A”
DENGAN INFEKSI BACTERIAL NEONATAL
DI RSUD dr P.P MAGRETTY RUANG PERINATOLOGI
Di Susun Oleh:
i
Di setujui tanggal:
Mengetahui
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
Rahmat_Nya kami dapat menyelesaikan studi kasus yang berjudul
“MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY A.A DENGAN INFEKSI
BACTERIAL NEOTAL ”
Kami menyadari bahwa tanpa bantuan atau pengarahan dari berbagai pihak, studi
kasus ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, kami
mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ibu Kaprodi Kebidanan Saumlaki
2. Para Dosen Prodi Kebidanan Saumlaki
3. Pembimbing Lahan Dan Institusi
Kami menyadari bahwa studi kasus ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan Studi Kasus ini.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
COVER .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Infeksi Neonatus ................................................... 3
B. Etiologi .................................................................................... 4
C. Tanda dan Gejala .................................................................... 5
D. Penatalaksanaan .................................................................... 8
E. Infeksi Tali Pusat ..................................................................... 11
F. Tetanus Neonatorum ............................................................... 13
G. Asuhan Neonatus Pencegahan Infeksi ................................... 17
BAB III TINJAUAN KASUS
I. Pengkajian Data ...................................................................... 21
II. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah ......................................... 25
III. Identifikasi Masalah Potensial ................................................. 25
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera ................................................. 25
V. Intervensi ................................................................................. 25
VI. Implementasi ........................................................................... 26
VII. Evaluasi ................................................................................... 27
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 29
B. Saran ...................................................................................... 29
Daftar Pustaka
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan perkiraan World Health Organitation (WHO) hampir semua
(98%) dari lima juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang. Lebih
dari dua pertiga kematian itu terjadi pada masa periode neonatal dini dan
42% kematian neonatal disebabkan infeksi seperti: infeksi, tetanus
neonatorum, meningitis, pneumonia, dan diare. (Imral chair, 2007).
Menurut DEPKES RI angka kematian infeksi neonatorum cukup tinggi
yaitu sekitar 13-50% dari angka kematian bayi baru lahir. Masalah yang
sering muncul sebagai komplikasi infeksi neonatorum diantaranya
meningitis, kejang, hipotermi, hiperbilirubinemia, gangguan nafas, dan
minum.(Depkes, 2007).
Infeksi pada neonatus merupakan sebab yang penting terhadap
terjadinya morbiditas serta mortalitas selama periode ini. Lebih kurang 2%
janin bisa terinfeksi in utero dan 10% bayi baru lahir terinfeksi selama
persalinan atau dalam periode bulan pertama kehidupan. Lesi radang
ditemukan pada sekitar 25% otopsi bayi baru lahir,
Infeksi pada Bayi Baru Lahir (BBL) biasanya sering sekali menjalar ke
infeksi umum sehingga gejala umum tidak menonjol lagi. Beberapa gejala
tingkah laku BBL tersebut di atas diantaranya yaitu malas minum, gelisah
atau mungkin tampak letargi, frekuensi pernafasan meningkat, berat badan
tiba-tiba menurun, muntah dan diare.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Dari Infeksi Pada Neonatus?
2. Apa Penyebab Dari Infeksi Pada Neonatus?Bagaimana Tanda Dan
Gejala Infeksi
3. Bagaimana Penatalaksanaan Infeksi Pada Neonatus?
4. Bagaimana Asuhan Neonatus Pencegahan Infeksi?
1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Definisi Infeksi Pada Neonatus
2. Untuk Mengetahui Penyebab Infeksi Pada Neonatus
3. Untuk Mengetahui Tanda Dan Gejala Infeksi Pada Neonatus
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan
organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi,
biasanya sering mengalami komplikasi.
Klasifikasi
1. Infeksi Berat
Sepsis, meningitis, pneumonia, diare, tetanus neonatorum.
2. Infeksi Ringan
Infeksi kulit, oftalmia, omfalitis dan moniliasis
B. Etiologi
Infeksi perinatal bisa disebabkan oleh berbagai bakteri
seperti escherichia coli, pseudomonas pyocyaneus, klebsielia,
staphylococcus aureus, dan coccus gonococcus. Infeksi ini juga bisa terjadi
pada saat antenatal, intranatal, dan postnatal.
1. Infeksi antenatal
Infeksi yang terjadi pada masa kehamilan saat kuman masuk ke tubuh janin
melalui sirkulasi darah ibu, lalu masuk melewati plasenta dan akhirnya ke
dalam sirkulasi darah umbilikus. Berikut adalah kuman yang menginvasi ke
dalam janin.
a. Virus: rubella, poliomielitis, variola,vaccinia,coxsackie,dan
cytomegalic inclusio.
b. Spirochaeta: terponema palidum
c. Bakteri : E.coli dan listeria monocytoganes
2. Infeksi intranatal
Infeksi terjadi pada masa persalinan. Infeksi ini sering terjadi ketika
mikroorganisme masuk dari vagina, kemudian naik dan lalu masuk ke
dalam rongga amnion, biasanya setelah selaput ketuban pecah. Ketuban
yang pecah lebih dari 12 jam akan menjadi penyebab timbulnya plasentitis
dan amnionitis. Infeksi dapat terjadi pula walaupun air ketuban belum
pecah, yaitu pada partus lama yang sering dilakukan manipulasi vagina,
termasuk periksa dalam dan kromilage (melebarkan jalan lahir dengan jari
4
tangan penolong). infeksi bisa pula terjadi melalui kontak langsung dengan
kuman yang berasal dari vagina, seperti pada blennorhoe.
3. Infeksi postnatal
Infeksi pada periode ini dapat terjadi setelah bayi lahir lengkap,
misalnya melalui kontaminasi langsung dengan alat-alat yang tidak steril,
tindakan yang tidak antiseptik atau dapat juga terjadi akibat infeksi silang,
misalnya pada neonatus neonatorum, omfalitis dan lain-lain.
5
4) Infeksi pada persendian mengakibatkan pembengkakan,
kemerahan, nyeri tekan dan sendi yang terkena teraba hangat.
5) Infeksi pada selaput perut (peritonitis) mengakibatkan
pembengkakan perut serta diare berdarah
Faktor- faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum
berasal dari tiga kelompok, diantaranya yaitu :
1. Faktor Maternal
a) Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi
kecenderungan terjadinya penyakit infeksi dengan alasan yang
tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi
rendah mungkin nutrisinya buruk dan juga tempat tinggalnya padat
serta tidak higienis. Bayi kulit hitam kemungkinan lebih banyak
mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.
b) Status paritas (yakni wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan
umur ibu (kurang dari 20 tahun atau lebih dari 30 tahun.
c) Kurangnya perawatan prenatal
d) Ketuban pecah dini (KPD)
e) Prosedur selama persalinan
2. Faktor Neonatatal
a) Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan
faktor resiko utama untuk infeksi neonatal. Biasanya imunitas bayi
kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor
imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir
trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum
terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat.
Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.
b) Laki-laki dan kehamilan kembar.
Insidens infeksi pada bayi laki- laki empat kali lebih besar dari pada
bayi perempuan, menegaskan kemungkinan adanya faktor-faktor
seks dan kerentanan hospes. Resusitasi saat lahir, terutama jika
6
melibatkan intubasi endotrakea, pemasukan kateter pembuluh darah
umbilicus, atau
keduanya, dihubungkan dengan peningkatan risiko infeksi bakteri,
hal ini kemungkinan berkaitan dengan prematuritas atau infeksi pada
saat lahir
3. Faktor Lingkungan
a) Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga pada
biasanya memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu
perawatan di rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/
arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat masuk
bagi mikroorganisme melalui kulit yang luka. Bayi juga mungkin
terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
b) Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis
menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko
penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan
kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat
ganda.
c) Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran
mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial),
paling sering akibat kontak tangan.
d) Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli
ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu
formula hanya didominasi olehE.colli.
Komplikasi :
a) Meningitis
b) Hipoglikemia, asidosis metabolic
c) Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan
intracranial
d) ikterus/kernicterus
7
Faktor Resiko
1. BBLR
2. Ketuban pecah dini (12 jam)
3. Ibu demam
4. Cairan amnion keruh, berbau
5. Resusitasi
6. Kembar
7. Prosedur invasif
8. Sosio-ekonomi rendah
D. Penatalaksanaan
1. Berikan posisi semifowler agar sesak berkurang
2. Apabila suhu tinggi, lakukan kompres dingin
3. Berikan ASI perlahan-lahan, sedikit demi sedikit
4. Apabila bayi muntah, lakukan perawatan muntah yaitu posisi tidur
miring ke kiri atau kanan
5. Apabila diare, perhatikan personal higine dan keadaan lingkungan
6. Rujuk segera ke rumah sakit, lakukan informed consent pada
keluarga
Penanganan Dan Penatalaksanaan Medis :
1. Pertahankan tubuh bayi tetap hangat
2. ASI tetap diberikan
3. Diberi injeksi antibiotika berspektrum luas
4. Penggunaan antibiotika yang banyak dan tidak terarah dapat
5. menyebabkan tumbuhnya jenis mikroorganisme yang tahan
terhadap antibiotika dan mengakibatkan tumbuhnya jamur yang
berlebihan, misalnya jenis candida albicans.
6. Perawatan sumber infeksi, misalnya pada infeksi tunggal tali
pusat (omfalitis) diberi salep yang mengandung neomisin dan
basitrasin.
8
Jenis Antibiotika Dosis Frekuensi Pemberian Injeksi Benzil Penisilin atau
Injeksi Ampisilin 50.000 IU/kg/kali i.m50 mg/kg/kali i.m/i.v Tiap 12 jam
Tiap 8 jam Dikombinasikan dengan Injeksi Aminoglikosida (Gentamisin) 2,5
mg/kg/ kali i.m/i.v Tiap 12 jam Eritromisin 50 mg/kg/hari Dalam 3 dosis
9
b) Pada masa intranatal
Perawtan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptic, dalam arti
persalinan diperlukan sebagai tindakan operasi. Tindakan intervensi pada
ibu dan bayi seminimal mungkin dilakukan (bila bemar-benar diperlukan).
Mengawasi keadaan ibu dan janin yang baik selama proses persalinan.
Melakukan rujukan secepatnya bila diperlukan dan menghindari perlukaan
kulit dan selaput lendir
c) Sesudah masa postnatal
Perawatan sesudah pesalinan meliputi menerapkan rawat gabung bila
bayi normal, pemberian ASI secepatnya, mengupayakan lingkungan dan
peralatan tetap bersih, setiap bayi menggunakan peralatan sendiri.
Perawatan luka umbilicus secara steril. Tindakan invasive harus dilakukan
dengan memperhatikan prinsip-prinsip aseptik. Mengindari perlukaan
selaput lendir dan kulit, mencuci tangan dengan menggunakan larutan
desinfektan sebelum dan sesudah memgang setiap bayi. Pemantauan
keadaan bayi secara teliti disertai pendokumentasian data-data yang baik
dan benar.
10
pusat untuk tetap dijaga kebersihannya, upayakan tali pusat agar
tetap kering dan bersih, pada saat memandikan di minggu pertama
sebaiknya jangan merendam bayi langsung ke dalam air mandinya
karena akan menyebabkan basahnya tali pusat dan memperlambat
proses pengeringan tali pusat. Dan masih banyak faktor penyebab
lain yang dapat memperbesar peluang terjadinya infeksi pada tali
pusat seperti penolong persalinan yang kurang menjaga kebersihan
terutama pada alat-alat yang digunakan pada saat menolong
persalinan serta khususnya pada saat pemotongan tali pusat. Dalam
penanganan, biasakan mencuci tangan untuk pencegahan
terjadinya infeksi (Danuatmadja, 2003).
b) Proses persalinan
Persalinan yangtidak sehat atau pula yang dibantu oleh tenaga
non medis. Kematian bayi yang diakibatkanoleh tetanus ini terjadi
saat pertolongan persalinan oleh dukun pandai, terjadi pada saat
memotong tali pusat menggunakan alat yang tidak steril dan tidak
diberikan obat antiseptik.
c) Faktor tradisi
Untuk perawatan tali pusat juga tidak terlepas dari masih adanya
tradisi yang berlaku di sebagian masyarakat contohnyaa dengan
memberikan berbagai ramuan-ramuan atau serbuk-serbuk yang
dipercaya bisa membantu mempercepat kering dan lepasnya
potongan tali pusat. Ada yang mengatakan tali pusat bayi itu harus
diberi abu-abu pandangan seperti inilah yang seharusnya tidak boleh
dilakukan karena justru dengan diberikannya berbagai ramuan
tersebut kemungkinan terjangkitnya tetanus lebih besar biasanya
penyakit tetanus neonatorum ini cepat menyerang bayi, pada
keadaan infeksi berat hanya beberapa hari setelah persalinan jika
tidak ditangani biasa menyebabkan meninggal dunia (Mieke,2006).
11
Masalahnya yaitu tali pusat merah dan bengkak, mengeluarkan nanah
atau berbau busuk (terinfeksi).
Penanganan Infeksi tali pusat local atau terbatas
1. Bersihkan tali pusat menggunakan larutan antiseptic (missal
klorheksidin atau iodium povidon 2,5%) dengan kain kasa yang
bersih.
2. Olesi tali pusat dan daerah sekitarnya dengan larutan antiseptic
(missal gential violet 0,5% atau iodium povidon 2,5%) 8 kali sehari
sampai tidak ada nanah lagi pada tali pusat. Anjurkan ibu melakukan
ini kapan saja bila memungkinkan.
3. Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi area
1 cm, obati seperti sebagai infeksi tali pusat berat atau meluas.
Penanganan Infeksi tali pusat atau meluas
1. Ambil sampel darah dan kirim ke laboratorium untuk pemeriksaan
kultur dan sensitivitas.
2. Beri kloksasilin per oral sesuai selama 5 hari.
3. Jika terdapat pustula atau lekuk kulit
4. Cari tanda-tanda sepsis.
5. La kukan perawatan umum seperti dijelaskan untuk tali pusat local
atau terbatas.
F. Tetanus Neonatorum
Penyakit tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada
neonates (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium
tetani yaitu kuman yang mengeluarkan toksin yang menyerang sistem saraf
pusat.
Spora kuman tersebut masuk ke dalam tubuh bayi melalui pintu masuk
satu-satunya, yaitu tali pusat, yang dapat terjadi pada saat pemotongan tali
pusat ketika bayi lahir maupun pada saat perawatannya sebelum puput.
Masa inkubasi 3-28 hari, rata-rata 6 hari. Apabila masa inkubasi kurang dari
7 hari, maka biasanya penyakit lebih parah dan angka kematiannya tinggi.
12
Angka kematian kasus (case Fatality Rate atau CFR) yaitu sangat tinggi.
Pada kasus tetanus neonatorum yang tidak dirawat, angkanya mendekati
100%, terutama yang memiliki masa inkubasi kurang dari 7 hari. Angka
kematian kasus tetanus neonatorum yang dirawat di rumah sakit di
Indonesia bervariasi dengan angka kisaran 10,8-55%.
Faktor resiko untuk terjadinya tetanus neonatorum:
1. Pemberian imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil tidak dilakukan,
atau tidak lengkap atau tidak sesuai dengan ketentuan program.
2. Pertolongan persalinan tidak memenuhi syarat “3 bersih”.
3. Perawatan tali pusat tidak memenuhi persyaratan kesehatan.
Kekebalan terhadap tetanus hanya bisa diperoleh melalui imunisasi TT.
Sembuh dari penyakit tetanus bukan berarti seseorang/bayi selanjutnya
kebal terhadap tetanus. Toksin tetanus dalam jumlah yang cukup untuk
menyebabkan penyakit tetanus, tidak cukup untuk merangsang tubuh
penderita dalam membentuk zat anti (anti bodi) terhadap tetanus. Itulah
sebabnya seorang/bayi penderita tetanus mesti menerima imunisasi TT
pada waktu diagnosis dan/atau setelah sembuh.
TT akan merangsang pembentukan antibody spesifik yang mempunyai
perannan penting dalam perlindungan terhadap tetanus. Ibu hamil yang
mendapatkan imunisasi TT dalam tubuhnya maka akan membentuk
antibody tetanus. Masuk dan menyebar melalui aliran darah janin ke
seluruh tubuh janin, yang akan mnecegah terjadinya tetanus neonatorum.
Imunisasi TT pada ibu hamil diberikan sebanyak 2 kali (2 dosis). Jarak
pemberian TT pertama dan kedua, serta jarak antara TT ke 2 dengan saat
kelahiran, sangat menetukan kadar antibody ttanus dalam darah bayi.
Semakin lama interval anatara TT pertama dan kedua, serta antara TT ke
2 dengan kelahiran bayi maka kadar antibody tetanus dalam darah bayi
akan semakin tinggi, karena interval yang panjang mempertinggi respon
imuonologik dan diperoleh cukup waktu untuk menyebrangkan antibody
tetanus dalam jumlah yang cukup dari tubuh ibu hamil ke tubuh bayinya.
Imunisasi TT pada kehamilan sedini mungkin akan memberikan cukup
13
waktu anatara dosis pertama dan dosis kedua, seta anatar dosis kedua
dengan kelahiran. Interval imunisasi TT dosis pertama dengan dosis kedua
minimla 4 minggu.
TT adalah anti gen yang sangat aman untuk wanita hamil. Tidak ada
bahaya bagi janin jika ibu hamil mendapatkan imunisasi TT. Pada ibu hamil
yang mendapatkan imunisasi TT tidk didapatkan perebedaan resiko cacat
bawaan ataupun abortus dengan mereka yang tidak mendapatkan
imunisasi.
Gejala klinik tetanus neonaturum anatara lain sebagai berikut :
1. Bayi yang semula yang dapat menetek menjadi tidak menetek
karena kejang otot rahang dan faring (tenggorok).
2. Mulut bayi mencucu sepert mulut ikan.
3. Kejang terutama apabila terkena rangsang cahaya, suara, dan
sentuhan.
4. Kadang-kadang disertai dengan sesak napas dan wajah bayi
membiru.
5. Sering timbul komplikasi terutama bronckhopneumonia, asfiksia dan
sianosis akibat obstruksi jakan napas oleh lendir/secret, dan sepsis.
14
Tanda-tanda infeksi >7 har
a) Mulut mencucu
b) Trismus
c) Kejang rangsang (+)
d) Opistotonus kadang-kadan
e) Masih sadar
f) Tali pusat kotorLubang telinga bersih/kotor 0-7 hari
15
Disarankan bagi ibu atau siapapun yang kontak dengan bayi harus
mempunyai kewaspadaan akan terjadinya penularan infeksi. Kewaspadaan
tersebut dapat dapat dibangun melalui hal-hal berikut :
Cara pencegahan infeksi
Berikut adalah beberapa cara untuk melakukan perncegahan infeksi
1. Cuci tangan dengan sabun dan air atau untuk lebih efektif gunakan
cairan pembersih tangan berbasis alkohol, pada saat sebelum dan
sesudah merawat bayi, sesudah melepas sarung tangan, dan
sesudah memegang instrumen atau baran kotor
2. Beri petunjuk pada ibu dan anggota keluarga lainnya untuk cuci
tngan sebelum dan sesduah memegang bayi
3. Basahi ke 2 dengan mencuci tangan selama 10-15 detik dengan
sabun dan air mengalir, setelah itu biarkan tangan kering di udara
atau dikeringkan dengan kertas bersih/handuk pribadi
4. Membersihkan tangan dengan cairan alkohol uang dibuat dari 2ml
gliserin dan 100ml alkohol 60%. Caranya basahilah seluruh
permukaan tangan dan jari dengan cairan pembersih tangan dan
basuh atau gosok cairan ke tangan sampai kering
5. Gunakan alat-alat perlindungan pribadi
6. Bila memungkinkan pakailah sepatu tertutup, jangab bertelanjang
kaki
7. Gunakan sarung tangan untuk melakukan tindakan berikut
a) Memegang atau kontak dengan kulit yang lecet, jaringan
dibawah kulit atau darah (gunakan sarung tangan steril atau
sarung tangan DTT)
b) Memegang atau kontak dengan membran mukosa atau cairan
tubuh (wajib gunakan sarung tangan bersih )
c) Memegang atau kontak dengan barang yang terkontaminasi
serta akan membersihkan atau membuang kotoran (wajib
gunakan sarung tangan tebal dari bahan karet atau lateks)
16
a) Dekontaminasi dengan merendam didalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit
b) Cuci dan bilas
c) Sterilkan dengan autoclaf atau DTT lalu di rebus atau dikukus
d) Sarung tangan tidak boleh dipakai ulang lebih dari 3 kali
e) Jangan menggunakan sarung tangan yang robek, terkelupas,
atau berlubang
17
BAB III
TINJAUAN KASUS
I PENGKAJIAN DATA
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama Bayi : Bayi Ny. A.A
Tanggal lahir : 30 Oktober 2023
Umur : 1 hari
Jenis kelamin : perempuan
Anak ke : 2 ( dua)
Nama Orang tua
Nama Ibu : Ny. A.A Nama Ayah : Tn. “A”
Umur : 30 tahun Umur : 38 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : TNI
Alamat : Batalion
2. Keluhan Utama
lahir secarah sc, tidak segerah menangis kuat,bergerak aktif,Napas
cepat,Retraksi
18
TM I : 1 kali
TM II : 3 kali
TM III : 3 kali
b. Riwayat persalinan ini
Bayi lahir tanggal 30 Oktober 2023, dengan UK 39 minggu, jenis
kelamin perempuan, A/S pada 1 menit pertama 1 6/8 BB 3300 gr,
PBL 50 cm, LK 34 cm, LD 32 cm.
Riwayat pemberian imunisasi
Sudah pemberian imunisasi dan vit K dan HB0
19
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : sedang
Kesadaran : Composmentis
BB : 3300 gram
PB : 50 cm
Pernapasan : 53 x/menit
Nadi : 140x/ menit
Suhu : 36,8 0C
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : persebaran rambut merata, rambut bersih,
berwarna hitam.
Muka : simetris, tidak tampak oedema, tidak tampak ikterik
maupun sianosis.
Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterus.
Hidung : Lubang hidung simetris, tidak ada pernafasan
cuping
hidung.
Mulut : Bibir lembab, bersih, lidah bersih,
Telinga : Simetris, tidak ada sekret.
Leher : Tidak tampak adanya benjolan abnormal, bersih.
Dada : Bentuk dada normal, ada retraksi dinding dada.
Abdomen : Bentuk normal, tampak tali pusat segar
20
sindaktil, tampak terpasang infus tutup buka
pada
tangan kanan.
Ekstremitas bawah : Simetris, bergerak aktif, tidak ada
polidaktil, sindaktil.
b. Palpasi
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis.
Dada : Tidak ada benjolan abnormal, Tampak Retraksi pada
dinding dada (+)
Abdomen : Tidak ada benjolan abnormal.
Ekstremitas : Tidak ada oedema baik pada kedua tangan dan kaki.
c. Auskultasi
Dada : Tidak ada bunyi ronchi maupun wheezing.
Abdomen : Bising usus normal.
d. Perkusi
Abdomen : Tidak kembung, supel.
3. Pemeriksaan Neurologis
a. Reflek Moro : (+)
b. Reflek Menggenggam : (+)
c. Reflek roating : (-)
d. Reflek Sucking : (+)
e. Reflek swallowing : (+)
f. Babynski reflek : (+)
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laborat tanggal 30 oktober 2023 (15.05 WIB)
· Darah lengka
21
Jenis Hasil Harga Normal
Leukosit 20,5 N: 3500 – 10.000
Hemoglobin 16,0
Hematokrit 46,0
Trombosit 296
V. INTERVENSI
: Bayi Ny A.A Usia 1 hari dengan infeksi bakterial neonatal
Tujuan : Bayi Ny A.A keadaannya membaik
Kriteria hasil : TTV dalam batas normal
Suhu : 36,5 – 37,5
Nadi : 140 x/menit
Pernapasan : 65 x/menit, dengan retraksi dinding dada
22
BB normal : 3300 gram
Intervensi:
1. Lakukan cuci tangan 7 langkah sebelum dan sesudah memegang
bayi.
untuk mencegah infeksi nosokomial.
2. Lakukan observasi TTV, By, Ny, A.A untuk mengetahui
Perkembangan kesehatan bayi.
3. Pertahankan suhu tubuh bayi.By.Ny. A.A. untuk tetap Hangat dan
mencegah hipotermi.
4. Lakukan perawatan tali pusat By.Ny. A.A. dengan dibiarkan terbuka
dan tidak tertutup untuk mencegah terjadinya infeksi tali pusat.
5. Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi untuk
By.Ny. A.A
VI. IMPLEMENTASI
: Bayi Ny A.A Usia 1 hari dengan infeksi bacterial neonatal
Implementasi:
1. Melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi dengan
menggunakan sabun dan dibilas dibawah air mengalir untuk
mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
2. melakukan observasi TTV.
Suhu : 36,8 C
Nadi : 140 x/menit
Pernapasan : 65x/menit
Spo2 : 99%
3. Mempertahankan suhu tubuh bayi untuk tetap Hangat dengan
menyelimuti,membedong ,dan mengganti popok setiap kali bayi BAB
dan BAK.
4. Melakukan perawatan tali pusat bayi dengan benar yaitu membiarkan
terbuka dan tidak di tutupi
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi :
23
yaitu pemberian 02 Nasal kanul , infus tutup buka standbay injeksi
ampisilin 150 mg/12 Jam IV ,dikombinasikan dengan Gentamicin 22
mg/12 jam IV
VIII. EVALUASI
Tanggal : 31 Oktober 2023
: By. Ny. A.A .Usia 1 hari dengan infeksi bacterial neonatal
S : menangis kuat,bergerak aktif,refleks isap dan menelan
baik
O : K/ U : sedang
Kesadaran : Composmentis
BB : 3300 gram
PB : 50 cm
Pernapasan : 65x/menit
Nadi : 140x/ menit
Suhu : 36,8 0C
~ Terpasang 02 Nasal kanul 2 Lpm
~ Terpasang infus tutup buka
~ Injeksi ampicilin 150 mg/12 jam IV
~ Injeksi Gentamicin 22 mg/12 jam IV
~ Rawat infantwarmer on
~ BAB : Mekonium,konsistensi lembek,jumlah cukup
~ BAK : Baik.
A : By. Ny A.A. Usia 1 hari dengan infeksi bakterial neonata
P
- Mengobservasi TTV / KU
- Pemberian Injeksi terjadwal sesuia advis dokter
- Pemberian Minum sufor 30 ml/3 jam terjadwal sesuai advis dokter
- Memberikan konseling kepada keluarga tentang kondisi kesehatan bayi
saat ini
- Melakukan perawatan tali pusat
24
- Menjaga kebersihan dan kehangatan bayi
CATATAN PERKEMBANGAN
25
BAB IV
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembaahasn tentang infeksi bakterial
neonatal maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut
1. bayi yang mengalamii sepsis neonatorium sebesar
2. bayi yang mengalami hiperbilirubinemia sebesar
3. ada hubungan sespis neonatorium dengan kejadian hiperbilirubinemia
RSUD
B. SARAN
1. Bagi keluarga ( orang tua bayi)
orng tua bayi di anjurkan untuk dapat segera memeriksakan bayinya
ke petugas kesehatan apa billa melihat bayinya tampaak sakit.
2. Bagi RS
pihak RS diharapkan lebih mengoptimalkan terapi terhadap bayi
sepsis agartidan jatuh pada kondisi hiperbilirubinemia
3. pagi perguruan tinggi
dihaaraapkan dapat menambbah bahan kepustakaan yang terkait
dengan sepsis neonatorium dan hiperbilirubunemia.
4. bagi peneliti selanjutnya
peneliti selanjutnya di harpan dappatmelanjutkan peneelitiian dengan
meneliti fariabel lain yang terkait dengan hal-hal yag dapat di
mempengaruhi kejadiann sepsis neonaatorium dan hiperbilirubiinemia
26
DAFTAR PUSTAKA
Herlina, Novia, 2010. Pengetahuan Ibu Postpartum Tentang Infeksi Tali Pusat Di Wilayah
Kerja Puskesmas Rawat Inap Kota Baru Dan Pulau Kijang, Kecamatan Keritang Inhil Riau
Tahun 2009. Skripsi. Repository USU
Nugrahani, dkk. 2005. Proporsi bayi dengan kejadian sepsis neonatorum di RS Dr. sardjito
Yogyakarta tahun 2004. Repos Sari, Ira Mulya. 2010. Faktor - Faktor Risiko Prenatal Dan
Neonatal Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Tali Pusat Di Ruang Neonatus Risiko
Tinggi Irna D Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2010. Repository.unand.ac.iditory
27