MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Keperawatan Anak
Yang dibina oleh Bu Dr. Erlina Suci Astuti, S.Kep., Ns., M.Kep
Oleh Kelompok 3
Nabila Kamelia (P17210193050)
Lilis Anggrayani (P17210193060)
Rhadinda Amirotul A (P17210193074)
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun tugas makalah matakuliah Keperawatan Anak
ini dengan baik. Makalah ini tersusun berkat dukungan dari berbagai pihak, terutama dosen
pembiming matakuliah Keperawatan anak dengan maksimal, sehingga mempelancar proses
penyususunan makalah ini. Kami sebagai penyusun makalah ini berterima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah “ Pencegahan infeksi pada
putting ibu meenyusui, insiasi menyusui dini dan manajement Laktasi”.
Kami menyadari, bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, oleh kerena itu,
kami menerima segala kritik dan saran, agar kami dapat memperbaiki kesalahan untuk
penyusunan makalah selanjutnya. Kami juga berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk
menambah wawasan masyarakat mengenai “ Pencegahan infeksi pada putting ibu meenyusui,
insiasi menyusui dini dan manajement Laktasi.
.
Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar.............................................................................................................................i
Daftar Isi.....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1-2
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................3
1.3 Tujuan...................................................................................................................................3
1.4 Manfaat.................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................4
1.2.1 Bagaimana Bayi Baru Lahir Sangat Rentan Terkena Infeksi?
1.2.2 Mengapa Insiasi Menyusui Dini Sangat Penting Bagi Kesehatan Bayi Baru Lahir?
1.2.3 Bagaimana Penetalaksana Manajemen Laktasi?
1.2.4 Bagaimana Asuhan Keperawatan Masalah Menyusu Bayi?
BAB III PENUTUP..................................................................................................................40
5.1 Kesimpulan.........................................................................................................................40
5.2 Saran....................................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi merupakan salah satu penyebab penting tingginya angka kesakitan dan
kematian bayi baru lahir di seluruh dunia. Beberapa penelitian epidemiologis
menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi, misalnya diare,
otitis media dan infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah. Pemberian ASI-eksklusif
dapat menurunkan risiko anak dirawat karena penyakit infeksi pada usia di bawah 1
tahun, dengan kata lain Infeksi pada Bayi Baru Lahir sangat berkaitan dengan pentingnya
Insiasi Menyusui Dini (IMD) dan Manajemen Laktasi, jika cara ini tidak dilakukan
dengan baik maka akan sangat berdampak buruk bagi bayi. Pemberian ASI dan menyusu
satu jam pertama kehidupan yang dikenal dengan Inisiasi Menyusu Dini dan dilanjutkan
dengan menyusui esklusif 6 bulan dapat mencegah kematian bayi . Pemberian ASI
sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan
kecerdasan bayi. Pemberian ASI perlu mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan
agar proses menyusui dapat terlaksana dengan benar, dan pemberian ASI dapat
menurunkan risiko kematian bayi, dengan melaksanakan manajemen laktasi yang
dilakukan oleh ibu atau ayah dan keluarga untuk mendukung kesuksesan pemberian ASI.
Kematian neonatal adalah kematian bayi dalam bulan pertama setelah lahir. Kasus
infeksi merupakan salah satu penyakit yang dialami bayi baru lahir. Umumnya, kasus
infeksi menunjukkan gejala yang kurang jelas dan seringkali tidak diketahui sampai
keadaannya sudah sangat terlambat, jika faktor penyebab risiko infeksi yang paling
dominan dapat diketahui, maka hal tersebut akan membantu untuk menurunkan kasus
infeksi. Selain itu, diagnosa yang tepat dari tenaga kesehatan untuk menetapkan status
risiko infeksi pada bayi baru lahir merupakan hal yang penting, sehingga bayi yang
berisiko infeksi dapat diberikan perawatan intensif dan beberapa antibiotik untuk
melawan bakteri yang menyebabkan infeksi. Masalah infeksi yang sering menyerang
bayi seperti termasuk tetanus, sepsis, pneumonia, diare, dll.
Infeksi neonatal dapat terjadi intrauterin melalui transplasental, didapat
intrapartum saat melalui jalan lahir selama proses persalinan, atau pascapartum akibat
sumber infeksi dari luar setelah lahir. Infeksi intrapartum dapat terjadi pada saat melalui
jalan lahir atau infeksi asendens bila terjadi partus lama dan ketuban pecah dini. Risiko
infeksi pada bayi baru lahir dapat dibagi menjadi tiga kategori: risiko prenatal, risiko
nosokomial dan risiko neonatal. Faktor risiko prenatal meliputi: ketuban pecah dini
1
(KPD) dan infeksi selama kehamilan. Faktor nosokomial yang dapat menjadi
predisposisi neonatal terkena infeksi meliputi: lama rawat, prosedur invasif, ruang
perawatan penuh, staf perawatan, dan prosedur cuci tangan. Faktor neonatal meliputi:
BBLR, jenis kelamin dan kelainan kongenital. Pada umunya, mikroorganisme penyebab
infeksi pada bayi baru lahir dan neonatal adalah Streptococcus grup B, E. coli,
Staphylococcus aureus, Streptococcus faecalis, Staphylococcus epidermidis, Methicillin-
Resistant Staphylococcus aureus (MRSA), Enterobacter, Candida albicans,
Streptococcus pyogenes, Klebsiella species, dan Pseudomonas species.
Upaya untuk mencegah kematian bayi baru lahir yang sudah disosialisakan di
Indonesia sejak Agustus 2007 yaitu melalui Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Pemberian Air
Susu Ibu sejak dini dapat memberikan efek perlindungan pada bayi dan balita dari
penyakit infeksi. Oleh karena itu, disarankan untuk memberi ASI bagi bayi segera
mungkin yaitu dalam waktu 1 jam sesaat setelah bayi lahir. Pemerintah Indonesia sendiri
telah merumuskan suatu kebijakan publik mengenai hal ini yaitu Peraturan Menteri
Kesehatan No.39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia
Sehat dengan Pendekatan Keluarga, di mana satu dari 4 area prioritasnya adalah
penurunan AKB. Pada Pasal 5 disebutkan, penyelenggaraan program Indonesia Sehat
dengan pendekatan keluarga ini dilaksanakan oleh Puskesmas. Kebijakan publik tersebut
belum terimplementasi secara optimal. Pendekatan keluarga adalah satu cara Puskesmas
untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan akses pelayanan kesehatan di
wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. (Kemenkes RI, 2016). Kemudahan akses
pelayanan kesehatan akan diperoleh dengan kunjungan tenaga kesehatan ke rumah.
Untuk itu, diperlukan pengaturan agar setiap keluarga di wilayah Puskesmas memiliki
Tim Pembina Keluarga. (Kemenkes RI, 2016), dengan demikian kami menulis makalah
dengan judul pencegahan infeksi pada bayi,
insiasi menyusui dini, dan manajement laktasi
4
kortisol dalam cairan amnion pada kehamilan 28-40 minggu bayi perempuan
lebih tinggi dibanding bayi laki-laki.
c. Berat lahir
Berat lahir berperan penting pada terjadinya infeksi neonatus. Studi
Collaborative Perinatal Research yang dilakukan oleh National Institute of Health
Amerika Serikat melaporkan bahwa Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
mempunyai resiko tinggi terjadi infeksi dibanding bayi lahir lebih 2500 gram.
Berat lahir merupakan faktor neonatus terpenting yang memberi kecenderungan
pada infeksi.
2. Faktor ibu/ maternal
a. Umur
Menurut Klaus dan Fanaroff, umur ibu < 20 tahun atau > 30 tahun merupakan
faktor predisposisi infeksi neonatus akibat komplikasi kehamilan dan persalinan.
b. Ras/ latar belakang etnis
Penelitian di New York menyatakan bahwa bayi kulit hitam lebih banyak
mengalami infeksi dibanding bayi kulit putih/ Hispanik. Meskipun status sosial
ekonomi rendah dihubungkan dengan kecenderungan peningkatan kolonisasi β
-Streptococcus, wanita keturunan Mexico-America dengan umur dan status sosial
ekonomi sama lebih sedikit mengalami pertumbuhan kolonisasi dibanding wanita
kulit putih atau kulit hitam.
c. Cara persalinan
Prosedur yang dilaksanakan selama persalinan yaitu pemeriksaan vagina
berlebihan, partus tindakan, akan meningkatkan resiko infeksi pada neonatus.
Penggunaan monitor intra uteri bisa merupakan saluran masuk mikroorganisme
dan dihubungkan dengan resiko terinfeksi virus Herpes Simpleks.
3. Faktor lingkungan
a. Alat-alat Pemasangan respirator/ ventilator/ pemasangan pipa endotrakeal,
pengambilan darah, pungsi lumbal, dan cairan intravena memudahkan masuknya
kuman/ flora bakteri endogen, yang dapat menimbulkan pneumonia, sepsis.
b. Faktor geografi Bakteri penyebab infeksi berbeda jenisnya antara satu rumah
sakit dengan rumah sakit lain atau antara satu negara dengan negara
lain.Disebabkan perbedaan fasilitas pelayanan kesehatan, budaya setempat,
pelayanan perawatan, dan pola penggunaan antibiotika. Faktor lain adalah jenis
kolonisasi bakteri pada ibu hamil berbeda di setiap negara.
c. Infeksi silang Infeksi banyak terjadi di bangsal perawatan bayi baru lahir yang
berasal dari orang dewasa (termasuk ibu, perawat, dokter, mahasiswa, keluarga,
atau pengunjung).12 Transmisi melalui droplet merupakan sumber infeksi
terbanyak, baik berasal dari orang dewasa maupun bayi lain.(Asyar, 2016)
2.2.3 Tanda Infeksi
Infeksi neonatus memiliki beragam insiden menurut definisinya, dari 1-4/1000
kelahiran hidup di negara maju dengan fluktuasi yang besar sepanjang waktu dan
tempat geografis. Keragaman insidens dari rumah sakit ke rumah sakit lainnya
dapat dihubungkan dengan angka prematuritas, perawatan prenatal, pelakanaan
persalinan dan kondisi lingkungan di ruang perawatan. Angka kejadian infeksi
neonatus meningkat secara bermakna pada bayi dengan berat badan lahir rendah
dan bila ada faktor resiko ibu atau tanda-tanda seperti ketuban pecah lama (>18
jam), demam intrapartum ibu (>37,5oC), leukosit ibu (>18.000), pelunakan uterus
dan takikardia janin (>180 kali/menit).
Infeksi neonatus memiliki beragam faktor resiko diantaranya adalah faktor
resiko dari host meliputi jenis kelamin laki-laki, cacat imun didapat atau
kongenital, galaktosemia, pemberian zat besi intramuskuler, anomali kongenital,
omfalitis dan kembar. Prematuritas merupakan faktor resiko baik pada infeksi
mulai-awal maupun mulai-akhir. Pada bayi BBLR seringkali terdapat hipotermia
dan sklerema. Umumnya dapat dikatakan bila bayi itu ‘not doing well”
kemungkinan besar menderita infeksi. Menurut berat ringannya, infeksi pada
neonatus dapat dibagi dalam dua golongan yaitu infeksi berat dan infeksi ringan.
Infeksi berat (major infection) seperti sepsis neonaorum, meningitis, pneumonia
neonatal, infeksi traktus urinarius, osteitis akut, tetanus neonatorum. Infeksi ringan
(minorinfection) seperti infeksi umbilicus (omfalitis), pemfigus neonatorum,
oftalmia neonatorum, moniliasis, dan stomatitis.(Asyar, 2016)
2.2.4 Pencegaha Infeksi
Untuk mengendalikan infeksi nosokomial pada bayi baru lahir dan
neonatus diperlukan suatu prosedur standard yang harus dipatuhi oleh petugas yang
terlibat di dalamnya. ASI menyediakan proteksi pasif untuk melawan pathogen
(substansi antibakterial dan antiviral termasuk sekresi Imunoglobulin A, laktoferin,
oligosakarida dan sel makrophag, lymphocyte, dan neutrophil), stimulan bagi sistem
imun bayi. Karena itu, ASI merupakan makanan tepat bagi bayi untuk menjaga agar
sistem imun berfungsi dengan baik dan menghindarkan bayi dari penyakit infeksi dan
saluran cerna. ASI merupakan makanan alamiah terbaik yang dapat diberikan oleh
seorang ibu kepada anak yang baru dilahirkannya, selain komposisinya sesuai untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi yang berubah sesuai dengan kebutuhan bayi
pada setiap saat (Nur & Adhar Arifuddin, 2017). Prosedure lain yang dapat diterapkan
selama bayi baru lahir masih berada di Rumah Sakit.
15
DAFTAR PUSTAKA
Br Kaban, N. (2017). Inisiasi Menyusui Dini. Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera, 15(2), 35–46.
https://doi.org/10.24114/jkss.v15i2.8773
Gizi, S., Di, U., Padang, K., Enny, E., Elnovriza, D., & Hamid, S. (2006). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan. 1(9), 5–8.
Purba, lili sari A., & Harahap, K. (2019). 済 無 No Title No Title. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Risneni. (2015). Hubungan Teknik Menyusui Dengan Terjadinya Lecet Puting Susu Pada Ibu
Nifas. Jurnal Keperawatan, 9(2), 158–163. http://ejurnal.poltekkes-
tjk.ac.id/index.php/JKEP/article/view/565/514
Rukmini, R. (2016). Manajemen Laktasi Dan Pertumbuhan Usia Infant. Adi Husada Nursing
Journal, 2(2), 83. https://doi.org/10.37036/ahnj.v2i2.63
Meiferina, D. A. (2017). PERAWATAN BAYI BARU LAHIR (BBL) PADA IBU USIA
PERKAWINAN KURANG DARI 18 TAHUN (Di Wilayah Puskesmas Tiron Kabupaten
Kediri). JURNAL KEBIDANAN, 6(1), 47-55.
Nur, A. F., & Adhar Arifuddin. (2017). ASI Ekslusif Efektif Cegah ISPA pada Anak.
file:///C:/Users/User/Downloads/ASI%20EKSLUSIF%20EFEKTIF%20CEGAH%20ISPA
%20PADA%20ANAK.pdf
https://studylibid.com/doc/2295383/1-chairuddin-p.-lubis---universitas-sumatera-utara
midwife abdi nusantara. (2014, Selasa, Desember). Pencegahan infeksi.
http://abnusclassb.blogspot.com/2014/12/kelompok-24-pencegahan-infeksi.html
iii