Anda di halaman 1dari 16

PAPER GINEKOLOGI

PENYAKIT RADANG PANGGUL (PRP)

Disusun Oleh :

Elmera Gracia Siritoitet

(102121075)

Pembimbing :

dr. Yuri Andriansyah, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR DEPARTEMEN


OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RUMAH SAKIT UMUM
HAJI MEDAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BATAM
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas paper ini guna memenuhi persyaratan kepaniteraan klinik di
bagian Departemen Obstetri dan Ginekologi dengan judul “Penyakit Radang
Panggul (PRP)”.

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada dr.


Yuri Andriansyah, Sp.OG selaku dosen pembimbing. Saya menyadari bahwa
dalam penyusunan masih terdapat banyak kekurangan baik dalam cara penulisan
maupun penyajian materi. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sehingga bermanfaat bagi penyusun paper
selanjutnya. Semoga paper ini bermanfaat bagi pembaca dan terutama bagi
penyusun.

Medan, Januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang......................................................................................1


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi.................................................................................................3
2.2. Etiologi.................................................................................................3
2.3. Mikro Penyebab Radang Panggul........................................................4
2.3.1. Neisseria Gonorrhoeae................................................................4
2.3.2. Chlamydia Trachomatis..............................................................5
2.3.3. Mycoplasma................................................................................5
2.3.4. Actinomyces...............................................................................6
2.4. Faktor Resiko.......................................................................................6
2.5. Manifestasi Klinis................................................................................7
2.6. Kriteria Diagnosis................................................................................8
2.7. Tatalaksana...........................................................................................9
2.8. Komplikasi.........................................................................................11
2.9. Prognosis ...........................................................................................11
BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan.........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit radang panggul (PRP) atau PID (pelvic inflammatory disease
adalah infeksi dan radang pada saluran genitalia bagian atas (uterus, tuba
falopii, ovarium, dan struktur-struktur sekitar panggul). Infeksi dan
inflamasi dapat menyebar ke abdomen (peritonitis) termasuk struktur
perihepatik (perihepatitis/Sindrom Fitz-Hugh–Curtis). Perempuan yang
memiliki risiko tinggi terkena PID adalah perempuan muda usia
reproduktif (khususnya di bawah 25 tahun) yang memiliki partner seksual
lebih dari satu, melakukan hubungan seksual yang tidak aman (tidak
menggunakan kontrasepsi), dan tinggal di area dengan prevalensi infeksi
menular seksual (IMS) yang tinggi (Paul D, 2006).
PID biasanya diawali dengan infeksi di vagina dan serviks yang kemudian
naik ke saluran genitalia bagian atas. Chlamydia trachomatis dan Neisseria
gonorrhoeae adalah dua bakteri penyebab penyakit menular seksual yang paling
sering berkaitan dengan PID. Selain kedua bakteri tersebut, bakteri yang juga
dapat berperan pada patogenesis PID adalah flora vaginalis seperti Gardnerella
vaginalis, Haemophilus influenzae, dan bakteri anaerob. Namun, tidak hanya
bakteri, beberapa kasus PID juga berkaitan dengan infeksi virus yakni CMV dan
HSV-2. Sebanyak 30-40% kasus PID adalah kasus polimikrobial. Oleh karena
itu, terapi dengan antibiotik spektrum luas dibutuhkan untuk mengobati PID
(Joan P, 2003).
Diagnosis PID umumnya ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan
temuan klinis. Namun, tanda dan gejala klinis PID sebetulnya sangat beragam.
Beberapa pasien tidak atau sedikit sekali menunjukkan gejala sementara beberapa
pasien lainnya menunjukan gejala akut yang cukup serius. Keluhan tersering
yang biasanya dialami oleh pasien adalah nyeri perut bagian bawah dan
keputihan yang abnormal.
PID dapat menyebabkan komplikasi jangka panjang seperti infertilitas, kehamilan
ektopik, dan nyeri pelvis kronik.
Kurang lebih 150 wanita meninggal per tahun sehingga cukup
beralasan untuk memperhatikan gangguan medis ini secara lebih serius.
Namun, ada pula kekhawatiran lainnya, serangan infeksi ini diketahui
sangat meningkatkan risiko seorang wanita untuk menjadi mandul. Ketika
bakteri-bakteri yang menyerang menembus tuba fallopii, mereka dapat
menimbulkan luka di sepanjang lapisan dalam yang lunak, menyebabkan
sukarnya (atau tidak memungkinkannya) sebuah telur masuk ke dalam
rahim.
Pembuluh yang tertutup juga menyebabkan sukarnya sperma yang
sedang bergerak melakukan kontak dengan sel telur yang turun. Akibatnya
adalah perkiraan yang mengkhawatirkan yaitu setelah satu episode infeksi
ini, resiko seorang wanita untuk menjadi mandul adalah 10%. Setelah
infeksi kedua resikonya menjadi dua kali lipat yaitu 20%. Jika wanita ini
mendapatkan infeksi untuk ketiga kalinya, resikonya akan melambung
menjadi 55%.
Secara keseluruhan, dapat diperkirakan, penyakit radang panggul
menyebabkan kurang lebih antara 125.000 hingga 500.000 kasus baru
setiap tahun. Kekhawatiran besar lainnya mengenai infeksi ini adalah
bahwa gangguan medis ini dapat meningkatkan resiko seorang wanita
mengalami kehamilan di luar kandungan sebesar enam kali lipat.
Alasannya : karena tuba falopii sering mendapatkan parut (bekas luka)
yang timbul karena infeksi ini, telur yang turun mungkin akan macet dan
hanya tertanam di dinding tuba. Kurang lebih 30.000 kehamilan di luar
kandungan per tahun dapat dipastikan disebabkan oleh infeksi seperti ini.
Pada kesempatan ini akan dibahas beberapa penyakit radang panggul
seperti cervisitis, endometritis dan endometriosis (Sylvia k, 2008).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Penyakit radang panggul (PRP) infeksi dari organ reproduksi wanita
bagian atas yang sebagian besar akibat hubungan seksual. Biasanya
disebabkan oleh Neisseria gonore dan Klamidia trakomatis dapat pula oleh
organisme lain yang menyebabkan vaginosis bacteria. PRP disebabkan
oleh bakteri dari vagina yang memasuki organ-organ reproduksi melalui
leher rahim. Ketika leher rahim terinfeksi, bakteri dari vagina dapat lebih
mudah naik ke dalam dan menginfeksi uterus dan saluran tuba (fallopian
tubes) dan peritoneum (Hildyard A, 2008).

2.2 Etiologi
PRP dapat disebabkan oleh berbagai macam organisme. Penyakit
radang panggul terjadi bila terdapat infeksi pada saluran genital bagian
bawah, yang menyebar naik ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu
dalam hitungan hari atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit
radang panggul. Bakteri penyebab tersering adalah N. gonorrhoeae dan
Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan
jaringan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun
vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman
penyebab PMS.
Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena
hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya
pertahanan dari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk
pertumbuhan bakteri (darah menstruasi). PRP kronik dapat disebabkan
oleh actinomycosis (oleh penggunaan IUD) dan tuberculosis (Daili SF,
2005).

2.3 Mikroba Penyebab Radang Panggul


Mikroba penyebab Radang Panggul adalah infeksi polimikrobial.
Gonore dan klamidia adalah patogen yang paling sering ditemukan, namun
bermacam bakteria dan virus lain juga dapat ditemukan dari tuba wanita
penderita PRP (Money D, 2005).
2.3.1 Neisseria gonorrhoeae
Neisseria gonorrhoeae adalah diplokokus gram negatif yang
artinya saat sampel diamati di mikroskop dengan pengecatan gram
akan memberikan gambaran organisme sepasang bentuk-ginjal
berwarna merah, paling banyak berada di antara sel
polimorfonuklea.
Sekitar setengah wanita dengan gonore akan asimtomatik, namun
ketika gejala timbul cairan yang keluar dari vagina cenderung kental
dan purulent.
Bakteri yang berukuran 0,8 µm berbentuk cembung, berkilau,
meninggi, transparan dan tidak berpigmen. Bersifat fakultatif
anaerob,memfermentasi glukosa dan memberikan reaksi oksidatif
positif. Reaksi oksidatif meruakan kunci dalam mengidentifikasi
genus Nisseria.

2.3.2 Chlamydia trachomatis


Chlamydia trachomatis adalah bakteria yang membutuhkan sel
host untuk dapat bertumbuh, disebut juga organisme intraselular
obligat, hanya dapat berkembang biak di dalam sel eukariot hidup
dengan membentuk semacam koloni atau mikrokoloni yang disebut
badan inklusi (BI).
Bakteri ini memiliki kedua RNA dan DNA, mengalami
pembelahan secara binary fission dan memiliki ribosom (hingga
dapat mensintesis protein). C. trachomatis tidak dapat menghasilkan
ATP nya sendiri, karena itu dia disebut sebagai parasit.
Berupa badan elementer (BE) yang merupakan partikel infeksius,
berdiameter ±0.3 µm. BE akan menempel dan terfagositosis oleh sel
host. Dalam waktu 6-8 jam BE akan membesar hingga 0.8-1.5 µm
dan disebut sebagai badan retikulat (BR) atau badan inisial (BI).
Dalam waktu 2 jam BR akan mengalami pembelahan secara binary
fission. Siklus ini kan berakhir saat BR matang dan manghasilkan
BE baru. Sekitar 300-1000 BE baru akan keluar dari sel host dan sel
host akan mengalami kematian.
2.3.3 Mycoplasma
Bukti peranan Mycoplasma genitalium dalam menyebabkan PRP
semakin banyak. Bakteri ini telah diisolasi dari serviks, endometrium
dan dari tuba fallopi wanita penderita PRP. Bakteri ini merupakan
organisme terkecil dengan ukuran 125-150 nm dan dapat hidup
dalam keadaan aerobik dan anaerobik. Bakteri ini bersifat
pleomorfik, tidak memiliki dinding sel, sehingga tidak dapat
dikelompokkkan sebagai batang maupun kokus. Sifat tersebut juga
menyebabkan bakteri ini resistan terhadap antibiotik yang bekerja
pada dinding sel. Spesies dari Mycoplasma yang berhubungan
dengan PRP adalah Mycoplasma hominis dan Uroplasma
urealyticum.
Mycoplasma sangat sulit diidentifikasi dengan direct smear
karena ukurannya yang kecil, bersifat pleomorfik dan
kemampuannya dalam menyerap zat warna. Apabila ditanam pada
media solid, untuk kebanyakan spesies akan membentuk koloni
seperti “fried egg”.
2.3.4 Actinomyces
Organisme Gram positif anaerob ini merupakan flora normal di
membrane mukosa (terutama mulut dan traktus genitourinary) yang
sering menyebabkan PRP melalui pemasangan alat kontrasepsi IUD.
Actinomyces israeli kadang-kadang terdeteksi pada wanita yang
terpasang kontrasepsi IUD. Jika tidak terdapat gejala pelepasan
cairan dari vagina (vaginal discharge), perdarahan diluar siklus haid,
atau nyeri pelvis, maka wanita tersebut harus diberi tahu bahwa tidak
diperlukan perawatan maupun pencabutan IUD, namun harus
diperiksa lagi dalam waktu 6 bulan atau lebih cepat jika timbul
gejala diatas. Jika gejala itu timbul maka diindikasikan untuk
pengobatan selama setidaknya 2 minggu menggunakan antibiotik
makrolid, penisilin, atau tetrasiklin, serta IUD harus dilepas.
Dari bahan pus tampak adanya “sulfur granules” berukuran kecil,
kekuningan yang sebenarnya tidak mengandung sulfur sama sekali.
Apabila dilihat dibawah mikroskop, akan tampak mikrokoloni yang
terdiri dari filament berwarna kemerahan.

2.4 Faktor Resiko


Resiko menderita PRP meningkat pada penderita penyakit menular
seksual sebesar 90% (PMS), pernah menderita sebelumnya, berhubungan
seksual sejak usia muda, tidak menggunakan kontrasepsi (kondom) dan
berganti-ganti pasangan. Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia
25 tahun (75%) berisiko tinggi untuk mendapat penyakit radang panggul.
Hal ini disebabkan wanita muda berkecenderungan untuk berganti-
ganti pasangan seksual dan melakukan hubungan seksual tidak aman
dibandingkan wanita berumur. Faktor lainnya yang berkaitan dengan usia
adalah lendir servikal (leher rahim). Lendir servikal yang tebal dapat
melindungi masuknya bakteri melalui serviks (seperti gonorea), namun
wanita muda cenderung memiliki lendir yang tipis sehingga tidak dapat
memproteksi masuknya bakteri (.Roberta B,2004).
Faktor risiko lainnya :
a. Riwayat penyakit radang panggul sebelumnya
b. Pasangan seksual berganti-ganti
c. Tidak menggunakan kontrasepsi (kondom)
d. Wanita dengan infeksi oleh kuman penyebab PMS
e. Menggunakan douche (cairan pembersih vagina)
f. Penggunaan IUD (spiral) meningkatkan risiko penyakit radang
panggul.

2.5 Manifestasi Klinis


Pada kebanyakan wanita tidak menunjukkan tanda dan gejala, akan
tetapi biasanya akan mengeluhkan nyeri panggul. Nyeri ini umumnya
nyeri tumpul dan terus menerus,di kwadran bawah abdomen dan tidak
simetris, terjadi beberapa hari setelah menstruasi terakhir, dan diperparah
dengan gerakan, aktivitas, atau sanggama. Nyeri karena radang panggul
biasanya lebih dari 2 minggu dan bersifat bilateral..
Keluhan lain :
 mual
 nyeri berkemih
 perdarahan atau bercak pada vagina
 demam
 nyeri saat sanggama
 dan menggigil.

2.6 Kriteria Diagnosis


Kriteria manyor minimum untuk diagnosis klinis :
 Nyeri gerak serviks (Cervical excitation)
 Nyeri tekan uterus (Abdominal tenderness)
 Nyeri tekan adneksa (Adnexal tenderness)
Kriteria minor tambahan untuk mendukung diagnosis PID :
 Temperature > 38°C
 WBC> 10 x 109/1
 ESR> 15 mm/hour

Kriteria diagnosis PID yang paling spesifik :

 Biopsi endometrium disertai bukti histopatologis endometritis


 USG transvaginal atau MRI memperlihatkan tuba menebal penuh
berisi cairan dengan atau tanpa cairan bebas di panggul atau
kompleks tuba-ovarial atau pemeriksaan Doppler menunjukkan
infeksi panggul (misalnya hiperemituba)
 Hasil pemeriksaan laparoskopi yang konsisten dengan PID.

Pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan :

1 Tes kehamilan
2 Pemeriksaan darah lengkap
3 Pemeriksaan untuk chlaymidia dan gonokokus
4 Urinalisis
5 Fecal occult blood test
6 C-reactive protein (opsional)
2.7 Tatalaksana

Penatalaksanaan PID (pelvic inflammatory disease) atau penyakit


radang panggul yang berat adalah rawat inap karena memungkinkan
pemberian antibiotik dalam pengawasan, selain itu pasien juga dapat
melakukan tirah baring. Namun, pada kasus PID yang ringan atau
sedang, terapi dapat dilakukan secara rawat jalan. Berikut ini adalah
beberapa kriteria rawat inap pada pasien PID :
 Kedaruratan bedah tidak dapat dikesampingkan
 Pasien sedang hamil
 Pasien tidak memberi respon klinis antibiotik oral
 Pasien tidak mampu mengikuti atau menaati pengobatan rawat
jalanPasien menderita sakit berat, mual, dan muntah atau demam
tinggi
 Pasien imunodefisiensi (mis.pada pasien yang juga menderita
HIV dengan CD4 yang rendah atau sedang dalam terapi
imunosupresi)
 Terdapat abses tubo-ovarial (TOA)

Terapi PID utamanya ditujukan untuk mencegah kerusakan tuba yang


dapat menyebabkan infertilitas dan kehamilan ektopik, serta pencegahan
infeksi kronik. Pemilihan antibiotika pada kasus PID tidak hanya
ditujukan pada organisme etiologi utama
(N.gonorrhoeae dan C.trachomatis), tetapi juga harus mengarah pada
sifat polimikrobial PID (Octarina, 2018)

Oleh karena itu, pendekatan terapi antibiotik dengan menggunakan


antibiotik spektrum luas dibutuhkan untuk mengobati PID. Untuk pasien
dengan PID ringan atau sedang, terapi antibiotik oral dan parenteral
mempunyai efektivitas yang sama. Sebagian besar klinisi menganjurkan
terapi parenteral paling tidak selama 48 jam kemudian dilanjutkan
dengan terapi oral 24 jam setelah ada perbaikan klinis. Berikut adalah
rekomendasi terapi dari CDC:

1 Terapi Parenteral A
 Sefotetan 2 g intravena setiap 12 jam atau
 Sefoksitin 2 g intravena setiap 6 jam ditambah
 Doksisiklin 100 mg oral atau parenteral setiap 12 jam
2 Terapi parenteral B :
 Klindamisin 900 mg setiap 8 jam ditambah
 Gentamisin dosis muatan intravena atau intramuskuler (2
mg/kg berat badan) diikuti dengan dosis pemeliharaan
(1.5 mg/kg berat badan) setiap 8 jam. Dapat diganti
dengan dosis tunggal harian.
3 Parenteral alternatif :
 Levofloksasin 500 mg intravena 1x sehari dengan atau
tanpa metronidazol 500 mg intravena setiap 8 jam atau
 Ofloksasin 400 mg intravena setiap 12 jam dengan atau
tanpa metronidazol 500 mg intravena setiap 8 jam atau
 Ampicillin/Sulbaktam 3 g intravena setiap 6 jam ditambah
doksisiklin 100 mg oral atau intravena setiap 12 jam
4 Terapi Oral A :
 Levofloksasin 500 mg oral 1x setiap hari selama 14 hari
atau ofloksasin 400 mg 2x sehari selama 14 hari dengan
atau tanpa
 Metronidazol 500 mg oral 2x sehari selama 14 hari
5 Terapi Oral B
 Ceftriaxone 250 mg intramuskuler dosis tunggal ditambah
doksisiklin oral 2x sehari selama 14 hari dengan atau
tanpa metronidazol 500 mg oral 2x sehari selama 14 hari
atau
 Cefoxitine 2 g intramuskuler dosis tunggal dan probenesid
ditambah doksisiklin oral 2x sehari selama 14 hari dengan
atau tanpa metronidazol 500 mg oral 2x sehari selama 14
hari atau
 Cephalosporine generasi ketiga (misal seftizoksim atau
sefotaksim) ditambah doksisiklin oral 2x sehari selama 14
hari dengan atau tanpa metronidazol 500 mg oral 2x sehari
selama 14 hari 

2.8 Komplikasi
Penyakit radang panggul dapat menyebabkan berbagai kelainan di
dalam kandungan seperti nyeri berkepanjangan, infertilitas dan kehamilan
abnormal. Penyakit ini dapat menyebabkan parut pada rahim dan saluran
tuba. Parut ini mengakibatkan kerusakan dan menghalangi saluran tuba
sehingga menyebabkan infertilitas. Parut juga dapat menyebabkan sel telur
tidak dapat melalui jalan normalnya ke rahim sehingga dapat terjadi
kehamilan ektopik (McCormack, Jurnal).
2.9 Prognosis
Sekitar 25 % pasien PRP mengalami akibat buruk jangka panjang.
Hingga 20% mengalami infertilitas. Perempuan dengan riwayat PRP
memiliki resiko 6-10 kali lebih tinggi untuk mengalami kehamilan
ektopik.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyakit radang panggul (PRP) infeksi dari organ reproduksi wanita
bagian atas yang sebagian besar akibat hubungan seksual. Biasanya
disebabkan oleh Neisseria gonore dan Klamidia trakomatis dapat pula oleh
organisme lain yang menyebabkan vaginosis bacteria (Hildyard A, 2008).
Apabila tidak dilakukan terapi, 18 persen akan menyebabkan nyeri
panggul kronik, 9% menyebabkan kehamilan ektopik dan 20% dapat
menjadi infertil. 1234 RPR disebabkan oleh bakteri dari vagina yang
memasuki organ-organ reproduksi melalui leher rahim. Ketika leher rahim
terinfeksi, bakteri dari vagina dapat lebih mudah naik ke dalam dan
menginfeksi uterus dan saluran tuba (fallopian tubes) dan peritonium.
PRP biasanya terjadi pada masa reproduktif wanita dan sekitar 75%
berusia dibawah 25 tahun dan aktif secara seksual (90% kasus ditularkan
secara seksual). Infeksi pelvik bisa didapat dari proses melahirkan ataupun
dari pemasukan alat-alat seperti kontrasepsi. Didapati juga kasus penyakit
ini terjadi setelah tindakan operasi seperti biopsi endometrium, kuret,
histeroskopi, dan pemasangan IUD. (Joan P, 2003).
DAFTAR PUSTAKA

Daili SF., Makes WIB.,Infeksi Menular seksual, edisi ketiga, balai Penerbit
Fakultas Universitas Indonesia, 2005:25-32

Hildyard A , Goddard J, Diseases and disorders, Marshall Cavendish


Corporation, 2008: 665

Joan P, Obstetrics and Gynaecology elseivier science, 2003 : 100

Money D., The Laboratory of Bacterial Vaginosis, the Canadian Journal of


Infectious Disease & Medical Microbiology, 2005:77-79

McCormack WM, Pelvic Inflammatory Disease, The New England Journal of


Medicine

Octarina WN, 2018. Hubungan infeksi Chlamydia Trachomatis. Jurnal Unand

Paul D. Chan, M.D. Susan M. Johnson, M.D.Current Clinical Strategies


Gynecology and Obstetrics, Current Clinical Strategies Publishing,2006

Roberta B., bacterial vaginosis and Risk of Pelvic Inflamatory Disease, 2004, vol
04: 761-769

Sylvia k. Rosevear md, Handbook of Gynaecology Management consultant


obstetrician and gynaecologist 335

Anda mungkin juga menyukai