespons instruksi tentang perawatan bayi dan perawatan diri,
dapat mengungkapkan kurangnya kepercayaan diri dalam
merawat bayi.

3) Fase letting go (fase interpenden)


Terakhir hari ke-10 sampai 6 minggu post partum. Ibu
sudah mengubah peran barunya. Menyadari bayi merupakan
bagian dari dirinya. Ibu sudah dapat menjalankan perannya.

5. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas


Adapun kebutuhan ibu nifas yang harus terpenuhi yaitu (Dewi &
Sunarsih, 2013) :

a. Nutrisi dan Cairan


Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang,
terutama kebutuhan protein dan karbohidrat. Gizi pada ibu hamil
sangat erat kaitannya dengan produksi air susu yang sangat
dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Kekurangan gizi pada ibu
menyusui dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu dan
bayinya. Gangguan pada bayi meliputi proses tumbuh kembang
anak, bayi mudah sakit, dan mudah terkena infeksi

b. Mobilisasi
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin
membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan
membimbingnya secepat mungkin untuk berjalan. Keuntungan dari
ambulasi dini yaitu melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi
infeksi puerperium, mempercepat involusi uterus, melancarkan
fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin, meningkatkan
kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan
pengeluaran sisa metabolisme

c. Eliminasi
Miksi disebut normal bila dapat BAK spontan tiap 3-4 jam. Ibu
diusahakan mampu buang air kecil sendiri. Defekasi (buang air
besar) harus ada dalam 3 hari postpartum. Jika ada obstipasi dan
timbul koprostase hingga skibala (feses yang mengeras) tertimbun di
rektum, mungkin akan terjadi febris. Bila terjadi hal demikian dapat
dilakukan klisma atau diberi laksan per os (melalui mulut) (Dewi &
Sunarsih, 2013)

B. Konsep Dasar Menyusui


1. Pengertian Menyusui dan ASI
Menyusui merupakan suatu proses alamiah manusia dalam
mempertahankan dan melanjutkan kelangsungan hidup keturunannya.
Organ tubuh yang ada pada seorang wanita menjadi sumber utama
kehidupan untuk menghasilkan ASI yang merupakan sumber makanan
bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan.
Menyusui merupakan suatu pengetahuan yang sudah ada sejak lama yang
mempunyai peranan penting dalam mempertahankan kehidupan manusia
(Astuti, 2013). Sedangkan menurut (Varney dkk, 2008) menyusui adalah
cara yang optimal dalam memberikan nutrisi dan mengasuh bayi, dan
dengan penambahan makanan pelengkap pada paruh kedua tahun
pertama, kebutuhan nutrisi, imunologi, dan psikososial dapat terpenuhi
hingga tahun kedua dan tahun-tahun berikutnya.

2. Manfaat Menyusui
Manfaat menyusui ternyata tidak hanya untuk bayi, tetapi juga
bermanfaat bagi ibu. Adapun manfaat yang diperoleh dengan menyusui
untuk ibu menurut Sri Astuti (2015) adalah :

a. Menyusui membantu mempercepat pengembalian rahim ke


bentuk semula dan mengurangi perdarahan setelah kelahiran. Ini
karena isapan bayi pada payudara dilanjutkan melalui saraf ke
kelenjar hipofise di otak yang mengeluarkan hormon oksitosin.
Oksitosin selain bekerja untuk mengkontraksikan saluran ASI
pada kelenjar air susu juga merangsang uterus untuk
berkontraksi sehingga mempercepat proses involusio uteri.
b. Menyusui secara teratur akan menurunkan berat badan secara
bertahap karena pengeluaran energi untuk ASI dan proses
pembentukannya akan mempercepat seorang ibu kehilangan
lemak yang ditimbun selama kehamilan.
c. Bagi ibu, pemberian ASI mudah karena tersedia dalam keadaan
segar dengan suhu selalu siap jika diperlukan pada malam hari.
d. Mengurangi biaya pengeluaran karena ASI tidak perlu dibeli.
e. Menyusui dapat meningkatkan kedekatan antara ibu dan bayi.
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusui
akan merasakan kasih sayang ibunya. Bayi juga akan merasa
aman dan tentram, terutama karena masih dapat mendengar
detak jantung ibunya yang telah dikenal selama dalam
kandungan. Perasaan terlindung ini akan menjadi dasar
perkembangan emosi dan membentuk kepribadian yang percaya
diri dan dasar spiritual yang baik.

f. Pemberian ASI secara eksklusif dapat menunda proses


menstruasi dan ovulasi selama 20 sampai 30 minggu atau lebih
karena isapan bayi merangsang hormon prolaktin yang
menghambat terjadinya ovulasi/pematangan telur sehingga
menunda kesuburan.
g. Menyusui menurunkan resiko kanker ovarium dan kanker
payudara pramenopause, serta penyakit jantung pada ibu. Hasil
penelitia (The Lancet Medical Journal, 2012) menemukan
bahwa resiko kanker payudara turun 11 4,3% pada ibu yang
menyusui, menyusui juga dapat menurunkan osteoporosis.
h. Wanita menyusui yang tidak memiliki riwayat diabetes
gestasional akan kemungkinan yang lebih kecil untuk
mengalami diabetes tipe 2 di kemudian hari.
3. Mekanisme Menyusui
Reflek yang penting dalam mekanisme isapan bayi terbagi menjadi
tiga menurut Marliandiani (2015) yaitu:

a. Refleks Menangkap (Rooting Refleks)


Timbul saat bayi baru lahir, pipi disentuh, dan bayi akan
menoleh kearah sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan puting susu,
maka bayiakan membuka mulut dan berusaha menangkap puting
susu.

b. Refleks Menghisap (Sucking Refleks)


Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh
puting. Agar puting mencapai palatum, maka sebagian besar areola
harus masuk kedalam mulut bayi. Dengan demikian, sinus laktiferus
yang berada di bawah areola tertekan antara gusi, lidah, dan palatum
sehingga ASI keluar

c. Refleks Menelan (Swallowing Refleks)


Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka bayi
akan menelannya.

C. Konsep Dasar ASI


1. Pengertian ASI
Menurut soetjinigdih mengatakan ASI adalah suatu emulsi lemak
dalam larutan protein, lactose dan garam-garamorganik yang
disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu (Nugroho, dkk)

2. Jenis ASI
a. Kolostrum
Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar.kolostrum
ini desekresikan oleh kelenjar payudara pada hari pertama sampai
hari ke empat pasca persalinan. Kolostrum merupakan cairan dengan
viskossitas kental, lengket dan bewarna kekuningan. Kolostrum
mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel
darah putih dan antibodi yang tinggi dari pada ASI matur. Selain itu,
kolostrum masih mengandung rendah lemak dan laktosa. Protein
utama pada kolostrum adalah imunoglobulin (IgG, IgA dan IgM),
yang digunakan sebagai zat antibodi untuk mencegah dan
menetralisir bakteri, virus, jamur dan parasit.

Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut ukuran kita,


tetapi volume kolostrum yang ada dalam payudara mendekati
kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Volimue kolostrum
antara 150-300 ml/24 jam. Kolostrum juga merupakan pencahar
ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi
yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan
bagi bayi makanan yang akan datang.

b. ASI Transisi/ Peralihan


ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai
sebelu ASI matang, yaitu sejak hari ke 4 sampai hari ke 10. Selama
dua minggu volume air susu bertambah banyak dan berubah warna
serta komposisinya, kadar imunoglobulun dan protein menurun,
sedangkan lemak dan laktosa menigkat.

c. ASI Matur
ASI matur disekrresikan pada hari ke sepuluh dan seterusnya.
ASI matur tampak bewarna putih. Kandungan ASI matur relatif
konstan, tidak menggumpalkan bila di panaskan. Asi susu yang
mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama disebut foremilk.
Foremilk lebih encer. 18 Foremilk mempunyai kandungan rendah
lemak dan tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan air. Selanjutnya,
air susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya akan lemak dan
nutrisi. Hindmilk membuat bayi akaan lebih cepat kenyang. Dengan
demikian, bayi akan membutuhkan keduanya, baik foremik maupun
hindmilkasih( Asih dan Risneni,2016).

3. Keunggulan ASI
Menurut Sunarti, (2012) mengatakan Air susu ibu memiliki banyak
keunggulan dibandingkan susu formula. Keunggulan ASI dapat dilihat
dari beberapa aspek, seperti aspek gizi, imunologik, psikologik,
kecerdasan, neurologis, dan aspek ekonomis.

a. Aspek Gizi
Berdasarkan aspek gizi keunggulan ASI dapat dijelaskan
sebagai berikut.

1) ASI mengandung vitamin A,B, dan C sesuai kebutuhan


bayi. Vitamin B dalam susu sapi jumlahnya melebihi
kebutuhan bayi, sementara itu, kandungan vitamin A dan C
dalam susu sapi sangat kurang.
2) ASI mudah dicerna dan di serap karena merupakan cairan
hidup. Selain mengandung zat-zat gizi, di dalam ASI sudah
disertakan enzim-enzim untuk mencernanya.
3) ASI mengandung taurin yang berguan sebagai
neurutranmiter dan berperan dalam proses pematangan sel
otak.
4) Kandunag decosahexanoic acid (DHA) dan arahidonik acid
(AA) dalam jumlah yang mencukupi untuk pembentuk sel-
sel otak (menjaminpertumbuhan dan kecerdasan).
5) ASI mengandung leptin yang merupakan hormon pengatur
nafsu makan dan metabolisme energi. Dengan demikian,
bayi yang diberi ASI dapt mengontrol asupan makanannya
sendiri sehingga tidak terjadi kegemiukan atau obesitas.
Inilah salah satu penyebab bayiyang minum ASI umumnya
memiliki berat badan lebih ideal jika dibandignkan dengan
bayi yang minum susu formula obesitas sering terjadi pada
bayi yang minum susu formula.
6) Kandungan adiponektin dalam ASI berfungsi mencegah
terjadinya penebalan pembuluh darah (aterosklerosis) dan
radang. Hormon ini dapat mengurangi resiko penyakit
jantung dan pembuluh darah pada kemudian hari.
b. Aspek Imunologi
Bayi yang minum ASI lebih terlindung dari berbagai penyakit
infeksi terutama diare. Bayi yang minum ASI memiliki kesempatan
hidup lebih besar dari pada bayi yang diberi susu formula. Menurut
para pakar, ASI dapat mencegah penyakit kanker. Penyakit kanker 6-8
kali lebih sering di derita anak yang diberi susu formula. Berdasarkan
penelitian, ASI juga dapat mencegah timbulnya diabetes melitus
(penyakit gula) beberapa kandungan zat imunologik ASI sebagai
berikut.

1) ASI bebas kontaminasi atau pencemaran sehingga steril


2) Imunologlobulin A (terutama dalam kolosterum) dpat
melumpuhkan bakteri E. Coli dan virus dalam saluran
cerna.
3) Laktoferin, yaitu sejenis protein pengikat zat besi dalm
pencernssn sehingga bakteri akan mati karena kekurangan
zat besi.
4) Lysosim, yaitu suatu enzim yang aktif mengatasi kuman E.
Coli dan salmonella, jumlahnya 300 kali lebih banyak
dinadingakn susu sapi
5) Sel darah putih, yaitu sel darah yang berfungsi sebagai
antibodi melawan berbagai kuman. Pada dua minggu
pertama, jumlahnya lebih dari 400 sel per mil. Sel tersebut
berfungsi aktif menghasilkan antibodi untuk mencegah
infeksi saluran pernapasan dan infeksi saluran pencernaan
serta menghambat aktivitas virus tertentu.
6) Faktor bifidus, yaitu sejenis karbohidrat yang mengandung
nitrogen. Adanya faktor bifidus dapat menunjang bakteri
laktobacilus bifidus di usus bayi untuk menghambat bakteri
merugikan.
c. Aspek Psikologi
Asi memberi efek positif secara psikologis terhadap ibu dan
bayi. Aspek psikologis tersebut sebagai berikut.

1) Rasa percaya diri ibu karena kemampuan menyediakan


kebutuhan bayinya.
2) Hubungan kasih sayang yang semakin erat.
3) Pengaruh kontak langsung antara kulit ibu dan bayi
terutama saat insiasi menyusui dini dapat menurunkan
hormon stres ibu dan bayi.
4) Faktor anti alergi, yaitu ASI mengandung laktalbulin yang
befungsi sebagai antialergi. Sementara itu, susu sapi
mengandung laktoglobulin sebagai pencetus alergi.
d. Aspek Kecerdasan
ASI dapat mencerdaskan bayi. Hal ini karena ASI mengandung
zatzat penting seperti karbohidrat, lemak esensial, protein, dan
mineral

1) Kandungan karbohidrat utama berupa laktosa yang akan di


ubah menjadi galaktosa. galaktosa penting untuk
membentuk galaktilipid yang berguna bagi perkembangan
otak.
2) Lemak assensial terutama AA dan DHA penting untuk
perkembangan otak. ASI juga mengandung kolin dengan
jumlah tinggi yang berperan dalam pembentukan fosfolipid
dinding sel saraf, metabolisme saraf, dan kerja
neurotransmiter.
3) Protein dalam ASI (laktosa, AA, DHA, kolin, taurun,
tirosin, dan triptofan) berguna dalam proses perkembangan
otak bayi.
4) Berbagai mineral dlam ASI antara lain zat besi dan yodium.
Susu sapi dan susu formula mengandung zat besi yang lebih
tinggi daripada ASI. Namun, penyerapan dalam usus bayi
yang di beri ASI lima kali tinggi jika dibandingkan bayi
yang diberi susu sapi dan susu formula. Zat besi sangat
penting dalam produksi dan pemeliharaan mielin. Yodium
bermanfaat untuk pembentuk hormon tiroid yang berfungsi
dalam proses awal pertumbuhan dan perkembangan otak.
e. Aspek Neurologis
Bayi belum memiliki koordinasi saraf menelan, mengisap, dan
bernapas yang sempurna. Dengan mengisap payudara,
kesempurnaan tersebut akan tercapai

f. Aspek Ekonomis
Menyusui ekslusif pada 6 bulan pertama akan menghemat
pengeluaran uang pemberian baik susu formula maupunmakanann
bayi akan mengakibatkan beberapa kerugian sebagai berikut.

1) Harga mahal susu formula dan makanan bayi


mengakibatkan pemborosan pengeluaran rumah tangga.
2) Penyajian susu formula dan makanan untuk bayi
memerlukan tambahan biaya.
3) Resiko penyakit menjadi lebih besar sehingga
mempertinggi biaya pengobatan. Dengan demikian,
pemberian ASI lebih ekonomis karena menghemat
pengeluaran.
4. Manfaat ASI
Menurut Maritalia, (2012) mengatakan bahwa asi banyak memiliki
manfaat antara lain untuk bayi, untuk ibu, untuk keluarga, dan ini
penjelasannya

a. Bagi Bayi
Asi merupakan makanan pertama dan utama pada bayi.
Nerbagai keunggulan yang terdapat pada ASI memebrikan banyak
manfaat pada bayi.

1) Nutrien (zat gizi) dalam ASI sesuai dengan kebutuhan bayi


2) ASI mengandung zat protektif Dengan adanya zat protektif
yang terdapat dalam ASI, maka bayi jarang mengalami
sakit. Zat-zat protektif tersebutantara lain laktobasilus
bifidus, laktoferin, lisozim, komplimen c3dan c4, faktor anti
streptokokus, antibodi, imunitas seluler, dan tidak
menimbulkan alergi.
3) Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan bagi ibu
dan bayi Pada saat bayi kontak kuliy dengan ibunya, maka
akan timbul rasa aman dan nyaman bagi bayi. Perasaan ini
sangat penting untuk menimbulkan rasa percaya (basic
sense of trust).
4) Menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan bayi
menjadi baik Bayi yang mendapatkan ASI akan memiliki
tumbuh kembang yang baik. Hal ini dapat dilihat dari
kenaikan berat badan bayi dan kecerdasan otaknya.
5) Mengurangi kejadian karies dentis dan maloklusi. Insidensi
karies dentis dan maloklusi pada bayi yang diberi sufor jauh
lebih tinggi daripada bayi yang diberi ASI. Kebiasaan
menyusui dot akan menyebabkan gigi lebih lama kontak
dengan sufor sehingga gigi menjadi lebih asam. Penyebab
maloklusi rahang adalah kebiasaan lidah yang mendorong
ke depan akibat menyusui dengan dot.
b. Bagi Ibu
1) Aspek kesehatan ibu
Hisapan bayi akan merangsang terbentuknya oksitoksin
yang membantu involusi uteri dan mencegah terjadinya
perdarahan pasca persalinan, mengurangi prevelensi anemia dan
mengurangi terjadinya karsinoma osteoporosisi dan patah tulang
panggul setelah menopause, serta menurunkan kejadian obesitas
karena kehamilan.

2) Aspek KB
Menyusui secara eksluisf dapat menjarangkan kehamilan.
Hormon yang mempertahankan laktasi menekan ovulasi
sehingga dapat menunda terjadinya ovulasi. Menyusui secara
ekslusif dapat digunakan sebagai kontrasepsi alamiah yang
sering dizebut metode amenorhea laktasi (MAL).

3) Aspek Psikologis
Perasaan bangga dan dibutuhkan membuat ibu senantiasa
memperhatikan bayi sehingga terciptanhubungan atau ikatan
batin anatara ibu dan bayi.

c. Bagi Keluarga
Mafaat asi dilihat dari aspek ekonomi adalah: ASI tidak perlu
dibeli, mudah dan praktis, mengurangi biaya berobat (bayi yang
diberi susu formula sering mengalami diare). Mafaat ASI ditinjau
dari aspek psikologis adalah dengan memberikan ASI, maka
kebahagian keluarga menjadi bertambah, kelahiran jarang, kejiwaan
ibu baik dan tercipta kedekatan antara ibu bayi dan anggota keluarga.
Menyusui sangat praktis, dapat diberikan kapan saja dan dimana
saja.

5. Hal yang Mempengaruhi ASI


a. Makanan
Makanan yang di konsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh
terhadap produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan cukup
akan gizi dan pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan
berjalan dengan lancar.

b. Ketenangan Jiwa dan Pikiran


Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan dan
piiran harus tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih dan
tegang akan menurunkan volume ASI.

c. Pola Istirahat
Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI.
Apabila kondisi ibu terlalu capek, kurang istrahat maka ASI juga
berkurang.

d. Faktor Fisiologis
ASI terbentuk oleh karena pengaruh dari hormon prolaktin yang
menentukan produksi dan mempertahankan sekresi air susu.

e. Alat Kontrasepsi
Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui perlu
diperhatikan agar tidak mengurangi produksi ASI. Terdapat
beberapa alat kontrasespei yang dapat mengurangi produksi ASI.
Contoh alat kontrapsepsi yang bisa digunakan adalah kondom, IUD,
pil khusus menyusui ataupun suntik hormonal 3 bulanan.

f. Anatomi dan Perawatan Payudara


Jumlah lobus dalam payudara juga memepengaruhi produksi
ASI. Selain itu, perlu diperhatikan juga bentuk anatomis papila atau
puting susu ibu. Perawatan payudara bermanfaat merangsang
payudara mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormon
prolaktin dan oksitoksin.

g. Faktor Isapan Anak dan Pola Menyusui


Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka
produksi dan pengeluaran ASI akan semakin banyak. Akan tetapi,
frekuensi penyusuan pada bayi prematur dan cukup bulan berbeda.
Studi mengatakan bahwa pada produksi ASI bayi prematur akan
optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama
bulan pertama setelah melahirkan. Sedangkan pada bayi cukup bulan
frekuensi penyusuan 10 kali perhari selam 2 minggu pertama setelah
melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang cukup

h. Usia Kehamilan dan Berat Bayi saat Lahir


Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI.
Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang
dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu menghisap secara
efktif sehingga produksi ASI lebih rendah daripaa bayi yang lahir
cukup bulan. Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi prematur
dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya
fungsi organ.

i. Faktor Obat-obatan
Tidak semua obat dapat dikonsumsi oleh ibu menyusui,
sebaiknya ibu menyusui hanya meminum obat atas instruksi dokter
atau tenaga kesehatan.

j. Alkohol dan Rokok


Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan
menggangu hormon prolaktin dan oksitoksin untuk produksi ASI.
Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin akan menghambat
pelepasan oksitosin. Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu
sisi dapat membuat ibu merasa lebih rileks sehingga membantu
proses pengeluaran ASI namun disisi lain etanol dapt menghambat
produksi oksitoksin.(Maritalia,2012)
6. Tanda Bayi Cukup ASI
a. Bayi minum asi tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal
mendapatkan ASI 8 kali pada 2-3 minggu pertama.
b. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering, dan warna
menjadi lebih muda pada hari kelima setelah lahir.
c. Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 x sehari.
d. Ibu dapat mendengarkan pada sat bayi menelan ASI.
e. Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah
habis.
f. Warna bayi merah (tidak kuning ) dan kulit tersa kenyal.
g. Pertumbuhan berat badan (BB) bayi dan tinggi badan (TB) bayi
sesuai dengan grafik pertumbuhan.
h. Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motoriknya sesuai
dengan rentang usianya).
i. Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu saat lapar bangun dan tidur
dengan cukup.
j. Bayi menyusui dengan kuat (rakus), kemudian melemah dan
tertidur pulas
(Asih dan Risneni, 2016).

7. Volume Produksi ASI


a. Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar
pembuat ASI mulai menghasilkan ASI. Apabila tidak ada
kelainan:
1) Hari pertama: sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-
100ml sehari dari jumlah ini akan terus bertambah.
2) Bayi usia 2 minggu: mencapai sekitar 400-450ml, jumlah
ini akan tercapai bila bayi menyusu sampai 4-6 bulan
pertama.
3) Oleh karena itu, selama kurun waktu tersebut ASI mampu
memenuhi kebutuhan gizi bayi.
b. Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu
terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5 menit. Pengisapan oleh
bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit.
c. Selama beberapa bulan berikutnya, bayi yang sehat akan
mengkonsumsi sekitar 700-800ml/hari.
d. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air
susu yang diproduksi (Maryunani, 2012).
8. Cara Menyusui yang Benar
Menurut Walyani & Endang ( 2015), Teknik menyusui adalah suatu
cara pemberian ASI yang dilakukna oleh seorang ibu kepada bayinya,
demi mencukupi kebutuhan nutrisi bayi tersebut. Posisi yang tepat bagi
ibu untuk menyusui. Duduklah dengan posisi yang enak atau sanati,
pakailah kursi yang afa sandaran punggung dan lengan. Gunakan bantal
untuk mengganjal bayi agar bayi tidak terlalu jauh dari payudara ibu:

a. Teknik memasukkan puting


Menurut Walyani & Endang (2015), Teknik menyusui adalah
suatu cara pemberian ASI yang dilakukna oleh seorang ibu kepada
bayinya, demi mencukupi kebutuhan nutrisi bayi tersebut. Posisi
yang tepat bagi ibu untuk menyusui. Duduklah dengan posisi yang
nyaman atau dengan duduk dikusrsi yang ada sandaran..Gunakan
bantal untuk mengganjal bayi.

Cara memasukkan puting susu ibu ke mulut bayi Bila dimulai


dengan payudara kanan, letakkan kepdala bayi pada siku bagian
dalm lengan kanan, badan bayi menghadap kebadan ibu.lengan kiri
bayi diletakkan di area pinggang ibu, tangan kanan ibu memegang
pantat/paha kanan bayi, sanggah payudara kanan ibu dengan empat
jari tangan kiri, ibu jari diatats tetapi tidak menutupi bagian yang
bewarna hitam (aerola mamae), sentuhlah mulut bayi dengan puting
payudara ibu tunggu sampai bayi membuka mulut lebar, masukkan
puting payudara secepatnya ke dalam mulut bayi sampai bagian yang
berwarna hitam.

b. Teknik Melepaskan hisapan bayi


Setelah selesai menyusui kurang lebih selama 10 menit,
lepaskan hisapan bayi dengan cara:

1) Masukkan jari kelingking ibu yang bersih kesudut mulut


bayi.
2) Menekan dagu bayi ke bawah.
3) Dengan menutup lubang hidumg bayi agar mulutnya
membuka.
4) Jangan menarik putting susu untuk melepaskan

c. Cara Menyendawakan Bayi


Setelah bayi melepaskan hisapannya sandawanya bayi sebelum
menyusukan dengan payudara yang lainnya dengan cara:

1) Sandarkan bayi dipundak ibu, tepuk punggungnya dengan


pelan sampai bayi bersendawa.
2) Bayi ditelungkupkan dipangkuan ibu sambil digosok
punggungnya
d. Tanda Menyusui sudah Benar
1) Bayi dalam keadaan tenang dan bayi menempel betul pada
ibu
2) Mulut bayi terbuka lebar. Mulut dan dagu bayi menempel
pada payudara
3) Sebagian besar areola mamae tertutup oleh mulut bayi.
4) Bayi nampak pelan-pelan menghisap dengan kuat
5) Kuping dan lengan bayi berada pada satu garis
BAB IV

PENUTUP

Menurut Prawirohardjo (2014) dalam Ambarwati (2010), masa nifas


atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. ASI adalah makanan terbaik
untuk bayi karena mengandung nutrisi yang seimbang dan sempurna
untuk bayi. ASI tidak atau jarang membuat masalah pada kesehatan
bayi, malah nutrisinya amat baik untuk bayi. Pengeluaran ASI tidak
dipengaruhi oleh besar atau kecilnya ukuran payudara. Namun,
pengeluaran ASI dipengaruhi oleh banyak factor diantaranya hormon,
tingkat stress ibu, isapan bayi dan frekuensi menyusui.

Pada penelitian ini Pijat punggung adalah pijatan pada sumsum


tulang belakang 5-6 dengan gerakan melingkar yang dilakukan pada ibu
setelah melahirkan untuk membantu kerja hormon oksitosin dalam
pelepasan ASI, akselerasi saraf parasimpatis mengirimkan sinyal ke
bagian belakang otak untuk merangsang kerja kerja oksitosin dalam
mengalirkan susu keluar.Tindakan pijat punggung dapat mempengaruhi
hormon prolaktin yang berfungsi sebagai perangsang produksi ASI pada
ibu selama menyusui. Tindakan ini juga bisa membuat ibu rileks dan
memperlancar aliran saraf dan saluran ASI di kedua payudara. Dengan
demikian, ibu yang mendapatkan pijat punggung memiliki produksi ASI
yang relatif lebih banyak diban dibandingkan ibu yang tidak diberikan
atau kelompok kontrol.

DAFTAR PUSTAKA

Asih, Y & Risneni, 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. CV
Trans Info Media: 2016.
Astuti, Sri, dkk. 2015. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Bandung:
Erlangga.
Mansyur, N &Dahlan, K, 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas.
Selaksa Media: Malang.
Maritalia, Dewi, 2012. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta
Marliandiani,Y & Ningrum,N, 2015. Buku Asuhahn Kebidanan Pada Masa Nifas
Dan Menyusui. Salemba Medika: Jakarta
Marmi, 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas Peurperium Care. Pustaka
Pelajar:Yogyakarta.
Maryunani, Anik, 2012. Inisiasi Menyusui Dini Asi Ekslusif Dan Manajemen
Laktasi. CV Trans Info Media: Jakarta. Nugroho, dkk, 2014. Buku Ajar
Asuhan Kebidanan 3 Nifas. Nuha Medika: Yogyakarta.
Pitriyani, Risa, & Andriyani, Rika. 2014. Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan
Ibu Nifas Normal. Yogyakarta: Deepublish.
Rahayuningsih et al. (2016) ‘Effect of Breast Care and Oxytocin Massage on
Breast Milk Production: A study in Sukoharjo Provincial Hospital’, Journal
of Maternal and Child Health, 01(02), pp. 101–109. doi:
10.26911/thejmch.2016.01.02.05.
Sari, Eka Puspita, & Riamandini, Kurnia Dwi. 2014. Asuhan Kebidanan Masa
Nifas (Postnatal Care). Jakarta: Trans Info Medika.
Sunarti,Sri, 2012. Panduan Menyusui Praktis Dan Lengkap. PT Sunda Kelapa
Pustaka: jakarta.
Walyani,E. S, Endang, P, 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas & Menyusui.
Pustaka Baru Press: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai