PENDAHULUAN
Penyakit radang panggul (PID) adalah infeksi rahim (rahim), saluran tuba (salu
ran yang membawa telur dari ovarium ke rahim) dan organ reproduksi lainnya yan
g menyebabkan gejala seperti nyeri perut bagian bawah. Ini merupakan komplikas
i serius dari beberapa penyakit menular seksual (PMS), terutama klamidia dan gon
ore. PID dapat merusak saluran tuba dan jaringan di dan dekat uterus dan ovarium
ktopik (kehamilan di tuba fallopi atau di tempat lain diluar rahim), pembentukan a
bses, dan nyeri panggul kronis. Setiap tahun di Amerika Serikat, diperkirakan bah
wa lebih dari 750.000 wanita mengalami sebuah episode PID akut. Lebih dari 75.
000 wanita mungkin menjadi subur setiap tahun sebagai akibat dari PID, dan seba
gian besar kehamilan ektopik terjadi setiap tahun disebabkan konsekuensi dari PI
D. PID terjadi ketika bakteri bergerak ke atas dari vagina perempuan atau leher ra
him (membuka rahim) keorgan-organ reproduksi nya. Banyak organisme yang ber
beda dapat menyebabkan PID, tapi banyak kasus yang berhubungan dengan gonor
e dan klamidia, dua PMS bakteri yang sangat umum. Sebuah episode sebelum PI
rtarungan awal infeksi. Seksual perempuan yang aktif pada tahun-tahun melahirka
n anak mereka adalahyang paling berisiko, dan mereka yang di bawah umur 25 le
bih mungkin untuk mengembangkan PID daripada mereka yang lebih tua dari 25.
Hal ini sebagiankarena leher rahim gadis remaja dan perempuan muda tidak sepen
1
n PID. Para mitra seks lebih seorang wanita, semakin besar risiko nyamengemban
gkan PID. Juga, seorang wanita yang pasangannya memiliki lebih darisatu pasang
an seks yang berisiko lebih besar terkena PID, karena potensi lebihbanyak ekspos
ur terhadap agen infeksi. Wanita yang douche mungkin memiliki risiko lebih ting
enunjukkan bahwa douching mengubah flora vagina (organisme yang hidup dala
m vagina) dengan cara yang merugikan, dan dapat memaksa bakteri ke organ repr
oduksi bagian atas dari vagina. Wanita yang memiliki alat kontrasepsi (IUD) dima
sama sekali. Namun, risiko ini sangat berkurang jika seorang wanita diuji dan, jik
a perlu, diobati untuk IMS sebelum IUD dimasukkan. dibutuhkan pengetahuan ten
tang PID agar dapat dicegah, didiagnosa dini, dan ditatalaksana dengan cepat dan
segera.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Pelvic inflammatory disease (PID) adalah penyakit infeksi dan inflamasi pada
traktus reproduksi bagian atas, termasuk uterus, tuba fallopi, dan struktur penunj
ang pelvis. PID merupakan sebuah spektrum infeksi pada traktus genitalia wanit
ak ke atas menuju endometrium dan tuba fallopi. Inflamasi dapat timbul kapan s
I. Epidemiologi
PID adalah masalah kesehatan yang cukup sering. Sekitar 1 juta kasus
PID terjadi di Amerika Serikat dalam setahun dan total biaya yang dikelu
arkan melebihi 7 juta dollar per tahun. Lebih dari seperempat kasus PID
anita usia 15-44 tahun. Diperkirakan 100.000 wanita menjadi infertil diaki
oleh pasien, kesulitan akses untuk merawat pasien, metode subjektif yang
3
yak negara berkembang,dan sistem kesehatan masyarakat yang sangat lua
s.
Terdapat beberapa faktor resiko terjadinya PID, namun yang utama ada
lah aktivitas seksual. PID yang timbul setelah periode menstruasi pada wa
nita dengan aktivitas seksual berjumlah sekitar 85%, sedangkan 15% dise
babkan karena luka pada mukosa misalnya akbiat AKDR (alat kontrasepsi
derung memiliki peningkatan resiko sebesar 3 kali lipat. Usia muda juga
merupakan salah satu faktor resiko yang disebabkan oleh kurangnya kesta
bilan hubungan seksual dan mungkin oleh kurangnya imunitas. Factor resi
aginosis, dan merokok. Peningkatan resiko PID ditemukan pada etnik ber
kulit putih dan pada golongan sosioekonomik rendah. PID sering muncul
pada usia 15-19 tahun dan pada wanita yang pertama kali berhubungan se
ksual. Pasien yang digolongkan memiliki resiko tinggi untuk PID adalah
alensi penyakit menular seksual. PID juga sering timbul pada wanita yang
ko PID 2-3 kali lipat pada 4 bulan pertama setelah pemakaian, namun ke
4
secara aktif dan telah menjalanisterilisasi tuba, memiliki resiko yang sang
2.3 Etiologi
ditemukan di vagina juga sering ditemukan pada traktus genitalia wanita dengan
ina menyebar secara asenden dan secara enzimatis merusak barier mukosa servik
uler patogen. Secara klinis, infeksi akibat parasit intraseluler obligat ini bermanif
estasi dengan servisitis mukopurulen. Bakteri fakultatif anaerob dan flora endog
en vagina dan perineum juga diduga menjadi agen etiologi potensial untuk PID.
nital. Patogen nongenital lain yang dapat menyebabkan PID yaitu haemophilus i
yang dipicu oleh penggunaan AKDR. Pada negara yang kurang berkembang, PI
5
2.4. Patofisiologi
tal atas dari vagina dan serviks. Mekanisme pasti yang bertanggung jawab atas p
enyebaran tersebut tidak diketahui, namun aktivitas seksual mekanis dan pembu
kaan serviks selama menstruasi mungkin berpengaruh. Banyak kasus PID timbul
dengan 2 tahap. Tahap pertama melibatkan akuisisi dari vagina atau infeksi servi
hap kedua timbul oleh penyebaran asenden langsung mikroorganisme dari vagin
an ke atas, namun efek dari barier ini mungkin berkurang akibat pengaruh perub
ahan hormonal yang timbul selama ovulasi dan mestruasi. Gangguan suasana ser
vikovaginal dapat timbul akibat terapi antibiotik dan penyakit menular seksual y
abkan infeksi asenden akibat dari kontraksi uterus mekanis yang ritmik. Bakteri
dapat terbawa bersama sperma menuju uterus dan tuba. Faktor resiko meningkat
al usia muda, dan mengalami tindakan pembedahan. Usia muda mengalami peni
ngkatan resiko akibat dari peningkatan permeabilitas mucosal serviks, zona servi
cal ektopi yang lebih besar, proteksi antibody chlamidya yang masih rendah, dan
6
peningkatan perilaku beresiko. Prosedur pembedahan dapat menghancurkan bar
endometritis,salpingitis,peritonitis).
mukosa oral, menurunkan aliran menstrual antegrade dan retrograde, dan memo
difikasi respon imun local. Pada traktus bagian atas, jumlah mikroba dan factor h
ost memiliki peranan terhadap derajat inflamasi dan parut yang dihasilkan. Infek
si uterus biasanya terbatas pada endometrium, namun dapat lebih invasive pada
uterus yang gravid atau postpartum. Infeksi tuba awalnya melibatkan mukosa, ta
pi inflamasi transmural yang dimediasi komplemen yang bersifat akut dapat tim
7
bul cepat dan intensitas terjadinya infeksi lanjutan pun meningkat. Inflamasi dap
at meluas ke struktur parametrial, termasuk usus. Infeksi dapat pula meluas oleh
tumpahnya materi purulen dari tuba fallopi atau via penyebaran limfatik dalam p
Beberapa jenis inflamasi yang termasuk PID dan sering ditemukan adalah :
Salpingitis
meliputinyeri perut bawah dan nyeri pelvis yang akut. Nyeri dapat menj
Abses ini dapat muncul setelah onset salpingitis, namun lebih sering
akibat infeksi adnexa yang berulang. Pasien dapat asimptomatik atau dal
dengan nyeri pelvis dan abdomen, mual, muntah, demam, dan takikardi.
8
Seluruh abdomen tegang dan nyeri. Leukosit dapat rendah, normal, atau
awal dengan antibiotik. Jika massa tidak mengecil setelah 2-3 minggu te
2.6 Diagnosis
Secara tradisional, diagnosa PID didasarkan pada trias tanda dan gejala yaitu,
nyeri pelvik, nyeri pada gerakan serviks, dan nyeri tekan adnexa, dan adanya de
mam. Namun, saat ini telah terdapat beberapa variasi gejala dan tanda yang mem
buat diagnosis PID lebih sulit. beberapa wanita yang mengidap PID bahkan tida
mengeluhkan gejala yang bervariasi. Gejala muncul pada saat awal siklus menstr
uasi atau pada saat akhir menstruasi. Nyeri abdomen bagian bawah dijumpai pad
a 90% kasus dengan kriteria nyeri tumpul, bilateral, dan konstan. Nyeri diperbur
uk oleh gerakan, olahraga, atau koitus. Nyeri dapat juga dirasakan seperti tertusu
k, terbakar, atau kram. Nyeri biasanya berdurasi <7 hari. Sekresi cairan vagina te
rjadi pada 75% kasus. Demam dengan suhu >38º, mual, dan muntah. gejala tamb
ahan yang lain meliputi perdarahan per vaginam, nyeri punggung bawah, dan dis
uria. Nyeri organ pelvis dijumpai pada PID. Adanya nyeri pada pergerakan servi
neum teregang pada pergerakan serviks dan menyebabkan tarikan pada adnexa.
PID dapat didiagnosa dengan riwayat nyeri pelvis, sekresi cairan vagina, nyeri te
9
2.6.1 Pemeriksaan Fisik
ada pergerakan serviks, nyeri tekan uteri, nyeri tekan adnexa yang bilate
ral
Pada pemeriksaan darah rutin dijumpai jumlah leukosit lebih dari 100.00
0 pada 50% kasus. Hitung leukosit mungkin normal, meningkat atau men
mengkonfirmasi PID.
uran kemih.
10
2.6.3 Pemeriksaan Radiologi
alam tuba, cairan mengisi tuba fallopi, dan tanda cogwheel.Tuba fallopi n
nebalan, tuba yang berisi cairan dengan atau tanpa cairan pelvis bebasata
u kompleks tubaovarian.
tau abses uterin. Darah ditemukan pada ruptur kehamilan ektopik, kista
11
Endometrial biopsi dapat dilakukan untuk mendiagnosa endometritissec
ara histopatologis.
Tumor adnexa
appendicitis
servisitis
kista ovarium
torsio ovarium
aborsi spontan
kehamilan ektopik
endometriosis
2.8 Pencegahan
rmasuk setia terhadap satu pasangan, menghindari aktivitas seksual yang tidak a
12
2. Adanya program penapisan penyakit menular seksual dapat mencegah terjadin
ya PID pada wanita. Mengadakan penapisan terhadap pria perlu dilakukan untuk
3. Pasien yang telah di diagnosa dengan PID atau penyakit menular seksual haru
s diterapi hingga tuntas, dan terapi juga dilakukan terhadap pasangannya untuk
4. Wanita usia remaja harus menghindari aktivitas seksual hingga usia 16 tahun
atau lebih.
2.9 Penatalaksanaan
etiologi yang dapat dijelaskan. Kriterianya yaitu adanya nyeri tekan uterin atau a
riteria berikut : suhu oral >38,3ºC, adanya secretmukopurulen dari servical atau
atis.
3. Grup 3 : kriteria spesifik untuk PID didasarkan pada prosedur yangtepat untuk
memperlihatkan penebalan, tuba yang terisi cairan dengan atau tanpa cairan beba
13
s pada pelvis, atau kompleks tuba-ovarian, dan endometrial biopsy yang memper
lihatkan endometritis.
Kebanyakan pasien diterapi dengan rawatan jalan, namun terdapat indikasi untu
Kehamilan
Imunodefisiensi
Gagal untuk membaik secara klinis setelah 72 jam terapi rawat jalanTera
Terapiterbagi menjadi 2 yaitu terapi untuk pasien rawat inap dan rawat j
alan.
jam ditambah doxisiklin 100 mg per oral atau iv per 12 jam. Lanjutkan r
egimen ini selama 24 jam setelah pasien pasien membaik secara klinis, l
alu mulai doxisiklin100 mg per oral 2 kali sehari selama 14 hari. Jika ter
14
Regimen B : berikan clindamisin 900 mg iv per 8 jam tambah gentam
isin 2 mg/kgBB dosis awal iv diikuti dengan dosis lanjutan 1,5 mg/kg B
klinis, dan terapi per oral 100mg doxisiklin dilanjutkan hingga 14 hari.
xisiklin 100mg oral 2 kali sehari selama 14 hari, dengan atau tanpa metr
1 gr per oral dosis tunggal atau dosis tunggal cephalosporin generasi keti
dengan terapi intravena dapat digantika dengan terapi per oral setelah 24
15
an bilateral salpingooforektomi. Idealnya, pembedahan dilakukan bila in
2.10 Prognosis
Prognosis pada umunya baik jika di diagnosa dan diterapi segera. Terapi den
ebih lanjut dibutuhkan pada 15-20% kasus. Nyeri pelvis kronik timbul pada 25%
pasien dengan riwayat PID. Nyeri ini disangka berhubungan dengan perubahan
siklus menstrual, tapi dapat juga sebagai akibat perlengketan atau hidrosalping.
Gangguan fertilitas adalah masalah terbesar pada wanita dengan riwayat PID. Re
kehamilan ektopik meningkat pada wanita dengan riwayat PID sebagai akibat ke
2.11 Komplikasi
Abses tuba ovarian adalah komplikasi tersering dari PID akut, dan timbul
pada sekitar 15-30% wanita yang dirawat inap di RS. Sekuele yang berkepanjan
gan, termasuk nyeri pelvis kronik, kehamilan ektopik, infertilitas, dan kegagalan
implantasi dapat timbul pada 25% pasien. Lebih dari 100000 wanita diperkiraka
ul pada 0,29 pasien per 100.000 kasus pada wanita usia 15-44 tahun. Penyebab k
16
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
da traktur reproduksi bagian atas, termasuk uterus, tuba fallopi, dan struktur pen
dan seviks. Mekanisme pasti yang bertanggung jawab atas penyebaran tersebut ti
dak diketahui, namun aktivitas seksual mekanis dan pembukaan serviks selama
da trias tanda dan gejala yaitu, nyeri pelvic, nyeri pada gerakan serviks, dan nyer
i tekan adnexa, dan adanya demam. Laparoskopi adalah standar baku untuk diag
nosis defenitif PID. Terapi dimulai dengan terapi antibiotik empiris spectrum lua
sia,antipiretik, dan terapi cairan. Pasien yang tidak mengalami perbaikan klinis s
etelah 72 jam terapi harus dievaluasi ulang bila mungkin dengan laparoskopi dan
intervensi pembedahan. Prognosis pada umunya baik jika didiagnosa dan ditera
pi segera. Prognosis pada umunya baik jika didiagnosa dan diterapi segera.
17
DAFTAR PUSTAKA
pril 2017]
Companies.
well Publishing.
18
6. Mudgil, Shikha. 2009. Pelvic Inflammatory Disease/Tubo-ovarianAbscess. Di
19