Oleh Kelompok 4 :
Riskawati P07124523063
Sarmila P07124523064
Medelin Imelda Plaikol P07124523065
Novi Rahmadani P07124523066
Meliya Nevy Jovanky P07124523067
Muna Keke Dandi P07124523068
Rini Mulya Sari P07124523069
Fathina Sri Hadiqoh P07124523071
Cut Fatinah P07124523072
Kun Khikmatul Afifah P07124523073
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..............................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan.....................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................4
C. Tujuan.................................................................................................4
BAB II Tinjauan Pustaka............................................................................5
A. Triple Eliminasi........................................................................................5
B. Hepatitis B.................................................................................................5
C. Human Immunodeficiency Virus (HIV).................................................10
D. Sifilis.......................................................................................................16
BAB III Penutup.........................................................................................22
A. Kesimpulan.......................................................................................22
B. Saran.................................................................................................22
Daftar Pustaka............................................................................................23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Triple eliminasi merupakan pemeriksaan pada setiap ibu hamil
terhadap HIV, Sifilis dan Hepatitis B dimana tujuannya untuk penurunan
infeksi terhadap bayi baru lahir. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi
sampai lahirnya janin, secara umum kehamilan berkembang secara
fisiologis (Prawirohardjo, 2014). Ibu hamil merupakan salah satu dari
populasi yang berisiko tertular penyakit HIV/AIDS, Hepatitis, Sifilis yang
dapat mengancam kelangsungan hidup, sehingga meningkatkan angka
kesakitan dan kematian bayi, anak, dan balita. Infeksi HIV, sifilis, dan
hepatitis pada anak bisa tertular dari ibu. Risiko penularan dari ibu ke anak
untuk penyakit HIV/AIDS, Hepatitis B dan Sifilis sangatlah besar. Setiap
ibu hamil diwajibkam untuk melakukam tes triple eliminasi untuk
mencegah penularan penyakit HIV/AIDS, Sifilis dan Hepatitis B, namun
dalam situasi pandemi COVID-19 ini, banyak pembatasan hampir ke
semua layanan rutin termasuk pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru
lahir. Seperti ibu hamil menjadi enggan ke puskesmas atau fasiltas
pelayanan kesehatan lainnya serta banyak ibu hamil yang tidak mau tes
laboratorium karena takut tertular, adanya anjuran menunda pemeriksaan
kehamilan dan kelas ibu hamil, serta adanya ketidaksiapan layanan dari
segi tenaga dan sarana prasarana termasuk Alat Pelindung Diri.
Risiko penularan dari ibu ke anak untuk penyakit HIV/AIDS
adalah 20%-45%, untuk Sipilis adalah 69%-80% dan untuk Hepatitis B
adalah lebih dari 90% (Kemenkes, 2017). Selama proses kehamilan
berlangsung akan terjadi perubahan secara fisik yang dapat menimbulkan
keluhan terutama pada trimester III seperti nyeri pinggang. Nyeri pinggang
sangat sering terjadi dalam kehamilan sehingga digambarkan sebagai salah
satu gangguan minor dalam kehamilan. Nyeri pinggang terjadi karena
terjadi perubahan bentuk tubuh pada ibu hamil sehingga menyebabkan
1
titik gravitasi pada ibu hamil berubah, saat akan melahirkan dapat terjadi
peregangan ligamen sehingga membuat ibu hamil tidak nyaman
(Wahyuni, 2012).
Setiap ibu hamil akan mengalami ketidaknyamanan pada saat
kehamilan. Pada trimester III ketidaknyamanan yang dapat terjadi antara
lain nyeri pinggang, sering kencing, dan kaki bengkak. Jika
ketidaknyamanan ini tidak segera diatasi akan berdampak tidak baik bagi
ibu hamil, diantaranya pada sering kencing dapat mengakibatkan infeksi
terutama infeksi saluran kemih, apabila ibu sering menahan kencing dan
kondisi celana dalam lembab karena bertumpuknya kuman disaluran
kemih maka hal ini dapat berisiko pada janin, kehamilan dan persalinan,
bahkan bisa terjadi kelahiran prematur dan bayi dengan BBLR (Hutahean.
S, 2013). Bengkak kaki pada ibu hamil dapat menunjukkan adanya tanda-
tanda bahaya dalam kehamilan apabila disertai bengkak dimuka atau
dijari, sakit kepala hebat, penglihatan kabur, yang dapat mengakibatkan
terjadinya pre eklampsia dan bengkak kaki dapat menyebabkan gangguan
pada jantung, ginjal ibu, serta dapat mengakibatkan bayi prematur serta
bayi lahir cacat (Purwaningsih, 2012).
HIV/AIDS, Hepatitis B, dan Sifilis merupakan ancaman bagi
keselamatan jiwa ibu dan bayi yang dikandungnya, karena penularan
terjadi dari ibu ke bayi. Jika ibu hamil tidak melakukan triple eliminasi
maka dapat mengancam kelangsungan hidup bayi. Pada ibu hamil yang
menderita penyakit sifilis sangat mungkin menularkan pada sang janin,
terutama jika penyakit ini tidak ditangani dan terjadi pada trimester kedua.
Infeksi ini dapat menyebabkan terjadinya kecacatan pada bayi terutama
kebutaan, risiko berat badan lahir rendah, lahir prematur, keguguran
bahkan lahir mati (Sinta Sasika,2018). Ibu hamil yang terdiagnosis
positif HIV dapat menularkan infeksinya pada bayi di dalam
kandungan melalui plasenta, seorang ibu hamil yang positif HIV
berisiko menularkan virus pada anaknya selama kehamilan, penularan
HIV dari ibu hamil pada anaknya dapat terjadi selama proses persalinan
2
normal, apabila bayi terpapar darah, cairan ketuban yang pecah, cairan
vagina atau cairan tubuh ibu lainnya (Sinta Sasika,2018). Pada ibu hamil
yang menderita penyakin Hepatitis B dapat menularkan kepada janinnya,
pada saat persalinan dapt meningkatkan risiko bayi lahir prematur, bayi
lahir dengan berat badan lahir rendah atau kelainan anatomi dan fungsi
tubuh bayi (Sintan Sasika,2018).
Beberapa upaya telah dilaksanakan oleh pemerintah berkaitan
dengan kehamilan, persalinan dan masa nifas. Upaya tersebut antara lain
pada kehamilan yaitu adanya kelas anternatal care dan ANC terpadu
dengan 10T untuk mengetahui deteksi dini komplikasi yang akan terjadi
pada ibu hamil (Kemenkes RI, 2017). Pelayanan anternatal care pada
masa pandemisesuai Kemenkes RI (2020) yaitu minimal 6 kali selama
kehamilan yaitu 2 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 3 kali
pada trimester III. Minimal 2 kali diperiksa dokter saat kunjungan 1 di
trimester I dan saat kunjungan ke 5 di trimester III. Pada pelayanan ANC
dengan 10T salah satunya yaitu tes laboratorium dimana pemeriksaan
yang dilakukan yaitu hemoglobin (Hb) dan triple eliminasi. Perawatan
anternatal care meliputi manfaat tes rutin HIV/AIDS, Sifilis dan Hepatitis
B untuk ibu hamil. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
52 Tahun 2017 tentang Triple Eliminasi pemeriksaan pada setiap ibu
hamil terhadap HIV/AIDS, Hepatitis B dan Sifilis yang merupakan
bentuk tanggung jawab negara terhadap masalah ini dengan tujuan
penurunan angka infeksi baru pada bayi baru lahir sehingga pemutusan
mata penularan dari ibu ke anak. Eliminasi penularan terhadap infeksi
HIV, Sifilis, dan Hepatitis B dilakukan secara bersama karena infeksi
HIV, Sifilis, dan Hepatitis B memiliki pola penularan relatif sama, yaitu
ditularkan melalui hubungan seksual, pertukaran darah, dan secara
vertikal dari ibu ke anak. Upaya pemerintah terhadap persalinan yaitu
program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K),
merencanakan persalinan yang aman, persiapan menghadapi komplikasi
dan pencegahan infeksi (Depkes, 2009). Berdasarkan uraian masalah di
3
atas, penulis tertarik untuk menyusun makalah dengan judul “Triple
Eliminasi pada Kehamilan”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana triple eliminasi Hepatitis B dalam kehamilan?
2. Bagaimana triple eliminasi HIV pada kehamilan?
3. Bagaimana triple eliminasi Sifilis pada kehamilan?
C. Tujuan
1. Mengetahui triple eliminasi Hepatitis B dalam kehamilan.
2. Mengetahui triple eliminasi HIV pada kehamilan.
3. Mengetahui triple eliminasi Sifilis pada Kehamilan.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Triple Eliminasi
B. Hepatitis B
1. Pengertian
Virus Hepatitis B (VHB) menyebabkan infeksi kronis,
terutama pada mereka yang terinfeksi ketika masih bayi, hal ini
merupakan faktor timbulnya penyakit hati dan karsinoma
hepatoseluler dikemudian hari pada pasien tersebut (Carrol,dkk,
5
2019). VHB dapat menyebabkan peradangan hati akut atau kronis
yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.
Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut hepatitis
akut dan yang lebih dari 6 bulan disebut hepatitis kronis
(Maharani, 2018). VHB termasuk dalam famili Hepadnaviridae.
Virus ini berbentuk sferik pleomorfik dengan diameter 42
nanometer (nm). Lapisan luar terdiri dari antigen HbsAg yang
membungkus partikel inti (core), glikoprotein dan lipid seluler.
Pada inti terdapat DNA polimerase virus, antigen inti (HbcAg) dan
antigen e (HbeAg). Genom virus terdiri dari DNA untai ganda
parsial mengandung sekitar 3200 pasang basa (Estee Torok,
2017).
6
mengakibatkan infeksi intrauterine pada janin.
2) Infeksi plasenta: VHB dapat menginfeksi semua
jenis sel plasenta pada kedua sisi maternal dan fetal.
VHB dapat menginfeksi endotel membran desidua
yang kemudian menyebabkan infeksi intrauterine
pada janin.
3) Darah perifer leukosit (Peripheral Blood Leukocyte)
khususnya darah monosit yang terinfeksi: darah
perifer leukosit terdeteksi mengandung DNA VHB
dan antigen VHB dapat melewati sawar plasenta
dan menginfeksi janin.
b) Transmisi Intrapartum
Penularan selama kehamilan merupakan jalur utama
infeksi VHB. Terjadi terutama karena bayi lama terpapar
cairan ketuban ibu yang mengandung VHB ketika
melewati jalan lahir.
c) Transmisi Postpartum
Transmisi pada saat postpartum mengacu pada infeksi
pada bayi yang terjadi pasca persalinan melalui paparan
cairan ibu, air ASI dan kontak intim lainnya dalam
kehidupan sehari-hari setelah persalinan (Aziz,dkk, 2019).
7
Kelebihan anti-Hbs colloidal gold conjugate akan terus
bergerak menuju area kontrol (C) yang telah dilapisi anti IgG
tikus dari serum kambing (anti-mouse igG antibody), sehingga
berikatan dan membentuk garis merah pada area kontrol yang
menunjukkan hasil pemeriksaan valid.
b) Pemeriksaan HbsAg Metode ELISA/CHLIA
Antibodi ganda sandwich imunosai yang menggunakan
antibodi anti-HBsAg spesifik adalah antibodi monoklonal
HbsAg yang berada di dasar sumur mikrotiter dan antibodi
poliklonal HbsAg ditambah dengan Horseradish Peroxidase
(HRP) sebagai larutan konjugat. Selama pemeriksaan, adanya
HbsAg dalam spesimen akan bereaksi dengan antibodi-antibodi
tersebut untuk membentuk kompleks imun antibody-HbsAg-
antibody-HRP. Setelah materi yang tidak terikat tercuci selama
pemeriksaan, substrat ditambahkan untuk menunjukkan hasil
tes munculnya warna biru di sumur mikrotiter mengindikasikan
HbsAg reaktif. Tidak adanya warna menunjukkan hasil non
reaktif di spesimen (Maharani, 2018).
8
Penatalaksanaan persalinan pada ibu dengan HbsAg reaktif
sesuai indikasi obstetrik.
c) Imunisasi bayi baru lahir
Bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi HbsAg harus menerima
imunisasi aktif dan pasif, dengan dosis pertama dari seri vaksin
hepatitis B dan satu dosis HBIG yang diberikan dalam 12 jam
setelah melahirkan di tempat yang berbeda atau maksimal
dalam waktu < 24 jam. Bayi kemudian harus melengkapi seri
vaksin hepatitis B.
d) Terapi antiviral ibu hamil
Terapi antivirus diberikan untuk ibu hamil HbsAg-positif
dengan kadar DNA VHB (viral load) tinggi selama trimester
terakhir kehamilan, di samping imunisasi untuk bayi baik aktif
maupun pasif (Aziz,dkk, 2019).
9
10
C. Human Immunodeficiency Virus (HIV)
1. Pengertian
HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan suatu retrovirus
subfamili lentivirus dengan materi genetik (RNA) yang dapat
mentransfer informasi genetik RNA ke DNA dengan menggunakan
enzim yang disebut reverse transcriptase. Hasil transkipsi intermediit
atau provirus yang terbentuk kemudian memasuki inti melalui bantuan
enzim integrase dan berintegrasi di dalam kromosom (Siti, 2014). HIV
menginfeksi berbagai sel sistem imun antara lain Cell T helper
(CD4+), makrofag dan sel dendritik. Infeksi HIV menyebabkan
penurunan kekebalan tubuh yang berhubungan dengan infeksi
oportunistik dan tumor ganas disebut Acquired Immunodeficiency
Syndrome (AIDS). Virus HIV dibagi menjadi 2 tipe yaitu HIV-1 dan
HIV-2. HIV-1 lebih cepat menyebabkan AIDS dan bersifat akut
sedangkan HIV-2 menyebabkan AIDS lebih lambat dan menyebabkan
kronik. (Maharani, 2018).
11
2. Mekanisme Penularan HIV pada Ibu Hamil
a) Faktor Ibu
12
3) Status gizi selama kehamilan: berat badan yang rendah
serta kekurangan zat gizi (malnutrisi) terutama protein,
vitamin dan mineral selama kehamilan membuat ibu
berisiko mengalami penyakit infeksi yang dapat
meningkatkan kadar HIV dalam darah, sehingga
menambah risiko penularan ke bayi.
13
jam.
14
dilekatkan pada sumur mikrotiter. Sampel dan kontrol
ditambahkan ke dalam sumur dan di inkubasi. Apabila pada
sampel terdapat antibodi HIV-1 dan HIV-2 maka akan berikatan
dengan antigen spesifik yang telah dilekatkan pada permukaan
sumur. Plate kemudian dicuci untuk menghilangkan komponen
yang tidak berikatan. Horseradish peroxidase (HRP) konjugat
dan antihuman IgG ditambahkan ke dalam setiap well. Konjugat
akan berikatan dengan komplek HIV antigen-antibodi yang
terbentuk. Larutan substrat yang mengandung kromogen dan
hidrogen peroksida ditambahkan pada setiap sumur dan
diinkubasi.
Warna biru yang terbentuk sebanding dengan jumlah
antibodi HIV-1 dan atau antibodi HIV-2 yang terdapat pada
sampel. Kemudian perubahan warna yang terbentuk dihentikan
oleh stop solution. Warna yang terbentuk dibaca pada ELISA
dengan panjang gelombang 450 nm. Apabila sampel tidak
mengandung antibodi HIV-1 dan atau antibodi HIV-2, maka tidak
akan terbentuk warna biru pada sumur (Maharani, 2018).
4. Pencegahan dan Pengobatan HIV dari Ibu ke Bayi
Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi, antara lain :
a) Penyebarluasan komunikasi, informasi dan edukasi tentang infeksi
HIV
b) Tes HIV dan konseling
c) Pencegahan dan penundaan kehamilan pada ibu dengan HIV
d) Perencanaan kehamilan
e) Pemberian ARV pada ibu hamil dengan infeksi HIV
f) Perencanaan persalinan aman bagi ibu dengan HIV
g) Penatalaksaan nifas bagi ibu dengan HIV
h) Pemberian ARV dan Kotrimoksasol profilaksis pada bayi
(Aziz,dkk, 2019).
15
16
D. Sifilis
1. Pengertian
17
2. Mekanisme Penularan Sifilis dari Ibu ke Anak
Treponema pallidum subsp. pallidum merupakan satu-satunya subspesies
treponema patogen yang dapat melintasi sirkulasi plasenta dari ibu ke janin.
Temuan biomolekuler menyimpulkan bahwa invasi pada plasenta merupakan
rute utama penularan dari ibu ke janin. Pendapat lain mengemukaan T.
pallidum dapat terlebih dahulu melintasi membran janin dan menginfeksi
cairan ketuban sehingga memperoleh akses sirkulasi janin. Infeksi sifilis
dapat terjadi transplasenta selama kehamilan atau pada waktu kelahiran
melalui kontak bayi baru lahir dengan lesi genital. Laktasi tidak dapat
menularkan infeksi ke janin kecuali terdapat lesi di payudara.
Tidak semua neonatus yang lahir dari ibu terinfeksi sifilis akan
mengalami sifilis kongenital. Risiko sifilis kongenital berhubungan
langsung dengan stadium sifilis maternal selama kehamilan dan durasi
paparan janin dalam rahim (Darmawan, 2020). Sifilis pada ibu hamil
yang tidak diobati dapat mengakibatkan keguguran, prematuritas, bayi
berat lahir rendah, lahir mati dan sifilis kongenital. Sifilis kongenital
sendiri dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu, sifilis kongenital dini,
dari bayi lahir sampai kurang dari 2 tahun dan sifilis kongenital lanjut,
dimana penyakit ini persisten hingga lebih dari 2 tahun setelah
kelahiran (Aziz,dkk, 2019).
a) Tes non-treponema
18
bahan-bahan lipid sel-sel T. Pallidum yang hancur. Jika tes non
spesifik menunjukkan hasil reaktif, selanjutnya dilakukan tes
spesifik treponema, untuk menghemat biaya. Hasil positif pada
tes non spesifik treponema tidak selalu berarti bahwa seseorang
pernah atau sedang terinfeksi sifilis. Hasil tes ini harus
dikonfirmasi dengan tes spesifik treponema.
19
bahwa seseorang pernah terinfeksi treponema, namun tidak
dapat menunjukkan seseorang sedang mengalami infeksi aktif
(Aziz,dkk, 2019).
Serum
plasma
RPR/VDRL
Reakti Non
f reaktif
TP Bukan
rapid sifilis
Reakti Non
f reaktif
RPR Ulangi RPR dan TP
titer rapid
1 bulan kemudian
RPR (+) RPR (+) RPR (-)
1:2 atau ≥
TP rapid TP rapid TP rapid
1:4 1:8
(+) (-) (-)
Lanju Aktif Dini Positif Bukan
t dini palsu sifils
Terap
i
Evaluasi bulan ke: 3, 6, 9, 12, 18,
24
20
4.Pencegahan dan Pengobatan
Pencegahan penularan infeksi sifilis dari ibu ke bayi adalah :
21
4. Konseling hubungan seksual selama kehamilan
(abstinensia, saling setia atau menggunakan kondom secara
benar dan konsisten)
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Triple eliminasi merupakan pemeriksaan pada setiap ibu hamil
terhadap HIV, Sifilis dan Hepatitis B dimana tujuannya untuk penurunan
infeksi terhadap bayi baru lahir. Ibu hamil merupakan salah satu dari
populasi yang berisiko tertular penyakit HIV/AIDS, Hepatitis, Sifilis yang
dapat mengancam kelangsungan hidup, sehingga meningkatkan angka
kesakitan dan kematian bayi, anak, dan balita. Risiko penularan dari ibu
ke anak untuk penyakit HIV/AIDS adalah 20%-45%, untuk Sipilis adalah
69%-80% dan untuk Hepatitis B adalah lebih dari 90%. Jika ibu hamil
tidak melakukan triple eliminasi maka dapat mengancam kelangsungan
hidup bayi.
B. Saran
1. Bagi Fasilitas Kesehatan
Bagi fasilitas kesehatan agar menyediakan media leaflet tentang triple
eliminasi dan diletakkan pada tempat yang mudah terlihat sehingga
dapat meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang triple eliminasi.
2. Petugas kesehatan lebih aktif dan mengutamakan Komunikasi
Informasi Edukasi (KIE) dalam memberikan informasi triple eliminasi
kepada ibu hamil karena petugas kesehatan memiliki wewenang
sebagai sumber informasi otoritas yang sering berinteraksi langsung
dengan ibu hamil sehingga dapat meningkatkan pengetahuan ibu
hamil.
3. Bagi ibu hamil
Ibu hamil diharapkan agar aktif mencari informasi tentang triple
eliminasi dan wajib melakukan pemeriksaan triple eliminasi.
23
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Muhammad A, dkk, (Ed.), 2019. Manajemen Triple Eliminasi Hepatitis B, HIV dan
Sifilis, POGI, 81 halaman.
Carrol, Karen C; at all, 2019. Jawetz, Melnick, Aldeberg, Mikrobiologi Kedokteran Edisi
27, Alih Bahasa, Braham U, Jakarta; Buku Kedokteran EGC, 914 halaman.
Darmawan Hari, Purwoko IH, Devi Mutia, 2020. Sifilis pada Kehamilan, Sriwijaya
Journal of Medicine, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Palembang.
Hidayati, Afif Nurul, dkk, (Ed.), 2019. Manajemen HIV/AIDS, Surabaya; Airlangga
University Press, 877 halaman.
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Pedoman Manajemen Program Pencegahan
Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2017. Infodatin Situasi Penyakit Hepatitis B di Indonesia
Tahun 2017.
Kementerian Kesehatan RI. No.52. 2017. PMK RI tentang Eliminasi Penularan Human
Immunodeficiency Virus, Sifilis dan Hepatitis B dari Ibu ke Anak.
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2018. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2020. Rencana Aksi Kegiatan Direktorat Kesehatan
Keluarga Tahun 2020-2024.
Kementerian Kesehatan RI. 2021. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal. 2021. Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit, Jakarta.
24