Anda di halaman 1dari 23

TUGAS NEONATUS

MAKALAH PERAWATAN TALI PUSAT, PEMBERIAN ASI, DAN


PEMBERIAN PROFILAKSI PADA BBL

Dosen Pengampu : Astuti Setiyani, S.ST, M.Keb

Oleh Kelompok 7 :

1. Puput Rahayuningtyana L (P27824217008)


2. Lingga Kur Anasari (P27824217014)
3. Elmi Kurnia Ahsani (P27824217019)

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIII KEBIDANAN KAMPUS MAGETAN
TAHUN 2018

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Makalah Perawatan Tali Pusat,
Pemberian Asi, Dan Pemberian Profilaksis Pada BBL”. Makalah ini disusun sebagai salah
satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus di Poltekkes Kemenkes Depkes
Surabaya Prodi DIII Kebidanan Kampus Magetan. Dalam penyusunan makalah ini, kami
mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Astuti Setiyani, S.ST, M.Keb selaku dosen pengampu mata kuliah Asuhan Kebidanan
Neonatus
2. Semua pihak yang berkontribusi dalam penyusunan makalah yang berjudul “Makalah
Perawatan Tali Pusat, Pemberian Asi, Dan Pemberian Profilaksis Pada BBL”

Kami menyadari bahwa penyelesaian makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
dalam segi pembahasan, penulisan dan penyusunan. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran dari dosen pembimbing mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus untuk
menyempurnakan makalah ini.

Magetan, 07 Desember 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ......................................................................................1
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 2
1.4 Manfaat...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Asuhan Tali Pusat pada BBL..........................................................................3

2.1.1. Pengertian dan pembentukan tali pusat...............................................3

2.1.1. Asuhan Tali Pusat .............. ............ ............ ........................................4

2.1.2. Fungsi Tali Pusat............ ............ ............ ............................................5

2.1.3. Perawatan tali pusat............ ................................................................6

2.1.4. Pencegahan Infeksi Tali Pusat................................................................5

2.1.5. pencegahan...............................................................................................8

2.2 Pemberian ASI............................................................................... ...... .. .........8

2.2.1 Pengertian............................................................................... ........ .... ...9

2.2.2 Manfaat ............................................................................... ...... .. .......... 9

2.2.3 Kebaikan ASI dan menyusu ................................................................ 6

2.2.4. Ketrampilan menyusu ........................................................................... 10

2.2.5. proses terbentuknya ASI...................................................................... 12

2.2.6. Faktor Produksi ASI...............................................................................12

3
2.3 Pemberian Profilaksi................................................................. .. .... .................13

2.3.1. Pengertian ............................................................................... ...... .. .....13

2.3.2. Cara Pemberian ............................................................................... ......13

2.3.3. Cara pemberian Sutikan.........................................................................14

2.3.4. Bentuk Vitamin K............................................................................... ..14

2.3.5. Manfaat Vitamin K ............................................................................... 14

2.3.6. Waktu pemberian vitamin K.................................................................15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 16


3.2 Saran ......................................................................................... ............... ...16

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................17

PERTANYAAN DISKUSI..................................................................................18

LAMPIRAN.........................................................................................................19

SOAL....................................................................................................................20

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bayi baru lahir yaitu kondisi dimana bayi baru lahir (neonatus), lahir melalui jalan
lahir dengan presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, nafas
secara spontan dan teratur,berat badan antara 2500-4000 gram.Neonatus (BBL) adalah
masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari,dimana terjadi
perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim.Pada
masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua system. Maka dari itu sangatlah
diperlukan penataan dan persiapan yang matang untuk melakukan suatu anastesi terhadap
neonates (BBL).Guna mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan Kematian Bayi,
Departemen Kesehatan telah melaksanakan berbagai program yang berhubungan dengan
kesehatan ibu dan anak dan salah satunya pencegahan tetanus neonatorum. Upaya ini
dilaksanakan dengan pencegahan infeksi pada persalinan dan perawatan tali pusat
(Depkes, 2007).
Selain itu pemberian ASI juga merupakan salah satu faktor penting dalam asuhan
neonatus pada bayi, ASI merupakan satu – satunya makanan tunggal paling sempurna
bagi bayi hingga berusia 6 bulan. ASI cukup mengandung seluruh zat gizi dibutuhkan
bayi. Selain itu, secara alamiah ASI dibekali enzim pencerna susu sehingga organ
pencernaan bayi mudah mencerna dan menyerap gizi ASI (Arif, 2009).
Kemudian ada Tindakan preventif dengan pemberian profilaksis vitamin K1 pada bayi
baru lahir adalah hal penting yang harus diingat oleh bidan. Bayi baru lahir yang tidak
mendapatkan profilaksis vitamin K memiliki risiko tinggi terjadinya perdarahan akibat
VKDB. Petugas kesehatan perlu mewaspadai terjadinya manifestasi VKDB lambat pada
bayi yang mengalami perdarahan intramuskular setelah injeksi vaksin.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana Asuhan tali pusat pada BBL?
2. Bagaimana Pemberian Asi yang benar pada BBL?
3. Bagaimana Pemberian Profilaksis Pada BBL?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Asuhan tali pusat pada BBL yang benar
2. Untuk mengetahui Pemberian Asi yang benar pada BBL
3. Untuk mengetahui Pemberian Profilaksis yang benar Pada BBL

5
1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini, maka dapat memberikan manfaat serta
pengetahuan yang berguna bagi mahasiswa, khususnya Mahasiswa Akademi Kebidanan
dalam memahami tentang Asuhan tali pusat, pemberian ASI, dan pemberian profilaksi
pada BBL.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Asuhan Tali Pusat Pada Bayi

2.1.1 Pengertian dan pembentukan tali pusat

Tali pusat dalam istilah medisnya disebut dengan umbilical cord. Merupakan saluran

kehidupan bagi janin selama ia di dalam kandungan, sebab selama dalam rahim, tali pusat ini

lah yang menyalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke janin yang berada di dalam nya.

Begitu janin dilahirkan, ia tidak lagi membutuhkan oksigen.dari ibunya, karena bayi mungil

ini sudah dapat bernafas sendiri melalui hidungnya. Karena sudah tak diperlukan lagi maka

saluran ini harus dipotong dan dijepit, atau diikat (Wibowo, 2008). Diameter tali pusat antara

1cm - 2,5cm, dengan rentang panjang antara 30cm- 100cm, rata-rata 55cm, terdiri atas

alantoin yang rudimenter, sisa-sisa omfalo mesenterikus, dilapisi membran mukus yang tipis,

selebihnya terisi oleh zat seperti agar-agar sebagai jaringan penghubung mukoid yang disebut

jeli whartor. Setelah tali pusat lahir akan segera berhenti berdenyut, pembuluh darah tali pusat

akan menyempit tetapi belum obliterasi, karena itu tali pusat harus segera dipotong dan diikat

kuat-kuat supaya pembuluh darah tersebut oklusi serta tidak perdarahan (Retniati, 2010;9).

Pembentukan Tali Pusat

7
Tali pusat (funikulus umbilikus) atau sering disebut juga funis merentang dari
umbilikus janin ke permukaan fetal plasenta dan mempunyai panjang 50-55 cm. Tali pusat
membungkus dua buah arteri umbilikalis yang mengangkut darah yang sudah diambil
oksigennya dari dalam tubuh janin, vena umbilikalis yang tunggal membawa darah yang
sudah dibersihkan dari plasenta ke dalam janin. Pembuluh darah umbilikalis tertanam dalam
substansi gelatinosa yang dikenal dengan nama jeli wharton. Jeli ini melindungi pembuluh
darah tersebut terhadap kompresi (tekanan) dan membantu mencegah penekukan tali pusat.
Jeli wharton akan mengembang jika terkena udara. Kekuatan aliran darah (±400 ml per
menit) lewat tali pusat membantu tali pusat dalam posisi relatif lurus dan mencegah
terbelitnya tali pusat tersebut ketika janin bergerak-gerak.Sampai tali pusat dijepit dan
kemudian digunting, bayi tetap berhubungan dengan tali pusat. Dalam keadaan tertentu,
penjepitan tali pusat mungkin ditunda untuk beberapa saat dan posisi bayi direndahkan untuk
memberikan tambahan darah dari plasenta mengalir ke tubuh bayi. Beberapa dokter atau
bidan memberikan gunting pada ayah ayah untuk memutuskan tali pusat bayinya sendiri.
Tindakan ini menyimpulkan pembebasan bayi dan menerima tanggung jawab sebagai
orangtua tentang kesejahteraan anaknya.
Spesimen darah tali pusat dikumpulkan dari semua bayi yang baru lahir untuk pemeriksaan
terhadap sifilis, acquired immunodeficiency syndrome (AIDS), atau adanya antibodi Rh.
Darah tali pusat dibiarkan mengalir dari plasenta ke dalam tube yang telah disiapkan sebelum
mulai membeku (Sodikin, 2009; h. 7-9).

2.1.2 Asuhan Tali Pusat

Pemotongan Tali Pusat Pemotongan tali pusat menurut standar asuhan persalinan normal
pada langkah ke 26 sampai dengan 28 berikut ini :
a. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali tali pusat.
b. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus bayi. Melakukan
urutan pada tali pusat kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama.
c. Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan jari-
jari tangan kiri, memotong tali pusat diantara kedua klem. (JNPKR, Depkes RI, 2004).

8
Memotong dan mengikat tali pusat
(1) Memotong dan potong tali pusat setelah dua menit setelah bayi lahir. Lakukan terlebih
dahulu penyuntikan oksitosin, sebelum tali pusat dipotong.
(2) Tali pusat dijepit dengan klem DTT pada sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal
pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali
pusat kearah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali
pusat). Kemudian jepit (dengan klem kedua) tali pusat bagian yang isinya sudah
dikosongkan (sisiibu), berjarak 2 cm dari tempat jepitan pertama.
(3) Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali
pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat di antara kedua
klem tersebut dengan menggunakan gunting DTT atau steril.
(4) Ikatan tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkar
kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
(5) Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam larutan klorin 0,5%
(6) Kemudian, letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu untuk Inisiasi Menyusu
Dini dan melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu (minimal) dalam 1 jam pertama
setelah lahir

2.1.3 Fungsi Tali Pusat


Fungsi tali pusat adalah:
1) Memberikan makanan kepada janin
2) Ekskresi hormon
3) Respirasi janin, pertukaran O2 dan CO2 antara janin dan ibu
4) Menbentuk hormon estrogen
5) Menyalurkan berbagai antibodi dari ibu

9
6) Sebagai barrier terhadap janin dari kemungkinan masuknya mikroorganisme/kuman
(Sulistyawati, 2012; h. 49).

2.1.4 Perawatan tali pusat

Perawatan tali pusat adalah perbuatan merawat atau memelihara pada tali pusat bayi setelah

tali pusat dipotong atau sebelum puput (Paisal, 2008). Perawatan tali pusat adalah pengobatan

dan pengikatan tali pusat yang menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara ibu bayi,

kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih, kering, puput dan terhindar dari

infeksi tali pusat (Hidayat,2005).

Tujuan perawatan tali pusat

Tujuan perawatan tali pusat adalah mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru

lahir, agar tali pusat tetap bersih, kuman-kuman tidak masuk sehingga tidak terjadi infeksi

pada tali pusat bayi. (Saifuddin, 2001).

Penatalaksanaan perawatan tali pusat yang benar

(Panduan APN, 2010)

a. Peralatan Yang Dibutuhkan:

1). 2 Air DTT, hangat : - 1 untuk membasahi dan menyabuni

- 1 untuk membilas

2). Washlap kering dan basah

3). Sabun bayi

4). Kassa steril

5). 1 set pakaian bayi

b. Prosedur Perawatan Tali Pusat:

1). Cuci tangan.

10
2). Dekatkan alat.

3). Siapkan 1 set baju bayi yang tersusun rapi, yaitu: celana, baju,

bedong yang sudah digelar.

4). Buka bedong bayi.

5). Lepas bungkus tali pusat.

6). Bersihkan/ ceboki dengan washlap 2-3x dari bagian muka

sampai kaki/ atas ke bawah.

7). Pindahkan bayi ke baju dan bedong yang bersih.

8). Bersihkan tali pusat, dengan cara:

a). Pegang bagian ujung

b). Basahi dengan washlap dari ujung melingkar ke batang

c). Disabuni pada bagian batang dan pangkal

d). Bersihkan sampai sisa sabunnya hilang

e). Keringkan sisa air dengan kassa steril

f). Tali pusat tidak dibungkus.

9). Pakaikan popok, ujung atas popok dibawah tali pusat, dan talikan di pinggir. Keuntungan :

Tali pusatnya tidak lembab, jika pipis tidak langsung mengenai tali pusat, tetapi ke bagian

popok dulu.

10). Bereskan alat.

11). Cuci tangan.

Menurut rekomendasi WHO, cara perawatan tali pusat yaitu cukup membersihkan bagian

pangkal tali pusat, bukan ujungnya, dibersihkan menggunakan air dan sabun, lalu kering

anginkan hingga benar-benar kering. Untuk membersihkan pangkal tali pusat, dengan sedikit

diangkat (bukan ditarik). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tali pusat yang

dibersihkan dengan air dan sabun cenderung lebih cepat puput (lepas) dibanding tali pusat

11
yang dibersihkan menggunakan alkohol. Selama sebelum tali pusat puput, sebaiknya bayi

tidak dimandikan dengan cara dicelupkan ke dalam air, cukup dilap saja dengan air hangat.

Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya 2x sehari selama balutan atau kain yang bersentuhan

dengan tali pusat tidak dalam keadaan kotor atau basah. Tali pusat juga tidak boleh dibalut

atau ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain

memperlambat puputnya tali pusat, juga dapat menimbulkan resiko infeksi. Intinya adalah

membiarkan tali pusat terkena udara agar cepat mengering dan terlepas.

Dampak positif dan dampak negatif

Dampak positif dari perawatan tali pusat adalah bayi akan sehat dengan kondisi tali pusat
bersih dan tidak terjadi infeksi serta tali pusat pupus lebih cepat yaitu antara hari ke 5-7 tanpa
ada komplikasi (Hidayat, 2005). Dampak negatif perawatan tali pusat adalah apabila tali
pusat tidak dirawat dengan baik, kuman-kuman bisa masuk sehingga terjadi infeksi yang
mengakibatkan penyakit Tetanus neonatorum.

2.1.5 Cara pencegahan infeksi pada tali pusat


Cara penanggulangan atau pencegahan infeksi pada tali pusat meliputi:

a). Penyuluhan bagi ibu pasca melahirkan tentang merawat tali pusat

b). Memberikan latihan tentang perawatan tali pusat pada ibu pasca persalinan.

c). Instruksikan ibu untuk selalu memantau keadaan bayinya.

d). Lakukan perawatan tali pusat setiap hari dan setiap kali basah atau kotor. (Arin & Akbar,

2009).

2.2 Pemberian ASI BBL

2.2.1 Pengertian

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-
garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi
bayinya. ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain
pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI

12
eksklusif ini. ASI merupakan malanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi baru lahir.
ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi akan energi dan gizi selama 4-6 bulan pertama
kehidupannya, sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal. Selain sebagai
sumber energi dan zat gizi, pemberian ASI juga merupakan media untuk menjalin hubungan
psikologis antara ibu dan bayinya.

2.2.2 Manfaat

Untuk bayi

Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang terbaik, terutama
pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga bermanfaat bagi ibu. ASI
mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi
bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya.Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih
merupakan makanan utama bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi.
Guna memenuhi semua kebutuhan bayi, perlu ditambah dengan Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI).

Untuk Ibu

a. Hisapan bayi membantu rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk kembali
ke masa pra-kehamilan dan mengurangi risiko perdarahan
b. Lemak di sekitar panggul dan paha yang ditimbun pada masa kehamilan pindah ke
dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali
c. Penelitian menunjukkan bahwa ibu yang menyusui memiliki resiko lebih rendah
terhadap kanker rahim dan kanker payudara.
d. ASI lebih hemat waktu karena tidak usah menyiapkan dan mensterilkan botol susu,
dot, dsb
e. ASI lebih praktis karena ibu bisa jalan-jalan ke luar rumah tanpa harus membawa
banyak perlengkapan seperti botol, kaleng susu formula, air panas, dsb

2.2.3 Kebaikan Asi dan Menyusui

ASI sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan/sifat sebagai berikut:

a. ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mudah
dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan pencernaan bayi.

13
b. ASI mengadung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan.
Didalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat. yang bermanfaat
untuk Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen dan Merangsang
pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan asam organik dan
mensintesa beberapa jenis vitamin.
c. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6
bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan C4,
Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin.
d. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada
bayi.
e. Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayi.

Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui dengan bayi juga dapat
memberikan keuntungan bagi ibu, yaitu:
a. Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan “kehidupan” kepada
bayinya.
b. Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang erat,
bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak.
c. Dengan menyusui bagi rahim ibu akan berkontraksi yang dapat menyebabkan
pengembalian keukuran sebelum hamil
d. Mempercepat berhentinya pendarahan post partum.
e. Dengan menyusui maka kesuburan ibu menjadi berkurang untuk beberpa bulan
(menjarangkan kehamilan)

2.2.4 Keterampilan Menyusui

Posisi Ibu :

a. Duduklah dengan nyaman dan carilah posisi yang paling nyaman ketika duduk
diatas kursi, atau kursi goyang, kursi berlengan atau bahkan duduk diatas kasur
dengan bersandar pada dinding atau sandaran kasur.
b. Letakkan bantal dibelakang punggung, dan dibawah lengan yang akan memberikan
tumpuan ketika ibu menggendong bayi.
c. Gunakan tumpuan kaki atau pijakan bila ibu duduk, khususnya bila menggunakan
kursi yang cukup tinggi.
d. Bisa juga ibu bersandar pada sandaran kasur dengan posisi menghadap bayi dengan
menggunakan bantal sebagai penyangga kepala, leher, punggung dan kaki bagian
atas.

Posisi bayi :

14
a. Disarankan untuk memulai persiapan pemberian ASI dengan mengenakan pakaian
yang sederhana pada bayi atau bahkan tidak mengenakan pakaian, untuk
meningkatkan kontak dengan ibu.
b. Baringkan bayi dalam dekapan ibu, dengan posisi menghadap payudara. Posisi
leher pada lipatan lengan, badan terbaring disepanjang lengan dan pantat dipegang
oleh tangan.
c. Setelah itu putarlah tubuh bayi sedemikian rupa sehingga posisi bayi berhadapan
dengan badan ibu.
d. Posisi tubuh bayi harus dalam kedaan tegak lurus menghadap tubuh ibu, jangan
memutar leher bayi untuk mencapai putting susu ibu.
e. Jika posisi bayi kurang tinggi, gunakan bantal untuk menyangga lengan.
f. Posisikan lengan bayi dengan baik, lengan bawah diposisikan di bawah payudara
dan lengan yang atas bila mengganggu bisa ditahan dengan menggunakan ibu jari
lengan yang menggendong.

Posisi payudara :

a. Hal yang pertama perlu dilakukan dalam persiapan payudara menjelang menyusui.
Secara manual pijatlah payudara untuk mendapatkan beberapa tetes ASI pada
puting ibu, hal ini akan melembabkan payudara ibu.
b. Tahanlah payudara, beban payudara ditahan dengan telapak tangan dan jari-jemari
di bawahnya dan ibu jari di atasnya.
c. Jauhkan jari dari daerah areola, sehingga menjauhi daerah tempat bayi menghisap
susu, hal ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi.

Memulai menyusui :

a. Dekatkan mulut bayi pada puting yang sudah lembab tadi, lalu pijatlah bibir bayi
dengan lembut untuk merangsang refleks menghisap pada bayi.
b. Ketika mulut bayi terbuka, segeralah melekatkan mulut bayi di tengah payudara dan
dekatlah bayi dengan erat ke tubuh ibu.
c. Pastikan bayi menghisap hingga areola payudara bukan puting susu ibu, dengan ini
nyeri pada payudara selama menyusui bisa dihindari.
d. Buatlah penyesuaian dengan irama pernafasan bayi.
e. Ketika bayi sudah menghisap ASI dengan baik maka pastikan kita mengatur posisi
payudara dengan baik, tahan berat payudara dengan tangan sehingga berat payudara
tidak seluruhnya membebani mulut dan bibir bayi.
f. Hal terakhir yang cukup penting adalah, ketika kita akan menghentikan pemberian
ASI, jangan menarik mulut bayi dari payudara ketika bayi masih menghisap. Maka

15
hentikan dahulu hisapan bayi lalu jauhkan bayi dari payudara dengan perlahan-
lahan, hal ini bertujuan agar penghentian menyusui ini tidak melukai payudara, yang
bisa berakibat nyeri hingga infeksi payudara.

2.2.5 Proses terbentuknya ASI

Tahapan-tahapan yang terjadi dalam proses laktasi mencakup :

a. Mammogenesis : Terjadi pertumbuhan payudara baik dari ukuran maupun berat


dari payudara mengalami peningkatan.
b. Laktogenesis : Tahap 1 (kehamilan akhir) : Sel alveolar berubah menjadi sel
sekretoris
Tahap 2 (hari ke-3 hingga ke-8 kelahiran) : Mulai terjadi sekresi
susu, payudara menjadi penuh dan hangat. Kontrol endokrin
beralih menjadi autokrin.
c. Galaktopoiesis
d. Involution

2.2.6 Faktor-faktor yang memperoleh Produksi ASI:

a. Makanan Ibu
b. Ketentraman Jiwa dan Pikiran

c. Pengaruh persalinan dan klinik bersalin

d. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron.

e. Perawatan Payudara

2.3 Pemberian Profilaksis pada BBL

2.3.1 Pengertian

Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu naftokuinon yang
berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang berperan dalam pembekuan
darah, seperti faktor II,VII,IX,X dan antikoagulan protein C dan S, serta beberapa protein lain
seperti protein Z dan M yang belum banyak diketahui peranannya dalam pembekuan darah.
Vitamin K yang diberikan adalah vitamin K1, diberikan pada saat bayi baru lahir sampai usia
2 minggu karena risiko terjadinya perdarahan bertambah terutama pada usia 1-2 minggu dan

16
menurun menjelang usia 6 bulan setelah bayi mulai dapat memproduksi vitamin K sendiri.
Cara pemberian dapat dilakukan baik secara suntikan di otot (intra muskular) ataupun di
minum (oral) Suntikan di otot, dengan dosis tunggal 1 mg pada setiap bayi baru lahir
Diminum, dengan dosis tunggal 2 mg diberikan tiga kali, yaitu pada saat bayi baru lahir, pada
umur 3-7 hari, dan pada umur 4-8 minggu.

2.3.2 Cara pemberian profilaksis injeksi vitamin K1

1. Semua bayi baru lahir harus diberikan injeksi vitamin K1 profilaksis.


2. Jenis vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1 (phytomenadione) injeksi dalam
sediaan ampul yang berisi 10 mg Vitamin K1 per 1 ml.
3. Cara pemberian profilaksis injeksi vitamin K1 adalah :
Masukkan vitamin K1 ke dalam semprit sekali pakai steril 1 ml, kemudian
disuntikkan secara intramuskular di paha kiri bayi bagian anterolateral sebanyak 1 mg
dosis tunggal, diberikan paling lambat 2 jam setelah lahir.
Vitamin K1 injeksi diberikan sebelum pemberian imunisasi hepatitis B0 (uniject),
dengan selang waktu 1-2 jam.
4. Pada bayi yang akan dirujuk tetap diberikan vitamin K1 dengan dosis dan cara yang
sama.
5. Pada bayi yang lahir tidak ditolong bidan, pemberian vitamin K1 dilakukan pada
kunjungan neonatal pertama (KN 1) dengan dosis dan cara yang sama.
6. Setelah pemberian injeksi vitamin K1, dilakukan observasi.

2.3.3 Cara Memberikan Suntikan Intra Muskular

1. Pilih daerah otot yang akan disuntik. Untuk memudahkan identifikasi suntikan
vitamin K1 di paha kiri dan suntikan imunisasi HB0 di paha kanan.
2. Bersihkan daerah suntikan dengan kasa atau bulatan kapas yang telah direndam
dalam larutan antiseptik dan biarkan mengering.
3. Yakinkan bahwa jenis dan dosis obat yang diberikan sudah tepat.
4. Isap obat yang akan disuntikkan kedalam semprit dan pasang jarumnya.
5. Bila memungkinkan pegang bagian otot yang akan disuntik dengan menggunakan
ibu jari dan jari telunjuk.
6. Dengan satu gerakan cepat, masukkan jarum tegak lurus melalui kulit.
7. Tarik tuas semprit perlahan untuk meyakinkan bahwa ujung jarum tidak menusuk
dalam vena.
8. Bila telah selesai, tarik jarum dengan sekali gerakan halus dan tekan dengan bola
kasa steril kering.
9. Catat tempat penyuntikan untuk memudahkan identifikasi.

2.3.4 Bentuk vitamin K

17
1. Vitamin K1 (phytomenadione), terdapat pada sayuran hijau. Sediaan yang ada saat
ini adalah cremophor dan vitamin K mixed micelles (KMM)
2. Vitamin K2 (menaquinone) disintesis oleh flora usus normal seperti Bacteriodes
fragilis dan beberapa strain E. coli.
3. Vitamin K3 (menadione) yang sering dipakai sekarang merupakan vitamin K
sintetik tetapi jarang diberikan lagi pada neonatus karena dilaporkan dapat
menyebabkan anemia hemolitik
Jenis vitamin K yang digunakan untuk penyuntikan ke bayi baru lahir adalah vitamin
K1 (phytomenadione) injeksi dalam sediaan ampul yang berisi 10mg Vitamin K1 per
1 ml
2.3.5 Manfaat Vitamin K
Manfaat vitamin K jelas sebagai pembekuan darah dan juga berperan dalam proses
pembentukan tulang dengan kalsium. Jika pada orang dewasa, bagi mereka yang telah
mengkonsumsi vitamin K, tentu saat terjadi pendarahan luka luar yang tidak begitu parah,
pemulihannya pun akan segera cepat terjadi. Ini juga berdampak pada mereka yang jarang
mengkonsumsi vitamin K adalah adanya kelainan tulang. Diketahui bahwa orang yang
hanya mengkonsumsi makanan tinggi kalsium dan tinggi badan tidak berkembang ideal,
maka diyakini kurang mengkonsumsi vitamin K. Sehingga mengkonsumsi vitamin K pun
jadi penting bagi anak-anak yang ingin memiliki tumbuh kembang tinggi badan yang
optimal. Kelebihan vitamin K pun tidak baik.Tapi kasus kelebihan vitamin K lebih jarang
dibandingkan dengan kasus kekurangan vitamin K. Tapi tetap harus diperhatikan.tamin K
merupakan vitamin larut dalam lemak yang memiliki peranan penting dalam mengaktifkan
zat-zat yang berperan dalam pembekuan darah, di antaranya zat yang dikenal sebagai
protrombin dan faktor-faktor pembekuan
2.3.6 Waktu pemberian vitamin K
Vitamin K yang diberikan adalah vitamin K1, diberikan pada saat bayi baru lahir sampai
usia 2 minggu karena risiko terjadinya perdarahan bertambah terutama pada usia 1-2
minggu dan menurun menjelang usia 6 bulan setelah bayi mulai dapat memproduksi
vitamin K sendiri. Cara pemberian dapat dilakukan baik secara suntikan di otot (intra
muskular) ataupun di minum (oral). Pada bayi yang terlambat mendapat vitamin K dan
mengalami perdarahan akibat kekurangan vitamin K, dokter akan memberikan pengobatan
berupa suntikan vitamin K dan transfusi darah. Pemberian vitamin K tidak perlu dilakukan
ulangan, karena semakin bertambah umur bayi, semakin baik kemampuan tubuhnya untuk
menghasilkan vitamin K dan semakin bervariasi asupan makanan yang didapatkan.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir dengan
umur kehamilan 38-40 minggu,lahir melalui jalan lahir dengan presentasi kepala
secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, nafas secara spontan dan
teratur,berat badan antara 2500-4000 gram. Pada bayi lahir normal umumnya
tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium, namun kadang-kadang dengan riwayat
kehamilan dan kondisi tertentu perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium sesuai
indikasi tertentu. Maka dari itu diberikan Asuhan tali Pusat, Pemberian ASI, dan
pemberian Profilaksi guna mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan ntuk
bayi

3.2 Saran

Dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir,


hendaknya betul-betul memperhatikan faktor pencegahan infeksi
karena bayi baru lahir masih sangat sensitif terhadap lingkungan
disekitarnya. Betul-betul memahami dan harus memperhatikan
setiap perubahan pada bayi baru lahir. Bertindak cepat dan
cekatan dalam melakukan tindakan kegawat daruratan apabila
terjadi sesuatu pada bayi baru lahir.

19
DAFTAR PUSTAKA

Enkin, M., Keirse, MJNC, Neilson, J. Crowther, C, Duley, L., Hodnett, E., dkk.

(2000) Sebuah panduan untuk perawatan efektif dalam kehamilan dan

persalinan. Jakarta: Oxford University Press.

Farrer, Hellen. 2001. Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta: EGC

Hamilton, Persis. 1995. Dasar- Dasar Keperawatan Maternitas Edisi 6. Jakarta: EGC

G.Bare, Brenda.C Smeltzer, Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth Edisi 8. Jakarta : EGC.

Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri Jilid 1 : Jakarta, EGC.

Saifudin, Abdul Bari, 2002, Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal, Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

20
DISKUSI TANYA JAWAB

1. Bagaimana Pemberian Asi Pada Bayi Jika Refleks Menghisap Kurang? (Eldiya)
Jawab :
Cara pemberian ASI nya dengan menggunakan Pipet atau Sendok yang sebelumnya
ASI nya sudah diperas, ini merupakan salah satu cara pemberian ASI jika refleks
hisap kurang selain itu jika bayi masih bisa meneteki meskipun kurang berikan ASI
sesering mungkin agar kebutuhan ASI nya tidak kekurangan (Elmi K)

2. Dampak Jangka Pendek Dan Jangka Panjang Jika Bayi Kekurangan Asi Dan
Bagaimana Penangananya? (Deby)
Jawab :
Dampak jangka pendeknya yaitu menyebabkan terjadinya gangguan perkembangan
anak dan metabolisme anak serta dampak jangka panjangnya yaitu gangguan
kognnitif ( Kecerdasan), tubuh pendek, dan resiko penyakit jantung. Cara
penangananya yaitu dengan menyusui bayinya lebih sering jika bayi itu akan
menangis tandanya bayi itu menginginkan ASI (Lingga Kur A)

3. Bagaimana Penjelasan Mekanisme Lemak Yang Ditimbun Dalam Panggul Membuat


Ibu Cepat Langsing? (Evi)
Jawab:

Lemak
4. Bagaimana Dampak Bagi Bayi Jika Pemberian Vitamin K Kurang Dari 1-2 Jam?
(Devi I )
Jawab:
Menurut kelompok 7 jika pemberian Vitamin K kurang dari 1-2 jam maka hal itu
kurang efektif yang seharusnya diberikan tepat setelah 1 Jam bayi Lahir hal itu dapat
memicu terjadinya komplikasi jika waktu pemberian Salah (Elmi K)

5. Bagaimana Penanganan Untuk Bayi Yang Refleks Genggamnya Kurang? (Wilda)


Jawab :
Maka kita sebagai bidan akan memberika penilaia terlebih dahulu melalui SDIDTK
dan menilai apakan perkembanganya sesuai atau memiliki keterlamabatan jika refleks
gengganya karena keterlambatan bidan akan merujuk anak tersebut kepada dokter
spesialis (Puput R)

21
LAMPIRAN

Posisi Menyusui Bayi yang Benar Posisi Kepala Bayi

Pemberian Vitamin K Perawatan Tali Pusat

Pemotongan Tali Pusat

22
PERTANYAAN

1. Tujuan perawatan tali pusat adalah.....


a. Mencegah terjadinya penyakit tetanus dan agar terhindar dari kuman dan infeksi
b. Mencegah terjadinya tangisan pada bayi
c. Mencegah tali pusat tidak putus sebelum waktunya untuk lepas
d. Agar tali pusat segera lepas dan bayi tidak rewel
e. Agar sistem imun dalam bayi segera terbentuk

2. Dampak positif dari perawatan tali pusat adalah bayi akan sehat dan kondisi tali pusat
bersih dan akan segera pupus pada hari....
a. 4-5 Hari
b. 5-7 Hari
c. 7-8 Hari
d. 8-9 Hari
e. 9-10 Hari

3. ASI mengandung laktosa yang akan dipermentasi menjadi asam laknat, fungsi dari
laktosa tersebut ialah....
a. Sebagai antibodi dan zat pelindung tubuh
b. Sebagai makanan alamiah bagi bayi yang praktis
c. Sebagai penghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen dan vitamin
d. Sebagai bounding attacchement ibu dan bayi
e. Sebagai asupan nutrisi

4. Posisi bayi saat disusui oleh ibunya adalah....


a. Tubuh lebih rendah
b. Tubuh lebih tinggi
c. Dengan menggunakan batal
d. Sejajar tubuh ibu dan menghadap ke ibu
e. Didekap secara erat agar tak terjatuh

5. Bentuk vitamin K salah satunya adalah dari sayuran hijau yang disebut....
a. Vitamin K
b. Vitamin K4
c. Vitamin K5
d. Vitamin K2
e. Vitamin K1

23

Anda mungkin juga menyukai