PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit radang panggul (PID) adalah infeksi rahim ,saluran tuba dan organ
reproduksi lainnya yang menyebabkan gejala seperti nyeri perut bawah. Ini merupakan
komplikasi serius dari beberapa penyakit menular seksual (PMS). Terutama klamidia
dan gonore. PID dapat merusak tuba dan jaringan di dekat uterus dan ovarium.PID
dapat menyebabkan kemandulan, kehamilan ektopik, pembentukan abses dan nyeri
panggul kronis.
1.3. TUJUAN
1. Dapat mengetahui definisi, etiologi, faktor resiko, patofisiologis dari radang panggul
2.2 ETIOLOGI
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian
bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari
atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul. Bakteri
penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang
menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai
bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini
adalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi
karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan
dari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah
menstruasi).
2.4 PATOFISIOLOGIS
PID di sebabkan oleh penyebaran mikroorganisme secara asenden ke traktus
genital atas dari vagiana dan serviks. Mekanisme pasti yang bertanggung jawab atas
penyebaran tersebut tidak diketahui, namun aktifitas seksual mekanis dan pembukaan
serviks selama menstruasi mungkin berpengaruh.
Banyak kasus PID timbul dengan 2 tahap :
Tahap Pertama : melibatkan akuisisi dari vagiana atau infeksi servikal.
Penyakit menular seksual yang menyebabkan mungkin asimptomatik
Tahap Ke dua : Timbul oleh penyebaran asenden langsung mikroorganisme
dari vagina dan serviks.
Mukosa serviks menyediakan barrier fungsional melawan penyebaran ke atas,
namun efek dari barrier ini mungkin berkurang akibat pengaruh perubahan hormonal
yang timbul selama ovulasi dan menstruasi. Gangguan suasana servikovaginal dapat
timbul akibat terapi antibiotic dan penyakit menular seksual yang dapat menggagu
keseimbangan flora endogen.Menyebabkan organisme nonpatogen bertumbuh secara
berlebihan dan bergerak ke atas. Pembukaan serviks selama menstruasi dengan aliran
menstrual yang retrograd dapat memfasilitasi pergerakan asenden dari
mikroorganisme. Hubungan seksual juga dapat menyebabkan ifeksi asenden akibat
dari kontraksi uterus mekanis dan ritmik. Bakteri dapat terbawa bersama sperma
menuju uterus dan tuba.
Sumber : www.google.com
Faktor resiko meningkat pada wanita dengan pasangan seksual multiple , punya
riwayat penyakit seksual sebelumnya, pernah PID, Riwayat pelecehan seksual usia
muda, dan mengalami tindakan pembedahan. Usia muda mengalami peningkatan
resiko akibat dari peningkatan permeabilitas mucosal serviks, zona servical ektopi
yang lebih besar, proteksi antibody chalamidya yang masih rendah, dan peningkatan
berlaku beresiko. Prosedur pembedahan dapat menghancurkan barrier servical,
sehingga menjadi predisposisi terjadi infeksi.
AKDR telah di duga merupakan predisposisi terjadinya PID dengan memfasilitasi
transmisi mikroorganisme ke traktus genitalia atas. Kontrasepsi oral justru
mengurangi resiko PID secara simptomatik. Mungkin dengan meningkatkan viskositas
mukosa oral, menurunkan aliran menstrual antegrade dan retrograde, dan
memodifikasi respon imun local.
Pada traktus bagian atas, jumlah mikroba dan fakrot host memiliki peneran
terhadap derajat inflamasi dan parut yang dihasilkan. Infeksi uterus biasanya terbatas
pada endometrium, namun dapat lebih invasive pada uterus yang gravid aytau
postpartum. Infeksi tuba awalnya melibatkan mukosa, tapi inflamasi transmural yang
di mediasi komplimen yang bersifat akut dapat timbul cepat dan intensitas terjadinya
infeksi lanjutan pun meningkat. Inflamasi dapat meluas ke struktur parametrial
termasuk usus. Infeksi dapat pula meluas oleh tumpahnya materi purulrn dari tuba
fallopi atau fia penyebaran limfatik dalam pelvis menyebabkan peritonitis akut atau
perihepatitis akut.
2.9. PENATALAKSANAAN
A. PADA WANITA TIDAK HAMIL
Terapi PID harus ditujukan untuk mencegah kerusakan tuba yang menyebabkan
infertilitas dan kehamilan ektopik, serta pencegahan ektopik infeksi kronik.Banyak
pasien yang berhasil di terapi dengan rawat jalan dan terapi rawat jalan dini harus
menjadi pendekatan terapiotik permulaan. Pemilihan antibiotika harus ditujuakan pada
organisme etiologi utama (N. Gonorrhoeae atau C. Trachomatis) tetapi juga harus
mengarah pada sifat pilimik krobial PID.
Untuk pasien dengan PID ringan atau sedang terapi oral dan perenteral mempunyai
daya guna klinis yang sama.
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
https://id.scribd.com/doc/53420488/Pelvic-Inflammatory-Disease
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. PT Bina Pustaka. Jakarta. 2011.
Manuaba, IBG, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB.Jakarta : EGC