Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

INFEKSI PENYAKIT RADANG PANGGUL

Dewi Anggraeni
21100003

Program Studi Keperawatan Program Sarjana


Stikes Guna Bangsa Yogyakarta
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan saya kemudahan sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya
tidak sanggup untuk menyelesaikan laporan ini dengan baik. Saya mampu untuk menyelesaikan
pembuatan laporan sebagai tugas Keperawatan Kesehatan Reproduksi dengan judul Infeksi Penyakit
Radang Panggul mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu matakuliah dan rekan-rekan
yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini.
Penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran
dari pembaca untuk laporan ini, supaya laporan ini nantinya dapat menjadi laporan yang lebih baik
lagi. Kemudian apabila terdapat kesalahan pada laporan ini penulis mohon maaf sebesar-besarnya.

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..................................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Tujuan Penulisan.............................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................5
1. Definisi Infeksi Penyakit radang panggul..........................................................................5
2. Etiologi Infeksi Penyakit radang panggul..........................................................................5
3. Patofisiologim Infeksi Penyakit radang panggul...............................................................6
4. Gejala Klinis Infeksi Penyakit radang panggul..................................................................7
5. Diagnosa Infeksi Penyakit radang panggul........................................................................8
6. Penatalaksanaan Infeksi Penyakit radang panggul.............................................................8
7. Komplikasi Infeksi Penyakit radang panggul....................................................................9

BAB III PENGKAJIAN & ASUHAN KEPERAWATAN.........................................................11

A. Pengkajian.........................................................................................................................11
B. Diagnosa keperawatan.......................................................................................................11
C. Intervensi...........................................................................................................................11
D. Implementasi.....................................................................................................................11
E. Evaluasi.............................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit radang panggul (PID) adalah infeksi rahim ,saluran tuba dan organreproduksi
lainnya yang menyebabkan gejala seperti nyeri perut bawah. Ini merupakankomplikasi serius
dari beberapa penyakit menular seksual (PMS). Terutama klamidiadan gonore. PID dapat
merusak tuba dan jaringan di dekat uterus dan ovarium.PIDdapat menyebabkan kemandulan,
kehamilan ektopik, pembentukan abses dan nyeri panggul kronis.

Setiap tahun di Amerika Serikat. diperkirakan bahwa lebih dari 750.000 wanita
mengalami PID akut. Insidensi PID pada pengguna alat kontrasepsi dalam rahim(AKDR)
adalah sekitar 9,38 per 1000 wanita di 20 hari setelah pemasangan. Namun,angka kejadian
PID pada pengguna AKDR akan menurun menjadi 1,39 per 1000wanita pada satu tahun
setelah pemasangan Angka PID pada pemakaian AKDR adalah sebanyak 1,4 – 1,6 kasus per
1000 wanita selama tahun pemakaian.
Beberapa faktor merupakan risiko untuk penyebab PID antara lain hubungan seksual,
prosedur kebidanan/kandungan (misalnya pemasangan AKDR, persalinan,aborsi), aktivitas
seksual, berganti-ganti pasangan seksual, riwayat PID sebelumnya, proses menstruasi, dan
kebiasaan menggunakan pembersih kewanitaan, dan lain-lain.Penelitian yang pernah
dilakukan oleh Krisnadi menyebutkan bahwa sebagian besarPID disebabkan akibat hubungan
seksual. Terdapat peningkatan jumlah penyakit inidalam 2-3 dekade terakhir berkaitan dengan
beberapa faktor, termasuk diantaranya adalah peningkatan jumlah Penyakit Menular Seksual
(PMS) dan penggunaan AKDR.Risiko terkena PRP pada pemakaian AKDR 1,5 – 10 kali
lebih besar dibandingkan pemakaian kontrasepsi lain atau yang bukan pemakai sama sekali.
15% kasus penyakitini terjadi setelah tindakan operasi seperti biopsi endometrium, kuret,
histeroskopi.

A. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
a. Dapat mengetahui definisi, etiologi, faktor resiko, patofisiologis dari radang panggul
b. Dapat mengetahui jenis, gejala, klasifikasi penatalaksanaan, dan cara pencegahan
dari radang panggul
c. Kita dapat memahami lebih lanjut dari radang panggul.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI
Penyakit Radang Panggul (PID: Pelvic Inflammatory Disease) adalah infeksi padaalat
genital atas. Proses penyakitnya dapat meliputi endometrium, tubafalopi,
ovarium,miometrium, parametria, dan peritonium panggul. PID adalah infeksi yang paling
peting dan merupakan komplikasi infeksi menular seksual yang paling biasa.(Sarwono,2011;
h.227)
Pelvic Inflamatory Disease adalah suatu kumpulan radang pada saluran genital bagian atas
oleh berbagai organisme, yang dapat menyerang endometrium, tuba fallopi,ovarium maupun
miometrium secara perkontinuitatum maupun secara hematogen ataupun sebagai akibat
hubungan seksual. (Yani,2009;h.45)

Penykit radang panggul atau pelvic inflamatory disease (PID) merupakan infeksi genetalia
bagian atas wanita yang sebagian besar disebabkan hubungan seksual.(manuaba)
Pelvic Inflamatory Diseases (PID) adalah infeksi alat kandungan tinggi dari uterus,tuba,
ovarium, parametrium, peritoneum, yang tidak berkaitan dengan pembedahan dankehamilan.
PID mencakup spektrum luas kelainan inflamasi alat kandungan tinggitermasuk kombinasi
endometritis, salphingitis, abses tuba ovarian dan peritonitis pelvis. Biasanya mempunyai
morbiditas yang tinggi. Batas antara infeksi rendah dantinggi ialah ostium uteri internum
(Marmi, 2013; h.198)
Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakittersebut
dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba,indung telur,
miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul
merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS).
2. ETIOLOGI
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian
bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hariatau
minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul. Bakteri penyebab tersering

5
adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan dan
kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina
menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri iniadalah kuman penyebab PMS. Proses
menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksikarena hilangnya lapisan endometrium yang
menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim, serta menyediakan medium yang baik
untuk pertumbuhan bakteri (darahmenstruasi).

Bakteri fakultatif anaerob dan flora juga diduga berpotensi menjadi penyebab PID.yang
termasuk dan taranya adalah Gardnerella vaginalis, streptokokus agalactiae,
peptostreptokokus, bakteroides dan mycoplasma genetalia. patogen genetalia lain yang
menyebabkan PID adalah
haemaphilus influenza dan haemophilus parainfluenza.
Actinomyces diduga menyebabkan PID yang dipicu oleh penggunaan AKDR.
PIDmungkin juga disebabkan oleh salpingitis granulomatosa yang disebabkan
Mycobakterium tuberkulosis dan Schistosoma.

3. PATOFISIOLOGI
PID di sebabkan oleh penyebaran mikroorganisme secara asenden ke tractusgenital atas
dari vagiana dan serviks. Mekanisme pasti yang bertanggung jawab atas penyebaran tersebut
tidak diketahui, namun aktifitas seksual mekanis dan pembukaan serviks selama menstruasi
mungkin berpengaruh.Banyak kasus PID timbul dengan 2 tahap :
a. Tahap Pertama : melibatkan akuisisi dari vagiana atau infeksi servikal.Penyakit
menular seksual yang menyebabkan mungkin asimptomatik
b. Tahap Ke dua : Timbul oleh penyebaran asenden langsung mikroorganisme dari
vagina dan serviks.
Mukosa serviks menyediakan barrier fungsional melawan penyebaran ke atas,namun efek
dari barrier ini mungkin berkurang akibat pengaruh perubahan hormonal yang timbul selama
ovulasi dan menstruasi. Gangguan suasana servik ovaginal dapattimbul akibat terapi
antibiotic dan penyakit menular seksual yang dapat menggagu keseimbangan flora
endogen.Menyebabkan organisme nonpatogen bertumbuh secara berlebihan dan bergerak ke
atas. Pembukaan serviks selama menstruasi dengan aliran menstrual yang retrograd dapat
memfasilitasi pergerakan asenden dari mikroorganisme. Hubungan seksual juga dapat
menyebabkan ifeksi asenden akibatdari kontraksi uterus mekanis dan ritmik. Bakteri dapat
terbawa bersama sperma menuju uterus dan tuba.
Faktor resiko meningkat pada wanita dengan pasangan seksual multiple , punyariwayat
penyakit seksual sebelumnya, pernah PID, Riwayat pelecehan seksual usiamuda, dan

6
mengalami tindakan pembedahan. Usia muda mengalami peningkatanresiko akibat dari
peningkatan permeabilitas mucosal serviks, zona servical ektopiyang lebih besar, proteksi
antibody chalamidya yang masih rendah, dan peningkatan berlaku beresiko. Prosedur
pembedahan dapat menghancurkan barrier servical,sehingga menjadi predisposisi terjadi
infeksi.
AKDR telah di duga merupakan predisposisi terjadinya PID dengan memfasilitasi
transmisi mikroorganisme ke traktus genitalia atas. Kontrasepsi oral justru mengurangi resiko
PID secara simptomatik. Mungkin dengan meningkatkan viskositas mukosa oral, menurunkan
aliran menstrual antegrade dan retrograde, dan memodifikasi respon imun local.
Pada traktus bagian atas, jumlah mikroba dan fakrot host memiliki penerapan terhadap
derajat inflamasi dan parut yang dihasilkan. Infeksi uterus biasanya terbatas pada
endometrium, namun dapat lebih invasive pada uterus yang gravid aytau postpartum. Infeksi
tuba awalnya melibatkan mukosa, tapi inflamasi transmural yangdi mediasi komplimen yang
bersifat akut dapat timbul cepat dan intensitas terjadinya infeksi lanjutan pun meningkat.
Inflamasi dapat meluas ke struktur parametrial termasuk usus. Infeksi dapat pula meluas oleh
tumpahnya materi purulrn dari tubafallopi atau fia penyebaran limfatik dalam pelvis
menyebabkan peritonitis akut atau perihepatitis akut.
4. GEJALA KLINIS
Keluhan atau gejala yang paling sering di kemukakan adalah nyeri abdominopelvik.
Keluhan lain berfariasi, antaralain keluarnya cairan vagina, atau perdarahan, demam,
menggigil, serta mual dan disuria. Demam terlihat pada 60% – 80% kasus. Daignosis PID
sulit karena kaluhan dan gejala-gejala yang di kemukakan sangat berfariasi.Pada pasien
dengan nyeri tekan serviks, uterus, dan adneksa, PID didiagnosis dengan akurat hanya 65%.
Karena kaibat buruk PID terutama infertilitas dannyeri panggul kronik, maka PID harus di
curigai pada perempuan beresiko danditerapi secara agresif. Kriteria diagnosis diagnostic dari
CDC dapat membantu akurasi diagnosis dan ketepatan terapi.

Kriteria minimum untuk diagnosis klinis adalah sebagai berikut : (ketiga tiganya harus ada):
a. Nyeri gerak serviks
b. Nyeri tekan uterus
c. Nyeri tekan adneksa
Kriteria tambahan seperti berikut adalah dapat di pakai untuk menambah spesifisitas kriteria
minimum dan mendukung diagnosis PID.
a. Suhu oral < 38,3Oc
b. Cairan serviks atau vagina tidak normal mukokurulen.
c. Leukosit dalam jumlah banyak pada pemeriksaan mikroskop sekter vaginadengan
salin
d. Kenaikan laju endap darah
e. Protein reaktif – C meningkat
f. Dokumentasi laboraturium infeksi serviks oleh N. gonorrhoeae atau C.trachomatis
Pada pemeriksaan dalam dapat dijumpai :
a. Tegang di bagian bawah
b. Nyeri serta nyeri gerak pada serviks
c. Dapat teraba tumor karena pembentukan abses
d. Di bagian belakang Rahim terjadi penimbunan nanah
e. Dalam bentuk menahun mungkin teraba tumor, perasaan tidak enak(Discomfort) di
bagain bawah abdomen (Manuaba, 2010).

7
5. DIAGNOSA
Riwayat yang baik dari pasien dapat membawa kecurigaan pada PID.Pemeriksaan
panggul dapat mengungkapkan keputihan yang biasanya kekuning-kuningan secara jenisnya
dan kadang disertai dengan bau busuk. Pemeriksaan digital panggul dapat menyebabkan nyeri
tekan panggul terutama ketika menggoyang ( menggerakkan ) serviks. Beberapa yang
dikeluarkan dari serviks dapat diambil untuk biakan (g) untuk mengetahui penyebab infeksi.
Test urin mungkin diperlukan untuk menyingkirkan infeksi saluran kemih.
USG transvaginal panggul biasanya dilakukan untuk memvisualisasikan organ panggul.
USG dapat memperlihatkan tuba falopi yang besar dan ovarium dengan berisi cairan di
dalamnya atau pada panggul. Biopsi (g) endometrium mungkin dapat dilakukan. Pada
beberapa pasien,laparoskopi diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis dan juga untuk
mengeluarkan
nanah yang terkumpul di panggul, terutama jika nanah tidak berkurang dengan antibiotic.
6. PENATALAKSANAAN
a. Pada Wanita Tidak Hamil
Terapi PID harus ditujukan untuk mencegah kerusakan tuba yang menyebabkan
infertilitas dan kehamilan ektopik, serta pencegahan ektopik infeksi kronik.Banyak
pasien yang berhasil di terapi dengan rawat jalan dan terapi rawat jalan dini harus
menjadi pendekatan terapiotik permulaan. Pemilihan antibiotika harus ditujuakan
pada organisme etiologi utama (N. Gonorrhoeae atau C. Trachomatis) tetapi juga
harus mengarah pada sifat pilimik krobial PID.Untuk pasien dengan PID ringan atau
sedang terapi oral dan perenteral mempunyai daya guna klinis yang sama.
Rekomendasi terapi dari CDC
1) Terapi perenteral
a) Rekomendasi terapi parenteral A
 Sevotetan 2 g intavena setiap 12 jam atau
 Sevoksitin 2 g intravena setiap 6 jam di tambah
 Doksisiklin 100 mg oral atau parenteral setiap 12 jam
b) Rekomendasi terapi parenteral B
 Klindamisin 900 mg setiap 8 jam di tambah

8
 Gentamicin dosis muatan intravena atau intramuskuler ( 2mg
/ kg BB) diikutidengan dosis pemeliharaan ( 1,5 mg / kg BB)
Setiap 8 jam. Dapat di gantidenagn dosis tunggal harian
c) Terapi parenteral alternative
Tiga terapi alternatif telah di coba dan mereka mempunyai cakupan
spektrum yang luas
 Levofloksasin500 mg intravena 1X sehari dengan atau tanpa
metronidazole 500mg intravena setiap 8 jam atau
 Ofloksasin 400 mg intravena stiap 12 jam dengan atau tanpa
metronidazole 500mg intraven setiap 8 jam atau
 Ampisilin/sulbaktam 3 mg intavena setiap 6 jam di tambak
Doksisiklin 100 mgoral atau intravena etiap 12 jam.
2) Terapi oral
Terapi oral dapat di pertimbangkan untuk penderita PID atau sedang
karena kesudahan klinisnya sama dengan terapi parenteral. Pasien yang
mendapat terapidan tidak menunjukkan perbaikan setelah 72 jam harus dire-
evaluasi untuk memastikan diagnosisnya dan diberikan terapi parenteral baik
dengan rawat jalan maupun inap.
b. Pada Wanita Hamil
Pada ibu hamil yang terkena radang panggul tidak boleh di berikan antibiotic.Dan
kemungkinan akan di lakukan terminasi.
c. Pada Ibu Menyusui
Pada ibu menyusui yang terkena radang panggul boleh di berikan antibiotic, seperti:
1) Ceftriaxone : Di anggap aman untuk digunakan selama menyusui oleh
AmericanAcademy of pediatric.
2) Doksisiklin : Dapat menyebabkan noda gigi atau menghambat pertumbuhan
tulang. Produsen obat klaim serius potensi efek samping.
3) Metromidazol : Potensi resiko pertumbuhan tulang.
7. KOMPLIKASI
Jika tidak segera mendapatakan penanganan dapat menyebakan komplikasi jangka
panjang. Penelitian mengatakan komplikasi yang timbul berkembang menjadi nyeri kronik
sebanyak 18%, 8,5% berkembang menjadi kehamilan ektopik, dan 16,8% akan berhubungan
dengan infertilitas.
Nyeri panggul kronik terjadi pada sepertiga wanita dengan penyakit radang panggul.
Nyeri yang terjadi dikaitkan dengan peradangan, jaringan parut, dan perlekatan dari proses
infeksius. Penyakit radang panggul berulang merupakan prediktor terkuat untuk

9
berkembangnya nyeri panggul kronik akibat penyakit radang panggul. Sindrom Fitz Hugh
Curtis terjadinya perlengketan fibrosa perihepatik akibat proses peradangan yang dapat
menyebabkan nyeri akut dan nyeri tekan kuadran kanan atas.
Infertilitas dapat disebabkan oleh penyakit radang panggul, meskipun penyakit radang
panggul menyebabkan gejala atau tidak. Infeksi yang terjadi dapat menyebabkan kerusakan
yang berat bagi tuba falopi, termasuk diantaranya adalah hilangnya sel epitel siliaris tuba
falopi dan penyumbatan tuba falopi. Beberapa penelitian menunjukkan adanya indikasi
peningkatan lima kali lipat terkait infertilitas pada wanita dengan riwayat penyakit radang
panggul. Infertilitas terkait penyakit radang panggul sering terjadi bila klamidia sebagai
penyebab infeksinya.
Perempuan dengan riwayat penyakit radang panggul mempunyai 6-10 kali resiko
kehamilan ektopik. Peningkatan risiko kehamilan ektopik akibat penyakit radang panggul
berhubungan dengan kerusakan yang terjadi pada tuba falopi.
Dapat terjadi abses pada abses tuboovarium (ATO) dan peritonitis panggul. ATO
dilaporkan pada sepertiga wanita yang dirawat di rumah sakit untuk PID. Rupturakut pada
ATO dengan peritonitis difus adalah kejadian yang jarang tetapi mengancam jiwa yang
membutuhkan operasi abdomen yang darurat.
Pada kehamilan, penyakit radang panggul jarang terjadi, namun apabila terjadi dapat
meningkatkan morbiditas baik pada ibu maupun janin. Sedangkan penyakit radang panggul
yang terjadi pada wanita dengan HIV dapat menunjukkan gejala yang lebih berat, namun
masih dapat memberi respons terhadap pengobatan antibiotik yang diberikan.

10
BAB III
PENGKAJIAN & ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Biasanyaa terjadi pada usia produktif yaitu pada usia dibawah 16 tahun,sering terjadi
pada wanita yang berganti-ganti pasangan (PSK).
2. Keluhan Umum
Demam, mual muntah, perdarahan menstruasi yang tidak teratur, kram karena
menstruasi, nyeri BAK, nyeri saat hubungan, sakit pada perut bagian bawah, lelah, nyeri
punggung bagian bawah, nafsu makan berkurang.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Metroragia, Menoragia.Menderita penyakit kelamin, keputihan, menggunakan alat
kontrasepsi spiral.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
KET, Abortus Septikus, Endometriosis.Pernah menderita penyakit kelamin, abortus,
pernah kuret, aktivitas seksual pada masa remaja, berganti-ganti pasangan seksual, pernah
mengunakan AKDR.
5. Riwayat Menstruasi
Perdarahan menstruasi yang tidak teratur, Disminore, Fluor albus.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,keluarga atau
masyaralat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang actual ataupun
potensial. Diagnose keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan
asuhan keperawatan.Adapun diagnosa yang diangkat dari masalah setelah dilakukan tindakan
adalah:
a. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisiologis ( D.0077)
C. Intervensi
Intervensi adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada
pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran Yang diharapkan. Intervensi yang
dapat dilakukan oleh perawat berdasarkan standar intervensi keperawatan Indonesia (SIKI)
1. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisiologi

a. Observasi
- Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b. Terapeutik
- Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
c. Edukasi
- Jelaskan penyebab periode dan pemicu nyeri
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetic,jika perlu

11
D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawa
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang
lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahapan ahkir proses keperawatan yang terdiri dari evaluasi proses
(formatif) dan evaluasi hasil (sumatif). Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan
setelah perawatan melakukan tindakan keperawatan yang dilakukan terus menerus hingga
mencapai tujuan.
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setiap hari setelah semua tindakan sesuai
diagnosa keperawatan dilakukan evaluasi sumatif terdiri dari SOAP
(Subjek,Objek,Analisis,Planning). Subjek berisi respon yang diungkapkan oleh pasien dan
objektif berisi respon nonverbal dari pasien respon tersebut didapat setelah perawat
melakukan tindakan keperawatan. Analisis merupakan kesimpulan dari tindakan dalam
perencanaan masalah keperawatan dilihatdari kriteria hasil apakah teratasu,teratasi Sebagian
atau belum teratasi. Sedangkan planning berisi perencanaan tindakan keperawatan yang harus
dilakukan selanjutnya. Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan keberhasilan
tujuan tindakan yaitu tujuan tercapai apabila pasien menunjukkan perubahan sesuai kriteria
hasil yang telah ditentukan,tujuan tercapai Sebagian apabila jika klien menunjukkan
perubahan pada Sebagian kriteria hasil yang telah ditetapkan,tujuan tidak tercapai jika klien
menunjukkan sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali.

12
DAFTAR PUSTAKA

Gloria, M. B., Howard, K. B., Joanne, M. D., & Cheryl, M. W. (2013). Nursing Interventions
Classification (NIC). United States of America: ISBN:978-0-323-10011-3.
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. PT Bina Pustaka. Jakarta. 2011.
Manuaba, IBG, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB.Jakarta : EGC
Marmi, Retno. A.M.S., Fatmawati. E. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta :Pustaka
Pelajar.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

13
14

Anda mungkin juga menyukai