Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

KESEHARAN REPRODUKSI KANDILOMA


AKUMINATA DAN KLAMIDIA

Kelompok 2 :

ANDIKA SYAHPUTRA
FITRIA
HENDRA AFRIZAL
MAISARAH MILA
MAHARA MUHAMMAD
FADIL NIKO PUTRAGA
SADIKUL WA’DI RIZKY

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAYUNG
NEGERI ACEH DARUSSALAM TAHUN 2020/2021

i
A. KONDILOMA AKUMINATA-KUTIL KELAMIN

1. PENDAHULUAN

Virus alami dari genital warts, Venereal warts, verruca vulgaris, jengger ayam, kutil kelamin
pertama kali dikenal tahun 1907 oleh Ciuffo. Dengan berkembangnya teknik biologi
molekuler, Human Papillomavirus (HPV) diidentifikasi sebagai penyebab kondiloma
akuminata.

Kondiloma adalah kutil yang berlokasi di area genital (uretra, genital dan rektum).
Kondiloma merupakan penyakit menular seksual dan berpengaruh buruk bagi kedua
pasangan. Masa inkubasi dapat terjadi sampai beberapa bulan tanpa tanda dan gejala
penyakit. Biasanya lebih banyak selama masa kehamilan dan ketika terjadi pengeluaran
cairan yang berlebihan dari vagina. Meskipun sedikit, kumpulan bunga kol bisa berkembang
dan sebagai akibatnya adalah akumulasi bahan - bahan purulen pada belahan - belahan,
biasanya berbau tidak sedap warnanya abu - abu, kuning pucat atau merah muda.

Kondiloma akuminata merupakan tonjolan - tonjolan yang berbentuk bunga kol atau kutil
yang meruncing kecil yang bertumbuh kembang sampai membentuk kelompok yang
berkembang terus ditularkan secara seksual. Kondiloma akuminata dijumpai pada berbagai
bagian penis atau biasanya didapatkan melalui hubungan seksual melewati liang rectal
disekitar anus, pada wanita dijumpai pada permukaan mukosa pada vulva, serviks, pada
perineum atau disekitar anus..

Kondiloma sering kali tampak rapuh atau mudah terpecah, bisa terssebar multifocal dan
multisentris yang bervariasi baik dalam jumlah maupun ukurannya. Lesinya bisa sangat
meluas sehingga dapat menguasai penampakan normal dan anatomi pada genitalia. Daerah
tubuh yang paling umum adalah frenulum, korona, glans pada pria dan daerah introitus
posterior pada wanita.

Condyloma accuminatum [Kondiloma akuminata ] juga dikenal sebagai:


1. Kutil kelamin
2. Kutil kemaluan
3. Kutil genital (kutil genitalia)

ii
4. Genital warts
5. Veruka
akuminata
6. Venereal wart
7. Jengger ayam

2. GEJALA DAN TANDA YANG SERING MUNCUL

• Kondiloma akuminata sering muncul disaerah yang lembab, biasanya pada penis, vulva,
dinding vagina dan dinding serviks dan dapat menyebar sampai daerah perianal
• Berbau busuk
• Warts/kutil memberi gambaran merah muda, flat, gambaran bunga kol
• Pada pria dapat menyerang penis, uretra dan daerah rektal. Infeksi dapat dormant atau
tidak dapat dideteksi, karena sebagian lesi tersembunyi didalam folikel rambut atau dalam
lingkaran dalam penis yang tidak disirkumsisi.
• Pada wanita condiloma akuminata menyerang daerah yang lembab dari labia minora dan
vagina. Sebagian besar lesi timbul tanpa simptom. Pada sebagian kasus biasanya terjadi
perdarah setelah coitus, gatal atau vaginal discharge
• Ukuran tiap kutil biasanya 1-2 mm, namun bila berkumpul sampai berdiameter 10, 2 cm
dan bertangkai. Dan biasanya ada yang sangat kecil sampai tidak diperhatikan. Terkadang
muncul lebih dari satu daerah.
• Pada kasus yang jarang, perdarahan dan obstruksi saluran kemih jika virus mencapai
saluran uretra
• Memiliki riwayat kehidupan seksual aktif dengan banyak pasangan.

iii
3. ETIOLOGI

Virus DNA golongan Papovavirus, yaitu: Human Papilloma Virus (HPV). HPV tipe 6
dan 11 menimbulkan lesi dengan pertumbuhan (jengger ayam). HPV tipe 16, 18, dan 31
menimbulkan lesi yang datar (/lat). HPV tipe 16 dan 18 seringkali berhubungan dengan
karsinoma genitalia (kanker ganas pada kelamin).

4. PATOFISIOLOGI

HPV merupakan kelompok virus DNA double-strand. Sekitar 30 jenis HPV dapat
menginfeksi traktus anogenital. Virus ini menyebabkan lokal infeksi dan muncul sebagai
lesi kondiloma papilomatous. Infeksi HPV menular melalui aktivitas seksual.
HPV yang berhubungan dengan traktus genital dibagi dalam kelompok resiko rendah
dan resiko tinggi yang didasarkana atas genotipe masing-masing. Sebagian besar
kondiloma genital diinfeksi oleh tipe HPV-6 atau HPV-11. Sementara tipe 16, 18, 31, 33,
45, 51, 52, 56, 68, 89 merupakan resiko tinggi.
Papiloma virus bersifat epiteliotropik dan reflikasinya tergantung dari adanya epitel
skuamosa yang berdeferensisasi. DNA virus dapat ditemui pada lapisan bawah epitel,
namun struktur protein virus tidak ditemukan. Lapisan basal sel yang terkena ditandai
dengan batas yang jelas pada dermis. Lapisan menjadi hiperplasia (akantosis), pars
papilare pada dermis memanjang. Gambaran hiperkeratosis tidak selalu ada, kecuali bila
kutil telah ditemui pada waktu yang lama atau pengobatan yang tidak berhasil, dimana
stratum korneum hanya mengandung 2 lapisan sel yang parakeratosis. Koibeytes
terpancar - pencar keluar dari lapisan terluar dari kutil genialia. Merupakan sel skuamosa
yang zona mature perinuclear yang luas dibatasi dari peripheral sitoplasma. Intinya bisa
diperluas dan hyperchromasi, 2 atau lebih nuclei / inti bisa terlihat. Penelitian
ultrastruktural menunjukkan adanya partikel - partikel virus pada suatu bagian nuclei sel.
Koilositosis muncul untuk menunjukkan kembali suatu efek cytopathic spesifik dari
HPV.

iv
I. Patofisiologi Candiloma Akuminata
Hubungan seksual

Kontak dengan HPV

Pelepasan virus
v
bersama sel
epitel
Resti
penula
Kondiloma akuminata dibagi dalam 3 bentuk:

1. Bentuk akuminata

Terutama dijumpai pada daerah lipatan dan lembab. Terlihat vegetasi bertangkai dengan
permukaan berjonjot seperti jari. Beberapa kutil dapat bersatu membentuk lesi yang lebih
besar sehingga tampak seperti kembang kol. Lesi yang besar ini sering dijumpai pada
wanita yang mengalami fluor albus dan pada wanita hamil, atau pada keadaan imunitas
terganggu.
2. Bentuk papul

Lesi bentuk papul biasanya didapati di daerah dengan keratinisasi sempurna, seperti
batang penis, vulva bagian lateral, daerah perianal dan perineum. Kelainan berupa papul
dengan permukaan yang halus dan licin, multipel dan tersebar secara diskret.
3. Bentuk datar

Secara klinis, lesi bentuk ini terlihat sebagai makula atau bahkan sama sekali tidak
tampak dengan mata telanjang, dan baru terlihat setelah dilakukan tes asam asetat. Dalam
hal ini penggunaan kolposkopi sangat menolong.
5. EPIDEMIOLOGI

• Ras : tidak ada perbedaan


• Jenis kelamin : pria 13%, wanita 9%, pernah mengidap kondiloma akuminata
• Umur : kebanyakan wanita aktif seksual dibawah usia 25 tahun

Karena penyakit ini tidak dilaporkan dari spesialis lain atau praktek umum, maka
peningkatan substansial pada jumlah kasus baru sepanjang dekade terakhir dan tingkat
kejadian sekarang kira - kira telah 2 kali lebih banyak dari laporan kejadian sebelumnya.
Dewasa ini kutil kelamin adalah penyakit PMS viral yang paling umum, 3 kali
banyaknya dari herpes genital dan tingkat kejadian hanya dilampaui oleh GO dan infeksi
chlamidya.

vi
6. FAKTOR-FAKTOR RESIKO

1. Aktivitas Seksual

Kondiloma akuminata atau infeksi HPV sering terjadi pada orang yang mempunyai
aktivitas seksual yang aktif dan mempunyai pasangan seksual lebih dari 1 orang
(multiple). Winer et al., pada penelitiannya menunjukkan bahwa mahasiswi-mahasiswa
yang sering bergonta-ganti pasangan seksual dapat terinfeksi HPV melalui pemeriksaan
DNA. Wanita dengan lima atau lebih pasangan seksual dalam lima tahun memiliki
resiko 7,1% mengalami infeksi HPV (anogenital warts) dan 12,8% mengalami
kekambuhan dalam rentang waktu tersebut. Pada penelitian yang lebih luas, WAVE III
yang melibatkan wanita berusia 18-25 tahun yang memiliki tiga kehidupan seksual
dengan pasangan yang berbeda berpotensi untuk terinfeksi HPV.
2. Penggunaan Kontrasepsi

Penelitian pada 603 mahasiswa yang menggunakan alat kontrasepsi oral ternyata
menunjukkan adanya hubungan terjadinya infeksi HPV pada servik. Namun hubungan
pasti antara alat kontrasepsi oral dengan angka kejadian terjadinya kondiloma
akuminata masih menjadi perdebatan di dunia.

Amo, 2005 mengemukakan bahwa kontrasepsi hormonal berasosiasi kuat dan


meningkatkan risiko terinfeksi KA pada perempuan, yaitu sebesar 19,45; 95% CI : 2,45
- 154,27 7. Penelitian lain menemukan bahwa kontrasepsi oral berisiko sebesar 1,7;
95% CI : 1,3 - 2,2 untuk terjadinya KA.
3. Merokok

Hubungan antara merokok dengan terjadinya kondiloma akuminata masih belum jelas.
Namun pada penelitian ditemukan adanya korelasi antara terjadinya infeksi HPV pada
seviks dengan penggunaan rokok tanpa filter (cigarette) dengan cara pengukuran HPV
DNA.

Vii
PSK di Spanyol yang berumur 25 tahun ke atas dan tidak merokok mempunyai
risiko yang rendah untuk terjadinya KA (OR 0,33; 95% CI : 0,17 - 0,63) dibandingkan
pada PSK berumur < 25 tahun dan merokok (OR 2,28; 95% CI : 1,36 -3,8) 7.
Moscicki (2001) melaporkan kebiasaan merokok berisiko terinfeksi KA sebesar 1,50;
95% CI : 0,77 - 2,94 5. Namun, kedua penelitian ini belum bisa menunjukkan adanya
hubungan dosis respon merokok terhadap terjadinya KA. Penelitian oleh Wen, dapat
membuktikan bahwa kebiasaan merokok 10 batang rokok per hari berisiko 2 kali
terinfeksi KA dibandingkan pada non perokok (95% CI : 1,7 -3,7)15. Sedangkan
Minerd (2006) memaparkan bahwa kebiasaan merokok pada penderita HIV positif
berisiko 3,9 kali lebih besar terinfeksi KA
4. Kehamilan

Penyakit ini tidak mempengaruhi kesuburan, hanya pada masa kehamilan


pertumbuhannya makin cepat, dan jika pertumbuhannya terlalu besar dapat
menghalangi lahirnya bayi dan dapat timbul perdarahan pasca persalinan. Selain itu
dapat juga menimbulkan kondiloma akuminata atau papilomatosis laring (kutil pada
saluran nafas) pada bayi baru lahir.
5. Imunitas

Kondiloma juga sering ditemukan pada pasien yang immunocompromised (misal :


HIV). Imunitas tubuh berperan dalam pertahanan tubuh terhadap HPV. Imunitas tubuh
yang rendah berisiko 1,99 kali lebihbesar (95% CI : 1,17 - 3,37) untuk terinfeksi KA.
Imunitas tubuh terhadap KA dapat juga diperoleh dari vaksin HPV, namun efektifitas
vaksin HPV ini masih dalam tahap penelitian
7. KOMPLIKASI

KA merupakan IMS yang berbahaya karena dapat menyebabkanterjadinya


komplikasi penyakit lain yaitu :
a. Kanker serviks

Lama infeksi KA meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks. Moscicki,


2001 melaporkan bahwa risiko tertinggi terkena kanker serviks adalah pada kasus
infeksi KA selama 1 - 2 tahun (RH 10,27; 95% CI : 5,64 - 18,69). Risiko ini
menurun
viii
pada infeksi KA selama < 1 tahun (RH 7,4; 95% CI : 4,74 - 11,57) dan infeksi KA
selama 2 - 3 tahun RH 6,11; 95% CI : 1,86 - 20,06 5. Kanker serviks merupakan
penyebab kematian kedua pada perempuan karena kanker di negara berkembang dan
penyebab ke 11 kematian pada perempuan di AS. Tahun 2005, sebanyak 10.370 kasus
kanker serviks baru ditemukan dan 3.710 diantaranya mengalami kematian 7,10.
b. Kanker genital lain

Selain menyebabkan kanker serviks, KA juga dapat menyebabkan kanker genital


lainnya seperti kanker vulva, anus dan penis 4-7.

c. Infeksi HIV

Seseorang dengan riwayat KA lebih berisiko terinfeksi HIV 7.

d. Komplikasi selama kehamilan dan persalinan


KA selama masa kehamilan, dapat terus berkembang membesar di daerah dinding
vagina dan menyebabkan sulitnya proses persalinan. Selain itu, kondisi KA dapat
menurunkan sistem kekebalan tubuh, sehingga terjadi transmisi penularan KA pada
janin secara tenggorokannya 4,6.
8. KONDILOMA SELAMA KEHAMILAN

a. Kehamilan dan kondiloma acuminata/HPV

Wanita yang terpapar HPV selama kehamilan memiliki kekhawatiran bahwa virus ini
akan membahayakan bayi mereka. Dalam kebanyakan kasus HPV tidak
mempengaruhi perkembangan janin.
b. Pengaruh kondiloma selama kehamilan

Jika seorang wanita terpapar kondiloma selama kehamilan, maka kondiloma akan
cepat berkembang, kemungkinan karena terjadi pengeluaran cairan vagina berlebih
yang membuat lingkungan yang baik untuk virus, perubahan hormonal atau
penurunan kekebalan tubuh.
c. Pengaruh kondiloma acuminata/HPV terhadap bayi

ix
HPV tidak mempengaruhi kehamilan dan kesehatan bayi secara langsung.
Resiko transmisi virus ini terhadap bayi sangat rendah.

Jika bayi terpapar virus saat kehamilan atau saat melahirkan maka transmisi ini
bisa menyebabkan terjadinya perkembangan wart/kutil pada korda vokalis dan kadang
pada daerah lain pada infan atau anak-anak. Kondisi ini disebut recurrent respiratory
papillomatous (RRP), hal ini sangaat berbahaya, namun hal ini sangat jarang terjadi.
d. Pengaruh kandiloma acuminata bagi persalinan

Menurut Sinal, Woods (2005), melahirkan melalui jalan lahir dari vagina yang
terinfeksi dapat menyebabkan lesi (semacam luka) di pernafasan bayi. Kutil kelamin
memang ditularkan ke bayi baru lahir atau pasangannya, dan ada kemungkinan untuk
berulang (kambuh)

Untuk alasan-alasan yang tidak diketahui, kutil genital sering meningkat


jumlah dan ukurannya selama kehamilan, terkadang memenuhi vagina atau menutupi
perineum sehingga pelahiran pervaginam atau episiotomi sulit dilakukan

1. Kemungkinan keadaan basah daerah vulva pada saat kehamilan


merupakan kondisi yang bagus untuk pertumbuhan virus
2. Adanya perubahan endokrin dan imunitas pada kehamilan juga dapat
mempengaruhi pertumbuhan kondiloma akuminata Pada kehamilan trimester akhir,
kondiloma akuminata sangat kering, mudah rusak dan berdarah. Selama hamil, virus
bereplikasi cepat dan dapat menyebabkan tumor
3. Penelitian juga melaporkan selama kehamilan prevalensi kondiloma
akuminata meningkat dari trimester 1-3 dan secara signifikan akan mengalami
penurunan pada periode post partum.

Pada persalinan dengan Condyloma genital, adanya candyloma beresiko:


1. Risiko penularan ke anaknya kalau dilahirkan melalui vagina.
2. Risiko terjadi perdarahan bila dilahirkan melalui vagina, yaitu bila
jaringan yang mengalami infeksi condyloma itu mengalami ruptur (mudahnya robek),
bisa menimbulkan perdarahan banyak.

x
Karena risiko itulah, dipertimbangkan untuk lebih baik dilahirkan melalui sesar.

e. Aktivitas

Tidak ada restriksi kecuali menghindari hubungan seksual

f. Diet
Tidak ada restriksi, namun sebaiknya mengkonsumsi nutrisi yang seimbang
pada program dietari untuk memastikan ibu mendapatkan sitem imun yang optimal.
Dietari program

• Sangat penting

1. vitamin B-kompleks, penting untuk multiplikasi sel

2. vitamin C, antiviral

• Penting
1. L-Cystein, suplai sulfur, sebagai preventasi dan perawatan kutil
2. Vitamin A, menormalkan kulit dan epitel membran
3. vitamin E, meningkatkan aliran darah dan membantu perbaikan jaringan
4. Zinc, meningkatkan imunitas tubuh melawan virus
9. DIAGNOSA BANDING

Papul dan nodul pseudoverrucous adalah suatu kondisi yang dapat dilihat
berkaitan dengan ureterostomi dan pada daerah perianal yang berkaitan dengan
defekasi yang tidak dapat ditahan juga bisa menyerupai kondiloma acuminata. Papul -
papul yang terdapat didaerah anogenital seperti molusca dan skintag,

• Veruka vulgaris yang tidak bertangkai, kering dan berwarna abu - abu atau
sama dengan warna kulit.
• Kondiloma latum atau sifilis stadium II, klinis berupa plakat yang erosi,

• Karsinoma sel skuamosa vegetasi yang seperti kembang kol mudah


berdarah dan berbau.

xi
10. PENATALAKSANAAN

Karena virus infeksi HPV sangat bersifat subklinis dan laten, maka tidak terdapat
terapi spesifik terhadap virus ini, maka perawatan diarahkan pada pembersihan kutil -kutil
yang tampak dan bukan pemusnahan virus. Pemeriksaan adalah lesi yang muncul
sebelum kanker serviks adalah sangant penting bagi pasien wanit yang memiliki lesi
klinis atau riwayat kontak. Perhatian pada pribadi harus ditekankan karena kelembaban
mendukung pertumbuhan kutil
a. Kemoerapi

1. Podophylin

Podophylin adalah resin yang diambil dari tumbuhan dengan kandungan beberapa
senyawa sitotoksik yang rasionya tidak dapat dirubah. Podophylino yang paling aktif
adalah podophylotoksin. Jenis ini mungkin terdiri atas berbagai konsentrasi 10-25 %
dengan senyawa benzoin tinoture, spirit dan parafin cair.yang digunakan adalah tingtur
podofilin 25 %, kulit di sekitarnya dilindungi dengan vaselin atau pasta agar tidak terjadi
iritasi setelah 4 - 6 jam dicuci. Jika belum ada penyembuhan dapat diulangi setelah 3 hari,
setiap kali pemberian tidak boleh lebih dari 0,3 cc karena akan diserap dan bersifat toksik.
Gejala toksik ialah mual, muntah, nyeri abdomen gangguan alat napas dan keringat kulit
dingin. Pada wanita hamil sebaiknya jangan diberikan karena dapat terjadi kematian fetus.
Respon pada jenis perawatan ini bervariasi, beberapa pasien membutuhkan beberapa sesi
perawaan untuk mencapai kesembuhan klinis, sementara pasien -pasien yang lain
menunjukkan respon yang kecil dan jenis perawatan lain harus dipertimbangkan.
2. Podofilytocin

Ini merupakan satu bahan aktif resin podophylin dan tersedia sebanyak 0,5 %
dalam larutan eatnol. Ini merupakan agen anti mitotis dan tidak disarankan untuk

xii
penggunaan pada masa kehamiolan atau menysui, jenis ini lebih aman
dibandingkan podophylin apilkasi mandiri dapat diperbolehkan pada kasus - kasus
keluhan yang sesuai
3. Asam Triklorasetik ( TCA )

Ini agent topikal alternatif dan seringkali digunakan pada kutil dengan konsentrasi
30 - 50 % dioleskan setiap minggu dan pemberian harus sangat hati -hati karena
dapat menimbulkan ulkus yang dalam. Bahan ini dapat digunakan pada masa
kehamilan.
4. Topikal 5-Fluorourasil (5 FU )

Cream 5 Fu dapat digunakan khususnya untuk perawatan kutil uretra dan vulva
vagina, konsentrasinya 1 - 5 % pemberian dilakukan setiap hari sampai lesi hilang
dan tidak miksi selama pemberian. Iritasi lokal buakn hal yang tidak bisa.
5. Interferon

Meskipun interferon telah menunjukkan hasil yang menjanjinkan bagi


verucciformis dan infeksi HPV anogenital, keefektifan bahan ini dalam perawatan
terhadap kutil kelamin masih dipertanyakan. Terapi parentral dan intra lesional
terhadapa kutil kelamin dengan persiapan interferon alami dan rekombinasi telah
menghasilkan tingkat respon yang berkisar antara 870 - 80 % pada laporan -laporan
awal. Telah ditunjukkan pula bahwa kombinasi IFN dengan prosedur pembedahan
ablatif lainnya menghasilkan tingkat kekambuhan ( relapse rate ) dan lebih rendah.
Efek samping dari perlakuan inerferon sistemik meliputi panyakit seperti flu dan
neutropenia transien
b. Non Farmakologis

Obat Kutil pada kelamin (Kutil Kondiloma pada pria / Kutil Jengger Ayam pada
wanita). Penggunaan: Bubuk WARTS POWDER dicampur dengan air hangat dan
dioleskan pada bagian yang sakit, secara teratur 2x sehari. Tidak pedih, ampuh dan
aman karena terbuat dari bahan-bahan alami.

xiii
c. Terapi pembedahan

1. Kuret atau Kauter ( Elektrokauterisasi )

Kuret atau Kauter ( Elektrokauterisasi ) dengan kondisi anastesi lokal dapat digunakan
untuk pengobatan kutil yang resister terhadap perlakuan topikal munculnya bekas luka
parut adalah salah satu kekurangan metode ini.
2. Bedah Beku ( N2, N2O cair )

Bedah beku ini banyak menolong untuk pengobatan kondiloma akuminata pada wanita
hamil dengan lesi yang banyak dan basah.
3. Laser

Laser karbodioksida efektif digunakan untuk memusnahkan beberapa kutil - kutil yang
sulit. Tidak terdapat kekawatiran mengenai ketidakefektifan karbondioksida yang
dibangkitkan selama prosedur selesai, sedikit meninggalkan jaringan parut.
4. Terapi Kombinasi

Berbagai kombinasi terapi yang telah dipergunakan terhadap kutil kelamin yang
membandel, contohnya kombinasi interferon dengan prosedur pembedahan, kombinasi
TCAA dengan podophylin, pembedahan dengan podophylin. Seseorang harus sangat
berhati - hati ketika menggunakan terapi kombinasi tersebut dikarenakan beberapa dari
perlakuan tersebut dapat mengakibatkan reaksi yang sangat serius.
11. PROGNOSIS

Kondiloma akuminata dapat memberikan prognosis baik dengan perwatan yang teliti
dengan memeperhatikan higiene serta jaringan parut yang timbul sangat sedikit.
Pengrauh terhadap kehamilan, perkembangan kehamilan, janin sangat minimal.

12. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

xiv
1. Riwayat Pernah kontak seksual dengan orang yang terinfeksi : multiple dan patner sex
yang tidak diketahui.
2. Daerah Anogenital Condylomata (kutil) : kutil ganda atau tunggal, berwarna merah
muda kecoklatan, lesi yang lama, selalu berkelompok kadang terdapat massa yang luas
dan tanpa nyeri yang berlebihan.
2. Diagnosa

1. Potensial infeksi (pasien kontak) b.d adanya kuman patogen pada luka atau sekresi
/eksudat dari serviks, uretra, mata, faring, atau anus.
DS : Riwayat kurang terlindungnya aktifitas seksual atau STD.

DO : Tes laboratorium, ada eksudat positif mengandung patogen. Tes serologi; positif
mengandung antibodi.ditemukan lesi nonulserasi. lesi yang tidak bernanah
(molluscum, condylomata (kutil)).

2. Potensial infeksi (pasien komplikasi) b.d perluasan atau penyebaran dari penyakit jika
tidak di obati secara adekuat.
DS : Ada riwayat gonarrhea, clamydia, sifilis, LV, condylomata, chancroid.

DO : Mengalami kerusakan jaringanakibat pengobatan yang salah dan atau pengobatan


yang tidak adekuat.

3. Kurang pengetahuan b.d kurang terpapar terhadap informasi tentang penyakit


candylomata.

DS : Pasien mengatakan ia tidak mengetahui tentang metode pencegahan dan pengobatan


yang tepat.

DO : Sering bertanya pada perawat tentang penyakitnya.

3. Perencanaan Goal:

xv
1) Pasien tidak menularkan infeksi kepada orang lain, dan tidak kambuh setelah
pengobatan.
2) Pasien bebas infeksi sebelum infeksi tersebut meluas atau menyebar.
3) Pasien akan meningkatkan pengetahuan yang cukup tentang candylomata (penyebab
dan pengobatannya).

4. Implementasi

Diagnosa I.

Intervensi dan rasional :

1. Ambil spesimen untuk lab. Darah dan serum sifilis, herpes, atau clamydia.v R/ Untuk

menentukan diagnosa dan perawatannya.


2. Gunakan tindakan pencegahan secara umum ketika mengambil spesimen dan selama
pemeriksaan pasien.v

R/ Terdapat infeksi pada lesi dan eksudat pada mukosa membran.

3. Amati dan perhatikan selama kontak dengan pasien.v R/ Untuk mencegah reinfeksi

pasien.
4. Periksa serum pada wanita hamil untuk sifilis, paling sedikit satuv kali selama
kehamilan, pemeriksaan pada trimester III dan sekali lagi (tes darah ibu), beri anti
infeksi sesuai order.

R/ Sifilis ditransmisikan ke fetus. Perawatan yang adekuat pada ibu sebelum 15 minggu,
untuk mencegah akan adanya bahaya pada fetus, dan bayi baru lahir dapat terinfeksi
dari ibunya.

5. Periksa kembali dan rawat wanita hamil dengan riwayat STDs sebelum melahirkan.
Beri profilaksis untuk mata.v
R/ Untuk mencegah transmisi selama hamil.

xvi
Diagnosa II.

Intervensi dan rasional :

1. Beri anti infeksi sesuai order.v

R/ Pemberian obat bisa mencegah komplikasi dan transmisi STDs.

2. Dukung pasien untuk mulai melaksanakan/mengikuti anjuran perawat.v R/ Untuk

memastikan pengobatannya.

3. Monitor penurunan daya imun pasienyang mempunyai gejala munculnya infeksi.v


R/ Penurunan daya tahan imun dapat mempengaruhi timbulnya infeksi serius yang sistemik.
4. Monitor suhu tubuh dan gejala-gejala menyebarnya infeksi.v

R/ Deteksi dini adanya infeksi dan perawatan dengan pemberian agen anti infeksi dapat
mencegah penyebaran patogen, beberapa penyakit, dan masalah keperawatan.
5. Monitor tanda-tanda munculnya infeksi sekunder.v

R/ Untuk mempersiapkan pengobatan yang dibutuhkan sehingga mendukung


penyembuhannya. (tidak terjadi infeksi lagi).

Diagnosa III.

Intervensi dan rasional :

Sesuai pendidikan pasien.

5. Evaluasi

xvii
a. Setelah pengobatan infeksi tidak tertular pada orang lain, pasien tidak kambuh lagi
setelah mendapat pengobatan.

Data indikasi :

Pasien membatasi kontak langsung dengan orang lain.

b. Tidak ada tanda-tanda peradangan : tidak ditemukan tanda-tanda infeksi sekunder :


CSF normal.

c. Pasien memiliki pengetahuan tentang cara pencegahan infeksi sebelum perluasan atau
penyebaran virus : pasien dapat mengetahui tentang cara pengobatan dan tujuan dari
penggunaan antiinfeksi dalam jangka waktu yang dibutuhkan.

6. PENCEGAHAN

Penyakit ‘Condiloma Akuiminata ’ merupakan salah satu penyakit menular seksual yang
sering dikeluhkan masyarakat.Oleh karena itu cara pencegahannya dilakukan berdasarkan
program IMS ( Infeksi Menular Seksual )
1. Pencegahan Primer

• Perubahan perilaku

Memperbaiki gaya hidup seksual yang terkesan ‘bebas’ dan ‘cuek’ ke arah yang lebih
memperhatikan kesehatan pasangan masing - masing.
Setia hanya pada 1 pasangan
• Tanggap dan segera periksa ke rumah sakit atau puskesmas bila terjadi hal yang abnormal
di sekitar genitalia untuk menghindari kondisi yang parah
• Akses kondom dan pengadaannya

Membiasakan penggunaan kondom saat berhubungan seksual 2. Pencegahan sekunder


• layanan IMS

xviii
Pemerintah daerah atau pusat sebaiknya membuat suatu lembaga yang bisa
melayani masyarakat terkait penyakit - penyakit IMS ( Infeksi Menular Seksual ).
Pendidikan Kesehatan

Instruksi umum :

1. Anjurkan pada pasien untuk menghindari aktivitas seksual sampai tidak


ditemukan koplikasi atau pengobatan terakhir dan sampai ditemukan hasil yang
negatif pada pemeriksaan serksi.
2. Jelaskan pada pasien tentang tanda dan gejala dan mengenalinya agar segera
mendapatkan pengobatan.
3. Jelaskan pada pasien tentang kegunaan dari penggunaan antiinfeksi untuk
mencegah komplikasi. Gagalnya pengobatan infeksi kronik dan komplikasinya.
4. Jelaskan pada pasien tentang penggunaan tetrasiklin sesuai aturan selama
satu jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan cegah pemberian cairan yang
berlebihan, antasida, sat besi atau mineral lainnya. Cegah paparan langsung
terhadap sinar matahari.
5. Anjurkan pada pasien untuk menghindari infeksi yang berkelanjutan dengan
selalu menyiapkan kondom.
6. Dukung dan anjurkan pada pasien dan pasangan untuk melakukan tes HIV.
7. Anjurkan pada pasien untuk memriksa keadaannya 1 bulan setelah
pengobatan untuk mencegah timbulnya atau munculnya luka-luka baru.
Pemeriksaan lanjutan dibutuhkan setiap minggu sampai seluruh kutil benar-benar
hilang. Informasikan pada pasien tentang keadaan yang dialami saat ini.
8. Anjurkan untuk selalu membersihkan alat kelamin dengan menggunakan air
yang hangat
9. Anjurkan untuk merawat alat kelaminnya, agar penyakitnya tidak semakin
parah.

10. Anjurkan untuk selalu menjaga personal hygiene

xix
B. CHLAMYDIA
1. PENDAHULUAN

Chlamydia merupakan bakteri obligat intraselular, hanya dapat


berkembang biak di dalam sel eukariot hidup dengan membentuk
semacam koloni atau mikrokoloni yang disebut Badan Inklusi (BI).
Chlamydia membelah secara benary fision dalam badan
intrasitoplasma.C. trachomatis berbeda dari kebanyakkan bakteri
karena berkembang mengikuti suatu siklus pertumbuhan yang unik
dalam dua bentuk yang berbeda, yaitu berupa Badan Inisial. Badan
Elementer (BE) dan Badan Retikulat (BR) atau Badan Inisial.
Badan elementer ukurannya lebih kecil (300 nm) terletak
ekstraselular dan merupakan bentuk yang infeksius, sedangkan
Morfologi inklusinya adalah bulat dan terdapat glikogen di dalamnya. C.
badan retikulat lebih besar (1 um), terletak intraselular dan tidak
trachomatis peka terhadap sulfonamida, memiliki plasmid, dan jumlah serovarnya adalah 15.
infeksius.

Klasifikasi Ilmiah dari Chlamydia trachomatis adalah sebagai berikut:

Ordo : Chlamydiales

Famili : Chlamydiaceae

Genus : Chlamydia

Spesies : Chlamydia trachomatis

Secara singkat, perkembangan C.trachomatis adalah sebagai berikut:

xx
Klamidia yang menyebabkan penyakit pada manusia diklasifikasikan menjadi 3 spesies :

1. Chlamydiapsittaci, penyebab psittacosis

2. C. trachomatis, termasuk serotipe yang menyebabkan trachoma,infeksi alat kelamin ,


Chlamydia conjunctivitis dan pneumonia anak dan serotipe lain yang menyebabkan
Lymphogranuloma venereum

3. C. pneumoniae, penyebab penyakit saluran pernapasan termasuk pneumonia dan


merupakan penyebab penyakit arteri koroner.

Chlamydia adalah infeksi PMS (penyakit menular seksual) yang sangat umum. Infeksi ini
dapat diobati dengan mudah tapi jika tidak ditangani dapat menyebabkan masalah
kesehatan dan kesuburan. Klamidia disebabkan oleh bakteri yang berkembang biak di
selaput lendir dari alat kelamin. Hal ini dapat menyebabkan peradangan saluran kencing,
dubur dan leher rahim. Ketika infeksi terjadi pada anus, pasien biasanya tidak merasakan
gejala meskipun mungkin merasa tidak nyaman. Kadang-kadang ada lendir, iritasi, gatal
dan nyeri. Infeksi Chlamyidia di tenggorokan juga mungkin tidak memberikan gejala
apapun. Jika mata Anda terinfeksi, bakteri dapat menyebabkan iritasi dan keluarnya cairan
dari salah satu atau kedua mata Anda (konjunktivitis).

Klamidia adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh bakteri chlamydia trachomatis
(klamidia trakomatis). Klamidia, sering menyebabkan apa yang dinamakan uretritis non
spesifik yakni radang saluran kemih yang tidak spesifik, yang dikenal merupakan salah
satu infeksi/penyakit, akibat dari hubungan seksual yang terjadi pada pria. Sedangkan pada
wanita klamidia lebih sering menyebabkan cervicitis (serviksitis), yaitu infeksi leher
rahim, dan penyakit peradangan pelvis (pinggul/panggul), bahkan menyebabkan
infertilitas.

xxi
Chlamydia trachomatis yang terutama menyerang leher rahim. Biasanya menyerang
saluran kencing atau organ-organ reproduksi. Pada wanita, menyebabkan infeksi di mulut
rahim, sedangkan pada pria, menyebabkan infeksi di urethra(bagian dalam penis). Sebanyak
75 persen penderitanya, tidak mendapatkan gejala penyakit ini. Kalaupun muncul gejala, pada
wanita, hanya berupa keputihan. Penyakit menular seksual (PMS) yang satu ini, dapat
menular atau ditularkan pasangan. Masa inkubasi:7 sampai 12 hari.

xxii
2. ETIOLOGI (PENYEBAB)

a. PENYEBAB PENYAKIT

Chlamydia trachomatis, imunotipe D sampai dengan K, ditemukan pada 35 - 50 % dari kasus


uretritis non gonokokus di AS.

b. JENIS PENYAKIT , PENYEBARAN , dan PENULARAN

Infeksi pada Pria

1. Uretritis
Infeksi di uretra merupakan manifestasi primer infeksi chlamydia. Masa inkubasi untuk
uretritis yang disebabkan oleh C. trachomatis bervariasi dari sekitar 1 - 3 minggu. Pasien
dengan chlamydia, uretritis mengeluh adanya duh tubuh yang jernih dan nyeri pada waktu
buang air kecil (dysuria). Infeksi uretra oleh karena chlamydia ini dapat juga terjadi
asimtomatik.

Diagnosis uretritis pada pria dapat ditegakkan dengan pemeriksaan pewarnaan Gram atau biru
methylene dari sedian apus uretra. Bila jumlah lekosit PMN melebihi 5 pada pembesaran 1000
x merupakan indikasi uretritis. Perlu diketahui bahwa sampai 25% pria yang menderita
gonore, diserta infeksi chlamydia. Bila uretritis karena chlamydia tidak diobati sempurna,
infeksi dapat menjalar ke uretra posterio dan menyebabkan epididimitis dan mungkin
prostatitis.
2. Proktitis

C. trachomatis dapat menyebabkan proktitis terutama pada pria homoseks. Keluhan penderita
ringan dimana dapat ditemukan cairan mukus dari rektum dan tanda-tanda iritasi, berupa nyeri
pada rektum dan perdarahan
a. Epididimitis

Sering kali disebabkan oleh C. trachomatis, yang dapat diisolasi dari uretra atau dari aspirasi
epididimis. Dari hasil penelitian terakhir mengatakan bahwa C. trachomatis merupakan
penyebab utama epididimitis pada pria kurang dari 35 tahun (sekitar 70 -90%). Secara
klinis, chlamydial epididimitis dijumpai berupa nyeri dan

23
pembengkakan scrotum yang unilateral dan biasanya berhubungan dengan chlamydial
uretritis, walaupun uretritisnya asimptomatik.
b. Prostatitis

Setengah dari pria dengan prostatitis, sebelumnya dimulai dengan gonore atau uretritis non
gonore. InfeksiC. trachomatis pada prostat dan epididimis pada umumnya merupakan
penyebab infertilitas pada pria.
c. Sindroma Reiter

Suatu sindroma yang terdiri dari tiga gejala yaitu: artritis, uretritis dan konjungtivitis, yang
dikaitkan dengan infeksi genital oleh C. trachomatis. Hal ini disokong dengan ditemukannya
“Badan Elementer” dari C. trachomatis pada sendi penderita dengan menggunakan teknik
Direct Immunofluerescence.

Infeksi pada Wanita Sekitar setengah dari wanita dengan infeksi C. trachomatis di daerah
genital ditandai dengan bertambahnya duh tubuh vagina dan atau nyeri pada waktu buang air
kecil, sedangkan yang lainnya tidak ada keluhan yang jelas. Pada penyelidikan pada wanita
usia reproduktif yang datang ke klinik dengan gejala-gejala infeksi traktus urinarius 10 %
ditemukan carier C. trachomatis.

Faktor resiko infeksi C. trachomatis pada wanita adalah :

- Usia muda, kurang dari 25 tahun

- Mitra seksual dengan uretritis

- Multi mitra seksual

- Swab endoserviks yang menimbulkan perdarahan

- Adanya sekret endoserviks yang mukopurulen

- Memakai kontrasepsi “non barier” atau tanpa kontrasepsi

d. Servisitis
Chlamydia trachomatis menyerang epitel silindris mukosa serviks. Tidak ada gejala-gejala
yang khas membedakan servisitis karena C. trachomatis dan servisitis karena

24
organisme lain. Pada pemeriksaan dijumpai duh tubuh yang mukopurulen dan serviks yang
ektopi.

Pada penelitian yang menghubungkan servisitis dengan ektopi serviks, prevalerisi


servisitis yang disebabkan C. trachomatis lebih banyak ditemukan pada penderita yang
menunjukkan ektopi serviks dibandingkan yang tidak ektopi. Penggunaan kontrasepsi oral
dapat menambah resiko infeksi Chlamydia trachomatis pada serviks, oleh karena kontrasepsi
oral dapat menyebabkan ektopi serviks.
e. Endometritis

Servisitis oleh karena infeksi C. trachomatis dapat meluas ke endometrium sehingga


terjadi endometritis. Tanda dari endometritis antara lain menorrhagia dan nyeri panggul yang
ringan. Pada pemeriksaan laboratorium, chlamydia dapat ditemukan pada aspirat
endometrium.
f. Salfingitis (PID)

Salfingitis terjadi oleh karena penjalaran infeksi secara ascenden sehingga infeksi
sampai ke tuba dan menyebabkan kerusakan pada tuba (terjadi tuba scarring). Hal ini dapat
menyebabkan infertilitas dan kehamilan ektopik. Wanita dengan PID, lebih separuh
disebabkan oleh chlamydia, umumnya mengeluh rasa tidak enak terus di perut bawah. Itu
lantaran infeksi menyebar ke rahim, saluran telur, indung telur, bahkan sampai ke leher rahim
g.
ju a

g. Perihepatitis (Fitz - Hugh - Curtis Syndrome)

Infeksi C. trachomatis dapat meluas dari serviks melalui endometrium ke tuba dan
kemudian parakolikal menuju ke diafragma kanan. Beberapa dari penyebaran ini menyerang
permukaan anterior liver dan peritoneum yang berdekan sehingga menimbulkan perihepatitis.
Parenchym hati tidak diserang sehingga tes fungsi hati biasanya normal.
3. Gejala

Gejala mula timbul dalam waktu 3-12 hari atau lebih setelah terinfeksi. Pada penis
atau vagina muncul lepuhan kecil berisi cairan yang tidak disertai nyeri. Lepuhan ini berubah
menjadi ulkus (luka terbuka) yang segera membaik sehingga seringkali tidak diperhatikan oleh
penderitanya. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar getah bening pada salah satu

25
atau kedua selangkangan. Kulit diatasnya tampak merah dan teraba hangat, dan jika tidak
diobati akan terbentuk lubang (sinus) di kulit yang terletak diatas kelenjar getah bening
tersebut.Dari lubang ini akan keluar nanah atau cairan kemerahan, lalu akan membaik; tetapi
biasanya meninggalkan jaringan parut atau kambuh kembali. Gejala lainnya adalah demam,
tidak enak badan, sakit kepala, nyeri sendi, nafsu makan berkurang, muntah, sakit punggung
dan infeksi rektum yang menyebabkan keluarnya nanah bercampur darah. Akibat penyakit
yang berulang dan berlangsung lama, maka pembuluh getah bening bisa mengalami
penyumbatan, sehingga terjadi pembengkakan jaringan. Infeksi rektum bisa menyebabkan
pembentukan jaringan parut yang selanjutnya mengakibatkan penyempitan rektum.
3. PATOFISIOLOGI
a. AGENT

Klamidia disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Bakteri ini dapat ditularkan dari
satu orang ke orang lain selama hubungan seks. Klamidia juga dapat ditularkan dari ibu yang
terinfeksi kepada bayinya selama kelahiran vagina. Bayi yang tertulari akan mengalami
peradangan paru (pneumonia) atau mata (konjunktivitis).

b. HOST

Host adalah manusia atau makhluk hidup lainnya termasuk burung dan arthropoda
yang menjadi tempat terjadi proses alamiah perkembangan penyakit.Host penyakit
klamidia adalah anak usia muda(remaja) yang bisa menyerang laki-laki ataupun
pada perempuan yang kebiasaan hidup atau kehidupan sosialnya selalu berganti-
ganti pasangan yang dapat

26
menyebabkan tertularnya penyakit kelamin tersebut.sehingga agent bertahan hidup pada host
yang rentan tertular penyakit tersebut.
c. ENVIRONTMENT

Lingkungan social sangat berpengaruh pada terjadinya penyakit klamidia, perubahan


demografik seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat tinggi, pergerakan masyarakat
yang meningkat akibat perkerjaan ataupun pariwisata dan kemajuan sosial ekonomi. Akibat
perubahan-perubahan demografik tersebut maka terjadi pergeseran pada nilai moral dan
agama pada masyarakat.selain itu,budaya juga dapat berpengaruh pada terjadinya penularan
penyakit kelamin. Salah satu budaya bebas yang salah dianut dan salah diartikan adalah
budaya seks bebas.
d. TRANSMISI PENYAKIT KLAMIDIA

Klamidia merupakan salah satu jenis penyakit yang ditimbulkan akibat perilaku seks bebas
sehingga penularannya sangat mudah untuk dilakukan lewat hubungan seksual Seperti
vagina,oral dan anal.

Penyakit klamidia tidak memandang gender, penyakit klamidia ini bisa menyerang pria juga
wanita. penyakit klamidia bisa menyebabkan gangguan pada saluran air seni, leher rahim,
jalur pelepasan dubur, tenggorokan, dan mata. Penyakit klamidia akan menunjukkan reaksinya
sekitar 2-14 hari setelah terinfeksi. Pada wanita reaksi yang umum terjadi adalah kejang pada
perut bagian bawah, perubahan jadwal haid, juga sakit saau buang air kceil. Penderita bisa
mengidap penyakit ini selama berbulan-bulan bahkan tahunan tanpa pernah tahu mengidap
penyakit berbahaya ini. Penyakit ini bisa menyerang baik laki-laki maupun perempuan semua
usia, terutama dewasa muda.

e. RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT


1) MASA INKUBASI DAN KLINIS
Masa inkubasi adalah dimana periode waktu yang dimulai dari invasi bakteri kedalam tubuh
sampai saat ketika gejala pertama timbul. Masa inkubasi Klamidia adalah 7-12 hari.Masa
klinis klamidia sampai muncul gejala adalah 1-3 minggu lebih lama daripada gonore.sekitar
25% pria dan sebagian besar wanita tidak mengalami gejala dini karena infeksi klamidia
banyak yang menjadi carrier asimtomatik penyakit klamidia.Carier asimtomatik artinya dalam
banyak kasus infeksi tidak menunjukkan jenis manifestasi, juga dikenal sebagai

27
penyakit ‘diam’. Misalnya Jika 100 orang yang didiagnosis dengan infeksi, bisa jadi 50 dari
mereka akan memiliki gejala. Dan jika kita mempertimbangkan 100 perempuan yang
memiliki klamidia, maka sekitar 70 atau 80 dari mereka yang paling mungkin untuk
melaporkan gejala apapun. Infeksi mempengaruhi baik pria maupun wanita dari segala usia.
Namun, perempuan muda menyumbang kelompok yang paling mungkin untuk terjangkit
penyakit ini. Bakteri klamidia trachomatis diketahui menjadi penyebab yang memicu infeksi
ini. Infeksi tidak menimbulkan banyak tantangan dalam pengobatan, tetapi untuk itu harus
mendapatkan terdeteksi pada waktu yang tepat.
2) MASA LATEN DAN PERIODE INFEKSI

Masa laten penyakit ini timbul 2-14 hari setelah terinfeksi. Jika sudah demikian penderita bisa
mengidap penyakit ini selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun tanpa mengetahuinya.

Periode infeksi biasanya antara 4-28 hari setelah berhubungan intim dengan penderita,seorang
pria akan mengalami panas pada alat kelaminnya saat berkemih.biasanya akan keluar nanah
dari penis,nanahnya bisa agak jernih atau keruh, tetapi lebih encer daripada gonore.

a. Pada pria, uretritis ditandai oleh sekret yang jumlahnya sedikit, berair (kemudian mukus)
dari uretra. Gejala lain adalah nyeri dan disuria. Pada wanita, ada disuria, polakisuria dan
leukorea ringan. Servisitis adalah hal yang relatif sering ditemui. Hal ini bermanifestasi
sebagai sekret mukopurulen dan edema atau kecenderungan perdarahan orifisium uteri.

b. Pada wanita, infeksi klamidia yang lama sering mengakibatkan endometritis dan
salpingitis. Pasien mungkin mengalami demam ringan atau nyeri abdomen bawah yang
ringan. Endometritis juga dapat menyebabkan perdarahan uterus yang ireguler. PID (Pelvic
Inflammation Disease) adalah komplikasi lanjut dari infeksi klamidia yang penting, biasanya
memerlukan terapi rawat inap. Perihepatitis adalah komplikasi yang jarang pada infeksi
klamidia.

4. PENATALAKSANAAN PENYAKIT

28
1) PENGOBATAN

Untuk pengobatan dapat diberikan:

1. Tetrasiklin

Tetrasiklin adalah antibodi pilihan yang sudah digunakan sejak lama untuk infeksi genitalia
yang disebabkan oleh C.trachomatis. Dapat diberikan dengan dosis 4 x 500 mg/h selama 7
hari atau 4 x 250 mg/hari selama 14 hari. Analog dari tetrasiklin seperti doksisiklin dapat
diberikan dengan dosis 2 x l00 mg/h selama 7 hari. Obat ini yang paling banyak dianjurkan
dan merupakan drug of choice karena cara pemakaiannya yang lebih mudah dan dosisnya
lebih kecil. 9,11
2. Azithromisin

Azithromisin merupakan suatu terobosan baru dalam pengobatan masa sekarang. Diberikan
dengan dosis tunggal l gram sekali minum.

Regimen alternatif dapat diberikan:

- Erythromycin 4 x 500 mg/hari selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari selama l4 hari.

- Ofloxacin 2 x 300 mg/hari selama 7 hari.

Regimen untuk wanita hamil:

- Erythromycin base 4 x 500 mg/hari selama 7 hari.

Terapi yang biasanya digunakan adalah:

- Antibiotika, minum obat secara teratur

- Partner seksualnya juga harus diobati

Obat-obat antibiotic :

Doksisiklin 2 x 100mg selama 1 minggu atau lebih.

Tetrasiklin 4 x 500 selama 1 minggu atau lebih.

Eritromisin 4 x 500mg selama 1 minggu atau lebih.

29
Azitromisin 1 gram dosis tunggal.

2) PENCEGAHAN

Pencegahan penyakit klamidia menurut WHO:

a) Pencegahan
1) . Penyuluhan kesehatan dan pendidikan seks : sama seperti sifilis (lihat Sifilis, 9A)
dengan penekanan pada penggunaan kondom ketika melakukan hubungan seksual
dengan wanita bukan pasangannya.

2) . Pemeriksaan pada remaja putri yang aktif secara seksual harus dilakukan secara rutin.
Pemeriksaan perlu juga dilakukan terhadap wanita dewasa usia dibawah 25 tahun,
terhadap mereka yang mempunyai pasangan baru atau terhadap mereka yang
mempunyai beberapa pasangan seksual dan atau yang tidak konsisten menggunakan
alat kontrasepsi. Tes terbaru untuk infeksi trachomatis dapat digunakan untuk
memeriksa remaja dan pria dewasa muda dengan spesimen urin.
b) Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar.

1) . Laporan pada instansi kesehatan setempat; laporan kasus wajib dilakukan dibanyak
negara bagian di AS, Kelas 2B (lihat Tentang pelaporan penyakit menular).

2) . Isolasi : tindakan kewaspadaan universal, bisa diterapkan untuk pasien rumah sakit.
Pemberian terapi antibiotika yang tepat menjamin discharge tidak infektif; penderita
sebaiknya menghindari hubungan seksual hingga kasus indeks, penderita atau
pasangannya telah selesai diberi pengobatan yang lengkap.
3) . Disinfeksi serentak :

Pembuangan benda-benda yang terkontaminasi dengan discharge uretra dan vagina,


harus ditangani dengan seksama.

4) . Karantina : tidak dilakukan.

5) . Imunisasi kontak : tidak dilakukan.

6) . Investigasi kontak dan sumber infeksi.

3U
Pengobatan profilaktik diberikan terhadap pasangan seks lain dari penderita, dan
pengobatan yang sama diberikan kepada pasangan tetap. Bayi yang dilahirkan dari ibu
yang terinfeksi dan belum mendapat pengobatan sistemik, foto thorax perlu diambil
pada usia 3 minggu dan diulang lagi sesudah 12-18 minggu untuk mengetahui adanya
pneumonia klamidia sub klinis.

c) Cara mengurangi resiko

1. Puasa mekukan hubungan seks

2. Batasi partner seksual

3. Gunakan kondom dengan benar

4. Cek kesehatan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan(over tbehaviot).untuk
terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau
kondisi yang memungkinkan antara lain:fasilitas pelayanan kesehatan yang mudah
dijangkau,faktor dukungan (support) dari pihak lain misalnya tokoh masyarakat.
petugas kesehatan sangat penting untuk mendukung praktek pencegahan penyakit
menular seksual.
Praktek pencegahan penyakit menular seksual antara lain:

1. Pencegahan primer meliputi :

a. Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal,anal dan oral dengan orang yang
terinfeksi adalah satu-satunya cara yang 100% efektif untuk pencegahan.
b. Selalu menggunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit seksual.

c. Selalu menjaga kebersihan alat kelamin.

d. Segera memeriksakan diri serta melakukan konseling kedokter atau petugas


kesehtan apabila mengalami tanda dan gejala penyakit menular seksual meliputi:rasa
sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual ,rasa nyeri pada perut
bagian bawah.Pengeluaran lendir pada vagina/alat kelamin,keputihan berwarna putih
susu,bergumpal dan disertai rasa gatal dan kemerahan pada alat kelamin tau
sekitarnya,keputihan yang berbusa,kehijauan,berbau busuk,dan gatal,timbul bercak-
31
bercak darah setelah berhubungan seks bintil-bintil berisi cairan,lecet atau borok pada
alat kelamin.

2. Pencegahan sekunder,meliputi:

a. Adanya siraman rohani yang dilakukan di lokalisasi.

b. Peningkatan pengetahuan tentang penyakit menular seksual meliputi penyuluhan dari

dinas kesehatan.

3. Pencegahan tersier meliputi:

a. Adanya peraturan dari pemerintah tentang larangan prostitusi.


b. Adanya usaha rehabilitasi dengan pelatihan keterampilan pada wanita pekerja
seksual yang meninggalkan pekerjaan sebagai pekerja seksual.

32

Anda mungkin juga menyukai