PENDAHULUAN
Setiap tahun di Amerika Serikat. diperkirakan bahwa lebih dari 750.000 wanita
mengalami PID akut. Insidensi PID pada pengguna alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR) adalah sekitar 9,38 per 1000 wanita di 20 hari setelah pemasangan. Namun,
angka kejadian PID pada pengguna AKDR akan menurun menjadi 1,39 per 1000 wanita
pada satu tahun setelah pemasangan Angka PID pada pemakaian AKDR adalah
sebanyak 1,4 – 1,6 kasus per 1000 wanita selama tahun pemakaian.
Beberapa faktor merupakan risiko untuk penyebab PID antara lain hubungan
seksual, prosedur kebidanan/kandungan (misalnya pemasangan AKDR, persalinan,
aborsi), aktivitas seksual, berganti-ganti pasangan seksual, riwayat PID sebelumnya,
proses menstruasi, dan kebiasaan menggunakan pembersih kewanitaan, dan lain-lain.
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Krisnadi menyebutkan bahwa sebagian besar PID
disebabkan akibat hubungan seksual. Terdapat peningkatan jumlah penyakit ini dalam
1.3. TUJUAN
2.1 DEFINISI
Penyakit Radang Panggul (PID: Pelvic Inflammatory Disease) adalah infeksi pada
alat genital atas. Proses penyakitnya dapat meliputi endometrium, tubafalopi, ovarium,
miometrium, parametria, dan peritonium panggul. PID adalah infeksi yang paling peting
dan merupakan komplikasi infeksi menular seksual yang paling biasa. (Sarwono,2011;
h.227)
Pelvic Inflamatory Disease adalah suatu kumpulan radang pada saluran genital
bagian atas oleh berbagai organisme, yang dapat menyerang endometrium, tuba fallopi,
ovarium maupun miometrium secara perkontinuitatum maupun secara hematogen
ataupun sebagai akibat hubungan seksual. (Yani,2009;h.45)
Penykit radang panggul atau pelvic inflamatory disease (PID) merupakan infeksi
genetalia bagian atas wanita yang sebagian besar disebabkan hubungan
seksual.(manuaba)
Pelvic Inflamatory Diseases (PID) adalah infeksi alat kandungan tinggi dari uterus,
tuba, ovarium, parametrium, peritoneum, yang tidak berkaitan dengan pembedahan dan
kehamilan. PID mencakup spektrum luas kelainan inflamasi alat kandungan tinggi
termasuk kombinasi endometritis, salphingitis, abses tuba ovarian dan peritonitis pelvis.
2.2 ETIOLOGI
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian
bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari
atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul. Bakteri
penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang
menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai
bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini
adalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi
karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan
dari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah
menstruasi).
Faktor resiko lainnya yaitu pemasangan alat kontrasepsi, etnik, status postmaterial
dimana resiko meningkat 3 kali di banding yang tidak menikah, infeksi bacterial
vaginosis, dan merokok. Peningkatan resiko PID di temukan pada etnik berkulit putih
dan pada golongan sosio ekonomi rendah. PID sering muncul pada usia 15 – 19 tahun
dan pada wanita yang pertama kali berhubungan seksual.
2.4 PATOFISIOLOGIS
PID di sebabkan oleh penyebaran mikroorganisme secara asenden ke traktus genital
atas dari vagiana dan serviks. Mekanisme pasti yang bertanggung jawab atas
penyebaran tersebut tidak diketahui, namun aktifitas seksual mekanis dan pembukaan
serviks selama menstruasi mungkin berpengaruh.
Banyak kasus PID timbul dengan 2 tahap :
Tahap Pertama : melibatkan akuisisi dari vagiana atau infeksi servikal. Penyakit
menular seksual yang menyebabkan mungkin asimptomatik
Tahap Ke dua : Timbul oleh penyebaran asenden langsung mikroorganisme dari
vagina dan serviks.
Mukosa serviks menyediakan barrier fungsional melawan penyebaran ke atas,
namun efek dari barrier ini mungkin berkurang akibat pengaruh perubahan hormonal
yang timbul selama ovulasi dan menstruasi. Gangguan suasana servikovaginal dapat
timbul akibat terapi antibiotic dan penyakit menular seksual yang dapat menggagu
keseimbangan flora endogen.Menyebabkan organisme nonpatogen bertumbuh secara
berlebihan dan bergerak ke atas. Pembukaan serviks selama menstruasi dengan aliran
menstrual yang retrograd dapat memfasilitasi pergerakan asenden dari mikroorganisme.
Hubungan seksual juga dapat menyebabkan ifeksi asenden akibat dari kontraksi uterus
mekanis dan ritmik. Bakteri dapat terbawa bersama sperma menuju uterus dan tuba.
Faktor resiko meningkat pada wanita dengan pasangan seksual multiple , punya
riwayat penyakit seksual sebelumnya, pernah PID, Riwayat pelecehan seksual usia
muda, dan mengalami tindakan pembedahan. Usia muda mengalami peningkatan resiko
akibat dari peningkatan permeabilitas mucosal serviks, zona servical ektopi yang lebih
besar, proteksi antibody chalamidya yang masih rendah, dan peningkatan berlaku
beresiko. Prosedur pembedahan dapat menghancurkan barrier servical, sehingga
menjadi predisposisi terjadi infeksi.
AKDR telah di duga merupakan predisposisi terjadinya PID dengan memfasilitasi
transmisi mikroorganisme ke traktus genitalia atas. Kontrasepsi oral justru mengurangi
resiko PID secara simptomatik. Mungkin dengan meningkatkan viskositas mukosa oral,
menurunkan aliran menstrual antegrade dan retrograde, dan memodifikasi respon imun
local.
Pada traktus bagian atas, jumlah mikroba dan fakrot host memiliki peneran terhadap
derajat inflamasi dan parut yang dihasilkan. Infeksi uterus biasanya terbatas pada
endometrium, namun dapat lebih invasive pada uterus yang gravid aytau postpartum.
Infeksi tuba awalnya melibatkan mukosa, tapi inflamasi transmural yang di mediasi
komplimen yang bersifat akut dapat timbul cepat dan intensitas terjadinya infeksi
lanjutan pun meningkat. Inflamasi dapat meluas ke struktur parametrial termasuk usus.
Infeksi dapat pula meluas oleh tumpahnya materi purulrn dari tuba fallopi atau fia
penyebaran limfatik dalam pelvis menyebabkan peritonitis akut atau perihepatitis akut.
Kriteria minimum untuk diagnosis klinis adalah sebagai berikut : (ketiga tiganya
harus ada)
Nyeri gerak serviks
Nyeri tekan uterus
Nyeri tekan adneksa
Kriteria tambahan seperti berikut adalah dapat di pakai untuk menambah spesifisitas
kriteria minimum dan mendukung diagnosis PID.
Suhu oral < 38,3Oc
Cairan serviks atau vagina tidak normal mukokurulen.
Leukosit dalam jumlah banyak pada pemeriksaan mikroskop sekter vagina
dengan salin
Kenaikan laju endap darah
Protein reaktif – C meningkat
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Penyakit Radang Panggul (PID: Pelvic Inflammatory Disease) adalah infeksi pada
alat genital atas. Proses penyakitnya dapat meliputi endometrium, tubafalopi, ovarium,
miometrium, parametria, dan peritonium panggul. PID adalah infeksi yang paling peting
dan merupakan komplikasi infeksi menular seksual yang paling biasa. (Sarwono,2011;
h.227)
Pelvic Inflamatory Diseases (PID) adalah infeksi alat kandungan tinggi dari uterus,
tuba, ovarium, parametrium, peritoneum, yang tidak berkaitan dengan pembedahan dan
kehamilan. PID mencakup spektrum luas kelainan inflamasi alat kandungan tinggi
termasuk kombinasi endometritis, salphingitis, abses tuba ovarian dan peritonitis pelvis.
Biasanya mempunyai morbiditas yang tinggi. Batas antara infeksi rendah dan tinggi
ialah ostium uteri internum (Marmi, 2013; h.198)
Terdapat beberapa faktor resiko PID , namun yang utama adalah aktivitas seksual.
PID yang timbul setelah periode menstruasi pada wanita dengan aktivitas seksual
berjumlah sekitar 85% sedangkan 15% di sebabkan karena luka pada mukosa misalnya
AKDR atau kuretase
Resiko juga meningkat berkaitan dengan jumlah pasangan seksual. Wanita dengan
lebih banyak dari 10 pasangan seksual cenderung memiliki pningkatan resiko sebesar 3
kali lipat.
Keluhan atau gejala yang paling sering di kemukakan adalah nyeri abdominopelvik.
Keluhan lain berfariasi, antar alin keluarnya cairan vagina, atau perdarahan, demam,
menggigil, serta mual dan dysuria. Demam terlihat pada 60% – 80% kasus. Daignosis
PID sulit karena kaluhan dan gejala-gejala yang di kemukanan sangat berfariasi.Pada
pasien dengan nyeri tekan serviks, uterus, dan adneksa, PID di diagnosis dengan akurat
hanya 65%. Karena kaibat buruk PID terutama infertilitas dan nyeri panggul kronik,
maka PID harus di curigai pada perempuan beresiko dan diterapi secara agresif. Kriteria
diagnosis diagnostic dari CDC dapat membantu akurasi diagnosis dan ketepatan terapi.
https://id.scribd.com/doc/53420488/Pelvic-Inflammatory-Disease
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. PT Bina Pustaka. Jakarta. 2011.
Manuaba, IBG, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB.Jakarta : EGC
Helen, Varney. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 2. Jakarta: EGC