Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH STASE KESEHATAN WANITA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPIPADA
PELVIC INFLAMATORY DISEASE

Disusun Oleh:
MELAWATI MAWADDAH

2110306172

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2021/2022

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
Alhamdulillah tepat pada waktunya.
Melalui kesempatan yang sangat berharga ini kami menyampaikan ucapan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
makalah ini, terutama kepada ibu dosen maupun pembimbing CE, orang tua, serta
teman-teman sekalian, semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal atas
segala bantuan yang telah diberikan.
Saya menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan baik
yang disengaja maupun tidak disengaja, penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini
bermanfaat.

Yogyakarta, 16 Desember 2021

Melawati Mawaddah

i
HALAMAN PENGESAHAN

MAKALAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI


PADA KASUS PELVIC INFLAMATORY DISEASE

MAKALAH

Disusun Oleh:
Melawati Mawaddah

2110306172

Telah Memenuhi Persyaratan dan disetujui


Program Studi Profesi Fisioterapi
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Oleh :

Pembimbing : Irma Sulistywati,SST.Ft.FTR

Tanggal : 16 Desember 2021

Tanda tangan:

ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 2
C. Tujuan Penelitian............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi PID..................................................................................... 3
B. Etiologi PID..................................................................................... 5
C. Patofisiologi PID.............................................................................. 5
D. TandadanGejala PID........................................................................ 6
E. FaktorResiko PID............................................................................. 6
F. Diagnosa Fisioterapi......................................................................... 7
G. TujuanFisioterapi............................................................................. 7
H. Program Fisioterapi.......................................................................... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 8
B. Saran................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital yang
telah menyebar ke dalam bagian-bagian yang lebih dalam dari alat reproduksi
wanita seperti rahim, tuba falopi dan/atau ovarium. Ini satu hal yang amat
mengkhawatirkan. Suatu infeksi serius dan sangat membahayakan jiwa.
Kurang lebih 150 wanita meninggal per tahun sehingga cukup beralasan
untuk memperhatikan gangguan medis ini secara lebih serius. Namun, ada pula
kekhawatiran lainnya: Serangan infeksi ini diketahui sangat meningkatkan resiko
seorang wanita untuk menjadi mandul. Ketika bakteri-bakteri yang menyerang
menembus tuba falopi, mereka dapat menimbulkan luka di sepanjang lapisan dalam
yang lunak, menyebabkan sukarnya (atau tidak memungkinkannya) sebuah telur
masuk ke dalam rahim, demikian Dr. Benrubi menerangkan. Pembuluh yang
tertutup juga menyebabkan sukarnya sperma yang sedang bergerak melakukan
kontak dengan sel telur yang turun. Akibatnya adalah perkiraan yang
mengkhawatirkan berikut ini: Setelah satu episode infeksi ini, resiko seorang wanita
untuk menjadi mandul adalah 10%.
Setelah infeksi kedua resikonya menjadi dua kali lipat yaitu 20%. Jika
wanita ini mendapatkan infeksi untuk ketiga kalinya, resikonya akan melambung
menjadi 55%. Secara keseluruhan, demikian Dr. Benrubi memperkirakan, penyakit
radang pelvis menyebabkan kurang lebih antara 125.000 hingga 500.000 kasus baru
setiap tahun.Kekhawatiran besar lainnya mengenai infeksi ini adalah bahwa
gangguan medis ini dapat meningkatkan resiko seorang wanita mengalami
kehamilan di luar kandungan sebesar enam kali lipat. Alasannya: karena tuba falopi
sering mendapatkan parut (bekas luka) yang timbul karena infeksi ini, telur yang
turun mungkin akan macet dan hanya tertanam di dinding tuba. Kurang lebih 30.000
kehamilan di luar kandung per tahun dapat dipastikan disebabkan oleh infeksi
seperti ini, demikian kata Dr. Benrubi. Itu masalah yang serius: Kehamilan di luar
kandungan, demikian katanya, "dewasa ini menjadi penyebab kematian ibu dengan

1
prosentase sebesar 15% dan dengan segera akan menjadi penyebab kematian ibu
yang paling sering terjadi.
Di Amerika Serikat PID mengenai 11% wanita usia prioduktif. Hampir satu
juta wanita mengalami episode PID setiap tahunnya, dan 20% dari mereka ini
sampai memerlukan rawat inap. Diagnosis atau penanganan yang terlambat dapat
menyebabkan sekuele reproduksi yang panjang seperti infertilitas tuba. Setiap
pengulangan terjadinya episode PID akan meningkatkan peluang terjadinya
infertilitas tuba menjadi dua kali lipat. Wanita dengan riwayat PID memiliki
peluang untuk mengalami kehamilan ektopik 7-10 kali lipat dibandingkan wanita
tanpa riwayat PID. Nyeri pelvis kronis juga dapat terjadi pasca PID pada 25-75%
wanita. PID terjadi lebih sering pada wanita usia remaja (15-19 tahun), tetapi pada
dasarnya penyakit ini dapat terjadi pada setiap wanita yang masih aktif berhubungan
seksual. Faktor usia ini juga dipengaruhi oleh etiologi dan geografis.
B. Rumusan Masalah
1. MenjelaskandefinisiPID ?
2. MenjelaskanetiologiPID ?
3. MenjelaskanpatofisiologiPID ?
4. MenjelaskantandadangejalaPID ?
5. MenjelaskanfaktorresikoPID ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang PID
2. Untuk mengetahui definisi PID
3. Untuk mengetahui etiologi PID
4. Untuk mengetahui patofisiologi PID
5. Untuk mengetahui tandadangejala PID
6. Untuk mengetahui faktorresiko PID

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. DefinisiPelvic Inflamatory Disease


Penyakit Radang Panggul (PID: Pelvic Inflammatory Disease) adalah infeksi
pada alat genital atas. Proses penyakitnya dapat meliputi endometrium, tubafalopii,
ovarium, miometrium, parametria, dan peritonium panggul. PID adalah infeksi yang
paling peting dan merupakan komplikasi infeksi menular seksual yang paling biasa
(Sarwono,2011).
Pelvic Inflamatory Diseases (PID) adalah infeksi alat kandungan tinggi dari
uterus, tuba, ovarium, parametrium, peritoneum, yang tidak berkaitan dengan
pembedahan dan kehamilan. PID mencakup spektrum luas kelainan inflamasi alat
kandungan tinggi termasuk kombinasi endometritis, salphingitis, abses tuba ovarian
dan peritonitis pelvis. Biasanya mempunyai morbiditas yang tinggi. Batas antara
infeksi rendah dan tinggi ialah ostium uteri internum (Marmi, 2013).
Pelvic Inflamatory Disease adalah suatu kumpulan radang pada saluran
genital bagian atas oleh berbagai organisme, yang dapat menyerang endometrium,
tuba fallopi, ovarium maupun miometrium secara perkontinuitatum maupun secara
hematogen ataupun sebagai akibat hubungan seksual. (Yani,2009).

B. Anatomi

Uterus (rahim) merupakan organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, yang
sedikit gepeng kearah muka belakang, terletak di dalam pelvis antara rektum
dibelakang dan kandung kemih di depan. Ukuran uterus sebesar telur ayam dan
mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot polos. Ukuran panjang uterus
adalah7-7,5 cm lebar di atas 5,25 cm, tebal 1,25 cm. Berat uterus normal lebih
kurang 57gram (Wiknjosastro, 2009). Uterus terdiri dari jaringan ikat, otot polos,
pembuluh darah dan jaringan lainnya.Pada uterus terdapat dinding lapisan-lapisan
yang membentuknya, lapisan-lapisan tersebut yaitu:

3
a. Endometrium
Endometrium membentuk lapisan epitelium bersilia pada dasar
jaringan penyambung atau stroma. Pada rongga uterus, ketebalan
endometrium ini terus menerus berubah selama menstruasi. Lapisan basal
tidak berubah, tetapi berfungsi sebagai fondasi untuk proses regenerasi
lapisan-lapisan di tasnya. Sel-sel epitel berbentuk kubus dan menyembul
ke bawah untuk membentuk kelenjar yang menyekresi mukus basa.
Endometrium serviks tidak menunjukkan respons yang sama
terhadap stimulus homonal selama siklus menstruasi. Di sini, sel epitel
berbentuk kolumnar dan tinggi, dan kelenjar penyekresi mukus adalah
kelenjar rasemosa yang bercabang. Endometrium serviks lebih tipis
daripada korpus serviks dan berlipat-lipat sehingga membentuk pola yang
disebut “arbor vitae”. Bagian serviks yang menonjol ke dalam vagina
dilapisi oleh epitelium skuamosa yang menyerupai epitel yang melapisi
vagina. Titik tempat berlangsungnya perubahan epitelium pada os
eksternal disebut dengan taut skuamokolumnar.
b. Miometrium
Lapisan ini menebal di bagian atas uterus, tetapi menipis di bagian
ismus dan serviks. Serat-seratnya menyebar ke seluruh arah dan saling
terjalin untuk melapisi pembuluh darah serta limfe yang menjalar dari
dan ke endometrium. Lapisan luar dibentuk dari serat-serat longitudinal
yng menyambung dengan serat-serat tba uterina, ligamen uterus, dan
vagina.
c. Perimetium
Lapisan ini merupakan membran serosa ganda, perluasan dari
peritoneum, yang menutupi uterus, melapisi semua bagian kecuali celah
sempit di kedua sisi dan dinding nterior serviks supravagia, tempat
lapisan ini melipat ke atas menutupi kandung kemih (Fraser, 2011).

4
C. EtiologiPelvic Inflamatory Disease
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital
bagian bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam
hitungan hari atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang
panggul. Bakteri penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia
trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga
menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah
tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat
memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan endometrium yang
menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim, serta menyediakan medium
yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).

D. PatofisiologiPelvic Inflamatory Disease


Infeksi dapat terjadi pada bagian manapun atau semua bagian saluran genital
atas endometrium (endometritis), dinding uterus (miositis), tuba uterina
(salpingitis), ovarium (ooforitis), ligamentum latum dan serosa uterina
(parametritis) dan peritoneum pelvis (peritonitis). Organisme dapat menyebar ke
dan di seluruh pelvis dengan salah satu dari lima cara.
1. Interlumen : Penyakit radang panggul akut non purpuralis hampir selalu (kira-
kira 99%) terjadi akibat masuknya kuman patogen melalui serviks ke dalam
kavum uteri. Infeksi kemudian menyebar ke tuba uterina, akhirnya pus dari
ostium masuk ke ruang peritoneum. Organisme yang diketahui menyebar
dengan mekanisme ini adalah N. gonorrhoeae, C. Tracomatis, Streptococcus
agalatiae, sitomegalovirus dan virus herpes simpleks.
2. Limfatik : Infeksi purpuralis (termasuk setelah abortus) dan infeksi yang
berhubungan denngan IUD menyebar melalui sistem limfatik seperti infeksi
Myoplasma non purpuralis.
3. Hematogen :Penyebaran hematogen penyakit panggul terbatas pada penyakit
tertentu (misalnya tuberkulosis) dan jarang terjadi di Amerika Serikat.

5
4. Intraperitoneum : Infeksi intraabdomen (misalnya apndisitis, divertikulitis) dan
kecelakaan intra abdomen (misalnya virkus atau ulkus denganperforasi) dapat
menyebabkan infeksi yang mengenai sistem genetalia interna.
5. Kontak langsung : Infeksi pasca pembedahan ginekologi terjadi akibat
penyebaran infeksi setempat dari daerah infeksi dan nekrosis jaringan.

E. TandadanGejalaPelvic Inflamatory Disease


Untuk tanda pada penyakit Pelvic Inflamatory Disease adalah :
1. Nyeri abdominal bawah, biasanya bilateral
2. Pengeluaran secret mukopurulen dan terdapat servisitis menggunakan spekulum
3. Nyeri pergerakan pada Serviks dan nyeri adneksa pada pemeriksaan vagina
bimanual
4. Demam lebih dari 38oC tapi terkadang juga apreksia.
Sedangkan untuk gejala dari penyakit Pelvic Inflamatory Disease adalah :

1. Rasa nyeri pada perut bagian bawah perut. Kondisi ini semakin memburuk jika
disertai oleh rasa mual atau muntah.
2. Penderita akan merasakan nyeri menahun. Hal ini disebabkan karena tuba
falopi tersumbat cairan hingga terjadi pembengkakan.
3. Terjadi perdarahan hebat saat menstruasi
4. Menstruasi datang tidak teratur
5. Keluar cairannya dari vagina dengan warna, konsistensi dan bau yang abnormal
6. Penderita mengalami demam
7. Timbul spotting (bercak-bercak kemerahan di celana dalam)
8. Kram perut saat menstruasi
9. Rasa nyeri ketika melakukan hubungan seksual
10. Terjadi perdarahan pasca melakukan hubungan seksual
11. Nyeri punggung bagian bawah
12. Selalu merasakan kelelahan yang ama sangat
13. Nafsu makan berkurang
14. Sering berkemih dengan disertai rasa nyeri

6
F. FaktorResikoPelvic Inflamatory Disease
1. Aktivitas seksual pada masa remaja
2. Berganti-ganti pasangan seksual
3. Pernah menderita PID
4. Pernah menderita penyakit menular seksual
5. Pemakaian alat kontrasepsi yang bukan penghalang.

G. Penatalaksanaan Fisioterapi pada Pelvic Inflamatory Disease


1. Problematika Fisioterapi
a. Impairment : Adanya nyeri dan Adanya Gangguan kemampuan
Fungsional.
b. Fungsional Limitation :Sulit bergerak karna adanya nyeri.
c. Partisipation Restriction : Belum bisa mengikuti kegiatan sosial seperti
biasa.
2. TujuanFisioterapi
a. Tujuan jangka pendek
Mengurangi nyeri dan meningkatkan kemampuan Fungsional
b. Tujuan jangka panjang
Meningkatkan kemampuan fungsional, membuat pasien mandiri dalam
ADL.
3. Program Fisioterapi
a. Breathing exercise

Suatu latihan pernapasan yaitu penderita menarik nafas melalui


hidung hingga rongga dada mengembang setelah itu pasien
menghembuskan secara perlahan melalui mulut dengan mencucu. Tujuan
dari pemberian latihan ini adalah untuk rileksasi menghilangkan rasa nyeri.

b. SWD

Terapi panas penentrasi dalam dengan menggunakan gelombang


elektromagnetik frekuensi 27,12 MHz, panjang gelombang 11 m.

7
Tujuan : pemberian SWD yaitu untuk memperlancar peredaran darah,
mengurangi rasa sakit, mempercepat penyembuhan radang.
Pelaksanaan : teknik aplikasi SWD pre pemanasan alat 5-10 menit, jarak
antara elektroda dengan pasien 5-10 cm/ 1 jengkal, durasi 15 menit,
intensitas sesuai dengan aktualitas patologi. Posisikan pasien senyaman
mungkin, terbebas dari pakaian dan logam, tes sensibilitas, pasang
elektroda, intensitas dipertahankan sesuai dengan toleransi pasien.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital yang telah
menyebar ke dalam bagian-bagian yang lebih dalam dari alat reproduksi wanita
seperti rahim, tuba falopi dan/atau ovarium. Ini satu hal yang amat
mengkhawatirkan. Suatu infeksi serius dan sangat membahayakan jiwa.Saat ini
hampir 1 juta wanita mengalami penyakit radang panggul yang merupakan infeksi
serius pada wanita berusia antara 16-25 tahun. Lebih buruk lagi, dari 4 wanita yang
menderita penyakit ini, 1 wanita akan mengalami komplikasi seperti nyeri perut
kronik, infertilitas (gangguan kesuburan), atau kehamilan abnormal.Penyakit radang
pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital yang telah menyebar ke dalam
bagian-bagian yang lebih dalam dari alat reproduksi wanita -- seperti rahim, tuba
falopi dan/atau ovarium. Ini satu hal yang amat mengkhawatirkan. Suatu infeksi
serius dan sangat membahayakan jiwa.
Pelvic Inflamatory Disease adalah suatu kumpulan radang pada saluran
genital bagian atas oleh berbagai organisme, yang dapat menyerang endometrium,
tuba fallopi, ovarium maupun miometrium secara perkontinuitatum maupun secara
hematogen ataupun sebagai akibat hubungan seksual.

B. Saran
Keberhasilan terapi ditentukan oleh tim medis dan penderita sendiri. Untuk
mendukung lancarnya pelaksanaan program fisioterapi yang telah ditetapkan maka
diharapkan pasien latihan di rumah sesuai dengan yang dianjurkan terapis dengan
teknik yang benar.
.

9
DAFTAR PUSTAKA

Asna, N. 2009. Pendidikan Kesehatan Reproduksi bagi Remaja : Studi Kasus pada
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) DIY ditinjau dari Perspektif
Islam. Digilib.uin-suka.ac.id.

Fisioterapi Indonesia.2013. PenangananFisioterapipadanyeriadnexitis.


http://www.fisioterapi.web.id.
Marmi. 2013. Kesehatan Reproduksi. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta
Widyastuti, y. Rahmawati, a. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitrimaya
Widyastuti,Yani dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Fitramaya: Yogyakarta
Yani 2009. Kesehatan Reproduksi. Fitramaya: Yogyakarta

10

Anda mungkin juga menyukai