Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN

BAYI BARU LAHIR DENGAN INFEKSI NEONATUS

DOSEN PEMBIMBING :

FARIDAH HARIYANI, S.ST.,M.Keb

DISUSUN OLEH :

SRI WAHYUNI (P07224120035)

D-III KEBIDANAN BALIKPAPAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

KALIMANTAN TIMUR

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Bayi Baru Lahir Dengan Infeksi Neonatus ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu
Faridah Hariyani, S.ST.,M.Keb pada mata kuliah Kegawatdaruratan Maternal Neonatal dan
Basic Life Support (GADAR). Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Bayi Baru Lahir Dengan Infeksi
Neonatus bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Faridah Hariyani,S.ST.,M.Keb.


Selaku dosen kebidanan pada mata kuliah Kegawatdaruratan Maternal Neonatal dan Basic
Life Support (GADAR). Yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Balikpapan, 25 Juli 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................4
A. Definisi Infeksi Neonatus..........................................................................................................4
B. Penyebab Terjadinya Infeksi Neonatus......................................................................................4
C. Komplikasi Yang Dapat Terjadi Apabila Mengalami Infeksi Neonatus....................................5
4) Tanda Dan Gejala Terjadinya Infeksi Neonatus........................................................................6
5) Patofisiologis Terjadinya Infeksi Neonatus...............................................................................6
6) Kriteria Diagnosa Terjadinya Infeksi Neonatus.........................................................................7
7) Cara Penanganan Kegawatdaruratan Pada Infeksi Neonatus.....................................................8
BAB III TINJAUAN KASUS.............................................................................................................11
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................................21
A. Kesimpulan..............................................................................................................................21
B. Saran........................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Masalah kesehatan ibu dan anak merupakan masalah nasional yang perlu
mendapat prioritas utama karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia
pada generasi yang mendatang. Anak terutama bayi, lebih rentan terhadap penyakit
dan kondisi hidup yang tidak sehat. Oleh sebab itu, dilakukan berbagai upaya oleh
berbagai pihak untuk meningkatkan kesehatan bayi, terutama bayi pada masa
perinatal (Kementrian Kesehatan, 2015).

Infeksi perinatal adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa
neonatal, intranatal dan postnatal.Inkfesi Neonatorum atau Infeksi adalah infeksi
bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. yang
menyebar ke seluruh tubuh bayi baru lahir.Infeksi adalah sindrom yang
dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang
dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. Infeksi adalah tanda respon
tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan jaringan lain. Infeksi terjadi
pada kurang dari 1% bayi baru lahir namun merupakan penyebab dari 30% kematian
pada bayi baru lahir.

Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat
badannya kurang dari 2,75 kg serta 2 kali lebih sering menyerang bayi jenis kelamin
laki-laki. Pada lebih dari 50% kasus, infeksi mulai muncul dalam waktu 6 jam setelah
bayi lahir, namun kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam setelah lahir.Infeksi yang
baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan diakibatkan oleh infeksi
nasokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit).

Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala
sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis dapat
berlangsung cepat sehingga sering kali tidak terpantau tanpa pengobatan yang
memadai sehingga neonatus dapat meninggal dalam waktu 24 sampai 48 hari.
Manifestasi klinis sepsis neonatorum tidak spesifik, kadang-kadang gejalanya tidak
menunjukkan tanda-tanda infeksi (Aminullah, 2012).

1
Manifestasi klinis sepsis pada bayi lahir berdasarkan patofisiologi dan waktu
perjalanannya dibagi dua, yaitu sepsis awitan dini < 72 jam dan sepsis awitan lambat
> 72 jam. Pada sepsis awitan dini, kelainan ditemukan pada hari pertama kehidupan,
dimana infeksi terjadi secara vertikel karena penyakit ibu atau infeksi yang diderita
ibu selama persalinan atau kelahiran. Sepsis awitan dini dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, seperti faktor maternal dan faktor risiko janin, sedangkan sepsis
awitan lambat biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti prosedur invasif
pada bayi, kontak dengan infeksi, buruknya kebersihan diruangan dan lain
sebagiannya (Sulistijono, dkk., 2013).

Angka kejadian sepsis neonatorum adalah 1-10 per 1000 bayi lahir hidup dan
angkanya meningkat 13-27 per 1000 bayi lahir hidup pada bayi dengan berat lahir
rendah (2-4 kali lebih tinggi). Dengan angka kematian 15-40% pada sepsis neonatal
awitan dini dan 10-20% pada sepsis neonatal awitan lanjut (Sulistijono, dkk., 2013).

Upaya pemerintah dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak juga


dituangkan dalam program, salah satunya yaitu program Sustainable Development
Goals (SDG’s) atau pembangunan baru yang mendorong perubahan-perubahan yang
bergeser ke arah pembangunan berkelanjutan yang berdasarkan hak asasi manusia dan
kesetaraan untuk mendorong pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan hidup.
Salah satu tujuan dari SDG’s yang ketiga yaitu menurunkan angka kematian bayi dan
balita, pada periode 2030 sebesar 25 per 1.000 kelahiran hidup (SDG’s, 2016).

Infeksi merupakan salah satu penyebab penting tingginya angka kematian bayi
baru lahir diseluruh dunia. Terutama pada Negara berkembang dengan infeksi sebagai
penyebab utama (WHO, 2015).

B. Rumusan Masalah
1) Apa Definisi Infeksi Neonatus ?
2) Apa Penyebab Terjadinya Infeksi Neonatus ?
3) Apa Komplikasi Yang Dapat Terjadi Apabila Mengalami Infeksi Neonatus ?
4) Bagaimana Tanda Dan Gejala Terjadinya Infeksi Neonatus ?
5) Bagaimana Patofisiologis Terjadinya Infeksi Neonatus ?
6) Bagaimana Kriteria Diagnosa Terjadinya Infeksi Neonatus ?
7) Bagaimana Cara Penanganan Pada Infeksi Neonatus ?

2
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswi mengetahui dan memahami Kegawadaruratan akibat
kehamilan ektopik terganggu.
2. Tujuan khusus
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tentang:
1) Definisi Infeksi Neonatus
2) Penyebab Terjadinya Infeksi Neonatus
3) Komplikasi Yang Dapat Terjadi Apabila Mengalami Infeksi Neonatus
4) Tanda Dan Gejala Terjadinya Infeksi Neonatus
5) Patofisiologis Terjadinya Infeksi Neonatus
6) Kriteria Diagnosa Terjadinya Infeksi Neonatus
7) Cara Penanganan Pada Infeksi Neonatus

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Infeksi Neonatus


Infeksi perinatal adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa
neonatal, intranatal dan postnatal. Inkfesi Neonatorum atau Infeksi adalah infeksi
bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. yang
menyebar ke seluruh tubuh bayi baru lahir.Infeksi adalah sindrom yang
dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang
dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. Infeksi adalah tanda respon
tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan jaringan lain.
Infeksi perinatal adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa
antenatal,intranatal dan postnatal. Infeksi merupakan respon tubuh terhadap infeksi
yang menyebar melalui darah dan jaringan lain (Sembiring, 2019)
Sepsis pada bayi baru lahir (BBL) adalah infeksi aliran darah yang bersifat
invasif dan ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah,
cairan sum-sum tulang atau air kemih yang terjadi pada bulan pertama kehidupan
(Kosim, 2014).
Sepsis neonatal adalah sindrom klinik penyakit sistemik, disertai bakteremia
yang terjadi pada bayi dalam satu bulan pertama kehidupan. Angka kejadian sepsis
neonatal adalah 1-10 per 1000 kelahiran hidup, dan mencapai 13-27 per 1000
kelahiran hidup pada bayi dengan berat <1500 gram. Angka kematian 13-50%,
terutama pada bayi prematur (5-10 kali kejadian pada neonatus cukup bulan) dan
neonatus dengan penyakit berat dini. Infeksi nosokomial pada bayi berat lahir sangat
rendah, merupakan penyebab utama tingginya kematian pada umur setelah 5 hari
kehidupan.

B. Penyebab Terjadinya Infeksi Neonatus


1. Antenatal : kuman masuk ketubuh janin melalui sirkulasi darah ibu, ke plasenta dan
akhirnya ke dalam sirkulasi darah umbilikus
2. Intranatal : mikroor-ganisme masuk dari vagina-masuk ke dalam rongga amnion.
Biasanya setelah selaput ketuban pecah

4
3. Postnatal : terjadi setelah bayi lahir lengkap. Misalnya melalui kontaminasi langsung
dengan alat yang tidak steril.

Berdasarkan waktu terinfeksinya, sepsis neonatorum pada bayi terbagi menjadi dua,
yaitu :
1) Infeksi terjadi saat persalinan (early onset)
Sepsis neonatorum yang terjadi setelah persalinan disebabkan oleh infeksi
bakteri yang berasal dari tubuh ibu, seperti Group B
Streptococcus (GBS), Escherichia coli (E.coli) dan Staphylococcus. 
Bakteri Streptococcus  tipe A Streptococcus tipe A umumnya menyebabkan
infeksi di tenggorokan dan kulit. Beberapa kondisi yang dapat disebabkan oleh bakteri
ini adalah demam Scarlet, radang tenggorokan, demam rematik, impetigo,
dan glomerulonefritis.
Bakteri Streptococcus  tipe B paling sering menyebabkan sepsis neonatorum,
pneumonia, dan meningitis pada bayi.
Infeksi ini dapat terjadi dalam waktu singkat, yaitu 24–72 jam setelah
persalinan. Selain bakteri, virus herpes simpleks (HSV) atau virus lainnya juga bisa
menyebabkan infeksi parah pada bayi yang baru lahir. Risiko sepsis neonatorum jenis
ini lebih tinggi jika Si Kecil lahir prematur, infeksi plasenta dan air ketuban, serta
lahir dari ibu yang mengalami ketuban pecah dini lebih dari 18 jam sebelum
persalinan.
2) Infeksi terjadi setelah persalinan (late onset)
Terjadi dalam jangka waktu 4–90 hari setelah bayi lahir. Kuman penyebab infeksi ini
sering kali berasal dari lingkungan, misalnya Staphylococcus aureus,
Klebsiella, dan Pseudomonas. Selain bakteri, jamur Candida juga dapat
menyebabkan sepsis pada bayi. Risiko terjangkit sepsis neonatorum tipe ini akan
meningkat apabila bayi menginap di rumah sakit dalam jangka waktu yang panjang,
terlahir prematur, atau terlahir dengan berat badan rendah.

C. Komplikasi Yang Dapat Terjadi Apabila Mengalami Infeksi Neonatus


1) Kematian

5
Sepsis dapat mengakibatkan penyumbatan pada pembuluh darah kecil di tubuh.
Sepsis yang terus memburuk dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada organ,
misalnya paru-paru, hati, ginjal, otak, atau jantung.

2) Peningkatan risiko infeksi

Seseorang yang pernah menderita sepsis dan sembuh lebih berisiko terkena infeksi di
kemudian hari.

3) Syok sepsis

Kondisi yang disebut syok ini ditandai dengan demam menggigil atau


hipotermia, sesak napas, kulit dingin dan pucat, nadi lemah, bayi lemah.

4) Tanda Dan Gejala Terjadinya Infeksi Neonatus


1) Suhu tubuh hipotermi atau hipetermi
2) Bayi tampak kuning
3) Muntah-muntah
4) Lemas dan kurang responsif
5) Kurang mau menyusui
6) Diare
7) Detak jantung menjadi cepat atau lambat
8) Ikterus dan kejang

Bayi yang diduga menderita sepsis neonatorum bila terdapat gejala:

Tampak sakit, suhu tidak stabil demam atau terjadi hipotermi, suhu naik atau turun,
tidak mau minum, muntah, diare, dehidrasi, kejang, ikterus ( Fauziah dan Sudarti, 2013 )

5) Patofisiologis Terjadinya Infeksi Neonatus


Sepsis neonatorum, terjadi pada 5-7 hari pertama, organisme penyebab
penyakit didapat dari intrapartum, atau melalui saluran genital ibu. Pada keadaan ini
kolonisasi patogen terjadi pada periode perinatal. Beberapa mikroorganisme
penyebab, seperti treponema, virus, listeria dan candida, transmisi ke janin melalui
plasenta secara hematogenik. Cara lain masuknya mikroorganisme, dapat melalui
proses persalinan. Dengan pecahnya selaput ketuban, mikro-organisme dalam flora
vagina atau bakteri patogen lainnya secara asenden dapat mencapai cairan amnion dan

6
janin. Hal ini memungkinkan terjadinya khorioamnionitis atau cairan amnion yang
telah terinfeksi teraspirasi oleh janin atau neonatus, yang kemudian berperan sebagai
penyebab kelainan pernapasan. Adanya vernix atau mekoneum merusak peran alami
bakteriostatik cairan amnion. Akhirnya bayi dapat terpapar flora vagina waktu melalui
jalan lahir. Kolonisasi terutama terjadi pada kulit, nasofaring, orofaring, konjungtiva,
dan tali pusat. Trauma pada permukaan ini mempercepat proses infeksi. Penyakit dini
ditandai dengan kejadian yang mendadak dan berat, yang berkembang dengan cepat
menjadi syok sepsis dengan angka kematian tinggi. Insidens syok septik 0,1- 0,4%
dengan mortalitas 15-45% dan morbiditas kecacatan saraf.
Umumnya terjadi setelah bayi berumur 5-7 hari atau lebih. Sepsis lambat
mudah menjadi berat, tersering menjadi sepsis neonatorum. Bakteri penyebab sepsis
neonatorum termasuk yang timbul sesudah lahir yang berasal dari saluran genital ibu,
kontak dari alat-alat yang terkontaminasi. Di sini transmisi horisontal memegang
peran. Insiden sepsis lambat sekitar 5-25%, sedangkan mortalitas 10-20% namun pada
bayi kurang bulan mempunyai risiko lebih mudah terinfeksi, disebabkan penyakit
utama dan imunitas yang imatur.

6) Kriteria Diagnosa Terjadinya Infeksi Neonatus

Cara untuk mendiagnosa suatu infeksi neonatus yaitu :


1) Anamesis.
Pada anamesis, terdapat tanda dan gejala infeksi
2) Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan dijumpai bayi tampak sakit, kulit berubah warna kuning, gangguan,
kulit bintik-bintik tidak rata, ikterik, suhu tidak stabil demam atau terjadi hipotermi,
perubahan metabolik hipoglikemi atau hiperglikemi, asidosis metabolik, gejala
gangguan kardiopulmonal gangguan pernapasan (merintih), gejala gastrointestinal:
toleransi minum yang buruk, muntah, diare, dan kembung.
3) Pemeriksaan laboratorium
Hematologi Darah rutin, termasuk kadar hemoglobin Hb, hematokrit Ht, leukosit,
trombosit, albumin, dan pemeriksaan kadar D-Dimer.
Bila ada indikasi, dapat dilakukan biakan tinja dan urin. Pemeriksaan apusan Gram
dari bahan darah maupun cairan liquor, serta urin. Lain-lain misalnya protein,
bilirubin, gula darah, dan elektrolit (natrium, kalium).

7
4) Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang diperlukan ialah foto dada, abdomen atas indikasi, dan
ginjal. Pemeriksaan Rontgen, USG ginjal, skaning ginjal, sistouretrografi dilakukan
atas indikasi.
5) Pemeriksaan Penunjang Lain Pemeriksaan plasenta dan selaput janin dapat
menunjukkan adanya korioamnionitis, yang merupakan potensi terjadinya infeksi
pada neonatus. Dan pemeriksaan urine.

7) Cara Penanganan Kegawatdaruratan Pada Infeksi Neonatus

Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus pada bayi karena
bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Pada saat penanganan bayi baru lahir,
pastikan penolong untuk melakukan tindakan untuk pencegahan infeksi.

Tindakan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut :

1) Mencuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak dengan bayi
2) Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi.
3) Memastikan semua peralatan, termasuk klem, gunting, dan benang tali pusat telah
disinfeksi tingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan bola karet penghisap, pakai
yang bersih dan baru. Jangan pernah menggunakan bola karet penghisap untuk lebih
dari satu bayi.
4) Memastikan timbangan, thermometer, stetoskop yang akan bersentuhan dengan bayi
dalam keadaan bersih.
5) Mengajurkan ibu menjaga kebersihan, terutama payudaranya, dengan mandi setiap
hari
6) Membersihkan payudara terlebih dahulu sebelum menyusui bayi
7) Membersihkan bagian wajah maupun badan bayi dengan air bersih, hangat, dan sabun
setiap hari. Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan memastikan
orang yang memegang bayi sudah mencuci tangan sebelumnya (Setiyani dkk, 2016).

Penanganan Awal Rujukan Neonatus :

a. Jelaskan kondisi / masalah bayi kepada ibu dan keluarga


b. Jaga bayi tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain lunak dan kering, selimuti dan
pakaikan topi

8
c. Rujuk dengan digendong petugas atau orang tua bayi, jika memungkinkan.
Gunakan inkubator atau basinet jika diperlukan tindakan khusus, misal pemberian
O2.
d. Mulai menyusui dini
e. Pastikan kamar bayi NICU (neonatal intensive care unit) atau tempat pelayanan
yang dituju menerima formulir riwayat peralinan, kelahiran dan tindakan yang
diberikan kepada bayi.
f. Dimasukannya bayi kedalam inkubator dan pemberian oksigen serta pemberian
infus, dan injeksi ampicilin 175mg/12 jam secara IV. Injeksi gentamisin 20 mg/24
jam secara IV atas kolaborasi dengan dokter
g. Dilakukannya pemeriksaan darah lengkap seperti : HB, Leukosit, C- Reaktif
Protein, Kultur darah, urine dll

Mekanisme Rujukan :
1. Pemberikan informasi kepada penderita dan keluarga Pemberian informasi mengenai
kondisi atau masalah bayi yang akan dirujuk kepada orangtua atau keluarga bayi,
sehingga orangtua atau keluarga memahami kondisi bayi
2. Pengiriman informasi pada tempat rujukan yang dituju
a. Memberitahukan kepada petugas di tempat rujukan bahwa akan ada penderita
yang dirujuk
b. Meminta petunjuk pelayanan yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan
dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan
c. Meminta petunjuk dan cara penanganan untuk menolong penderita bila
penderita tidak mungkin dikirim
3. Persiapan penderita (BAKSOKUDA)

B (Bidan) Pastikan ibu / bayi / klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang
kompeten dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan

A (Alat) Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan seperti spuit, infus set,
tensimeter dan stetoskop

K (keluarga) Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alasan
mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus menerima ibu
(klien) ke tempat rujukan.

9
S (Surat) Beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan
rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan atau obat-obat yang telah diterima ibu

O (Obat) Bawa obat-obat esensial yang diperlukan selama perjalanan merujuk

K (Kendaraan) Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu (klien)
dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat.

U (Uang) Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk
membeli obat dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempat rujukan

DA (Darah dan do’a) Siapkan darah untuk sewaktu-waktu membutuhkan transfusi


darah apabila terjadi perdarahan.

4. Pengiriman Penderita (Ketersediaan sarana kendaraan) Untuk mempercepat


pengiriman penderita sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan / sarana
transportasi yang tersedia untuk mengangkut penderita
5. Tindak lanjut penderita
• Penderita yang telah dikembalikan melaporkan pada instansi rujukan terkait jika
memerlukan tindak lanjut
• Lakukan kunjungan rumah bila penderita yang memerlukan tindakan lanjut tidak
melapor.

10
BAB III

TINJAUAN KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY “I” DENGAN SEPSIS
NEONATORUM DI PUSKESMAS BARU ULU TAHUN 2014

LANGKAH I : PENGKAJIAN

Tanggal : 02 Maret 2014 Pukul : 15.00 WITA

A. Identitas Bayi dan Orang Tua

Nama bayi : By. A

Umur : 6 hari

Tanggal lahir/jam lahir : 24-02-2014/jam 00.00 WIB.

Jenis kelamin : Laki- laki

Identitas Ibu Identitas Ayah

Nama klien : Ny. I Nama suami : Tn. K

Umur : 27 Tahun Umur : 34 Tahun

Suku : Jawa Suku : Bugis

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat: Jl. Bukit Pelajar No 15. Balikpapan Barat

B. Anamnesa (Data Subjektif)


Pada Ibu
1. Alasan pada waktu masuk : Ibu mengatakan bayinya lemah,bayinya rewel, badan
dingin, serta malas minum, tidak dapat mengisap putting susu, tampak gelisah sejak
satu hari yang lalu dan mengalami muntah sebanyak 3 kali dirumah.

11
2. Riwayat kehamilan sekarang :
a) Hpht
Ibu mengatakan hari pertama haid terakhirnya tanggal 20 Mei 2013
b) Hpl
Ibu mengatakan hari perkiraan lahir tanggal 27 Februari 2014
c) Keluhan-keluhan pada
Trimester I : Ibu mengatakan merasakan mual muntah
Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
Trimester III : Ibu mengatakan sering BAK
d) ANC :
Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya 9 kali secara teratur di bidan.
Trimester I : Ibu mengatakan pada umur kehamilan 2 dan 3 bulan
Trimester II : Ibu mengatakan pada umur kehamilan 4,5 dan 6 bulan
Trimester III : Ibu mengatakan pada umur kehamilan 7,8 dan 2 kali pada
kehamilan 9 bulan
e) Penyuluhan yang pernah di dapat : Ibu mengatakan pernah mendapatkan
penyuluhan tentang tablet FE dan gizi ibu hamil
f) Imunisasi TT : Ibu mengatakan 2 kali yaitu pada saatakan menikah dan pada
saat umur kehamilan 6 bulan
3. Riwayat Persalinan ini
a) Tempat Persalinan: PMB Penolong: Bidan
b) Tgl/Jam Lahir :24-02-2014/00.00 WITA
c) Jenis Persalinan : normal
d) Komplikasi/Kelainan dalam persalinan: Ketuban pecah dini (KPD) lebih dari 18
Jam
4. Riwayat Penyakit Saat Hamil
a) Penyakit jantung : Tidak ada
b) Hipertensi : Tidak ada
c) Hepar : Tidak ada
d) DM : Tidak ada
e) Anemia : Tidak ada
f) PSM/HIV/AIDS : Tidak ada
g) Campak : Tidak ada
h) Malaria : Tidak ada

12
i) TBC : Tidak ada
j) Gangguan mental : Tidak ada
k) Operasi : Tidak ada
l) Hemorrhoid : Tidak ada
m) Lain-lain : Tidak ada

Riwayat kesehatan keluarga


a) Penyakit jantung : Tidak ada
b) Hipertensi : Tidak ada
c) Hepar : Tidak ada
d) DM : Tidak ada
e) Anemia : Tidak ada
f) PSM / HIV / AIDS : Tidak ada
g) Campak : Tidak ada
h) Malaria : Tidak ada
i) TBC : Tidak ada
j) Gangguan mental : Tidak ada
k) Operasi : Tidak ada
l) Bayi lahir kembar : Tidak ada
m) Lain-lain : Tidak ada

C. Pemeriksaan Fisik
1. Riwayat pemeriksaan khusus (Apgar Score) dari data bidan terdahulu

Kriteria 0 – 1 Menit 1 – 5 Menit


Denyut Jantung 1 2
Usaha Nafas 1 1
Tonus Otot 1 1
Refleks 1 1
Warna Kulit 2 2
Total 6 7

2. Pemeriksaan Umum
- Keadaan umum : Lemah

13
- Suhu : 35,2°C

- Pernafasan : 62x/menit

- HR : 142x/menit

- JK : Laki-laki

- BB : 2600 gram

- PB : 47 cm

- LK : 30 cm

- LD : 30 cm

- Lila : 11 cm

3. Pemeriksaan Fisik
- Kepala : Normal, simetris kiri dan kanan, rambut hitam, tebal dan halus, tidak
terdapat caput, cephal dan molase
- Ubun – ubun : Berdenyut, belum tertutup, ubun-ubun besar dan kecil
jumlahnya 1
- Muka : Simetris, tampak pucat

- Mata : Simetris kiri kanan, konjungtiva merah muda, skelera bewarna putih

- Telinga : Simetris kiri dan kanan, terbentuk dengan baik, struktur telinga
lengkap tidak ada benjolan
- Mulut : bibir merah muda, mukosa basah, bibir tidak sumbing, reflek isap
kurang baik
- Hidung : Simetris kiri dan kanan, tidak ada secret, tidak ada benjolan

- Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis dan tidak ada pembengkakan
kelenjar tiroid
- Dada : Simetris kiri dan kanan, Gerakan dada sesuai nafas bayi tidak ada
benjolan pada dada bayi
- Perut : normal,bulat, tidak ada benjolan dan tonus otot bayi baik

- Tali pusat : tidak berbau, tidak ada pendarahan

- Punggung : tidak ada spina bifida, tidak ada benjolan atau tonjolan

14
- Ekstremitas Atas : Pergerakan baik, jari kiri kanan lengkap, kuku merah muda,
refleks menggenggam baik
- Ekstremitas bawah : kuku merah muda, pergerakan aktif, jari kiri kanan lengkap

- Warna kulit : Ikterik

- Genitalia : Testis sudah turun dalam skrotum

- Anus : Tampak ada lubang anus

4. Refleks
- Refleks Moro : Lemah

- Refleks Walking : Baik

- refleks Graps : Baik

- Refleks Sucking : Lemah

- Refleks Tonick neck: Baik

- Refleks Rooting : Lemah

5. Antropometri
- Lingkar Kepala : 30 cm

- Lingkar Dada : 30 cm

- Lingkar Lengan Atas: 11 cm

6. Eliminasi
- Urine : Sudah, 1 kali warna kuning
- Meconium : sudah, 1 kali warna hitam

5. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium : Tidak dilakukan
b) Pemeriksaan Penunjang Lain : Tidak dilakukan

LANGKAH II : INTERPRETASI DATA DASAR

15
Tanggal : 02 Maret 2014

a. Diagnosa Kebidanan : By. A Neonatus NCB SMK dengan Sepsis Neonatorum

Data Dasar:

DS:

1) Ibu mengatakan bayinya lemah,


2) Ibu mengatakan bayinya bayinya rewel,
3) Ibu mengatakan bayinya badan dingin,
4) Ibu mengatakan bayinya malas minum, tidak dapat mengisap putting susu,
5) Ibu mengatakan bayinya tampak gelisah sejak satu hari yang lalu dan mengalami
muntah sebanyak 3 kali dirumah.

DO:

1) Keadaan umum : lemah


2) Vital sign :

Suhu : 35,2°C
Pernafasan : 62x/menit
HR : 142x/menit
3) Mata : simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih.
4) Mulut : bibir merah muda, mukosa basah.
5) Ektremitas : kuku kaki dan tangan merah muda

b. Masalah : Hipotemia, dehidrasi, ikterik

LANGKAH III : MENGIDENTIFIKASIKAN DIAGNOSA ATAU MASALAH


POTENSIAL

1. Tidak mau menyusu


2. Sering muntah
3. Kuning

LANGKAH IV : ANTISIPASI / TINDAKAN SEGERA

16
1. Kolaborasi dengan dokter
2. Segera melakukan rujukan ke rumah sakit terdekat

LANGKAH V : MERENCANAKAN ASUHAN YANG MENYELURUH

Tanggal : 02 Maret 2014

1) Segera lakukan kontak kulit dengan ibu (metode kanguru)


2) Tempatkan dilingkungan yang hangat
3) Gantikan pakaian atau popok bayi tiap kali basah
4) Beritahu ibu dan keluarga mengenai keadaan bayinya
5) Observasi keadaan umum, vital sign bayi tiap 3 jam dan mengecek eliminasi
6) Lakukan kolaborasi dengan dokter

Beri tindakan sesuai anjuran dokter :

a. Pasang oksigen sungkup dengan kecepatan 2L/menit


b. Pasang infus
7) Rujuk ke RS terdekat dan tetap menjaga kehangatan bayi dengan metode kangguru.
Jika puskesmas memiliki inkubator portable letakkan bayi dalam inkubator portable

LANGKAH VI IMPLEMENTASI

Tanggal : 02 Maret 2014

1) Melakukan kontak kulit (metode kanguru) dengan ibu


2) Menempatkan bayi dilingkungan yang hangat
3) Mengganti pakaian atau popok bayi tiap kali basah
4) Memberitahu ibu dan keluarga mengenai keadaan bayinya
5) Mengobservasi keadaan umum, vital sign bayi tiap 3 jam dan mengecek eliminasi
6) Melakukan kolaborasi dengan dokter
Memberikan tindakan sesuai anjuran dokter :
a. Memasang oksigen sungkup dengan kecepatan 2L/menit
b. Memasang infus yang di oplos sesuai anjuran dokter
D1/4 NS316 ml+D4 % 53 ml+KCL 7 mg+Ca Gluconas 8 ml dengan kecepatan
12 tetes/menit

17
7) Merujuk ke RS terdekat dan tetap menjaga kehangatan bayi dengan metode
kangguru.
Jika puskesmas memiliki inkubator portable letakkan bayi dalam inkubator portable

LANGKAH VII EVALUASI


Tanggal : 02 Maret 2014
1) Bayi telah melakukan kontak kulit (metode kanguru) dengan ibu
2) Bayi telah ditempatkan dilingkungan yang hangat
3) Bayi sudah memakai popok
4) Ibu dan keluarga mengetahui kondisi bayinya
5) Observasi telah dilakukan keadaan umum bayi sedang, hasil vital sign :
Suhu : 35,2°C
Pernafasan : 62x/menit
HR : 142x/menit
BAB : 10 cc
BAK : 50 cc
6) Tindakan yang sudah diberikan sesuai anjuran dokter
a. Oksigen sungkup telah terpasang dengan kecepatan 2L/menit
b. Infus telah terpasang sesuai anjuran dokter 12 tetes/menit
7) Ibu dan keluarga menyetujui bayinya di rujuk ke RS dan tetap menjaga kehangatan
bayi dengan metode kangguru. Jika puskesmas memiliki inkubator portable letakkan
bayi dalam inkubator portable

18
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN KEBIDANAN PADA BAYI NY “I”
DENGAN SEPSIS NEONATORUM DI PUSKESMAS BARU ULU TAHUN 2014

Tanggal : 02 Maret 2014 Pukul : 15.00 WITA

SUBJEKTIF (S) : Seorang ibu postpartum mengatakan kepada bidan bahwa bayinya
lemah,bayinya rewel, badan dingin, serta malas minum, tidak dapat mengisap putting susu,
tampak gelisah sejak satu hari yang lalu dan mengalami muntah sebanyak 3 kali dirumah

OBJEKTIF (O) : Keadaan umum bayi sedang, hasil vital sign :

Suhu : 35,2°C
Pernafasan : 62x/menit
HR : 142x/menit
BAB : 10 cc
BAK : 50 cc

ASSESMENT (A) : By. A Neonatus NCB SMK dengan Sepsis Neonatorum

PLANNING (P)

1. Meletakkan kontak kulit (meode kanguru) dengan ibu


Hasil : Bayi telah diletakkan dibawah pancaran panas
2. Meletakkan bayi dilingkungan hangat
Hasil :bayi telah diletakkan di lingkungan yang hangat
3. Mengganti pakaian atau popok bayi tiap kali basah
Hasil : Bayi sudah memakai popok
4. Mengobservasi tanda-tanda vital dan eliminasi
Hasil : Keadaan umum bayi sedang, hasil vital sign :
Suhu : 35,2°C
Pernafasan : 62x/menit
HR : 142x/menit
BAB : 10 cc
BAK : 50 cc
5. Memberitahu ibu dan keluarga terkait kondisi bayi
Hasil : ibu dan keluarga mengetahui kondisi bayi
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter
Hasil : Memberikan tindakan sesuai anjuran dokter :

19
a. Oksigen sungkup telah terpasang dengan kecepatan 2L/menit
b. Infus telah terpasang sesuai anjuran dokter 12 tetes/menit
7. Melakukan Rujuk ke RS terdekat dan tetap menjaga kehangatan bayi dengan metode
kangguru. Jika puskesmas memiliki inkubator portable letakkan bayi dalam inkubator
portable atau meletakkannya dengan dibungkus plastic khusus
Hasil : Ibu dan keluarga menyetujui bayinya di rujuk ke RS dan tetap menjaga
kehangatan bayi dengan metode kangguru. Jika puskesmas memiliki inkubator portable
letakkan bayi dalam inkubator portable

20
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi perinatal adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa neonatal,
intranatal dan postnatal. Inkfesi Neonatorum atau Infeksi adalah infeksi bakteri umum
generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. yang menyebar ke
seluruh tubuh bayi baru lahir.Infeksi adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-
tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah
septisemia dan syok septik. Infeksi adalah tanda respon tubuh terhadap infeksi yang
menyebar melalui darah dan jaringan lain.

Penanganan Awal Rujukan Neonatus :

1) Jelaskan kondisi / masalah bayi kepada ibu dan keluarga


2) Jaga bayi tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain lunak dan kering, selimuti dan
pakaikan topi
3) Rujuk dengan digendong petugas atau orang tua bayi, jika memungkinkan. Gunakan
inkubator atau basinet jika diperlukan tindakan khusus, misal pemberian O2.
4) Mulai menyusui dini
5) Pastikan kamar bayi NICU (neonatal intensive care unit) atau tempat pelayanan yang
dituju menerima formulir riwayat peralinan, kelahiran dan tindakan yang diberikan
kepada bayi.
6) Dimasukannya bayi kedalam inkubator dan pemberian oksigen serta pemberian infus,
dan injeksi ampicilin 175mg/12 jam secara IV. Injeksi gentamisin 20 mg/24 jam
secara IV atas kolaborasi dengan dokter
7) Dilakukannya pemeriksaan darah lengkap seperti : HB, Leukosit, C- Reaktif Protein,
Kultur darah, urine dll

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan,
diharapkan kepada dosen pembimbing dan para pembaca dapat memberikan kritik serta
saran yang membangun agar makalah saya ini agar dapat menjadi lebih baik.

21
DAFTAR PUSTAKA

22

Anda mungkin juga menyukai