Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN RADANG PANGGUL

Oleh :

2 C Keperawatan

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN

RS Dr SOEPRAOEN

TAHUN AKADEMIK 2020/2021

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang

       Penyakit Inflamasi pelvis atau Pelvic Inflammatory Disease (PID) salah satu penyakit


yang terjadi pada alat reproduksi wanita seperti rahim, tuba fallopi (salpingitis) dan ovarium
(ooforitis). Dan tertinggi pada wanita muda yang aktif secara seksual, biasanya disebabkan
oleh bakteri tetapi disebabkan oleh virus, jamur, atau parasit. Organisme klamidia dan
gonorea adalah penyebab yang paling mungkin dan kondisi ini dapat menyebabkan
kehamilan ektopik, infertilitas, nyeri pelvis kambuhan.

       Kurang lebih 150 wanita meninggal per tahun sehingga cukup beralasan untuk
memperhatikan gangguan medis ini secara lebih serius. Namun, ada pula kekhawatiran
lainnya: Serangan infeksi ini diketahui sangat meningkatkan resiko seorang wanita untuk
menjadi mandul.

       Pembuluh yang tertutup juga menyebabkan sukarnya sperma yang sedang bergerak
melakukan kontak dengan sel telur yang turun. Akibatnya adalah perkiraan yang
mengkhawatirkan berikut ini: Setelah satu episode infeksi ini, resiko seorang wanita untuk
menjadi mandul adalah 10%. Setelah infeksi kedua resikonya menjadi dua kali lipat yaitu
20%. Jika wanita ini mendapatkan infeksi untuk ketiga kalinya, resikonya akan melambung
menjadi 55%. Secara keseluruhan, demikian Dr. Benrubi memperkirakan, penyakit radang
pelvis menyebabkan kurang lebih antara 125.000 hingga 500.000 kasus baru setiap
tahun. Oleh karena itu untuk mengurangi angka kejadian infeksi pelvis setiap tahunnya
maka perlu di informasikan kepada masyarakat tentang pentingnya mengetahui penyakit
infeksi pelvis tersebut.

1.2  Rumusan Masalah

1.      Bagaimana pengertian dari Infeksi pelvis ?

2.      Bagaimana etiologi dari Infeksi pelvis ?

3.      Bagaimana patofisiologi dari  Infeksi pelvis ?

4.      Bagaimana manifestasi klinis dari Infeksi pelvis ?

5.      Bagaimana penatalaksanaan dari Infeksi pelvis ?

6.      Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Infeksi pelvis ?

1.3              Tujuan dan manfaat

1.                Mengetahui pengertian dari  Infeksi pelvis 


2.                Mengetahui penyebab-penyebabnya Infeksi pelvis

3.                Mengetahui patofisiologi serta pathway dari Infeksi pelvis

4.                Mengetahui manifestasi klinis dari Infeksi pelvis

5.                Mengetahui penatalaksanaan Infeksi pelvis

6.                Mengetahui diagnosa apa saja yang muncul dari penderita Infeksi pelvis

BAB 2

Konsep Teori Medis


2.1. Anatomi pelvis

            

2.2.  Definisi

      Pelvic Inflammatory Disease (PID) adalah suatu kumpulan radang pada saluran genital


bagian atas oleh berbagai  organisme, yang dapat menyerang endometrium, tuba fallopi,
ovarium maupun miometrium secara perkontinuitatum maupun secara hematogen ataupun
sebagai akibat hubungan seksual. (widyastuti, rahmawati, & purnamaningrum, 2009)

      Infeksi pelvis meruakan suatu istilah umum yang biasanya digunakan untuk
menggambarkan keadaan atau kondisi dimana organ-organ pelvis (uters, tuba fallopi atau
ovarium) diserang oleh mikroorganisme pathogen. Organism-organisme ini biasanya
bakteri,mereka melakukan multiplikasi dan menghasilkan suatu reaksi peradangan. (Ben-
zion Taber, 1994).
      Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit
tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput  dalam rahim), saluran tuba, indung
telur, miometrum (otot rahim), parametrium dan rngga panggul. Penyakit radang panggul
merupakan komplikasi umum dari penyakit menular seksual (PMS). Saat ini hampir 1 juta
wanita mengalami penyakit radang panggul yang merupakan infeksi serius pada wanita
berusia 16-25 tahun.Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital
yang telah menyebar kedalam bagian-bagian yang lebih dalam dari alat reproduksi wanita,
seperti rahim, tuba fallopi dan/atau ovarium.

2.3. Etiologi

      Mekanisme infeksi menjalar saat, menstruasi, persalinan dan abortus, operasi


ginekologi, disebab kan oleh bakteri :

a.       GO (Gonorhoe)

b.      Kuman-kuman lain streptococcus, aerob, maupun yang anaerob stapylococus.

c.       Chlamydia, mycoplasma, ureaplasma, virus, jamur dan parasit. (widyastuti,


rahmawati, & purnamaningrum, 2009)

      Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian
bawah, yang menyebar keatas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari atau
minggu untuk seorang wania menderita penyakit radang panggul. Bakteri penyebab
tersering adalah Neisseria Gonorhoeae dan Chlamydia  trachomatis yang menyebabkan
peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher
rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman
penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya
lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim,
serta umenyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).
(widyastuti, rahmawati, & purnamaningrum, 2009)

2.4. Tanda dan gejala

Gejala biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri pada
perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual dan muntah. Biasanya
infeksi akan menyumbat tuba fallopi. Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan terisi
cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak
teratur da kemandulan.  

      Infeksi menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan parut


dan perlengketan fibrosa yang abnormal dan diantara organ-organ perut  serta menyebabkn
nyeri menahun. Di dalam tuba, ovarium maupun panggul bisa terbentuk abses (penimbunan
nanah). Jika abses pecah dan nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera
memburuk dan penderita bisa mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran
infeksi kedalam darah sehingga terjadi sepsis. (Nugroho & Utama, 2014)

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada PID :

a.       Keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi dan bau yang abnormal.

b.      Demam

c.       Perdarahan menstruasi yang tidak teratur atau spotting (bercak-bercak kemerahan di


celana dalam)

d.      Kram Karena menstruasi

e.       Nyeri ketika melakukan hubungan seksual

f.       Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual

g.      Nyeri punggung bagian bawah

h.      Kelelahan

i.        Nafsu makan berkurang

j.        Sering berkemih

k.      Nyeri ketika berkemih

(Nugroho & Utama, 2014)

2.5. Klasifikasi PID

        Berdasarkan rekomendasi “Infectious Disease Society for Obstetrics &


Gynecology”, USA, Hager membagi derajat radang panggul menjadi :

Derajat I           : Radang panggul tanpa penyulit (terbatas pada tuba


dan    ovarium ), dengan atau tanpa pelvio – peritonitis.

Derajat II           :  Radang panggul dengan penyulit (didapatkan masa radang, atau abses
pada kedua tuba ovarium) dengan atau tanpa  pelvio – peritonitis.

Derajat III          : Radang panggul dengan penyebaran diluar organ-organ pelvik, misal
adanya abses tubo ovarial.

a. Endometritis adalah peradangan dari endometrium, lapisan mukosa bagian dalam uterus,
disebabkan oleh invasi bakteri. Endometrisis adalah suatu peradangan pada endometrium
yang biasanya disebakan oleh infeksi bakteri pada jaringan. Endometritis paling serring
ditemukan terutama :

1.      Setelah seksio sesarea

2.      Partus lama atau pecah ketuban yang lama.

Penatalaksanaan pada endomettritis :

1.      Pemberian antibiotia dan drainase yang memadai.

2.      Pemberian cairan intra vena dan cairan elektrolit

3.      Penggantia darah

4.      Tirah baring dan analgesia

5.      Tindakan bedah

 Endometritis terdapat dua jenis yakni endometritis akut dan endometritis kronica.

a.       Endometritis akut

Pada endometritis akut endometrium mengalami edema dan hiperemi terutama terjadi pada


post partum dan post abortus.

Penyebab:

1.      Infeksi gonorhoe dan infeksi pada abortus dan partus.

2.      Tindakan yang dilakukan didalam uterus seperti pemasangan IUD, kuretase.

Gejala:

1.      Demam

2.      Lochia berbau

3.      Lochia lama berdarah bahkan metrorhagia

4.      Kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau perimetrium tidak nyeri.

Penatalaksanaan:

Dalam pengobatan endometritis akut yang paling penting adalah berusaha mencegah aga
infeksi tidak menjalar. Adapun pengobatannya adalah :

1.      Uterotonik

2.      Istirahat, leta fowler


3.      Antibiotika

b.      Endometritis kronica

Endometritis kronica tidak sering ditemukan. Pada pemeriksaan microscopic ditemukan


banyak sel-sel plasma dan limfosit.

Gejala :

1.      Leukorea

2.      Kelainan haid seperti menorhagie dan metrorhagie.

Pengobatnnya terantung pada penyebabnya endomtritis kronika ditemukan :

1.      Pada tuberculosis

2.      Pada sisa-sisa abortus atau partus yang tertinggal

3.      Terdapat corpus alineum di kavum uteri.

4.      Pada polip uterus denga infeksi

5.      Pada tumor ganas uterus.

6.      Pada salpingo ooforitis dan selulitis pelvic

c.       Parametrisis (cellulitis pelvis) adalah peradangan parametrium, jaringan penyambung


pelvis yang mengelilingi uterus.

d.       Salpingitis adalah peradangan tuba fallopi.

e.        Ooforitis adalah peradangan ovarium

f.        Myometrisis

Biasanya tidak bediri sendiri tetapi lanjutan dari endometritis, ,maka gejala-gejala dan
terapinya sama dengan endometritis. Diagnose hanya dapat dibuat secara patologi
anatomis.

g.       Pelvioperitonitis (perimetritis)

Biasanya terjadi sbagai lanjutan dari salpingoophoritis. Kadang-kadang terjadi


dari  endometritis atau parametritis.

Etiologi :

1.    Gonore
2.    Sepsis (pot partum dan post abortus)

3.    Dari appendicitis

      Pelvioperitonitis dapat menimbulkan perlekatan-perlekatan dari alat-alat dalam rongga


panggul dengan akibat perasaan nyeri atau ileus. Dapat dibedakan menjadi 2 bentuk :

1.    Bentuk yang dapat menimbulkan perlekatan-perlekatan tanpa pembentukan nanah.

2.    Bentuk dengan pembentukan nanah yang menimbulkan douglas abses

2.7. Patofisiologi

       Terjadinya radang panggul dipengaruhi beberapa factor yang memegang peranan, yaitu
:

1.         Tergangunya barier fisiologik.

Secara fisiologik penyebaran kuman ke atas ke dalam genetalia interna, akan mengalami


hambatan :

a. Di ostium uteri eksternum.

b. Di kornu tuba.

c. Pada waktu haid, akibat adanya deskuamasi endometrium maka kuman-kuman pada
endometrium turut terbuang. Pada ostium uteri eksternum, penyebaran asenden kuman-
kuman dihambat secara : mekanik, biokemik dan imunologik. Pada keadaan tertentu barier
fisiologik ini dapat terganggu, misalnya pada saat persalinan, abortus, instrumentasi pada
kanalis servikalis dan insersi alat kontrasepsi dalam ..

2.   Adanya organisme yang berperan sebagai vektor.

      Trikomonas vaginalis dapat menembus barier fisiologik dan bergerak sampai


tuba falopii. Kuman-kuman sebagai penyebab infeksi dapat melekat pada trikomonas
vaginalis yang berfungsi sebagai vektor dan terbawa sampai tuba Falopii dan menimbulkan
peradangan ditempat tersebut. Sepermatozoa juga terbukti berperan sebagai vector untuk
kuman-kuman N.gonore, Ureaplasma ureoltik, C.trakomatis dan banyak kuman-kuman
aerobik dan anaerobik lainnya.

3.      Aktivitas seksual.

Pada waktu koitus, bila wanita orgasme, maka akan terjadi kontraksi uterus yang dapat
menarik spermatozoa dan kuman-kuman memasuki kanilis servikalis.

4.      Peristiwa haid.


Radang panggul akibat N. gonore mempunyai hubungan dengan siklus haid. Peristiwa haid
yang siklik, berperan penting dalam terjadinya radang panggul gonore. Periode yang paling
rawan terjadinya radang panggul adalah pada minggu pertama setelah haid. Cairan haid
dan jaringan nekrotik merupakan media yang sangat baik untuk tumbuhannya kuman-
kuman N. gonore. Pada saat itu penderita akan mengalami gejala-gejala salpingitis akut
disertai panas badan. Oleh karena itu gejala ini sering juga disebut sebagai “ Febrile
Menses ”.

2.8. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosa ditegakan berdasarkan gejala dan hasil dari pemeriksaan fisik yang dilakukan
pemeriksaan panggul dan perabaan perut. Pemeriksaan lainya dilakukan adalah:

a.    Pemeriksaan darah lengkaph lengkap untuk mengetahui adanya


peningkatan leukosit darah yang merupakan indikator dari infeksi. Leukosit normaal 5.000-
15.000/mm3, mengetahui Hb, Ht, dan jenisnya

b.    Pemeriksaan cairan dari serviks untuk

c.    Kuldosintesis

          Untuk mengetahui bahwa perdarahan yang terjadi diakibatkan oleh hemoperitoneum
(berasal dari KET yag rupture atau kista hemoragik) dapat menyebabkan sepsis pelvis
(salpingitis,abses pelvis rupture, atau appendiks yang rupture)

d.    Laparaskopi

      Adalah prosedur pemasukan alat dengan lampu dan kamera melalui insisi (potongan)
kecil di perut untuk melihat secra langsung organ didalam panggul apabila terdapat
kelainan. 

e.    USG panggul

       Merupakan tindakan non invasif, guna mengetahui keadaan didalam panggul meleiputi
keadaan rahim, adanya pembesaran dan abses pada saluran tuba valopi,

2.9. Penatalaksanaan

     Berdasar derajat radang panggul, maka pengobatan dibagi menjadi :

a.    Terapi

       Klien dengan penyakit akut yang menderita abses dalam panggul atau tuba-ovarium,
seringkali membutuhkan perawatan duduk rendam dengan air hangat dapat menurunkan
nyeri dan meningkatkan kenyamanan serta penyembuhan. Klien sebaiknya ditidurkan pada
posisi semi Fowler untuk memungkinkan pengeluaran cairan rambas mukopurulen.

b.   Pengobatan rawat jalan.

          Pengobatan rawat inap dilakukan kepada penderita radang panggul derajat I.


             Obat yang diberikan ialah :

1)      Antibiotik : sesuai dengan Buku Pedoman Penggunaan Antibiotik.


Ampisilin 3.5 g/sekali p.o/ sehari selama 1 hari dan Probenesid 1 g sekali p.o/sehari selama
1 hari. Dilanjutkan Ampisilin 4 x 500 mg/hari selama 7-10 hari, atau

2)      Amoksilin 3 g p.o sekali/hari selama 1 hari dan Probenesid 1 g p.o sekali sehari
selama 1 hari. Dilanjutkan Amoxilin 3 x 500 mg/hari p.o selama 7 hari, atau Tiamfenikol 3,5
g/sekali sehari p.o selama 1 hari. Dilanjutkan 4 x 500 mg/hari p.o selama 7-10 hari, atau

a)         Tetrasiklin 4 x 500 mg/hari p.o selam 7-10 hari, atau

b)         Doksisiklin 2 x 100 mg/hari p.o selama 7-10 hari, atau

c)         Eritromisin 4 x 500 mg/hari p.o selama 7-10 hari.

3)        Analgesik dan antipiretik.

1.          Parasetamol 3 x 500 mg/hari atau

2.          Metampiron 3 x 500 mg/hari.

c.   Pengobatan rawat inap.

Pengobatan rawat inap dilakukan kepada penderita radang panggul derajat II dan III. Obat
yang diberikan ialah :

Antibiotik : sesuai dengan Buku Pedoman Penggunaan Antibiotik.

a.         Ampisilin 1g im/iv 4 x sehari selama 5-7 hari dan Gentamisin 1,5 mg – 2,5 mg/kg BB
im/iv, 2 x sehari slama 5-7 hari dan Metronidazol 1 g rek. Sup, 2 x sehari selama 5-7 hari
atau, Sefalosporin generasi III 1 gr/iv, 2-3 ghx sehari selama 5-7 hari dan Metronidazol 1 g
rek. Sup 2 x sehari selama 5-7 hari.

b.      Analgesik dan antipiretik.

2.10.Komplikasi

       Peritonitis pelvis atau peritonitis merata, abses, strikur, obstruksi tuba fallopi dapat
terjadi. Obstruksi dapat menyebabkan kehamilan ektopik dimasa mendatang jika telur yang
dibuahi tidak dapat melewati tuba yang mengalami trikur. Perlekatan umum sering
menyebabkan nyeri pelvis  kronis yang akhirnya memerlukan pengangkatan uterus , tuba
fallopi, dan ovarium. Komplikasi lainnya termasuk bakterimia disertai syok septik
dan tromboflebitis dengan kemungkinan embolisasi. (Brunner & Suddarth, 2002)

      Komplikasi radang panggul terjadi ketika penyakit tidak segera ditangani atau penderita
tidak menyelesaikan periode pengobatan yang diwajibkan. Jenis komplikasi yang bisa timbul
adalah sakit panggul jangka panjang, munculnya abses, berulangnya penyakit radang
panggul pada penderita, infertilitas, dan terjadinya kehamilan ektopik.

      Radang panggul yang kembali dan menginfeksi area yang sama membuat kondisi organ
reproduksi tersebut rentan terhadap bakteri. Inilah kenapa penderita radang panggul harus
menyelesaikan masa pengobatannya hingga tuntas demi mengurangi risiko terjadi infertilitas
dan sakit panggul yang sangat mengganggu aktivitas. Infeksi berulang khususnya pada tuba
fallopi dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan ektopik. Infeksi ini menyebabkan luka dan
menyempitnya tuba fallopi hingga sel telur menjadi tersangkut kemudian berkembang di
dalam tuba fallopi. Jika hal ini terus berlanjut, dapat terjadi pendarahan dalam yang
mengancam nyawa penderitanya sehingga tindakan operasi harus segera dilakukan.

2.11. Pencegahan Radang Panggul

       Salah satu penyebab radang panggul adalah infeksi menular seksual, seperti penyakit
klamidia (chlamydia) yang kasusnya umum menimpa kalangan pria muda serta memiliki
gejala yang tidak terlihat. Infeksi ini dapat dihindari dengan menerapkan kebiasaan yang
aman saat berhubungan seksual. Kebiasaan ini dapat dimulai dengan tidak berganti-ganti
pasangan seksual dan menggunakan alat kontrasepsi kondom, spiral, dan/atau spermisida
tiap berhubungan seks. Hindari alat kontrasepsi yang dipasang di dalam rahim jika Anda
melakukan hubungan seksual dengan lebih dari satu pasangan. Selain memulai kebiasaan
seksual yang sehat, Anda juga dapat melakukan beberapa tindakan pencegahan seperti
berikut:

a.  Pemeriksaan kesehatan rutin pada diri Anda dan pasangan, lakukan pemeriksaan
ginekologi maupun tes infeksi menular seksual untuk mendeteksi gejala penyakit radang
panggul atau penyakit lainnya. Makin cepat penyakit dapat terdiagnosis, maka makin besar
pula tingkat kesuksesan pengobatan.

b.  Segera temui dokter jika Anda merasakan gejala radang panggul atau infeksi menular
yang tidak biasa, seperti sakit panggul berat atau perdarahan di antara periode menstruasi.

c.   Saling terbuka mengenai sejarah infeksi menular seksual dengan pasangan Anda
adalah salah satu tindakan pencegahan yang dapat menyelamatkan kesehatan bersama.
d.  Pertahankan kebiasaan kebersihan yang sehat, hindari mencuci vagina (vaginal
douching) dan bilaslah alat kelamin dari arah depan ke belakang seusai buang air untuk
mencegah bakteri masuk melalui vagina.

e.   Hindari atau pantang berhubungan seksual beberapa saat khususnya setelah


persalinan, keguguran, aborsi, atau setelah melalui prosedur ginekologi lain untuk menjaga
agar kondisi rahim tetap aman dari infeksi bakteri.

      Pencegahan radang panggul, atau pelvic inflammatory disease, akan lebih mudah


dilakukan bersama pasangan. Saling mengetahui sejarah infeksi menular seksual, informasi
penyakit menular seksual terkini, dan saling mendukung selama proses pengobatan dapat
memperlancar proses penyembuhan. Pemeriksaan dan konsultasi dokter yang rutin sangat
disarankan jika Anda sedang mengidap penyakit lain di saat bersamaan.

2.11.Diagnosa keperawatan yang kemungkinan muncul

a.    Hipertermia b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus, perubahan
pada regulasi temperatur

b.    Gangguan perfusi jaringan b/d sepsis akibat infeksi

c.    Disfungsi seksual b/d kesehatan seksual

d.   Perubahan kenyamanan b/d infeksi pada pelvis

e.    Kurang pengetahuan b/d  kurangnya informasi


BAB 3

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


BAB 4

PENUTUP

4.1.     Kesimpulan

Penyakit radang Panggul adalah keadaan terjadinya infeksi pada genetalia interna,
yang disebabkan berbagai mikroorganisme dapat menyerang endometrium, tuba, ovarium
parametrium, dan peritoneum panggul, baik secara perkontinuinatum dan organ sekitarnya,
secara homogen, ataupun akibat penularan secara hubungan seksual.

Peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, dimana bakteri masuk melalui
vagina dan bergerak ke dalam rahim lalu ke tuba fallopi 90 – 95 % kasus PID disebabkan
oleh bakteri yang juga menyebanbkan terjadinya penyakit menular seksual (misalnya
klamidia, gonare, mikroplasma, stafilokokous, streptokus).

Gejala biasanya muncul segera setalah siklus menstruasi. Penderita merasakan


nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau
muntah.

Biasanya infeksi akan menyumbat tuba fallopi. Tuba yang tersumbat bisa
membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan
menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan, infeksi bisa menyebar ke struktur di
sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan perut dan perlengketan fibrosa yang
abnormal diantara organ – organ perut serta menyebabkan nyeri menahun.

4.2.       Saran

Jauhi seks bebas karena itu sangat berpotensi pada PMS. Jadi lindungi diri kita 
sendiri karena masa depan yang cerah sedang menanti kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

nugroho, t., & utama, b. i. (2014). masalah kesehatan reproduksi. yogyakarta: nuha medika.

taber, b.-z. (1994). kapita selekta kedaruratan obstetri dan ginekologi. jakarta: buku


kedokteran EGC.

Widyastuti, y., & Rahmawati, a. (2009). Kesehatan Reproduksi. yogyakarta: Fitramaya.

Doengoes, Marilyn. E. 2001. Rencana Keperawatan. Jakarta. EGC.

Gloria, M. B., Howard, K. B., Joanne, M. D., & Cheryl, M. W. (2013). Nursing Interventions
Classification (NIC). United States of America: ISBN:978-0-323-10011-3.

Moorhead, S., Johnson, M., Meridean, L. M., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC). United States of America: ISBN:978-0-323-10010-6.

Anda mungkin juga menyukai