Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penyakit radang panggul (PID) adalah infeksi rahim ,saluran tuba dan organ
reproduksi lainnya yang menyebabkan gejala seperti nyeri perut bawah. Ini merupakan
komplikasi serius dari beberapa penyakit menular seksual (PMS). Terutama klamidia
dan gonore. PID dapat merusak tuba dan jaringan di dekat uterus dan ovarium.PID dapat
menyebabkan kemandulan, kehamilan ektopik, pembentukan abses dan nyeri panggul
kronis.

Gambar 1.1 Pelvic inflammatory desease

Setiap tahun di Amerika Serikat. diperkirakan bahwa lebih dari 750.000 wanita
mengalami PID akut. Insidensi PID pada pengguna alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR) adalah sekitar 9,38 per 1000 wanita di 20 hari setelah pemasangan. Namun,
angka kejadian PID pada pengguna AKDR akan menurun menjadi 1,39 per 1000 wanita
pada satu tahun setelah pemasangan Angka PID pada pemakaian AKDR adalah
sebanyak 1,4 – 1,6 kasus per 1000 wanita selama tahun pemakaian.
Beberapa faktor merupakan risiko untuk penyebab PID antara lain hubungan
seksual, prosedur kebidanan/kandungan (misalnya pemasangan AKDR, persalinan,
aborsi), aktivitas seksual, berganti-ganti pasangan seksual, riwayat PID sebelumnya,
proses menstruasi, dan kebiasaan menggunakan pembersih kewanitaan, dan lain-lain.
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Krisnadi menyebutkan bahwa sebagian besar PID
disebabkan akibat hubungan seksual. Terdapat peningkatan jumlah penyakit ini dalam

GANGGUAN REPRODUKSI “RADANG


1
PANGGUL”
2-3 dekade terakhir berkaitan dengan beberapa faktor, termasuk diantaranya adalah
peningkatan jumlah Penyakit Menular Seksual (PMS) dan penggunaan AKDR. Risiko
terkena PRP pada pemakaian AKDR 1,5 – 10 kali lebih besar dibandingkan pemakaian
kontrasepsi lain atau yang bukan pemakai sama sekali. 15% kasus penyakit ini terjadi
setelah tindakan operasi seperti biopsi endometrium, kuret, histeroskopi.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Definisi Radang panggul
2. Etiologi radang panggul
3. Faktor resiko radang panggul
4. Patofisiologi radang panggul
5. Jenis-Jenis Pelvic inflammatory desease
6. Gejala dan diagnosis radang panggul
7. Klasifikasi klinik pelvic inflammatory desease
8. Deferensial radang panggul
9. Cara pencegahan radang panggul
10. Penatalaksanaan radang panggul

1.3. TUJUAN

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Dapat mengetahui definisi, etiologi, faktor resiko, patofisiologis dari radang


panggul
2. Dapat mengetahui jenis, gejala, klasifikasi penatalaksanaan, dan cara
pencegahan dari radang panggul.
3. Kita dapat memahami lebih lanjut dari radang panggul.

GANGGUAN REPRODUKSI “RADANG


2
PANGGUL”
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Penyakit Radang Panggul (PID: Pelvic Inflammatory Disease) adalah infeksi pada
alat genital atas. Proses penyakitnya dapat meliputi endometrium, tubafalopi, ovarium,
miometrium, parametria, dan peritonium panggul. PID adalah infeksi yang paling peting
dan merupakan komplikasi infeksi menular seksual yang paling biasa. (Sarwono,2011;
h.227)
Pelvic Inflamatory Disease adalah suatu kumpulan radang pada saluran genital
bagian atas oleh berbagai organisme, yang dapat menyerang endometrium, tuba fallopi,
ovarium maupun miometrium secara perkontinuitatum maupun secara hematogen
ataupun sebagai akibat hubungan seksual. (Yani,2009;h.45)

Gambar 2.1 Peradangan yang terjadi pada panggul

Penykit radang panggul atau pelvic inflamatory disease (PID) merupakan infeksi
genetalia bagian atas wanita yang sebagian besar disebabkan hubungan
seksual.(manuaba)
Pelvic Inflamatory Diseases (PID) adalah infeksi alat kandungan tinggi dari uterus,
tuba, ovarium, parametrium, peritoneum, yang tidak berkaitan dengan pembedahan dan
kehamilan. PID mencakup spektrum luas kelainan inflamasi alat kandungan tinggi
termasuk kombinasi endometritis, salphingitis, abses tuba ovarian dan peritonitis pelvis.

GANGGUAN REPRODUKSI “RADANG


3
PANGGUL”
Biasanya mempunyai morbiditas yang tinggi. Batas antara infeksi rendah dan tinggi
ialah ostium uteri internum (Marmi, 2013; h.198)
Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit
tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung
telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang
panggul merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS).

2.2 ETIOLOGI
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian
bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari
atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul. Bakteri
penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang
menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai
bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini
adalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi
karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan
dari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah
menstruasi).

Gambar 2.2 Penyakit radang panggul


Bakteri fakultatif anaerob dan flora juga diduga berpotensi menjadi penyebab PID.
yang termasuk dantaranya adalah Gardnerella vaginalis, streptokokus agalactiae,
peptostreptokokus, bakteroides dan mycoplasma genetalia. patogen genetalia lain yang
menyebabkan PID adalah haemaphilus influenza dan haemophilus parainfluenza.

GANGGUAN REPRODUKSI “RADANG


4
PANGGUL”
actinomices diduga menyebabkan PID yang dipicu oleh penggunaan AKDR. PID
mungkin juga disebabkan oleh salpingitis granulomatosa yang disebabkan
Mycobakterium tuberkulosis dan Schistosoma.

2.3 FAKTOR RESIKO


Terdapat beberapa faktor resiko PID , namun yang utama adalah aktivitas seksual.
PID yang timbul setelah periode menstruasi pada wanita dengan aktivitas seksual
berjumlah sekitar 85% sedangkan 15% di sebabkan karena luka pada mukosa misalnya
AKDR atau kuretase
Resiko juga meningkat berkaitan dengan jumlah pasangan seksual. Wanita dengan
lebih banyak dari 10 pasangan seksual cenderung memiliki pningkatan resiko sebesar 3
kali lipat.
Usia muda juga merupakan salah satu faktor resiko yang di sebabkan oleh kurangnya
kestabilan hubungan seksual dan mungkin oleh kurangnya imunitas.

Gambar 2.3. Resiko radang panggul

Faktor resiko lainnya yaitu pemasangan alat kontrasepsi, etnik, status postmaterial
dimana resiko meningkat 3 kali di banding yang tidak menikah, infeksi bacterial
vaginosis, dan merokok. Peningkatan resiko PID di temukan pada etnik berkulit putih
dan pada golongan sosio ekonomi rendah. PID sering muncul pada usia 15 – 19 tahun
dan pada wanita yang pertama kali berhubungan seksual.

GANGGUAN REPRODUKSI “RADANG


5
PANGGUL”
Pasien yang digolongkan memiliki faktor resiko tinggi untuk PID adalah wanita di
usia 25 tahun, menstruasi, memiliki pasangan seksual yang multiple, tidak menggunakan
kontrasepsi, dan tinggal di daerah yang tinggi prevelensi penyakit menular seksual. PID
juga sering timbul pada wanita yang pertama kali berhubungan aseksual. Pemakain
AKDR meningkatkan resiko PID 2 – 3 kali lipat pada 4 bulan pertama setelah
pemakaian, namun kemudian resiko kembali menurun. Wanita yang tidak berhubungan
seksual secara aktif dan telah menjalani sterilisasi tuba, memiliki resiko yang sangat
rendah untuk PID.

2.4 PATOFISIOLOGIS
PID di sebabkan oleh penyebaran mikroorganisme secara asenden ke traktus genital
atas dari vagiana dan serviks. Mekanisme pasti yang bertanggung jawab atas
penyebaran tersebut tidak diketahui, namun aktifitas seksual mekanis dan pembukaan
serviks selama menstruasi mungkin berpengaruh.
Banyak kasus PID timbul dengan 2 tahap :
 Tahap Pertama : melibatkan akuisisi dari vagiana atau infeksi servikal. Penyakit
menular seksual yang menyebabkan mungkin asimptomatik
 Tahap Ke dua : Timbul oleh penyebaran asenden langsung mikroorganisme dari
vagina dan serviks.
Mukosa serviks menyediakan barrier fungsional melawan penyebaran ke atas,
namun efek dari barrier ini mungkin berkurang akibat pengaruh perubahan hormonal
yang timbul selama ovulasi dan menstruasi. Gangguan suasana servikovaginal dapat
timbul akibat terapi antibiotic dan penyakit menular seksual yang dapat menggagu
keseimbangan flora endogen.Menyebabkan organisme nonpatogen bertumbuh secara
berlebihan dan bergerak ke atas. Pembukaan serviks selama menstruasi dengan aliran
menstrual yang retrograd dapat memfasilitasi pergerakan asenden dari mikroorganisme.
Hubungan seksual juga dapat menyebabkan ifeksi asenden akibat dari kontraksi uterus
mekanis dan ritmik. Bakteri dapat terbawa bersama sperma menuju uterus dan tuba.

GANGGUAN REPRODUKSI “RADANG


6
PANGGUL”
Gambar 2.4 patofisilogi radang panggul

Faktor resiko meningkat pada wanita dengan pasangan seksual multiple , punya
riwayat penyakit seksual sebelumnya, pernah PID, Riwayat pelecehan seksual usia
muda, dan mengalami tindakan pembedahan. Usia muda mengalami peningkatan resiko
akibat dari peningkatan permeabilitas mucosal serviks, zona servical ektopi yang lebih
besar, proteksi antibody chalamidya yang masih rendah, dan peningkatan berlaku
beresiko. Prosedur pembedahan dapat menghancurkan barrier servical, sehingga
menjadi predisposisi terjadi infeksi.
AKDR telah di duga merupakan predisposisi terjadinya PID dengan memfasilitasi
transmisi mikroorganisme ke traktus genitalia atas. Kontrasepsi oral justru mengurangi
resiko PID secara simptomatik. Mungkin dengan meningkatkan viskositas mukosa oral,
menurunkan aliran menstrual antegrade dan retrograde, dan memodifikasi respon imun
local.
Pada traktus bagian atas, jumlah mikroba dan fakrot host memiliki peneran terhadap
derajat inflamasi dan parut yang dihasilkan. Infeksi uterus biasanya terbatas pada
endometrium, namun dapat lebih invasive pada uterus yang gravid aytau postpartum.
Infeksi tuba awalnya melibatkan mukosa, tapi inflamasi transmural yang di mediasi
komplimen yang bersifat akut dapat timbul cepat dan intensitas terjadinya infeksi
lanjutan pun meningkat. Inflamasi dapat meluas ke struktur parametrial termasuk usus.
Infeksi dapat pula meluas oleh tumpahnya materi purulrn dari tuba fallopi atau fia
penyebaran limfatik dalam pelvis menyebabkan peritonitis akut atau perihepatitis akut.

2.5. JENIS JENIS PID

GANGGUAN REPRODUKSI “RADANG


7
PANGGUL”
Beberapa jenis inflamasi yang termasuk PID yang sering ditemukan adalah :
1. Salpingitis
mikroorganisme yang menyebabkan salpingitis adalah N. Gonorhea dan C
trachomatis. Salpingitis timbul pada remaja yang memiliki pasangan seksual
yang multiple dan tidak menggunakan kontrasepsi

Gambar 2.5 Salpingitis

2. Abses tuba ovarium


Abses ini sering muncul setelah salfingitis namun lebih sering karena infeksi
adnexa yang berulang.pasian dalam keadaan asimtomatik atau dalam keadaan
septic syok, bitemukan 2 minggu setelah menstruasi denga nyeri pelvis dan
abdomen, mual, muntah, demam dan takikardi. Seluruh abdomen tegang dan
nyeri

Gambar 2.5 abses tuba ovarium

GANGGUAN REPRODUKSI “RADANG


8
PANGGUL”
2.6. GEJALA DAN DIAGNOSIS
Keluhan atau gejala yang paling sering di kemukakan adalah nyeri abdominopelvik.
Keluhan lain berfariasi, antar alin keluarnya cairan vagina, atau perdarahan, demam,
menggigil, serta mual dan disuria. Demam terlihat pada 60% – 80% kasus. Daignosis
PID sulit karena kaluhan dan gejala-gejala yang di kemukanan sangat berfariasi.Pada
pasien dengan nyeri tekan serviks, uterus, dan adneksa, PID di diagnosis dengan akurat
hanya 65%. Karena kaibat buruk PID terutama infertilitas dan nyeri panggul kronik,
maka PID harus di curigai pada perempuan beresiko dan diterapi secara agresif. Kriteria
diagnosis diagnostic dari CDC dapat membantu akurasi diagnosis dan ketepatan terapi..
Gambar 2.6 penyakit radang panggul

Gambar 2.6 penyakit radang panggul

Kriteria minimum untuk diagnosis klinis adalah sebagai berikut : (ketiga tiganya
harus ada)
 Nyeri gerak serviks
 Nyeri tekan uterus
 Nyeri tekan adneksa
Kriteria tambahan seperti berikut adalah dapat di pakai untuk menambah spesifisitas
kriteria minimum dan mendukung diagnosis PID.
 Suhu oral < 38,3Oc
 Cairan serviks atau vagina tidak normal mukokurulen.
 Leukosit dalam jumlah banyak pada pemeriksaan mikroskop sekter vagina
dengan salin
 Kenaikan laju endap darah
 Protein reaktif – C meningkat

GANGGUAN REPRODUKSI “RADANG


9
PANGGUL”
 Dokumentasi laboraturium infeksi serviks oleh N. gonorrhoeae atau C.
trachomatis
Pada pemeriksaan dalam dapat dijumpai :
 Tegang di bagian bawah
 Nyeri serta nyeri gerak pada serviks
 Dapat teraba tumor karena pembentukan abses
 Di bagian belakang Rahim terjadi penimbunan nanah
 Dalam bentuk menahun mungkin teraba tumor, perasaan tidak enak
(Discomfort) di bagain bawah abdomen (Manuaba, 2010)

Keiteria diagnosis PID sangat spesifik meliputi :


 Bipsi endometrium desertai bukti histopatologis endometritis
 USG transvaginal atau MRA memperlihatkan tuba menebal penuh berisi
cairan dengan atau tanpa cairan bebas di panggul atau kompleks tubo –
ovarial atau pemeriksaan dopler menyarankan infeksi panggul (missal
hiperemi tuba)
 Hasil pemeriksaan laporoskopi yang konsisten dengan PID
Beberapa ahli menganjurkan bahwa pasien dengan PID di rawat inap agar
dapat segera di mulai istirahat baring dan pemberian antibiotika parenteral
dalam pengawasan akan tetapi, untuk pasien pasien PID ringan atau sedang
rawat jalan dapat memberikan kesudahan jangka pendek dan panjang yang
sama dengan rawat inap. Keputusan untuk rawat inap ada di tangan dokter
yang merawat. Di sarankan memakai kriteria rawat inap sebagai berikut :
 Kedaruratan bedah (mial apensisitis) tidak dapat di kesampingkan.
 Pasien sedang hamil
 Pasien tidak memberi respons klinis terhadap antimikrobia oral
 Pasien tidak mampu mengikuti atau menaati pengobatan rawat jalan
 Pasien menderita sakit berat mual dan muntah, atau demam tinggi
 Ada akses tubo ovarial

2.7. KLASIFIKASI KLINIK PID

GANGGUAN REPRODUKSI “RADANG


10
PANGGUL”
SINDROM KLINIS PENYEBAB

PID akut (Durasi ≤ 30 hari) Patogen servikal (N.gonorrhoeae, C. trachomatis, dan


M. genitalium)

Patogen bakteri vaginosis (Peptostreptococcus.sp, M.


hominis dan Clostridia.sp)

Ptogen respiratori (H, influenza, S. pneumonia,


streptococcus grup A, dan S. aureus)

Patogen enteric (E. Coli, Bracteroides fragilis,


Streptococcus grup B, dan Campylobacter.sp)

PID Subklinis C.trachomatis dan N. gonorrhoeae

PID kronik (durasi > 30 hari) Mycobacterium tuberculosis dan Actinomyces.sp

2.8. DEFERENSIAL DIAGNOSA


1. Tumor adnexa
2. Apendicitis
3. Servicitis
4. Kista ovarium
5. Tersio ovarium
6. Aborsi spontan
7. Infeksi saluran kemih
8. Kehamilan ektopik
9. Endometriosis

2.9. CARA PENCEGAHAN


Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Pencegahan dapat di lakukan dengan mencegah terjadi infeksi yang di
sebabkan oleh kuman penyebab penyakit menular seksual. Terutama
chalamidya. Peningkatan edukasi masyarakat, penapisan rutin, diagnosis
dini, serta penanganan yang tepat terhadap infeksi chlamidya berpengaruh

GANGGUAN REPRODUKSI “RADANG


11
PANGGUL”
besar dalam menurunkan angka PID. Edukasi hendaknya focus pada metode
pencegahan penyakit menular seksual, termasuk setiap terhadap satu
pasangan, menghindari aktifitas seksual yang tidak aman, dan menggunakan
pengamanan secara rutin.
2. Adanya progam penapisan penyakit menular seksual dapat mencegah
terjadinya PID pada wamita. Mengadakan penapisan terhadap pria perlu di
lakukan untuk mencegah penularan kepada wanita.
3. Pasien yang telah di diagnosa dengan PID atau penyakit menular seksual
harus di terapi hingga tuntas, dan terapi juga di lkukan terhadap pasangannya
untuk mencegah penularan kembali.
4. Wanita usia remaja harus menghindari aktivitas seksual hingga usia 16 tahun
atau lebih.
5. Kontrasepsi oral dilakukan dapat mengurangi resiko PID
6. Semua wanita berusia 25 tahun ke atas harus di lakukan penapisan terhadap
chlamidya tanpa memandang faktor resiko.

2.10. CARA PENCEGAHAN


A. PADA WANITA TIDAK HAMIL
Terapi PID harus ditujukan untuk mencegah kerusakan tuba yang menyebabkan
infertilitas dan kehamilan ektopik, serta pencegahan ektopik infeksi kronik.Banyak
pasien yang berhasil di terapi dengan rawat jalan dan terapi rawat jalan dini harus
menjadi pendekatan terapiotik permulaan. Pemilihan antibiotika harus ditujuakan pada
organisme etiologi utama (N. Gonorrhoeae atau C. Trachomatis) tetapi juga harus
mengarah pada sifat pilimik krobial PID.
Untuk pasien dengan PID ringan atau sedang terapi oral dan perenteral mempunyai
daya guna klinis yang sama.
Rekomendasi terapi dari CDC
a. Terapi perenteral
 Rekomendasi terapi parenteral A
- Sevotetan 2 g intavena setiap 12 jam atau
- Sevoksitin 2 g intravena setiap 6 jam di tambah
- Doksisiklin 100 mg oral atau parenteral setiap 12 jam
 Rekomendasi terapi parenteral B

GANGGUAN REPRODUKSI “RADANG


12
PANGGUL”
- Klindamisin 900 mg setiap 8 jam di tambah
- Gentamicin dosis muatan intravena atau intramuskuler ( 2mg / kg BB) diikuti
dengan dosis pemeliharaan ( 1,5 mg / kg BB) Setiap 8 jam. Dapat di ganti denagn
dosis tunggal harian.
 Terapi parenteral alternative
Tiga terapi alternatif telah di coba dan mereka mempunyai cakupan spektrum yang
luas
- Levofloksasin500 mg intravena 1X sehari dengan atau tanpa metronidazole 500
mg intravena setiap 8 jam atau
- Ofloksasin 400 mg intravena stiap 12 jam dengan atau tanpa metronidazole 500
mg intraven setiap 8 jam atau
- Ampisilin/sulbaktam 3 mg intavena setiap 6 jam di tambak Doksisiklin 100 mg
oral atau intravena etiap 12 jam.
b. Terapi oral
Terapi oral dapat di pertimbangkan untuk penderita PID atau sedang karena
kesudahan klinisnya sama dengan terapi parenteral. Pasien yang mendapat terapi dan
tidak menunjukkan perbaikan setelah 72 jam harus dire-evaluasi untuk memastikan
diagnosisnya dan diberikan terapi parenteral baik dengan rawat jalan maupun inap.
 Rekomendasi terapi A
- Levofloksasin 500 mg oral 1X setiap hari selama 14 hari atau ofloksasin 400 mg
2x sehari selama 14 hari dengan atau tanpa
- Metronidazole 500 mg oral 2x sehari selama 14 hari
 Rekomendasi terapi B
- Seftriakson 250 mg intramuscular dosis tunggal di tambah doksisiklin oral 2x
sehari selama 14 hari dengan atau tanpa metronidazole 500 mg oral 2x sehari
selama 14 hari atau
- Sefoksitin 2 g intramuscular dosis tunggal dan probenosid di tambah doksisiklin
oral 2x sehari selama 14 hari dengan atau tanpa metronidazole 500 mg oral 2x
sehari selama 14 hari atau
- Sefalosporin generasi ketiga (missal seftizoksim atau sefotaksim) di tambah
doksisiklin oral 2x sehari selam 14 hari dengan atau tanpa metronidazole 500 mg
oral 2x sehari selama 14 hari
B PADA WANITA HAMIL

GANGGUAN REPRODUKSI “RADANG


13
PANGGUL”
Pada ibu hamil yang terkena radang panggul tidak boleh di berikan antibiotic.Dan
kemungkinan akan di lakukan terminasi.
C. PADA IBU MENYUSUI
Pada ibu menyusui yang terkena radang panggul boleh di berikan antibiotic, seperti
1. Ceftriaxone : Di anggap aman untuk digunakan selama menyusui oleh American
Academy of pediatric.
2. Doksisiklin : Dapat menyebabkan noda gigi atau menghambat pertumbuhan
tulang. Produsen obat klaim serius potensi efek samping.
3. Metromidazol : Potensi resiko pertumbuhan tulang.
 BILA UNTUK MENGURANGI RASA SAKIT PERUT DAN
PANGGUL, bisa diberikan seperti penghilang rasa sakit ibuprofen dan
paracetamol dan bersamaan dengan pemberian antibiotic
 Infeksi radang panggul karena IUD, dilakukan pemberian antibiotic dulu
dan dilakukan observasi beberapa hari dan jika tidak ada perbaikan maka
dilakukan pelepasan IUD karena kemungkinan infeksi disebabkan oleh
IUD .

GANGGUAN REPRODUKSI “RADANG


14
PANGGUL”
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Penyakit Radang Panggul (PID: Pelvic Inflammatory Disease) adalah infeksi pada
alat genital atas. Proses penyakitnya dapat meliputi endometrium, tubafalopi, ovarium,
miometrium, parametria, dan peritonium panggul. PID adalah infeksi yang paling peting
dan merupakan komplikasi infeksi menular seksual yang paling biasa. (Sarwono,2011;
h.227)
Pelvic Inflamatory Diseases (PID) adalah infeksi alat kandungan tinggi dari uterus,
tuba, ovarium, parametrium, peritoneum, yang tidak berkaitan dengan pembedahan dan
kehamilan. PID mencakup spektrum luas kelainan inflamasi alat kandungan tinggi
termasuk kombinasi endometritis, salphingitis, abses tuba ovarian dan peritonitis pelvis.
Biasanya mempunyai morbiditas yang tinggi. Batas antara infeksi rendah dan tinggi
ialah ostium uteri internum (Marmi, 2013; h.198)
Terdapat beberapa faktor resiko PID , namun yang utama adalah aktivitas seksual.
PID yang timbul setelah periode menstruasi pada wanita dengan aktivitas seksual
berjumlah sekitar 85% sedangkan 15% di sebabkan karena luka pada mukosa misalnya
AKDR atau kuretase
Resiko juga meningkat berkaitan dengan jumlah pasangan seksual. Wanita dengan
lebih banyak dari 10 pasangan seksual cenderung memiliki pningkatan resiko sebesar 3
kali lipat.
Keluhan atau gejala yang paling sering di kemukakan adalah nyeri abdominopelvik.
Keluhan lain berfariasi, antar alin keluarnya cairan vagina, atau perdarahan, demam,
menggigil, serta mual dan dysuria. Demam terlihat pada 60% – 80% kasus. Daignosis
PID sulit karena kaluhan dan gejala-gejala yang di kemukanan sangat berfariasi.Pada
pasien dengan nyeri tekan serviks, uterus, dan adneksa, PID di diagnosis dengan akurat
hanya 65%. Karena kaibat buruk PID terutama infertilitas dan nyeri panggul kronik,
maka PID harus di curigai pada perempuan beresiko dan diterapi secara agresif. Kriteria
diagnosis diagnostic dari CDC dapat membantu akurasi diagnosis dan ketepatan terapi.

GANGGUAN REPRODUKSI “RADANG


15
PANGGUL”
Terapi PID harus ditujukan untuk mencegah kerusakan tuba yang menyebabkan
infertilitas dan kehamilan ektopik, serta pencegahan ektopik infeksi kronik.Banyak
pasien yang berhasil di terapi dengan rawat jalan dan terapi rawat jalan dini harus
menjadi pendekatan terapiotik permulaan. Pemilihan antibiotika harus ditujuakan pada
organisme etiologi utama (N. Gonorrhoeae atau C. Trachomatis) tetapi juga harus
mengarah pada sifat pilimik krobial PID.
Untuk pasien dengan PID ringan atau sedang terapi oral dan perenteral mempunyai
daya guna klinis yang sama. Sebagian besar klinis menganjurkan terapi parenteral paling
tidak selama 48 jam kemudian dilanjutkan dengan terapi oral dengan 24 jam setelah ada
perbaikan klinis

GANGGUAN REPRODUKSI “RADANG


16
PANGGUL”
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/53420488/Pelvic-Inflammatory-Disease
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. PT Bina Pustaka. Jakarta. 2011.
Manuaba, IBG, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB.Jakarta : EGC

Helen, Varney. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 2. Jakarta: EGC

Marmi, Retno. A.M.S., Fatmawati. E. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta :


Pustaka Pelajar.

GANGGUAN REPRODUKSI “RADANG


17
PANGGUL”

Anda mungkin juga menyukai