Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN

DAN SOAP KASUS INFEKSI NEONATUS


DI RS ANUTAPURA PALU 2018

Oleh

Kelompok 4
Padlia Lamada PO7124318 095
Nurul Mustikandari PO7124318 102
Evi Trisna Ningsi PO7124318 106
Sri Nurbaeti PO7124318 108

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
DIV KEBIDANAN PALU
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat meyelesaikan
makalah ini yang berjudul ”Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Dan SOAP
Kasus Infeksi Neonatus Di Rs Anutapura Palu 2018” dan Alhamdulillah makalah
ini dapat penyusun selesaikan tepat pada waktunya.

Penyusun menulis makalah ini dengan tujuan untuk mengetahui


bagaimana Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Dan SOAP Kasus Infeksi
Neonatus Di Rs Anutapura Palu 2018 dan untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan Kegawatdarurtan Maternal dan
Neonatal sebagai syarat untuk mendapatkan nilai dari tugas ini.

Dalam pembuatan makalah ini terdapat berbagai hambatan namun berkat


bantuan berbagai pihak, penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Oleh sebab
itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala nikmat kesehatan kepada
penyusun.
2. Orang tua penyusun yang telah memberikan nasehat, perhatian, serta semangat
yang tidak ada henti-hentinya kepada penyusun agar selalu terus berusaha
tanpa kenal putus asa.
3. Siti Hadijah Batjo, SSiT., MPH sebagai dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal yang telah mengajari dan
membimbing penyusun.
4. Dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini, yang
namanya tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.

Penyusun menyadari bahwa dalam tulisan ini belum sempurna penulisannya


maupun isi dari makalah ini. Oleh karena itu penyusun memohon kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk penyempurnaannya dimasa yang akan datang.

Penyusun berharap untuk dapat membuat kalian semua bangga dan semoga
tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, baik bagi penyusun maupun bagi
pembaca. Amin.

Palu, Desember 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul..................................................................................................... i
Kata Pengantar.................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. RumusanMasalah.................................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Infeksi/Sepsis Neontatorum.................................................... 3
B. Etiologi Infeksi Neonatus..................................................................... 4
C. Tanda dan Gejala Infeksi Neonatus...................................................... 4
D. Diagnosis dan Tatalaksana Infeksi Neonatus....................................... 5
E. Klasifikasi Infeksi Neonatus................................................................. 6
F. Pencegahan Infeksi Neonatus............................................................... 7
G. Komplikasi Infeksi Neonatus................................................................13
H. Penatalaksanaan Infeksi Neonatus........................................................14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...........................................................................................15
B. Saran.....................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), 130 juta neonatus lahir
setiap tahun. Setiap tahun empat juta neonatus mati selama bulan pertama
kehidupan disebabkan oleh sepsis. Infeksi neonatal saat ini adalah alasan
untuk sekitar 1,6 juta kematian per tahun dinegara berkembang, dan penyebab
pertama bayi baru lahir morbiditas adalah infeksi (Chauhan dkk: 2014).
Insiden sepsis pada bayi baru lahir lebih besar daripada periode
kehidupan lainnya dan bervariasi dari satu tempat ke tempat lain. Meskipun
beberapa penelitian dinegara maju mengumumkan bahwa kejadian sepsis
neonatal berkisar antara 1 hingga 5 kasus per 1000 kelahiran hidup (Chauhan
dkk: 2014).
Dinegara berkembang, sepsis termasuk meningitis, infeksi pernafasan,
diare, dan tetanus neonatal adalah penyebab kematian paling umum yang
bertanggung jawab untuk 30-50 persen dari 5 juta neonatal total. Yang terjadi
dalam berbagai 1 -10 per 1000 kelahiran hidup. Diperkirakan hampir 20
persen dari semua penelitian dilakukan pada 270 neonatus. 170 memiliki
diagnosis klinis neonatus yang infeksi dan sekitar 1 persen meninggal akibat
sepsis dan 100 adalah kontrol yang merupakan neonatus jangka panjang. Dari
100 neonatus 60 adalah laki-laki dan 40 perempuan (Medhat dkk: 2016).
Hasil penelitian sepsis neonatus disalah satu rumah sakit pemerintah
Mesir adalah bayi laki-laki yang baru, bayi prematur,lahir bayi berat lahir
rendah, persalinan pervaginam normal, dan multiparitas ibu serta ketuban
pecah dini secara dikaitkan dengan banyak kejadian sepsis yang terjadi. Tidak
ada perbedaan statistik yang signifikan antara kasus sepsis dan non-sepsis
mengenai usia ibu, tempat persalinan di antara penelitian. Faktor resiko yang
signifikan terkait dengan sepsis neonatal adalah kelahiran kembar, ibu
multipara, persalinan pervaginam normal, jenis kelamin laki-laki, berat badan
lahir rendah (BBLR) dan kelahiran premature (Chauhan dkk: 2014).

1
Dalam penelitian di India pada neonatus yang lahir dengan sepsis
sebesar 74,2%. 49,6% dari kasus sepsis neonatorum memiliki berat lahir
rendah dan 36,8% adalah prematur. Ada 1.55 kali lebih tinggi insiden sepsis
pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Sepsis neonatal sangat terkait
dengan berat lahir rendah dan prematuritas. Penanganan dari sebelum
persalinan adalah faktor yang paling penting dan bertanggung jawab untuk
sepsis pada bayi baru lahir lahir. Wanita hamil harus didorong untuk
pemeriksaan kehamilan rutinnya (Choudhary dkk: 2018).
Oleh karena itu, kami membuat makalah tentang Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Dan SOAP Kasus Infeksi Neonatus Di Rs Anutapura Palu
2018.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian yang dikemukakan pada latar belakang tersebut, maka
permasalahan yang dapat kami ambil yaitu sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan infeksi/sepsis neonatorum?
2. Apa yang penyebab/etiologi infeksi neonatus?
3. Apa tanda dan gejala infeksi neonatus?
4. Bagaimana diagnosis dan tatalaksana infeksi neonatus?
5. Bagaimana pencegahan infeksi neonatus?
6. Jelaskan komplikasi infeksi neonatus?
7. Bagaimana penatalaksanaan infeksi neonatus?
C. Tujuan
Tujuan dari isi makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui definisi infeksi/sepsis neonatorum
2. Untuk mengetahui etiologi infeksi neonatus
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala infeksi neonatus
4. Untuk mengetahui diagnosis dan tatalaksana infeksi neonatus
5. Untuk mengetahui pencegahan infeksi neonatus
6. Untuk mengetahui komplikasi infeksi neonatus
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan infeksi neonatus

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Infeksi/Sepsis Neonatorum


Sepsis adalah infeksi berat yang umumnya disebabkan oleh bakteri,
yang bisa berasal dari organ-organ dalam tubuh seperti paru-paru, usus,
saluran kemih atau kulit yang menghasilkan toksin/racun yang menyebabkan
sistem kekebalan tubuh menyerang organ dan jaringan tubuh sendiri. Sepsis
dapat mengakibatkan komplikasi yang serius mengenai ginjal, paru-paru, otak
dan pendengaran bahkan kematian (Karlina dkk, 2016).
Sepsis dapat mengenai orang dari usia berapapun, tetapi yang paling
sering pada bayi dibawah 3 bulan sistem kekebalan tubuhnya belum cukup
matang untuk melawan infeksi yang berat, orang lanjut usia, orang dengan
penyakit kronik, orang dengan gangguan sistem kekebalan tubuh, seperti
dengan infeksi HIV (Karlina dkk, 2016).
Sepsis timbul saat infeksi berat menyebabkan respon tubuh normal
terhadap infeksi menjadi berlebihan. Bakteri dan racun yang dihasilkan dapat
mengakibatkan perubahan suhu, frekuensi jantung dan tekanan darah dan
dapat mengakibatkan gangguan organ tubuh (Karlina dkk, 2016).
Infeksi merupakan salah satu penyebab utama kematian bayi baru
lahir yang sesungguhnya dapat di cegah dan di obati. Penting untuk di ingat
bahwa infeksi lokal dapat meluas dan berbahaya seperi infeksi pada kulit,
mulut, mata, tali pusat dan lain-lain (Maryunani, 2013).
Sepsis neonaturum merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik
akibat infeksi selama satu bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur dan
protozoa dapat menyebabkan sepsis pada neonates dan BBLR. Tanda awal
sepsis pada bayi baru lahir dan BBLR tidak spesifik, sehingga skrining sepsis
dan pengelolaan terhadap faktor risiko perlu dilakukan (Maryunani 2013).
Sepsis neonatorum yaitu infeksi sistemik pada Neonatus, penyebabnya
bakteri, jamur, virus. Insiden 1-10 per 1000 kelahiran hidup dengan angka

3
kematian 13-50%. Merupakan penyebab kematian utama disamping asifiksia,
hipotermi dan BBLR (Sudarti & Fauziah, 2013).
B. Etiologi Infeksi Neonatus
Penyebab infeksi neonatus menurut Karlina dkk, 2016 yaitu:
1. Sepsis pada bayi baru lahir hampir selalu di sebabkan oleh bakteri, seperti
E.coli, Listeria monocy togenes, Neisseria meningitidis, Streptokokus
pneumonia, Haemophilus influenza tipe b. Salmonella Streptokokus grup
B adalah penyebab sepsis pada bayi baru lahir dan bayi < 3 bulan.
2. Bayi prematur dalam perawatan intensif lebih rentan untuk mengalami
sepsis karena sistem kekebalan tubuhnya belum terbentuk sempurna dan
mereka mendapat perawatan invasif, seperti infus, kateter, selang
pernafasan (ventilator)
3. Tempat masuk infus atau kateter dapat menjadi jalan masuk bakteri yang
normalnya hidup dipermukaan kulit untuk masuk ke dalam tubuh dan
menyebabkan infeksi.
4. Pada bayi baru lahir, sepsis terjadi bila bakteri masuk ke dalam tubuh bayi
dari ibu selama masa kehamilan, persalinan.
Beberapa komplikasi selama kehamilan yang meningkatkan resiko
sepsis pada bayi baru lahir demam pada ibu selama persalinan, Infeksi pada
uterus atau plasenta, ketuban pecah dini (sebelum usia kehamilan 37 minggu
atau 18 jam sebelum dimulainya persalinan), bakteri seperti streptokokus
grup B dapat menginfeksi bayi baru lahir dalam proses persalinan (Karlina
dkk, 2016).
C. Tanda dan Gejala Infeksi Neonatus
Sepsis pada bayi baru lahir memiliki gejala yang bervariasi.
Umumnya bayi terlihat tidak seperti biasanya. Gejala sepsis pada bayi baru
lahir (Karlina dkk, 2016):
1. Tidak mau minum ASI/muntah
2. Suhu tubuh >38 C di ukur melalui anus atau lebuh rendah dari normal
dan rewel
3. Lemas dan tidak responsif

4
4. Tidak aktif bergerak
5. Perubahan frekuensi jantung (cepat pada awal sepsis kemudian pelan
pada sepsis lanjutan)
6. Bernapas sangat cepat atau kesulitan bernapas
7. Ada saat bayi henti nafas lebih dari 10 detik
8. Perubahan warna kulit
9. Kuning pada kulit dan mata
10. Ruam kemerahan
11. Kurang produksi urin
D. Diagnosis dan Tatalaksana Infeksi Neonatus
Menurut Sudarti & Fauziah, 2013 diagnosis dan tatalaksana sepsis
yaitu sebagai berikut:
1. Diagnosis :
a. Faktor resiko
b. Gangguan fungsi organ
c. Perubahan parameter darah
d. Semua yang ada tanda-tanda di atas curiga ke arah sepsis
2. Tatalaksana:
Rawat Inap :
a. Perawatan Umum :
1) Aseptic : sabun dan air mengalir
2) Thermoregulasi, jalan nafas bebas, O2 cukup, perawatan tali pusat,
cairan dan elektrolit pemberian nutrisi
b. Obat :
1) Amoxillin 50 mg/kg BB/hr
2) Gentamisin 5 mg/kg BB/hr
c. Lain-lain :
1) Kejang => anti kejang
2) Icterus => foto therapi
3) Anemia => transfuse

5
E. Klasifikasi Infeksi Neonatus
Gejala Klasifikasi Tindakan/Pengobatan
Terdapat salah satu atau lebih PENYAKIT a. Jika ada kejang, tangani
tanda berikut: SANGAT kejang
1. Tidak mau minum atau BERAT b. Cegah agar gula darah
memuntahkan semua ATAU tidak turun
2. Riwayat kejang INFEKSI c. Jika ada gangguan napas,
3. Bayi bergerak hanya BAKTERI tangani gangguan napas
ketika distimulasi atau BERAT d. Jika ada hipotermia,
tidak bergerak sama sekali tangani hipotermia
4. Napas cepat (≥ 60 e. Beri dosis pertama
kali/menit) antibiotik intramuskular
5. Napas lambat (≤ 30 f. Nasihati cara menjaga
kali/menit) bayi tetap hangat
6. Tarikan dinding dada diperjalanan
kedalam yang sangat kuat g. RUJUK SEGERA
7. Suhu tubuh ≥37,5°C
8. Suhu tubuh <35,5°C
9. Nanah yang banyak
dimata
10. Pusar kemerahan meluas
sampai kedinding perut
>1 cm
Terdapat salah satu atau lebih INFEKSI a. Jika ada pustul dikulitatau
tanda berikut: BAKTERI pusar bernanah, beri
1. Pusar LOKAL antibiotik oral yang sesuai
kemerahan/bernanah b. Jika ada mata bernanah,
2. Pustul dikulit beri salep antibiotik atau
3. Mata bernanah tetes mata antibiotik
c. Ajari ibu cara mengobati

6
infeksi lokal dirumah
d. Lakukan asuhan dasar
bayi muda
e. Nasihati kapan kembali
f. Kunjungan ulang dalam 2
hari
Tidak terdapat salah satu tanda MUNGKIN a. Ajari ibu cara merawat
diatas BUKAN bayi dirumah
INFEKSI b. Lakukan asuhan dasar
bayi muda
(Sumber: MTBS, 2015)

F. Pencegahan Infeksi Neonatus


1. Pencegahan sepsis karena streptokokus grup B dari ibu ke bayi selama
persalinan dapat dicegah dengan memeriksa ibu pada usia kehamilan
antara 35 dan 37 minggu apakah terdapat bakteri tersebut pada jalan lahir.
2. Imunisasi dan cuci tangan adalah upaya pencegahan infeksi yang dapat
mencegah terjadinya sepsis
3. Orang yang dekat dengan bayi anda sebaiknya tidak sakit dan telah
mendapat vaksinasi sebelumnya.
4. Anak yang memakai perlengkapan medis yang menetap dalam tubuh
seperti kateter atau infus harus dipastikan untuk memperhatikan petunjuk
dokter untuk membersihkan dan merawat tempat alat medis tersebut msuk
ke tubuhnya.
a. Sepsis Neonatorum
Infeksi umum terjadi bakteri dalam darah, dan sindrom klinis
dengan ciri penyakit sistemik simptomatik dan bakterimia, lebih sering
ditemukan pada BBLR dan lebih sering terjadi pada bayi yang lahir di
RS di bandingkan dengan di luar RS, serta BBL mendapatkan
kekebalan/imunitas transplasenta terhadap kuman yang berasal dari ibu,
sesudah lahir bayi terpapar kuman dan bayi tidak mempunyai imunitas,

7
serta bayi beresiko mempunyai kesempatan 4 kali untuk mendapatkan
septicemia di banding BBL normal.
b. Faktor resiko
Faktor resiko terjadinya sepsis neonatorum menurut Maryunani,
2013 yaitu:
1) Ibu sebelum dan selama persalinan
2) Air ketuban pecah dini
3) Persalinan dengan tindakan
4) Timbul asfiksia pada saat lahir
5) BBLR
Faktor resiko menurut (Sudarti, 2013) yaitu:
1) Potensial Infeksi :
a) KPD
b) Infeksi saat hamil
c) Amnionitis
d) Prematuritas
e) Persalinan tidak steril
2) Sesudah lahir :
a) Resusitasi tidak steril
b) BBLR
c) Ruang perawatan tidak memadai
3) Infeksi lokal :
a) Stomatitis, luka lecet, dll
c. Infeksi mealui cara:
Infeksi antenatal terjadi ketika kuman mencapai janin melalui
sirkulasi ibu ke plasenta dan kuman yang menyerang janin yaitu virus
rubella, poliomyelitis, dan variola. Spirochaeta yaitu syphilis dan
bakteri E.coli, listeria dan monocytogenesis. Infeksi antenatal lebih
sering terjadi, mikroorganisme dapat masuk kedalam rongga amnion.
Infeksi postnatal terjadi setelah bayi lahir dan merupakan infeksi yang
didapat akibat pemakaian alat yang terkontaminasi atau sebagai infeksi

8
silang. Infeksi terjadi dengan cara pemberian susu formula (pengolahan
tidak hygienis, kontaminasi dari lingkungan), kemudian masuknya
mikroorganisme melalui umbilicus, pharynk, telinga, sistem
pernapasan, slauran kemih, gastrointestinal. Kontaminasi dengan bayi,
individu atau lingkungan seperti pemakaian alat suction dan
pemasangan infuse (Karlina dkk, 2016).
d. Sumber infeksi
1) Periode prenatal
a) Sepsis dini (< 3hari) biasanya melalui plasenta 2%, persalinan
10%. Di dapat selama masa perinatal karena kontak langsung
dengan organisme saluran kemih dan saluran cerna ibu seperti
streptokokus grup B dan E.coli dan organisme lain seperti
gonococcus, herpes simplex, candida albicans, listeria, chlamida.
b) Sepsis lambat (1-3 minggu setelah lahir) dapat menjadi resiko
tinggi pada bayi prematur, akibat dari kelahiran yang sulit.
Merupakan infeksi nosokomial yang disebabkan oleh organisme
Staphylococcus, Klebsiela, Enterococcus, Pseudomonas. Infeksi
terjadi melalui ujung stump umbilical, kulit, selaput mukosa,
hidung, faring , telinga, sistem respirasi, sistem syaraf, sistem
perkemihan dan sistem saluran pencernaan.
2) Sepsis neonatal ini dapat terjadi pada bayi prematur dan bayi lahir
setelah persalinan sukar/ traumatik. Infeksi sistemik dengan ciri fisik
tidak jelas dan tidak spesifik.
3) Adanya infeksi terdeteksi melalui observasi, analisa perawatan yang
cermat terhadap perubahan, gejala awal tidak spesifik, hipotermi,
perubahan warna, tomus otot dan kegiatan dan perilaku umum.
e. Tanda klinik
Tanda klinik yang menyebabkan sepsis neonatal menurut
Karlina dkk, 2016, yaitu:
1) Tanda umum:
a) bayi secara umum nampak tidak sehat

9
b) buruknya kontrol suhu: hipotermi (umum), hipertermia (jarang)
2) Sistem sirkulasi: pucat, sianosis, kulit dingin, hipotensi, edema,
denyut jantung abnormal (braikardi, takikardi, aritma)
3) Sistem pernafasan:pernafasan tidak teratur, apneu/takipneu, sianosis,
dipneu, retraksi
4) Sistem saraf: kurangnya aktivitas (letargi, hiporefleksi, koma), tonus
meningkat/menurun, meningkatnya aktivitas, fontanella cembung,
gerakan mata tidak normal
5) Sistem saluran cerna: tidak mau minum, muntah, meningkatnya
residu lambung setelah makan, diare/berkurangnya feses, adanya
darah dalam feses, distensi abdomen, hepatomegali
6) Sistem hemopietik: jaundice, pucat, petekie (bintik merah),
ekimiosis (memar), splenomegali (pembengkakan limfa secara
abnormal)
f. Evaluasi diagnostik
Menurut Karlina dkk, 2016 diagnostik, yang bisa dilakukan
antara lain:
1) Pemeriksaan laboratorium (kultur darah, urin, cairan CSF)
2) Pemeriksaan anemia, leukositosis, leucopenia
3) Pemeriksaan radiografi
g. Penilaian
Persangkaan adanya infeksi dengan memperhatikan (Karlina
dkk, 2016):
1) Gejala infeksi pada BBL:
a) Malas minum
b) Gelisah atau mungkin tampak letargis
c) Frekuensi pernapasan meningkat
d) BB tiba-tiba turun
e) Muntah
f) Diare

10
2) Selain itu dapat terjadi edema, purpura, perdarahan ikterus,
hepatosplenomegali, kejang, suhu dapat meninggi/normal/kurang
dari normal
h. Pengobatan (Maryunani, 2013)
1) Asuhan pada Infeksi Lokal :
a) Tabel macam-macam jenis Infeksi Lokal :
NO JENIS URAIAN
INFEKSI
1. Infeksi Kulit a. Bila ditemukan pustule (diameter < 1cm) atau
bula (diameter > 1cm)’
b. Lokasi terutama di punggung tangan, sekitar
leher, aksila, sekitar tali pusat dan lipatan paha
c. Timbul pada hari ke-1 atau lebih
d. Awalnya suhu, kemudian bertambah banyak
dan menyebar pada lokasi yang lebih luas
e. Gunakan sarung tangan yang bersih
f. Bersihkan bagian kulit yang meradang dengan
sabun
g. Bila tidak ada perubahan ≥ 3 hari atau
kemudian semakin memburuk, segera rujuk ke
fasilitas kesehatan yang lebih lengkap
2. Ruam pada Hindari kelembaban di sekitar perineum, dengan
perineum cara popokmya di ganti jika basah atau kotor.
3. Ruam pada a. Bersihkan mukosa mulut bayi dengan kasa
mulut (oral bersih yang di celupkan ke air hangat
trust) b. Bila makin banyak ruam, segera rujuk ke
fasilitas kesehatan yang lebih lengkap
c. Bila bayi sembuh, beri ASI dengan
sebelumnya mencuci tangan dan memeras
sedikit ASI untuk dipoleskan di sekitar putting
dan areola

11
4. Infeksi pada Bila mata merah atau kelopak mata bengkak tanpa
mata mengeluarkan nanah :
a. Cuci tangan, bersihkan kedua mata 3 kali
sehari dengan kasa yang di celupkan air hangat
dari arah lateral ke medial (dari samping ke
tengah)
b. Cuci tangan kembali
c. Bila tidak ada perubahan, segera rujuk ke
fasilitas kesehatan yang lebih lengkap
5. Infeksi tali Bila tali pusat bengkak, dan bernanah dengan
pusat penyebaran di kulit ≤ 1cm sekitar tali pusat :
a. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
b. Bersihkan tali pusat dan sekitarnya dengan
kasa bersih yang di celupkan air hangat.
c. Cuci tangan kembali
d. Bila di temukan tali pusat bengkak dan merah
meluas ≥ 1 cm di kulit sekitar tali pusat atau
bernanah atau berbau dan kulit sekitar tali
pusat merah dan keras, di perkirakan telah
terjadi infeksi yang lebih berat, maka segera
rujuk bayi ke fasilitas kesehatan yang lebih
lengkap.
b) Menasehati Dan Mengajari Ibu Cara Mengobati Infeksi Bakteri
Lokal di Rumah :
(1) Terdapat dua jenis infeksi lokal yang dapat diobati di rumah,
yaitu infeksi mata dan infeksi kulit/infeksi tali pusat.
(2) Langkah-langkah yang perlu dilakukan pada saat mengajari
ibu memberikan pengobatan, yaitu :
(a) Amati cara ibu mempraktekkan di depan anda (petugas
kesehatan)
(b) Cek pemahaman ibu sebelum pulang.

12
(3) Berikut ini contoh pertanyaan untuk cek pemahaman ibu
yang mempunyai klasifikasi infeksi bakteri lokal pada tali
pusat dan anda sudah menjelaskan cara mengobati infeksi
pada tali pusat: Apa yang ibu lakukan waktu merawat tali
pusat?
(4) Perhatikan jawaban ibu. Apabila ibu menjawab perawatan
tali pusat yang tidak sesuai, maka ulangi penjelasan anda
dengan lebih jelas.
2) Asuhan pada Infeksi Sistemik
a) Beberapa tanda atau gejala adanya infeksi sistemik berat pada
masa bayi baru lahir, antara lain :
(1) Beyi mengantuk/letargis atau tidak sadar
(2) Kejang disertai tanda atau gejala infeksi lain
(3) Gangguan nafas/apnea
(4) Malas atau tidak bisa minum dengan atau tanpa muntah
(5) Ubun-ubun cembung
(6) Terdapat sklerema (bagian bayi berwarna merah dan
mengeras).
(7) Suhu badan > 37,5 oC atau badan teraba panas
(8) Suhu badan < 36oC atau badan teraba dingin
b) Bila terdapat salah satu tanda atau gejala sepsis neonaturum
(infeksi berat pada masa bayi baru lahir) di atas, maka tindakan
yang dapat dilakukan adalah :
(1) Jaga suhu tubuh optimal (36,5 oC – 37,5 oC)
(2) Beri oksigen (O2) bila terdapat gangguan pernapasan
(3) Segera rujuk bayi ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
G. Komplikasi Infeksi Neonatus
Menurut Karlina dkk, 2016 komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi
neonatus yaitu:
1) Syok karena lepasnya toksin kedalam cairan darah, yang dimana gejalanya
sukar untuk dideteksi

13
2) Meningitis (peradangan pada selaput otak dan sum-sum tulang belakang)
3) Gangguan metabolik
4) Pneumonia (penyakit radang paru-paru)
5) Infeksi saluran kemih
6) Gagal jantung kongesti
7) Kematian
H. Penatalaksanaan Infeksi Neonatus
Kaji riwayat maternal, identifikasi bayi terkena infeksi. Cegah
transmisi infeksi, observasi, konsisten dalam merencanakan perawatan
terhadap bayi (catat pola perilaku), lapor dokter bila ada gejala, observasi
tanda-tanda komplikasi, observasi adanya sesak nafas dan kenali gejala yang
merangsang pernapasan, observasi bayi terhadap kejang yang menyertai
sepsis, pastikan evaluasi tes diagnostik tepat dan benar, fase akut, pengobatan
dan komplikasi.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan dalam makalah ini, dapat disimpulkan bahwa Sepsis
merupakan ancaman berat bagi ibu dan bayi karena bisa meningkatkan
mortalitas dan morbiditas terhadap keduanya. Sepsis terjadi bila pasien yang
mengalami infeksi memperlihatkan manifestasi sistemik tertentu seperti
demam atau hiportemia, takikardia, dan leukositosis atau leukopenia).
Sepsis apabila berlanjut akan menjadi sepsis berat yang ditandai oleh
adanya disfungsi multiorgan. Bila hipotensi tidak memberikan respons
terhadap resusitasi cairan yang adekuat maka pasien mengalami syok septik.
Oleh karena itu jika terjadi syok septik maka manajemen syok sepsis pada
kehamilan, prioritas ditujukan kepada ibu, meskipun janin dalam keadaan
bahaya yang disebabkan efek dari syok sepsis. Meningkatnya kondisi ibu,
akan meningkatkan pula kondisi janin.

B.   Saran
Berdasarkan kesimpulan dan seluruh isi makalah ini penyusun ingin
memberikan saran yaitu semoga dengan adanya makalah Kegawatdaruratan
dalam kebidanan dan neonatal yang membahas tentang Infeksi Neonatorum
ini dapat bermanfaat bagi semuanya, dan bisa menambah ilmu pengetahuan
serta bisa diaplikasikan dalam pelayanan kebidanan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Chauhan, B. Mehta, SR. Rathod, S. Pethani, J. & Shah, PD. 2014. Diagnosis of
Neonatal Sepsis by Blood Culture and Thrombocytopenia. Microbiology.
(Online), Vol. 3, No. 6 (http://www.worldwidejoournals.com, diakses 09
Desember 2018)
Choudhary, S. Malik, N. Verma, P. & Madan, N. 2018. Neonatal Sepsis : An
Audit Of Demographic And Predisposing Factors. International Journal Of
Scientific Research. (Online), Vol. 7, No. 8 (http://www.intjinfection.com,
diakses 10 Desember 2018)
Karlina, N. Ermalinda, E. & Pratiwi, WM. 2016. Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal. Bogor: In Media
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS). Kemenkes RI: Jakarta
Maryunani, A. 2013. Asuhan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Jakarta: Trans Info Media
Medhat, H. Khashana, A. & Kaliobly, ME. 2016. Incidence of Neonatal Infection
in South Sinai, Egypt. International Journal of Infection, (1):1
Sudarti & Fauziah, A. 2012. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita.
Yogyakarta: Nuha Medika
Sudarti & Fauziah, A. 2013. Asuhan Neonatus Risiko Tinggi dan Kegawatan.
Yogyakarta: Nuha Medika
KASUS INFEKSI NEONATURUM

Menurut Teori Kasus Menurut Kasus Lapangan


Data Subjektif (S): Data Subjektif (S):
Bayi dengan keluhan susah minum, Nama: By. Ny. M
kadang-kadang kejang, tali pusat merah Tanggal lahir: 29-11-2018 (Lahir secara SC
atau bau, kulit kuning (ikterik), suhu Puku: 11:45 WITA
tubuh panas/ hipotermi, sesak napas, Tanggal pengkajian 03-12-2018, Pukul:
merintih, menangis, lemah atau tidak 09:15 WITA
ada tangis, fontanel cembung Keluhan Ibu mengatakan bayinya malas
minum dan tampak kuning
Data Objektif (O): Data Objektif (O):
Bayi dengan keluhan malas minum, Bayi dengan keluhan malas minum, icterus
icterus (+), hasil LAB: (+), BAB (+), BAK (+), Sianosis (-),
WBC : >10^3/uL Apnoe (-), Sesak (-). KU: Lemah, Nadi:
Birirubin direk : 10 mg/dl 180 x/menit, Suhu: 38,5 oC, Respirasi: 80
x
/menit.
Berat badan 3400 gr, PB 50 cm, LK 35 cm,
LD 33 cm, LP 32 cm, LILA 10 cm,
Ketuban putih keruh. Hasil LAB:
WBC : 14 10^3/uL
GDS : 27 mg/dl
Birirubin direk : 16,54 mg/dl
Birirubin indirek : 0,24 mg/dl
Assasment (A): Assasment (A):
Sepsis Neonatorum Infeksi
Planning (P): Planning (P):
1. Pertahankan tubuh bayi tetap hangat Pukul : 09:20 WITA
(tidak hipotermia) Obsevasi KU dan TTV
2. ASI tetap diberikan atau diberi air KU : Lemah, Nadi : 180 x/menit, Suhu :
gula
3. Injeksi antibiotika ampisilin + 38,5 oC, Respirasi : 80 x/menit
gentamicin Pukul : 09:30 WITA
4. Bila perlu diberikan oksigen Berikan HE pada keluarga bayi untuk
5. Infus unuk mencegah dehidrasi memberikan ASI pada bayi
Merawat tali pusat
Pukul : 09:45 WITA
Kolaborasi dengan Tim Dokter. Advis
chek DL, chek glukosa, chek bilirubin
inderek, pasang infus Dex 10% 15 tpm
micro, injeksi cefotaxime 150 mg/12 jam,
pasang O2 2 lpm, pasang sonde
Hasil LAB :
WBC : 14 10^3/uL
GDS : 27 mg/dl
Birirubin direk : 16,54 mg/dl
Pukul : 09:50 WITA
Memasang Infus Dex 10%
Memasang sonde
Memasang O2 2 lpm
Pukul : 11:00 WITA
Skin test cefotaxime (cocok), melayani
injeksi cefotaxime 150 mg/12 jam.

A. PEMBAHASAN
Berdasarkan kasus infeksi neonatus diatas, dapat disimpulakan sebagai
berikut:
1. Data Subjektif (S)
Pada data subjektif menurut kasus lapangan terdapat data yang kurang
secara teori yang ada yaitu bayi dengan kadang-kadang kejang, tali pusat
merah atau bau, suhu tubuh panas/ hipotermi, sesak napas, merintih,
menangis, lemah atau tidak ada tangis, ataupun fontanel cembung.
2. Data Objektif (O)
Pada data objektif yaitu sudah sesuai secara teori yang ada dengan menurut
kasus lapangan.
3. Assasment (A)
Pada assesment menurut kasus lapangan terdapat diagnosa yang kurang
secara teori yang ada yaitu sepsis neonatorum dengan masalah terjadi
dehidrasi karena kurang menyusu, hipertermi, ikterus. Dengan kebutuhan
ASI bayi terpenuhi, observasi TTV dan tanda-tanda hipertermi, observasi
intake dan output cairan.
4. Planning (P)
Pada planning menurut kasus lapangan terdapat data yang kurang dari teori
yang ada yaitu tidak terdapat mempertahankan tubuh bayi tetap hangat
(tidak hipotermia) dan ASI tetap diberikan atau diberi air gula.

Anda mungkin juga menyukai