Disusun Oleh :
ZIANEFFA AZZAHRA (21120112)
TRISNA WARDANI (21120113)
KELVIN SAPUTRA (21120114)
FIRLY HERMAWAN (21120115)
EDO PUTRA (21120116)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit radang panggul (PID) adalah infeksi rahim ,saluran tuba dan organ
reproduksi lainnya yang menyebabkan gejala seperti nyeri perut bawah. Ini merupakan
komplikasi serius dari beberapa penyakit menular seksual (PMS). Terutama klamidia
dan gonore. PID dapat merusak tuba dan jaringan di dekat uterus dan ovarium.PID
dapat menyebabkan kemandulan, kehamilan ektopik, pembentukan abses dan nyeri
panggul kronis.
1.3. TUJUAN
1. Dapat mengetahui definisi, etiologi, faktor resiko, patofisiologis dari radang panggul
2.2 ETIOLOGI
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian
bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari
atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul. Bakteri
penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang
menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai
bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini
adalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi
karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan
dari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah
menstruasi).
2.4 PATOFISIOLOGIS
PID di sebabkan oleh penyebaran mikroorganisme secara asenden ke traktus
genital atas dari vagiana dan serviks. Mekanisme pasti yang bertanggung jawab atas
penyebaran tersebut tidak diketahui, namun aktifitas seksual mekanis dan pembukaan
serviks selama menstruasi mungkin berpengaruh.
Banyak kasus PID timbul dengan 2 tahap :
Tahap Pertama : melibatkan akuisisi dari vagiana atau infeksi servikal.
Penyakit menular seksual yang menyebabkan mungkin asimptomatik
Tahap Ke dua : Timbul oleh penyebaran asenden langsung mikroorganisme
dari vagina dan serviks.
Mukosa serviks menyediakan barrier fungsional melawan penyebaran ke atas,
namun efek dari barrier ini mungkin berkurang akibat pengaruh perubahan hormonal
yang timbul selama ovulasi dan menstruasi. Gangguan suasana servikovaginal dapat
timbul akibat terapi antibiotic dan penyakit menular seksual yang dapat menggagu
keseimbangan flora endogen.Menyebabkan organisme nonpatogen bertumbuh secara
berlebihan dan bergerak ke atas. Pembukaan serviks selama menstruasi dengan aliran
menstrual yang retrograd dapat memfasilitasi pergerakan asenden dari
mikroorganisme. Hubungan seksual juga dapat menyebabkan ifeksi asenden akibat
dari kontraksi uterus mekanis dan ritmik. Bakteri dapat terbawa bersama sperma
menuju uterus dan tuba.
Gambar 2.4 patofisilogi radang panggul
Sumber : www.google.com
Faktor resiko meningkat pada wanita dengan pasangan seksual multiple , punya
riwayat penyakit seksual sebelumnya, pernah PID, Riwayat pelecehan seksual usia
muda, dan mengalami tindakan pembedahan. Usia muda mengalami peningkatan
resiko akibat dari peningkatan permeabilitas mucosal serviks, zona servical ektopi
yang lebih besar, proteksi antibody chalamidya yang masih rendah, dan peningkatan
berlaku beresiko. Prosedur pembedahan dapat menghancurkan barrier servical,
sehingga menjadi predisposisi terjadi infeksi.
AKDR telah di duga merupakan predisposisi terjadinya PID dengan memfasilitasi
transmisi mikroorganisme ke traktus genitalia atas. Kontrasepsi oral justru
mengurangi resiko PID secara simptomatik. Mungkin dengan meningkatkan viskositas
mukosa oral, menurunkan aliran menstrual antegrade dan retrograde, dan
memodifikasi respon imun local.
Pada traktus bagian atas, jumlah mikroba dan fakrot host memiliki peneran
terhadap derajat inflamasi dan parut yang dihasilkan. Infeksi uterus biasanya terbatas
pada endometrium, namun dapat lebih invasive pada uterus yang gravid aytau
postpartum. Infeksi tuba awalnya melibatkan mukosa, tapi inflamasi transmural yang
di mediasi komplimen yang bersifat akut dapat timbul cepat dan intensitas terjadinya
infeksi lanjutan pun meningkat. Inflamasi dapat meluas ke struktur parametrial
termasuk usus. Infeksi dapat pula meluas oleh tumpahnya materi purulrn dari tuba
fallopi atau fia penyebaran limfatik dalam pelvis menyebabkan peritonitis akut atau
perihepatitis akut.
2.5. JENIS JENIS PID
Beberapa jenis inflamasi yang termasuk PID yang sering ditemukan adalah :
1. Salpingitis
mikroorganisme yang menyebabkan salpingitis adalah N. Gonorhea dan C
trachomatis. Salpingitis timbul pada remaja yang memiliki pasangan seksual
yang multiple dan tidak menggunakan kontrasepsi
2.9. PENATALAKSANAAN
A. PADA WANITA TIDAK HAMIL
Terapi PID harus ditujukan untuk mencegah kerusakan tuba yang menyebabkan
infertilitas dan kehamilan ektopik, serta pencegahan ektopik infeksi kronik.Banyak
pasien yang berhasil di terapi dengan rawat jalan dan terapi rawat jalan dini harus
menjadi pendekatan terapiotik permulaan. Pemilihan antibiotika harus ditujuakan pada
organisme etiologi utama (N. Gonorrhoeae atau C. Trachomatis) tetapi juga harus
mengarah pada sifat pilimik krobial PID.
Untuk pasien dengan PID ringan atau sedang terapi oral dan perenteral mempunyai
daya guna klinis yang sama.
Rekomendasi terapi dari CDC
a. Terapi perenteral
Rekomendasi terapi parenteral A
- Sevotetan 2 g intavena setiap 12 jam atau
- Sevoksitin 2 g intravena setiap 6 jam di tambah
- Doksisiklin 100 mg oral atau parenteral setiap 12 jam
Rekomendasi terapi parenteral B
- Klindamisin 900 mg setiap 8 jam di tambah
- Gentamicin dosis muatan intravena atau intramuskuler ( 2mg / kg BB) diikuti
dengan dosis pemeliharaan ( 1,5 mg / kg BB) Setiap 8 jam. Dapat di ganti
denagn dosis tunggal harian.
Terapi parenteral alternative
Tiga terapi alternatif telah di coba dan mereka mempunyai cakupan spektrum yang
luas
- Levofloksasin500 mg intravena 1X sehari dengan atau tanpa metronidazole 500
mg intravena setiap 8 jam atau
- Ofloksasin 400 mg intravena stiap 12 jam dengan atau tanpa metronidazole 500
mg intraven setiap 8 jam atau
- Ampisilin/sulbaktam 3 mg intavena setiap 6 jam di tambak Doksisiklin 100 mg
oral atau intravena etiap 12 jam.
b. Terapi oral
Terapi oral dapat di pertimbangkan untuk penderita PID atau sedang karena
kesudahan klinisnya sama dengan terapi parenteral. Pasien yang mendapat terapi
dan tidak menunjukkan perbaikan setelah 72 jam harus dire-evaluasi untuk
memastikan diagnosisnya dan diberikan terapi parenteral baik dengan rawat jalan
maupun inap.
Rekomendasi terapi A
- Levofloksasin 500 mg oral 1X setiap hari selama 14 hari atau ofloksasin 400 mg
2x sehari selama 14 hari dengan atau tanpa
- Metronidazole 500 mg oral 2x sehari selama 14 hari
Rekomendasi terapi B
- Seftriakson 250 mg intramuscular dosis tunggal di tambah doksisiklin oral 2x
sehari selama 14 hari dengan atau tanpa metronidazole 500 mg oral 2x sehari
selama 14 hari atau
- Sefoksitin 2 g intramuscular dosis tunggal dan probenosid di tambah doksisiklin
oral 2x sehari selama 14 hari dengan atau tanpa metronidazole 500 mg oral 2x
sehari selama 14 hari atau
- Sefalosporin generasi ketiga (missal seftizoksim atau sefotaksim) di tambah
doksisiklin oral 2x sehari selam 14 hari dengan atau tanpa metronidazole 500
mg oral 2x sehari selama 14 hari
B PADA WANITA HAMIL
Pada ibu hamil yang terkena radang panggul tidak boleh di berikan antibiotic.Dan
kemungkinan akan di lakukan terminasi.
C. PADA IBU MENYUSUI
Pada ibu menyusui yang terkena radang panggul boleh di berikan antibiotic, seperti
1. Ceftriaxone : Di anggap aman untuk digunakan selama menyusui oleh American
Academy of pediatric.
2. Doksisiklin : Dapat menyebabkan noda gigi atau menghambat pertumbuhan
tulang. Produsen obat klaim serius potensi efek samping.
3. Metromidazol : Potensi resiko pertumbuhan tulang.
BILA UNTUK MENGURANGI RASA SAKIT PERUT DAN
PANGGUL, bisa diberikan seperti penghilang rasa sakit ibuprofen dan
paracetamol dan bersamaan dengan pemberian antibiotic
Infeksi radang panggul karena IUD, dilakukan pemberian antibiotic
dulu dan dilakukan observasi beberapa hari dan jika tidak ada perbaikan
maka dilakukan pelepasan IUD karena kemungkinan infeksi disebabkan
oleh IUD .
KOMPLIKASI PADA KEHAMILAN
Penelitia telah menunjukkan bahwa menunda pengobatan sedikitnnya 2-3 hari dapat
menyebabkan peningkatan resiko infertilitas. Pengobatan segera dilakukan terkait dengan
PID dan tingkat keparahannya
Infertilitas : resiko infertile setelah terkena PID jumlah dan tingkat keparahannya
Kehamilan ektopik
Nyeri panggul kronis
Perihepatitis ( sindrom fitz- hugh Curtis ) : menyebabkan nyeri kuadran kanan atas
Abses tubo ovarium
Reiter’s syndrome ( reaktif arthritis )
Pada kehamilan : PID dikaitkan dengan peningkatan persalinan prematur, dan
morbiditas ibu dan janin
Neonatal : transmisi perinatal C. trachomatis atau N. gonorrhoeae dapat
menyebabkan ophthalmia neonatorum pneumonitis clamidia juga bisa terjadi
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A.Data Subyektif
1. Biodata :
a. Umur : biasanyaa terjadi pada usia produktif yaitu pada usia
dibawah 16 tahun
b. Pekerjaan : sering terjadi pada wanita yang berganti-ganti pasangan
(PSK)
2. Keluhan Utama : Demam, mual muntah, perdarahan menstruasi yang
tidak teratur, kram karena menstruasi, nyeri BAK, nyeri saat hubungan, sakit
pada perut bagian bawah, lelah, nyeri punggung bagian bawah, nafsu makan
berkurang.
3. Riwayat penyakit sekarang : Metroragia, Menoragia.Menderita penyakit
kelamin, keputihan, menggunakan alat kontrasepsi spiral.
4. Riwayat penyakit dahulu : KET, Abortus Septikus, Endometriosis.Pernah
menderita penyakit kelamin, abortus, pernah kuret, aktivitas seksual pada masa
remaja, berganti-ganti pasangan seksual, pernah mengunakan AKDR.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
6. Riwayat menstruasi: Perdarahan menstruasi yang tidak teratur,
Disminore, Fluor albus.
7. Riwayat obstetric dan KB: Pernah abortus, kuretase, keguguran,Pernah
atau sedang menggunakan AKDR
8. Riwayat menstruasi :Kaji menarche, siklus haid, jumlah darah yang
keluar, dismenorea,dan HPHT.
9. Riwayat Ginekologi: Kaji keluhan yang pernah dirasakan berkaitan
dengan organ reproduksi, berapa lama keluhan ibu rasakan, ada tidaknya upaya
yang dilakukan untuk mengatasi keluhan itu. Seperti menanyakan apakah ibu
pernah mengalami keputihan yang berbau dan gatal, operasi yang dialami.
10. Riwayat kesehatan: Kaji penyakit-penyakit yang pernah diderita ibu,
suami, dan keluarga baik dari ibu maupun suami seperti : penyakit jantung,
hipertensi, DM, TBC, asma dll. Kaji apakah ibu pernah kontak dengan
penderita HIV/AIDS, TBC, hepatitis.
B. Pemeriksaan fisik
1. Suhu tinggi disertai takikardia
2. Nyeri suprasimfasis terasa lebih menonjol daripada nyeri di kuadran atas
abdomen. Rasa nyeri biasanya bilateral. Bila terasa nyeri hanya uniteral,
diagnosis radang panggul akan sulit dirtegakkan.
3. Bila sudah terjadi iritasi peritoneum, maka akan terjadi reburn
tenderness”, nyeri tekan dan kekakuan otot sebelah bawah.
4. Tergantung dari berat dan lamanya peradangan, radang panggul dapat
pula disertai gejala ileus paralitik.
5. Dapat disetai Manoragia, Metroragia.
6. Nyeri tekan dan nyeri goyang genitalia eksterna ( unilateral dan bilateral)
7. Daerah adneksa teraba kaku
8. Teraba massa dengan fluktuasi
B. Data Obyektif
Pemeriksaan sistematis dan Ginekologis
Didapatkan berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa
dan hasil pemeriksaan dengan tehnik palpasi, inspeksi, auskultasi, dan perkusi .
Pemeriksaan sistematis ini meliputi:
1. Pemeriksaan Kepala dan Wajah
Kaji keadaan mata, hidung, mulut dan bibir ibu
2. Pemeriksaan pada leher
Periksa apakah ada pembesaran kelenjar pada leher seperti kelenjar limfe, tiroin
atau pelebaran pembluh vena.
3. Pemeriksaan Dada dan Payudara:
Inspeksi: lihat berntuk payudara (simetris/ asimetris), warna (kemerahan atau
normal), pengeluaran, puting susu (menonjol, datar, masuk), retraksi.
4. Pemeriksaan Abdomen:
Kaji adaya masa atau benjolan dan nyeri tekan pada abdomen, jaringan parut ,
bekas luka operasi.
5. Pemeriksaan Anogenital
Kaji pengeluaran pervaginam : jumlah, warna, konsistensi dan bau kaji adanya
tanda-tanda infeksi pada daerah genital, perhatikan ada tidaknya varises dan
oedema pada genetalia, inspikulo, dinding vagina (rugae vagina less),
karsinoma. Portio.Lakukan pemeriksaan adneksa dengan menekan daerah
shympisis , apakah terasa nyeri atau tidak .
6. Pemeriksaan Genitalia
1) Ada cairan flour albus yang berbau, dan berwarna kehijauan
2) Nyeri pada servik, uterus dan kedua adnexa saat pemeriksaan bimanual.
3) Terdapat masa iflamatoris daerah pelvis
C. Pemeriksaan penunjang
1. Periksa darah lengkap : Hb, Ht, dan jenisnya, LED.
2. Urinalisis
3. Tes kehamilan
4. USG panggul
3.2 Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada
hipotalamus,perubahan pada reagulasi temperatur.
b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan
sepsis akibat infeksi.
c. Disfungsi seksual b/d perubahan kesehatan
seksual.
d. Perubahan kenyamanan b/d infeksi pada pelvis.
e. Resiko terhadap infeksi (sepsis) b/d kontaak
dengan mikroorganisme
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya informasi
Doengoes, Marilyn. E. 2001. Rencana Keperawatan. Jakarta. EGC.
Berdasarkan diagnoksa yang telah ditemukan berikut ini adalah Definisi,
Batasan karakteristik dan faktor yang berhubungan :
Hipertermia b/d efek langsung sirkulasi
Definisi : Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal
Batasan Karakteristik :
1) Kulit merah
2) Peningkatan suhu tubuh diatas normal
3) Konvulsi
4) Kejang
5) Takikardi
6) Kulit terasa hangat
7) Takipnea
Faktor-faktor yg berhubungan
1) Anastesia
2) Penurunan respirasi
3) Dehidrasi
4) penyakit
5) aktivitas berlebihan
6) trauma
Nyeri akut b/d proses infeksi
Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yg tidak menyenangkan yg
muncul akibat kerusakan jaringan yg aktual/potensial
Batasan Karakteristik :
1) Perubahan TD
2) Perubahan frekwensi jantung dan pernafasan
3) Perilaku distraksi
4) Gangguan tidur
5) Dilatasi pupil
6) Melaporkan nyeri verbal
7) Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
8) Sikap tubh melindungi
Faktor yg berhubungan :
agen cidera
Disfungsi seksual b/d kesehatan seksua
Definisi : adalah suatu kondisi yang ditandaidengan individu mengalami
perubahan fungsi seksual selama fase respon seksual hasrat,terangsangdan atau
orgasmeyang dipandanf tidak memuaskan.
Batasan karakteristik:
1) Keterbatasan aktual akibat penyakit
2) Persepsi keterbatan akibat penyakit
3) Perubahan terhadap persepsi sek
Faktor yang berhubungan :
Perubahan fungsi tubuh akibat proses penyakit
Gangguan rasa nyaman b/d TIK meningkat
Definisi : merasa kurang senang,lega,dan sepurna dlm dimensi
fisik,psikososial,lingkungan,sosial
Batasan Karakteristik :
1) Ansietas
2) Menangis
3) Gangguan pola tidur
4) Takut
5) Iritabilitas
6) Melaporkan perasaan tidak nyaman
7) Gelisah
Faktor yg berhubngan :
1) Gejala terkait penyakit
2) Kurang privasi
3) Kurang kontrol situasi
4) Kurang pengendalian lingkungan
No
Dx.Keperawatan
Tujuan
NOC
NIC
1
Hipertermi b/d efek langsung sirkulasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan suhu
pasien akan turun atau normal
Thermoregulation
2
Nyeri akut b/d proses infeksi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri
menurun
Pain Control
a. Kegelisahan (5)
b. Kelelahan (5)
c. Kesulitan (5)
d. Kecemasan verbal (5)
e. Gangguan tidur (5)
f. Pusing (4)
Anxiety Reduction
BAB V
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
https://id.scribd.com/doc/53420488/Pelvic-Inflammatory-Disease
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. PT Bina Pustaka. Jakarta. 2011.
Manuaba, IBG, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB.Jakarta : EGC