Beberapa kajian penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan sosial dengan
kecenderungan depresi postpartum pada ibu primipara. Semakin tinggi tingkat dukungan sosial, maka
semakin rendah kecenderungan depresi postpartum pada ibu atau sebaliknya semakin rendah tingkat
dukungan sosial maka semakin tinggi tingkat kecenderungan depresi postpartum pada ibu. Adanya
hubungan dukungan sosial dengan kecenderungan depresi postpartum dapat diterangkan sebagai
berikut, pertama diantara faktor-faktor yang memicu terjadinya depresi postpartum adalah faktor dari
luar (eksternal) maupun faktor dari dalam (kondisi psikologis) ibu.
Faktor psikologis memberi pengaruh besar pada wanita postpartum karena terjadi perubahan
besar dalam hidupnya. Perubahan yang dialami menimbulkan kebingungan, ketakutan dan kekecewaan
pada wanita postpartum. Tanpa adanya dukungan sosial ibu postpartum akan mengalami kesulitan
dalam menghadapi masa-masa postpartum. Ibu postpartum merasa sendiri dan tidak ada yang
mendukungnya dalam menghadapi masa postpartum, sehingga kebingungan, kekecewaan dan
ketakutan wanita postpartum dapat meningkat. Sebaliknya ibu postpartum yang mendapatkan
dukungan sosial dari lingkungan akan lebih mudah menghadapi masa pasca kelahiran. Ibu postpartum
merasa ditemani dalam menghadapi masa pasca melahirkan sehingga keadaan ini dapat mengurangi
tekanan yang timbul pada masa pasca kelahiran.
Dukungan sosial memberi pengaruh dalam mengurangi depresi yang dihadapi ibu pada masa
postpartum. Ibu yang merasa dihargai, diperhatikan, dan dicintai oleh keluarganya tentunya tidak akan
merasa dirinya kurang berharga, sehingga salah faktor predisposisi yang menyebabkan ibu menderita
depresi dapat dicegah. Ibu yang kurang mendapatkan dukungan sosial tentunya akan lebih mudah
merasa dirinya tidak berharga dan kurang diperhatikan oleh keluarga, sehingga ibu yang kurang
mendapatkan dukungan sosial pada masa postpartum lebih mudah mengalami depresi.
Bagi keluarga terutama suami dan lingkungan sekitarnya, dari beberapa kajian penelitian
menunjukkan bahwa dukungan sosial yang sangat baik lebih menekan angka depresi postpartum
terutama pada ibu primipara. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kecenderungan depresi
postpartum pada ibu antara lain: faktor kontitusional (faktor bawaan ibu seperti kecenderungan
penyakit), faktor fisik (keadaan fisik dan biologi ibu, misalnya penyakit, kelelahan atau kelainan fisik),
faktor psikologis (faktor kejiwaan ibu, meliputi keadaan kejiwaan sebelum hamil, selama hamil dan
persalinan mempengaruhi psikologis ibu postpartum), ataupun faktor psikososial (merupakan faktor
interaksi antara psikologis dengan faktor sosial, misalnya dukungan suami, keluarga maupun lingkungan
terdekat ibu postpartum).
1. Selama masa kehamilan dan melahirkan, tanggung jawab utama pria yaitu memberikan dukungan
penuh kepada istrinya. Suami terkadang kecewa karena hanya dianggap sebagai pendukung dan
penolong, bukan sebagai bagian dari calon orang tua. Maka dari itu, menjadi semakin baik apabila
melalui kelas ibu, dilibatkan para suami atau kelas bagi calon ayah mengenal perannya lebih jauh.
Dalam forum ini pria lain yang sudah berpengalaman bisa berbagi pengalamannya dalam
menghadapi kehamilan, melahirkan, dan bahkan mengasuh anak.
2. Ketika seorang ibu melahirkan anak, suatu hal yang ingin diketahui ialah: seperti apakah atau
seperti siapakah anak saya? Ini suatu keingintahuan yang biasa dan wajar. Namun sebenarnya ada
satu hal yang lebih penting lagi yaitu akan seperti apakah kelak anak saya ini? Suatu pertanyaan
dengan rentangan panjang, memakan waktu lama untuk bisa menjawabnya, dan sulit untuk bisa
diramalkan antara apa yang ada dan apa yang akan terjadi, serta antara yang terlihat dan apa yang
akan diperlihatkan.
3. Anak yang baru lahir berada dalam keadaan lemah, tidak berdaya, tidak bisa apa-apa, tidak bisa
mengurus diri sendiri, tidak bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Jadi bayi tergantung
sepenuhnya pada lingkungannya, lingkungan hidupnya, terutama orang tua dan lebih khusus lagi
ialah ibunya. Mengenai lingkungan hidup yang menjadi tokoh pusat ialah orang tua. Maka orang
tua yang berperan besar, langsung atau kadang-kadang tidak langsung, berhubungan terus-
menerus dengan anak, memberikan perangsang (stimulasi) melalui berbagai corak komunikasi
antara orang tua (terutama ibu) dengan anak.
4. Berdasarkan pada hal-hal tersebut di atas, orang tua jelas berperan besar dalam perkembangan
dan memperkembangkan kepribadian anak. Orang tua menjadi faktor penting dalam menanamkan
dasar kepribadian yang ikut menentukan corak dan gambaran kepribadian seorang setelah dewasa.
Jadi, gambaran kepribadian yang terlihat dan diperlihatkan seseorang setelah dewasa banyak
ditentukan oleh keadaan dan proses-proses yang ada dan terjadi sebelumnya.
5. Dalam usaha atau tindakan aktif orang tua untuk mengembangakan kepribadian anak, perlu
memperhatikan aspek-aspek perkembangan sebagai berikut.