Anda di halaman 1dari 33

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI “A.

A”
DENGAN INFEKSI BACTERIAL NEONATAL
DI RSUD dr P.P MEGRETI RUANG PERINATOLOGI

Di Susun Oleh:

1. PAULINA ALVONSINA MASELA


NIM P07124121045
2. INGELIA VIONA SOPLERA
NIM P07124121028
3. YUDIK RUTH METANFANUAN
NIM P07124121063

POLTEKKES KEMENKES MALUKU


PRODI KEBIDANAN SAUMLAKI
TAHUN AKADEMIK
2022/2022

i
HALAMAN PERJETUJUAN

Di setujui tanggal:

Mengetahui

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

Jakob L. Jambormias,SKM.,M.Pd

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
Rahmat_Nya kami dapat menyelesaikan studi kasus yang berjudul
“MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY A.A DENGAN INFEKSI
BACTERIAL NEOTAL ”

Kami menyadari bahwa tanpa bantuan atau pengarahan dari berbagai pihak, studi
kasus ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Kaprodi Kebidanan Saumlaki

2. Para Dosen Prodi Kebidanan Saumlaki

3. Pembimbing Lahan Dan Institusi


Kami menyadari bahwa studi kasus ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan Studi Kasus ini.

Saumlaki, November 2023

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Infeksi Neonatus ................................................... 3
B. Etiologi .................................................................................... 4
C. Tanda dan Gejala .................................................................... 5
D. Penatalaksanaan .................................................................... 8
E. Infeksi Tali Pusat ..................................................................... 11
F. Tetanus Neonatorum ............................................................... 13
G. Asuhan Neonatus Pencegahan Infeksi ................................... 17
BAB III TINJAUAN KASUS
I. Pengkajian Data ...................................................................... 21
II. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah ......................................... 25
III. Identifikasi Masalah Potensial ................................................. 25
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera ................................................. 25
V. Intervensi ................................................................................ 25
VI. Implementasi ........................................................................... 26
VII. Evaluasi .................................................................................. 27
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 29
B. Saran ...................................................................................... 29
Daftar Pustaka

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan perkiraan World Health Organitation (WHO) hampir semua
(98%) dari lima juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang. Lebih
dari dua pertiga kematian itu terjadi pada masa periode neonatal dini dan
42% kematian neonatal disebabkan infeksi seperti: infeksi, tetanus
neonatorum, meningitis, pneumonia, dan diare. (Imral chair, 2007).
Menurut DEPKES RI angka kematian infeksi neonatorum cukup tinggi
yaitu sekitar 13-50% dari angka kematian bayi baru lahir. Masalah yang
sering muncul sebagai komplikasi infeksi neonatorum diantaranya
meningitis, kejang, hipotermi, hiperbilirubinemia, gangguan nafas, dan
minum.(Depkes, 2007).
Infeksi pada neonatus merupakan sebab yang penting terhadap
terjadinya morbiditas serta mortalitas selama periode ini. Lebih kurang 2%
janin bisa terinfeksi in utero dan 10% bayi baru lahir terinfeksi selama
persalinan atau dalam periode bulan pertama kehidupan. Lesi radang
ditemukan pada sekitar 25% otopsi bayi baru lahir, lesi-lest tersebut
frekwnsinya menduduki tempat kedua sesudah penyakit membrane hialin.
Angka kejadian infeksi neonatorum masih cukup tinggi dan masih
merupakan penyebab kematian utama pada neonatus. Hal ini disebabkan
neonatus rentan terhadap infeksi. Kerentanan neonatus terhadap infeksi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kulit dan selaput lendir yang
tipis dan mudah rusak, kemampuan fagositosis dan leukosit immunitas
masih rendah. Immunoglobulin yang kurang efisien dan luka umbilikus yang
belum sembuh. Bayi dengan BBLR lebih mudah terkena infeksi
neonahgtorum. Tindakan invasif yang dialami neonatus juga dapat
meningkatkan resiko terjadinya infeksi nasokomial. (Surasmi, 2003).

1
Infeksi pada Bayi Baru Lahir (BBL) biasanya sering sekali menjalar ke
infeksi umum sehingga gejala umum tidak menonjol lagi. Beberapa gejala
tingkah laku BBL tersebut di atas diantaranya yaitu malas minum, gelisah
atau mungkin tampak letargi, frekuensi pernafasan meningkat, berat badan
tiba-tiba menurun, muntah dan diare.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Dari Infeksi Pada Neonatus?
2. Apa Penyebab Dari Infeksi Pada Neonatus?Bagaimana Tanda Dan
Gejala Infeksi PaInfeksi pada Bayi Baru Lahir (BBL) sering sekali
menjalar ke infeksi umum sehingga kemudian gejala umum tidak
menonjol lagi pada Neonatus?
3. Bagaimana Penatalaksanaan Infeksi Pada Neonatus?
4. Bagaimana Asuhan Neonatus Pencegahan Infeksi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Definisi Infeksi Pada Neonatus
2. Untuk Mengetahui Penyebab Infeksi Pada Neonatus
3. Untuk Mengetahui Tanda Dan Gejala Infeksi Pada Neonatus

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Infeksi Neonatus


Infeksi perinatal adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa
neonatal, intranatal dan postnatal.Inkfesi Neonatorum atau Infeksi adalah
infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi pada bulan
pertama kehidupan. yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru lahir.Infeksi
adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-
gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan
syok septik. Infeksi adalah tanda respon tubuh terhadap infeksi yang
menyebar melalui darah dan jaringan lain. Infeksi terjadi pada kurang dari
1% bayi baru lahir namun merupakan penyebab dari 30% kematian pada
bayi baru lahir.
Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat
badannya kurang dari 2,75 kg serta 2 kali lebih sering menyerang bayi jenis
kelamin laki-laki. Pada lebih dari 50% kasus, infeksi mulai muncul dalam
waktu 6 jam setelah bayi lahir, namun kebanyakan muncul dalam waktu 72
jam setelah lahir.Infeksi yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih
kemungkinan diakibatkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di
rumah sakit).
Pembagian Inkfesi:
1. Inkfesi Dini
Terjadi 7 hari pertama kehidupan
Karakteristik : sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau
cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi.
2. Inkfesi lanjutan/nosocomial
Adalah terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari
lingkungan pasca lahir.

3
Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan
organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi,
biasanya sering mengalami komplikasi.
Klasifikasi
1. Infeksi Berat
Sepsis, meningitis, pneumonia, diare, tetanus neonatorum.
2. Infeksi Ringan
Infeksi kulit, oftalmia, omfalitis dan moniliasis

B. Etiologi
Infeksi perinatal bisa disebabkan oleh berbagai bakteri seperti
escherichia coli, pseudomonas pyocyaneus, klebsielia, staphylococcus
aureus, dan coccus gonococcus. Infeksi ini juga bisa terjadi pada saat
antenatal, intranatal, dan postnatal.
1. Infeksi antenatal
Infeksi yang terjadi pada masa kehamilan saat kuman masuk ke tubuh
janin melalui sirkulasi darah ibu, lalu masuk melewati plasenta dan
akhirnya ke dalam sirkulasi darah umbilikus. Berikut adalah kuman
yang menginvasi ke dalam janin.
a. Virus: rubella, poliomielitis, variola,vaccinia,coxsackie,dan
cytomegalic inclusio.
b. Spirochaeta: terponema palidum
c. Bakteri : E.coli dan listeria monocytoganes
2. Infeksi intranatal
Infeksi terjadi pada masa persalinan. Infeksi ini sering terjadi ketika
mikroorganisme masuk dari vagina, kemudian naik dan lalu masuk ke
dalam rongga amnion, biasanya setelah selaput ketuban pecah.
Ketuban yang pecah lebih dari 12 jam akan menjadi penyebab
timbulnya plasentitis dan amnionitis. Infeksi dapat terjadi pula walaupun
air ketuban belum pecah, yaitu pada partus lama yang sering dilakukan
manipulasi vagina, termasuk periksa dalam dan kromilage (melebarkan

4
jalan lahir dengan jari tangan penolong). infeksi bisa pula terjadi melalui
kontak langsung dengan kuman yang berasal dari vagina, seperti pada
blennorhoe.
3. Infeksi postnatal
Infeksi pada periode ini dapat terjadi setelah bayi lahir lengkap,
misalnya melalui kontaminasi langsung dengan alat-alat yang tidak
steril, tindakan yang tidak antiseptik atau dapat juga terjadi akibat
infeksi silang, misalnya pada neonatus neonatorum, omfalitis dan lain-
lain.

C. Tanda dan gejala


Gejala ini yang umumnya terjadi pada bayi yang mengalami infeksi
perinatal adalah sebagai berikut.
1) Bayi malas minum
2) Gelisah dan mungkin juga terjadi letargi
3) Frekuensi pernapasan meningkat
4) Berat badan menurun
5) Pergerakan kurang
6) Muntah
7) Diare
8) Sklerema dan udema
9) Perdarahan, ikterus, dan kejang
10) Suhu tubuh dapat normal, hipotermi atau hipertermi
Gejala dari infeksi neonatus juga tergantung kepada sumber infeksi dan
penyebarannya:
1) Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau
darah dari pusar.
2) Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan
koma, kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau
penonjolan pada ubun-ubun.

5
3) Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya
pergerakan pada lengan atau tungkai yang terkena.
4) Infeksi pada persendian mengakibatkan pembengkakan, kemerahan,
nyeri tekan dan sendi yang terkena teraba hangat.
5) Infeksi pada selaput perut (peritonitis) mengakibatkan pembengkakan
perut serta diare berdarah
Faktor- faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum
berasal dari tiga kelompok, diantaranya yaitu :
1. Faktor Maternal
a) Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi
kecenderungan terjadinya penyakit infeksi dengan alasan yang
tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi
rendah mungkin nutrisinya buruk dan juga tempat tinggalnya padat
serta tidak higienis. Bayi kulit hitam kemungkinan lebih banyak
mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.
b) Status paritas (yakni wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan
umur ibu (kurang dari 20 tahun atau lebih dari 30 tahun.
c) Kurangnya perawatan prenatal
d) Ketuban pecah dini (KPD)
e) Prosedur selama persalinan
2. Faktor Neonatatal
a) Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan
faktor resiko utama untuk infeksi neonatal. Biasanya imunitas bayi
kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor
imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir
trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum
terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat.
Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.
b) Laki-laki dan kehamilan kembar.
Insidens infeksi pada bayi laki- laki empat kali lebih besar dari pada
bayi perempuan, menegaskan kemungkinan adanya faktor-faktor

6
seks dan kerentanan hospes. Resusitasi saat lahir, terutama jika
melibatkan intubasi endotrakea, pemasukan kateter pembuluh darah
umbilicus, atau
keduanya, dihubungkan dengan peningkatan risiko infeksi bakteri,
hal ini kemungkinan berkaitan dengan prematuritas atau infeksi pada
saat lahir
3. Faktor Lingkungan
a) Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga pada
biasanya memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu
perawatan di rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/
arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat masuk
bagi mikroorganisme melalui kulit yang luka. Bayi juga mungkin
terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
b) Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis
menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko
penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan
kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat
ganda.
c) Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran
mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial),
paling sering akibat kontak tangan.
d) Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli
ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu
formula hanya didominasi olehE.colli.
Komplikasi :
a) Meningitis
b) Hipoglikemia, asidosis metabolic
c) Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan
intracranial
d) ikterus/kernicterus

7
Faktor Resiko
1. BBLR
2. Ketuban pecah dini (12 jam)
3. Ibu demam
4. Cairan amnion keruh, berbau
5. Resusitasi
6. Kembar
7. Prosedur invasif
8. Sosio-ekonomi rendah

D. Penatalaksanaan
1. Berikan posisi semifowler agar sesak berkurang
2. Apabila suhu tinggi, lakukan kompres dingin
3. Berikan ASI perlahan-lahan, sedikit demi sedikit
4. Apabila bayi muntah, lakukan perawatan muntah yaitu posisi tidur
miring ke kiri atau kanan
5. Apabila diare, perhatikan personal higine dan keadaan lingkungan
6. Rujuk segera ke rumah sakit, lakukan informed consent pada
keluarga
Penanganan Dan Penatalaksanaan Medis :
1. Pertahankan tubuh bayi tetap hangat
2. ASI tetap diberikan
3. Diberi injeksi antibiotika berspektrum luas
4. Penggunaan antibiotika yang banyak dan tidak terarah dapat
5. menyebabkan tumbuhnya jenis mikroorganisme yang tahan
terhadap antibiotika dan mengakibatkan tumbuhnya jamur yang
berlebihan, misalnya jenis candida albicans.
6. Perawatan sumber infeksi, misalnya pada infeksi tunggal tali
pusat (omfalitis) diberi salep yang mengandung neomisin dan
basitrasin.

8
Jenis Antibiotika Dosis Frekuensi Pemberian Injeksi Benzil Penisilin atau
Injeksi Ampisilin 50.000 IU/kg/kali i.m50 mg/kg/kali i.m/i.v Tiap 12 jam
Tiap 8 jam Dikombinasikan dengan Injeksi Aminoglikosida (Gentamisin) 2,5
mg/kg/ kali i.m/i.v Tiap 12 jam Eritromisin 50 mg/kg/hari Dalam 3 dosis

V PENANGANAN INFEKSI ATAU SEPSIS


Tanda-tanda Suhu tubuh panas atau disebut hipotermia, sesak napas,
merintih, menangis lemah atau tidak ada tangis, susah minum, fontanel
cembung, serta tali pusat memerah.
Kategori Sepsis Infeksi Lokal
Penilaian Tanda-tanda tersebut di atas disertai:
1. Kadang-kadang kejang
2. Tali pusat merah atau kotor atau bau
3. Kulit ikterik Biasanya hanya ditemukan:
1. Panas
2. Tali pusat merah atau kotor atau bau
3. Nanah di telinga
4. Bisul atau pustule di kulit.
Penanganan Puskesmas
1. Pertahankan tubuh bayi tetap hangat (tidak hipotermia)
2. ASI tetap diberikan atau diberi air gula
3. Injeksi antibiotika 1 kali
4. Rujuk ke rumah sakit
5. Diberi injeksi antibiotika
6. Dilanjutkan dengan antibiotika oral
7. Nasehat perawatan infeksi
8. Kontrol kembali dalam 2 hari 9.
Rumah Sakit
1. Sama seperti di atas
2. Diberi antibiotika ampisilin + gentamisin i.v.
3. Bila perlu diberikan oksigen

9
4. Infus untuk mencegah dehidrasi ASI tetap diberikan
Pencegahan dan pengobatan
Sepsis neonatorum adalah penyebab kematian utama pada neonates.
Tanpa pengobatan yang memadai, gangguan ini dapat menyebabkan
kematian dalam waktu singkat. Oleh karena itu tindakan pencegahan
memiliki arti penting karena dapat mencegah terjadinya kesakitan dan
kematian. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah:
a) Pada masa antenatal
Perawatn antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara
berkala, imunisai, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita
ibu,asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan
yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin, rujukan segera
ketempat pelayanan yang memadai bila diperlukan
b) Pada masa intranatal
Perawtan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptic, dalam arti
persalinan diperlukan sebagai tindakan operasi. Tindakan intervensi
pada ibu dan bayi seminimal mungkin dilakukan (bila bemar-benar
diperlukan). Mengawasi keadaan ibu dan janin yang baik selama
proses persalinan. Melakukan rujukan secepatnya bila diperlukan dan
menghindari perlukaan kulit dan selaput lendir
c) Sesudah masa postnatal
Perawatan sesudah pesalinan meliputi menerapkan rawat gabung bila
bayi normal, pemberian ASI secepatnya, mengupayakan lingkungan
dan peralatan tetap bersih, setiap bayi menggunakan peralatan sendiri.
Perawatan luka umbilicus secara steril. Tindakan invasive harus
dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip aseptik. Mengindari
perlukaan selaput lendir dan kulit, mencuci tangan dengan
menggunakan larutan desinfektan sebelum dan sesudah memgang
setiap bayi. Pemantauan keadaan bayi secara teliti disertai
pendokumentasian data-data yang baik dan benar.

10
E. Infeksi Tali Pusat
Tali pusat biasanya puput 1 minggu setelah lahir dan luka sembuh dalam
15 hari. Sebelum luka sembuh merupakan jalan masuk untuk infeksi, yang
bisa dengan cepat menyebabkan sepsis. Pengenalan serta pengobatan
secara dini infeksi tali pusat sangat penting dengan tujuan untuk mencegah
sepsis. Faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya infeksi tali pusat
pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut :
a) Faktor kuman
Staphylococcus aereus ada dimana-mana dan didapat pada
masa awal kehidupan hampir semua bayi, saat lahir atau selama
masa perawatan. Biasanya Staphylococcus aereus sering dijumpai
pada kulit, saluran pernafasan, dan saluran cerna terkolonisasi.
Untuk pencegahan terjadinya infeksi tali pusat maka sebaiknya tali
pusat untuk tetap dijaga kebersihannya, upayakan tali pusat agar
tetap kering dan bersih, pada saat memandikan di minggu pertama
sebaiknya jangan merendam bayi langsung ke dalam air mandinya
karena akan menyebabkan basahnya tali pusat dan memperlambat
proses pengeringan tali pusat. Dan masih banyak faktor penyebab
lain yang dapat memperbesar peluang terjadinya infeksi pada tali
pusat seperti penolong persalinan yang kurang menjaga kebersihan
terutama pada alat-alat yang digunakan pada saat menolong
persalinan serta khususnya pada saat pemotongan tali pusat. Dalam
penanganan, biasakan mencuci tangan untuk pencegahan
terjadinya infeksi (Danuatmadja, 2003).
b) Proses persalinan
Persalinan yangtidak sehat atau pula yang dibantu oleh tenaga
non medis. Kematian bayi yang diakibatkanoleh tetanus ini terjadi
saat pertolongan persalinan oleh dukun pandai, terjadi pada saat
memotong tali pusat menggunakan alat yang tidak steril dan tidak
diberikan obat antiseptik.

11
c) Faktor tradisi
Untuk perawatan tali pusat juga tidak terlepas dari masih adanya
tradisi yang berlaku di sebagian masyarakat contohnyaa dengan
memberikan berbagai ramuan-ramuan atau serbuk-serbuk yang
dipercaya bisa membantu mempercepat kering dan lepasnya
potongan tali pusat. Ada yang mengatakan tali pusat bayi itu harus
diberi abu-abu pandangan seperti inilah yang seharusnya tidak boleh
dilakukan karena justru dengan diberikannya berbagai ramuan
tersebut kemungkinan terjangkitnya tetanus lebih besar biasanya
penyakit tetanus neonatorum ini cepat menyerang bayi, pada
keadaan infeksi berat hanya beberapa hari setelah persalinan jika
tidak ditangani biasa menyebabkan meninggal dunia (Mieke,2006).
Masalahnya yaitu tali pusat merah dan bengkak, mengeluarkan nanah
atau berbau busuk (terinfeksi).
Penanganan Infeksi tali pusat local atau terbatas
1. Bersihkan tali pusat menggunakan larutan antiseptic (missal
klorheksidin atau iodium povidon 2,5%) dengan kain kasa yang
bersih.
2. Olesi tali pusat dan daerah sekitarnya dengan larutan antiseptic
(missal gential violet 0,5% atau iodium povidon 2,5%) 8 kali sehari
sampai tidak ada nanah lagi pada tali pusat. Anjurkan ibu
melakukan ini kapan saja bila memungkinkan.
3. Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi
area 1 cm, obati seperti sebagai infeksi tali pusat berat atau
meluas.
Penanganan Infeksi tali pusat atau meluas
1. Ambil sampel darah dan kirim ke laboratorium untuk pemeriksaan
kultur dan sensitivitas.
2. Beri kloksasilin per oral sesuai selama 5 hari.
3. Jika terdapat pustula atau lekuk kulit
4. Cari tanda-tanda sepsis.

12
5. La kukan perawatan umum seperti dijelaskan untuk tali pusat local
atau terbatas.

F. Tetanus Neonatorum
Penyakit tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada
neonates (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium
tetani yaitu kuman yang mengeluarkan toksin yang menyerang sistem saraf
pusat.
Spora kuman tersebut masuk ke dalam tubuh bayi melalui pintu masuk
satu-satunya, yaitu tali pusat, yang dapat terjadi pada saat pemotongan tali
pusat ketika bayi lahir maupun pada saat perawatannya sebelum puput.
Masa inkubasi 3-28 hari, rata-rata 6 hari. Apabila masa inkubasi kurang dari
7 hari, maka biasanya penyakit lebih parah dan angka kematiannya tinggi.
Angka kematian kasus (case Fatality Rate atau CFR) yaitu sangat tinggi.
Pada kasus tetanus neonatorum yang tidak dirawat, angkanya mendekati
100%, terutama yang memiliki masa inkubasi kurang dari 7 hari. Angka
kematian kasus tetanus neonatorum yang dirawat di rumah sakit di
Indonesia bervariasi dengan angka kisaran 10,8-55%.
Faktor resiko untuk terjadinya tetanus neonatorum:
1. Pemberian imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil tidak dilakukan,
atau tidak lengkap atau tidak sesuai dengan ketentuan program.
2. Pertolongan persalinan tidak memenuhi syarat “3 bersih”.
3. Perawatan tali pusat tidak memenuhi persyaratan kesehatan.
Kekebalan terhadap tetanus hanya bisa diperoleh melalui imunisasi TT.
Sembuh dari penyakit tetanus bukan berarti seseorang/bayi selanjutnya
kebal terhadap tetanus. Toksin tetanus dalam jumlah yang cukup untuk
menyebabkan penyakit tetanus, tidak cukup untuk merangsang tubuh
penderita dalam membentuk zat anti (anti bodi) terhadap tetanus. Itulah
sebabnya seorang/bayi penderita tetanus mesti menerima imunisasi TT
pada waktu diagnosis dan/atau setelah sembuh.

13
TT akan merangsang pembentukan antibody spesifik yang mempunyai
perannan penting dalam perlindungan terhadap tetanus. Ibu hamil yang
mendapatkan imunisasi TT dalam tubuhnya maka akan membentuk
antibody tetanus. Masuk dan menyebar melalui aliran darah janin ke
seluruh tubuh janin, yang akan mnecegah terjadinya tetanus neonatorum.
Imunisasi TT pada ibu hamil diberikan sebanyak 2 kali (2 dosis). Jarak
pemberian TT pertama dan kedua, serta jarak antara TT ke 2 dengan saat
kelahiran, sangat menetukan kadar antibody ttanus dalam darah bayi.
Semakin lama interval anatara TT pertama dan kedua, serta antara TT ke
2 dengan kelahiran bayi maka kadar antibody tetanus dalam darah bayi
akan semakin tinggi, karena interval yang panjang mempertinggi respon
imuonologik dan diperoleh cukup waktu untuk menyebrangkan antibody
tetanus dalam jumlah yang cukup dari tubuh ibu hamil ke tubuh bayinya.
Imunisasi TT pada kehamilan sedini mungkin akan memberikan cukup
waktu anatara dosis pertama dan dosis kedua, seta anatar dosis kedua
dengan kelahiran. Interval imunisasi TT dosis pertama dengan dosis kedua
minimla 4 minggu.
TT adalah anti gen yang sangat aman untuk wanita hamil. Tidak ada
bahaya bagi janin jika ibu hamil mendapatkan imunisasi TT. Pada ibu hamil
yang mendapatkan imunisasi TT tidk didapatkan perebedaan resiko cacat
bawaan ataupun abortus dengan mereka yang tidak mendapatkan
imunisasi.
Gejala klinik tetanus neonaturum anatara lain sebagai berikut :
1. Bayi yang semula yang dapat menetek menjadi tidak menetek
karena kejang otot rahang dan faring (tenggorok).
2. Mulut bayi mencucu sepert mulut ikan.
3. Kejang terutama apabila terkena rangsang cahaya, suara, dan
sentuhan.
4. Kadang-kadang disertai dengan sesak napas dan wajah bayi
membiru.
5. Sering timbul komplikasi terutama bronckhopneumonia, asfiksia dan

14
sianosis akibat obstruksi jakan napas oleh lendir/secret, dan sepsis.

TANDA-TANDA
Tiba-tiba bayi demam atau panas, mendadak bayi tidak mau/ tidak bisa
menetek (mulut tertutup atau trismus), mulut mencucu seperti ikan, mudah
sekali kejang (misalnya kalau dipegang, kena sinar, atau kaget-kaget),
disertai sianosis, kuduk menjadi kaku, posisi punggung melengkung, kepala
mendongak ke atas (atau opistotonus)
KATEGORI Tetanus neonatorum sedang Tetanus neonatorum berat
PENILAIAN
1. Umur bayi
2. Frekuensi kejang
3. Bentuk kejang
1. Posisi badan
2. Kesadaran
3. Tanda-tanda infeksi >7 hari
Kadang-kadang
a) Mulut mencucu
b) Trismus
c) Kejang rangsang (+)
d) Opistotonus kadang-kadan
e) Masih sadar
f) Tali pusat kotorLubang telinga bersih/kotor 0-7 hari
Sering
a) Mulut mencucu
b) Trismus terus menerus
c) Kejang rangsang (+)
d) Selau opistotonus
e) Masih sadar
f) Tali pusat kotor
g) Lubang telinga bersih/kotor

15
PENANGANAN PUSKESMAS
1. Bersihkan jalan napas
2. Masukkan sendok atau spatel dibungkus kain untuk menekan lidah
3. Beri oksigen
4. Atasi kejang dengan
a) Diazepam 0,5 mg/kg/i.m atau supositoria
b) Apabila masih kejang ulangi tiap 30 menit
c) Ditambah luminal 30 mg/i.m sampai kejang berhenti
5. Infus glucose 10% sebanyak 80 ml/kg/hari
6. Antibiotika 1 kali (Penisilin Prokain 50.000 kg/hari/i.m)
7. Bersihkan tali pusat
8. Rujuk ke rumah sakit
RUMAH SAKIT
1. Umur lebih dari 24 jam ditambah bikarbonas natrikus 1,5 % (4:1)
2. Dosis anti kejang i.v.dengan dosis rumat
3. Diazepam 8-10 mg/kg i.v. di ganti tiap 6 jam
4. ATS 10.000 U/hari i.m.
5. Ampisilin 100 mg/kg i.v. atau prokain penisilin 50.000 U/kg i.m.
selama 3 hari
6. Ruang perwatan tenang
Perawatan Lanjut Bayi Tetanus
1. Rawat bayi di ruang tenang dan gelap untuk menguragi rangsangan
yang tidak perlu, tetapi harus yakin bahwa bayi tidak terlantar.
2. Lanjutkan pemberian cairan IV dengan dosis rumatan.
3. Pasang pipa lambung bila belum terpasang dan beri asi peras
diantara peiode spasme. Mulai dengan jumlah setengah kebutuhan
perhari dan dinaikkan secara perlahan jumlah ASI yang diberikan
sehingga tercapai jumlah yang diperlukan dalam dua hari.
4. Nilai kemampuan minum dua kali sehari dan anjurkan untuk
menyusu ASI secepatnya begitu terlihat bayi siap untuk menghisap.

16
5. Jelaskan kepada ibu bahwa angka kematian tetanus neonatorum
masih sangat tinggi (50% atau lebih), tetapi kalau bayi bisa bertahan
hidup tidak akan mempunyai dampak penyakitnya dimasa datang.
6. Bila sudah tidak terjadi spasme selama dua hari, bayi minum baik
dan tidak ada lagi masalah yang memerlukan perawatan dirumah
sakit, maka bayi dapat dipulangkan.

G. Asuhan Neonatus Pencegahan Infeksi


Berikan perawatan rutin bayi baru lahir :
1. Setelah enam jam pertama kehidupan atau setelah suhu tubuh bayi
sudah stabil, gunakan kain katun yang direndam dalam air hangat
untuk membersihkan darah dan cairan tubuh lain ( misal: dari
kelahiran ) dari kulit bayi, kemudian keringkan kulit. Tunda
memandikan bayi kecil ( kurang dari 2,5 kg pada saat lahir atau
sebelum usia gestasi 37 minggu ) hingga minimal hari kedua
kehidupan.
2. Bersihkan bokong dan area perineum bayi setiap kali mengganti
popok bayi, atau sesering yang dibutuhan dengan menggunakan
kapas yang direndam dalam air hangat bersabun, kemudian
keringkan area tersebut secara cermat.
3. Pastikan bahwa ibu mengetahui peraturan posisi penempatan yang
benar untuk meyusui untuk mencegah mastitis dan kerusakan
puting.
Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi adalah bagian terpenting dari setiap komponen
perawatan bayi baru lahir yang sangat rentan terhadap infeksi karena
sistem imunitasnya yang masih belum sempurna.
Kewaspadaan pencegahan infeksi
Disarankan bagi ibu atau siapapun yang kontak dengan bayi harus
mempunyai kewaspadaan akan terjadinya penularan infeksi. Kewaspadaan
tersebut dapat dapat dibangun melalui hal-hal berikut :

17
1. Anggaplah setiap orang yang kontak dengan bayi berpotensi
menulatkan infeksi.
2. Cuci tangan atau gunakan cairan cuci tangan dengan basis alkohol
sebelum dan / atau sesudah merawat bayi.
3. Gunakan sarung tangan bila melakukan tindakan
4. Gunakan pakaian pelindung, seperti celemek atau gaun lainnya
bila diperkirakan akan terjadikontak dengan darah dan cairan tubuh
lainnya
5. Bersihkan dan jika perlu lakukan desinfeksi peralatan serta barang
- barang yang telah digunakan sebelum daur ulang
6. Bersihkan ruang perawatan pasien secara rutin
7. Letakkan bayi yang mungkin dapat terkontaminasi lingkungan,
misalnya bayi dengan diare yang terinfeksi di dalam ruangan
khusus
Cara pencegahan infeksi
Berikut adalah beberapa cara untuk melakukan perncegahan infeksi
1. Cuci tangan dengan sabun dan air atau untuk lebih efektif gunakan
cairan pembersih tangan berbasis alkohol, pada saat sebelum dan
sesudah merawat bayi, sesudah melepas sarung tangan, dan
sesudah memegang instrumen atau baran kotor
2. Beri petunjuk pada ibu dan anggota keluarga lainnya untuk cuci
tangan sebelum dan sesduah memegang bayi
3. Basahi ke 2 dengan mencuci tangan selama 10-15 detik dengan
sabun dan air mengalir, setelah itu biarkan tangan kering di udara
atau dikeringkan dengan kertas bersih/handuk pribadi
4. Membersihkan tangan dengan cairan alkohol uang dibuat dari 2ml
gliserin dan 100ml alkohol 60%. Caranya basahilah seluruh
permukaan tangan dan jari dengan cairan pembersih tangan dan
basuh atau gosok cairan ke tangan sampai kering
5. Gunakan alat-alat perlindungan pribadi
6. Bila memungkinkan pakailah sepatu tertutup, jangab bertelanjang

18
kaki
7. Gunakan sarung tangan untuk melakukan tindakan berikut
a) Memegang atau kontak dengan kulit yang lecet, jaringan
dibawah kulit atau darah (gunakan sarung tangan steril atau
sarung tangan DTT)
b) Memegang atau kontak dengan membran mukosa atau cairan
tubuh (wajib gunakan sarung tangan bersih )
c) Memegang atau kontak dengan barang yang terkontaminasi
serta akan membersihkan atau membuang kotoran (wajib
gunakan sarung tangan tebal dari bahan karet atau lateks)
8. Sarung tangan sekali pakai sangat dianjurkan, tetapi dapat juga
dipakai ulang
a) Dekontaminasi dengan merendam didalam larutan klorin 0,5%
a. selama 10 menit
b) Cuci dan bilas
c) Sterilkan dengan autoclaf atau DTT lalu di rebus atau dikukus
d) Sarung tangan tidak boleh dipakai ulang lebih dari 3 kali
e) Jangan menggunakan sarung tangan yang robek, terkelupas,
atau berlubang
Perawatan umum
1. Gunakan sarung tangan dan celemek saat memegang BBL sampai
dengan memandikan bayi minimal 6 jam, dan tidak perlu memakai
masker atau gaun penutup dalam perawatan BBL
2. Bersihkam darah dan cairan bayi dengan menggunakan kapas
yang direndam dalam air hangat kemudian keringkan

3. Bersihkan bokong dan sekitar anus bayi setiap selesai mengganti


popok atau setiap diperlukan dengan menggunakan kapas yang
direndam air hangat atau air sabun lali keringkan dengan hati-hati
4. Gunakan sarung tangan sewaktu merawat tali pusat.

19
5. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Infeksi Pada Neonatus
6. Untuk Mengetahui Asuhan Neonatus Pencegahan Infeksi

20
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN DATA

Tanggal : 31 Oktober 2023


Jam : 12.00 WIB
Tempat : RSUD dr. P.P MAGRETI RUANG PERINATOLOGI

A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama Bayi : Bayi Ny. A.A
Tanggal lahir : 30 Oktober 2023
Umur : 1 hari
Jenis kelamin : perempuan
Anak ke : 2 ( dua)
Nama Orang tua
Nama Ibu : Ny. A.A Nama Ayah : Tn. “A”
Umur : 30 tahun Umur : 38 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Batalion Alamat : Batalion
2. Keluhan Utama
Tampak kuning pada bayi
3. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
a. Riwayat kehamilan ini
Ibu hamil ke-2, UK 39 minggu, ibu periksa hamil ke bidan. Pada:
TM I : 1 kali
TM II : 3 kali
TM III : 3 kali

21
b. Riwayat persalinan ini
Bayi lahir tanggal 30 Oktober 2023, dengan UK 39 minggu, jenis
kelamin perempuan, AS pada 1 menit pertama 1 dan pada 5 menit
kedua 3. BB 3300 gr, PBL 50 cm, LK 34 cm, LD 32 cm, anus (+), Vit.
K (+). Riwayat pemberian imunisasi HB0 tidak terkaji.

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang pernah atau
sedang menderita penyakit menular, menurun, maupun menahun seperti
kencing manis, jantung, batuk darah, asma, darah tinggi dan penyakit
kuning. Selain itu, ibu mengatakan bahwa dari keluarganya maupun
keluarga suaminya tidak ada yang mempunyai keturunan kembar.
Ibu tidak pernah minum jamu.

5. Kebutuhan Dasar
a. Pola Nutrisi
Minum PASI (susu formula) setiap 3 jam banyaknya 30 cc/ hari
b. Pola Eliminasi
BAB : 1-2 kali dalam sehari, berupa mekoneum berwarna hijau tua/
kehitaman.
BAK : 5-6 kali dalam sehari, berwarna kuning jernih.
c. Pola Istirahat
Bayi lebih banyak tidur, kadang terbangun jika bayi haus, BAB, atau
BAK.
d. Pola aktivitas
Bayi bergerak aktif.
e. Personal hygiene
Bayi dimandikan dan diseka 1 x/ hari, ganti popok tiap kali basah.

22
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : Composmentis
BB : 3300 gram
PB : 50 cm
Pernapasan : 53 x/menit
Nadi : 120x/ menit
Suhu : 368 0C

2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : persebaran rambut merata, rambut bersih,
berwarna hitam.
Muka : simetris, tidak tampak oedema, tidak tampak ikterik
maupun sianosis.
Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, palpebra tidak oedema.
Hidung : Lubang hidung simetris, ada pernafasan cuping
hidung.
Mulut : Bibir lembab, bersih, lidah bersih, gigi (-).
Telinga : Simetris, tidak ada sekret.
Leher : Tidak tampak adanya benjolan abnormal, bersih.
Dada : Bentuk dada normal, ada retraksi dinding dada.
Abdomen : Bentuk normal, tampak tali pusat terbungkus kassa
steril.
Genetalia : scorotum (+), tidak tampak hipospaadia atau
epispadia.
Anus : anus berlubang
Ekstremitas atas : Simetris, bergerak aktif, tidak ada polidaktil,
sindaktil, tampak terpasang infuse D10 pada

23
tangan kanan.
Ekstremitas bawah : Simetris, bergerak aktif, tidak ada
polidaktil, sindaktil.
b. Palpasi
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena
jugularis
Dada : Tidak ada benjolan abnormal.
Abdomen : Tidak ada benjolan abnormal.
Ekstremitas : Tidak ada oedema baik pada kedua tangan dan
kaki
c. Auskultasi
Dada : Tidak ada bunyi ronchi maupun wheezing.
Abdomen : Bising usus normal.
d. Perkusi
Abdomen : Tidak kembung, supel.
3. Pemeriksaan Neurologis
a. Reflek Moro : (+)
b. Reflek Menggenggam : (+)
c. Reflek roating : (+)
d. Reflek Sucking : (+)
e. Reflek swallowing : (+)
f. Babynski reflek : (+)
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laborat tanggal 30 oktober 2023 (15.05 WIB)
· Darah lengkap
Jenis Hasil Harga Normal
Leukosit 20,5 N: 3500 – 10.000
Hemoglobin 16,0
Hematokrit 46,0
Trombosit 296

24
II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH

Bayi Ny A.A usia 1 hari dengan infeksi becterial neonatal


Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : Composmentis
BB : 3300 gram
PB : 50 cm
Pernapasan : 53 x/menit
Nadi : 120x/ menit
Suhu : 36,8 C

III. IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL


 Potensi terjadi hipotermi
 Potensi terjadi ganguan pernapasan
 Potensi terjadi infeksi

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


Kolaborasi dengan dokter spesialis

V. INTERVENSI
Dx : Bayi Ny A.A Usia 1 hari dengan infeksi bakterial neonatal
Tujuan : Bayi Ny A.A keadaannya membaik
Kriteria hasil : TTV dalam batas normal
Suhu : 36,5 – 37,5
Nadi : 120 x/menit
Pernapasan : 45 x/menit, Tidak ada retraksi dinding dada
BB normal : 2500 - 4000 gram
Intervensi :
1. Lakukan cuci tangan 7 langkah sebelum dan sesudah memegang
bayi.
R/ untuk mencegah infeksi nosokomial.

25
2. Lakukan observasi TTV.
R/ untuk mengetahui parameter kesehatan bayi.
3. Pertahankan suhu tubuh bayi.
R/ untuk mencegah hipotermi.
4. Lakukan perawatan tali pusat pasien dengan benar.
R/ untuk mencegah adanya infeksi tali pusat
5. Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi.
R/ terapi yang tepat akan mempercepat kesembuhan pasien

VI. IMPLEMENTASI
Bayi Ny A.A Usia 1 hari dengan infeksi bacterial neonatal
Implementasi:
1. Melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
dengan menggunakan sabun dan dibilas dibawah air mengalir
untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
2. Melakukan observasi TTV.
Suhu : 36,8 C
Nadi : 120 x/menit
Pernapasan : 53 x/menit
3. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan mengganti baju kering,
mengganti popok, serta menyelimuti bayi. Bila bayi dalam
inkubator, mempertahankan suhu inkubator agar bayi tidak
kedinginan.
4. Melakukan perawatan tali pusat bayi dengan benar yaitu dengan
menggunakan kassa steril dan tidak membubuhkan apapun pada
tali pusat bayi.
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi, yaitu
pemberian O2 2L, infus D10 8 tpm, injeksi ampisilin subaktam 2 x
150 mg.

26
VII. EVALUASI
Tanggal : 31 Oktober 2023
: Bayi Ny Usia 1 hari dengan infeksi bacterial neonatal
S : -
O : Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
BB : 3300 gram
PB : 50 cm
Pernapasan : 53 x/menit
Nadi : 120x/ menit
Suhu : 36,8 0C
A : Bayi Ny A.A Usia 1 hari dengan infeksi bakterial neonatal
Masalah teratasi sebagian
P : - Lakukan Observasi TTV
- Lakukan perawatan bayi sehari-hari
- KIE tentang pemberian ASI dan nutrisi

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal: 31 Oktober 2023


Pelaksanaan
- k/u cukup, kes. CM, minum (+), tumpah (-), panas (-), kejang (-),
sianosis (-), ekstremitas atas tampak terpasang vemflon.
Bayi “T” Usia 3 hari dengan infeksi neonatorum
− Observasi TTV
S: 36,4 ºC
N: 120 x/menit
− Memberi minum bayi 8 x 30 cc
− Memandikan atau menyeka bayi 1x/hari dan mengganti popok setiap
kali basah serta merawat tali pusat dengan menggunakan kassa steril.

27
01 November 2023
- k/u cukup, kes. CM, minum (+), tumpah (-), panas (-), kejang (-),
sianosis (-), ekstremitas atas tampak terpasang vemflon.
Bayi “T” Usia 4 hari dengan infeksi neonatorum
− Observasi TTV
S: 36,8 ºC
N: 120 x/menit
− Memberi minum bayi 8 x 30 cc
− Memandikan atau menyeka bayi 2 x/hari dan mengganti popok
setiap kali basah serta merawat tali pusat dengan menggunakan
kassa steril.
− Memberikan injeksi ampisilin subaktam 2 x 150 mg.
− Bayi PP (Pulang Paksa)

28
BAB IV
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembaahasn tentang infeksi bakterial
neonatal maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :
1. bayi yang mengalamii sepsis neonatorium sebesar
2. bayi yang mengalami hiperbilirubinemia sebesar
3. ada hubungan sespis neonatorium dengan kejadian hiperbilirubinemia
RSUD

B. SARAN
1. Bagi keluarga ( orang tua bayi)
orng tua bayi di anjurkan untuk dapat segera memeriksakan bayinya
ke petugas kesehatan apa billa melihat bayinya tampaak sakit.
2. Bagi RS
pihak RS diharapkan lebih mengoptimalkan terapi terhadap bayi
sepsis agartidan jatuh pada kondisi hiperbilirubinemia
3. Bagi perguruan tinggi
diharapkan dapat menambah bahan kepustakaan yang terkait
dengan sepsis neonatorium dan hiperbilirubunemia.
4. Bagi peneliti
Peneliti selanjutnya di harapkan dappatmelanjutkan peneelitiian
dengan meneliti fariabel lain yang terkait dengan hal-hal yang dapat
mempengaruhi kejadiann sepsis neonaatorium dan hiperbilirubiinemia

29

Anda mungkin juga menyukai