Anda di halaman 1dari 13

Konsep Pelayanan KIA di masyarkat yang terkait dengan program KIA dan KB

(Covid – 19)

KELOMPOK 1 NIM
DESTINA HUTABARAT P0.73.24.2.19.004
METHA CHRISTINA DAMANIK P0.73.24.2.19.013
NADIA CHAIRUNNISA P0.73.24.2.19.015
YUSRI VINA P0.73.24.2.19.021

MATAKULIAH:
KEBIDANAN KOMUNITAS

DOSEN MATAKULIAH:
Yeyen Damanik, SKM, M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


PRODI KEBIDANAN PEMATANG SIANTAR
TA.2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkatNya kami dapt
menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Pelayanan KIA di masyarkat yang terkait
dengan program KIA dan KB dengan tepatwaktu. Penulisan makalah ini merupakan salah satu
tugas yang diberikan oleh Dosen mata kuliah Kebidanan Komunitas di Poltekkes Medan Prodi
Kebidanan Pematang siantar.

Dalam penulisan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya
kepada pihak- pihak yang mendukung dan membantu dalam penyelesaian maklah ini baik secara
meteril dan moril. Terutama Dosen Pembimbing pada mata kulian ini yaitu Bu Yeyen Damanik,
SKM, M.Kes yang telah memberikan kami kesempatan dalam mengerjakan tugas makalah ini.

Makalah ini masih banyak kekurangan dalam teknik penulisan maupun materi,
mengingat kemampuan yang kami miliki masih sangat terbatas. Untuk itu, kami mohon
masukan,kritik dan saran yang bersifat mmbangun dari berbagai pihak. Semoga maklah ini
bermanfaat untuk pembaca sekalian .

P.Beradan 07, September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
B. RumusanMasalah
C. TujuanPembahasan
BAB II PEMBAHASAN
A. Defenisi pelayanan KIA
B. Dasar pertolongan persalinan program KIA dan KB
C. Pelayanan Antenatal program KIA dan KB
D. Pelayanan Antenatal dan Pelayanan Kesehatan Masa Nifas
E. Pelayanan kesehatan neonatus terhadap dalam pelayanan KIA
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu prioritas utama
pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab terhadap pelayanan
kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin dan bayi neonatal. Salah satu tujuan program ini adalah
menurunkan kematian dan kejadian sakit pada ibu dan anak melalui peningkatan mutu pelayanan
dan menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan ibu dan prenatal di tingkat pelayanan dasar
dan pelayanan rujukan primer.
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu
indikator status Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang dapat menggambarkan kualitas dan
aksesibilitas fasilitas pelayanan kesehatan (Kemenkes, 2014). Japan International Cooperation
Agency (JICA) menyusun Buku Kesehatan Ibu dan Anak pada tahun 1947, dan terbukti efektif
menurunkan AKI dan AKB karena dapat mendeteksi kehamilan resiko tinggi sejak awal.
Penyebab terjadinya AKI yaitu: terjadinya perdarahan, preeklamsi/eklamsi, infeksi, atau
penyakit yang diderita ibu sebelum atau selama kehamilan yang dapat memperburuk kondisi
kehamilan. penyebab lainnya yaitu berhubungan dengan status kesehatan reproduksi ibu, akses
terhadap pelayanan kesehatan, perilaku penggunaan fasilitas kesehatan, dan juga faktor
demografi dan sosiokultural.
Upaya-upaya Pemerintah untuk menurunkan AKI dan AKB yaitu dengan mencanangkan
Making Pregnancy Safer (MPS), yang terimplementasi dalam program Jampersal untuk
menjamin semua persalinan dilakukan di fasilitas kesehatan oleh tenaga terlatih, penyediaan
Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan Pelayanan Obstetrik Neonatal
Emergensi Komprehensif (PONEK), serta pemerintah membuat kebijakan bagi tenaga kesehatan
untuk menggunakan buku KIA sebagai alat komunikasi dan media penyuluhan bagi ibu,
keluarga dan masyarakat mengenai pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk rujukan dan
standar pelayanan KIA dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
284/MENKES/SK/III/2004.
Buku KIA digunakan sebagai buku catatan tentang kesehatan ibu dan anak yang
merupakan gabungan beberapa kartu kesehatan agar pelayanan kesehatan dapat diberikan sesuai
dengan standar, komprehensif dan berkesinambungan.
Penggunaan Buku KIA merupakan salah satu strategi pemberdayaan masyarakat untuk
memelihara kesehatan dan mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang berkualitas.
Buku KIA berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan kesehatan ibu dan anak, kartu
ibu hamil, KMS balita dan catatan pelayanan kesehatan ibu dan anak.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan pelayanan KIA ?
2. Apakah dasar pertolongan persalinan program KIA dan KB?
3. Bagaimanakah pelayanan Antenatal program KIA dan KB?
4. Bagaimanakah pelayanan Antenatal dan Pelayanan Kesehatan Masa Nifas?
5. Bagaimanakah pelayanan kesehatan neonatus terhadap dalam pelayanan KIA?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi pelayanan KIA
2. Untuk mengetahui dasar pertolongan persalinan program KIA dan KB
3. Untuk mengetahui pelayanan Antenatal program KIA dan KB
4. Untuk mengetahui pelayanan Antenatal dan Pelayanan Kesehatan Masa Nifas
5. Untuk mengetahui pelayanan kesehatan neonatus terhadap dalam pelayanan KIA
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta
anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA masyarakat dalam upaya mengatasi
situasi gawat darurat dari aspek non klinik terkait kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan
merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal
penggunaan alat tranportasi atau komunikasi (telepon genggam, telepon rumah), pendanaan,
pendonor darah, pencacatan pemantauan dan informasi KB. Dalam pengertian ini tercakup pula
pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah keterampilan
para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di taman kanak-kanak.
 Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Ayah dan ibu dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan mampu memenuhi
tugas sebagai pendidik. Oleh sebab itu keluarga mempunyai peranan yang besar dalam
mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya,
dan yang paling berperan sebagai pendidik anak-anaknya adalah ibu. Peran seorang ibu dalam
keluarga terutama anak adalah mendidik dan menjaga anak-anaknya dari usia bayi sehingga
dewasa, karena anak tidak jauh dari pengamatan orang tua terutaa ibunya. 
   Peranan ibu terhadap anak adalah sebagai pembimbing kehidupan di dunia ini. Ibu
sangat berperan dalam kehidupan buah hatinya di saat anaknya masih bayi hingga dewasa,
bahkan sampai anak yang sudah dilepas tanggung jawabnya atau menikah dengan orang lain
seorang ibu tetap berperan dalam kehidupan anaknya.

B. Dasar Pertolongan Persalinan Program KIA dan KB


 Jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat:
1. Tenaga profesional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan
dan perawat.
2. Dukun bayi : Terlatih ialah dukun bayi yang telah mendapatkan latihan tenaga kesehatan
yang dinyatakan lulus. Sedangkan dukun bayi tidak terlatih ialah dukun bayi yang belum
pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum
dinyatakan lulus.

C. Pelayanan Antenatal program KIA dan KB


Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa
kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal.
Standar minimal “5 T “ untuk pelayanan antenatal terdiri dari :
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2. Ukur Tekanan darah
3. Pemberian Imunisasi TT lengkap
4. Ukur Tinggi fundus uteri
5. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
     Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan dengan ketentuan
waktu minimal 1 kali pada triwulan pertama, minimal 1 kali pada triwulan kedua, dan minimal 2
kali pada triwulan ketiga.

D. Pelayanan Antenatal dan Pelayanan Kesehatan Masa Nifas


Pelayanan antenatal, dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan
dan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.
Tujuan dari pelayanan antenatal adalah menjamin perlindungan kepada bumil yang
berupa deteksi dini, faktor risiko, pencegahan, dan penanganan komplikasi.
Standar minimal pelayanan antenatal terdiri dari 5T, yaitu:
1) Timbang berat badan dan ukut tinggi badan;
2) Ukur tekanan darah;
3) Pemberian imunisasi tetanus toksoid lengkap;
4) Ukur tinggi fundus uteri; dan
5) Pemberian tablet zat besi (minimal 90 tablet selama kehamilan).
Frekuensi pelayanan antenatal dilaksanakan minimal 4 kali selama masa kehamilan
dengan ketentuan waktu: minimal 1 kali pada triwulan pertama, minimal 1 kali pada triwulan
kedua, dan minimal 2 kali pada triwulan ketiga. Secara khusus dan dalam kondisi tertentu15
dapat juga dilakukan pemeriksaan laboraturium rutin yang mencakup pemeriksaan golongan
darah, hemoglobin (HB), protein urin dan gula darah puasa. Untuk bumil yang berada di daerah
prevalensi tinggi dan/atau termasuk dalam kelompok risiko, dilakukan juga pemeriksaan
hepatitis B, HIV, sifilis, malaria, tuberculosis, kecacingan dan thalassemia.
Pelayanan kesehatan masa nifas, merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan kepada ibu mulai dari 6 jam sampai 42 hari setelah bersalin. Tenaga kesehatan
yang dapat memberikan pelayanan kesehatan masa nifas ini adalah: dokter spesialis kebidanan,
dokter, bidan, dan perawat.
Tujuan dari pelayanan kesehatan ini adalah untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas.
Pelaksanaan pemantauan dan pemeriksaan masa nifas dilakukan berupa kunjungan nifas yang
minimal dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu pada masa 6 jam sampai 3 hari setelah persalinan,
dalam waktu 2 minggu setelah persalinan (8-14 hari), dan dalam waktu 6 minggu setelah
persalinan (36-42 hari).
Pada saat kunjungan pelayanan kesehatan masa nifas dilakukan pemeriksaan:
1) Tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan)
2) Tinggi fundus uteri
3) lokhia dan pengeluaran per vagina lainnya
4) payudara dan anjuran pemberian ASI ekslusif minimal 6 bulan
5) pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak 2 kali yaitu segera setelah melahirkan
dan setelah 24 jam pemberian kapsul vitamin A yang pertama,
6) Pelayanan KB pasca bersalin.

E. Pelayanan Kesehatan Neonatus Terhadap Dalam Pelayanan KIA


Pelayanan kesehatan neonatus (KN) diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten
kepada neonatus minimal 3 kali, yaitu pada kurun waktu 6-48jam setelah lahir (KN 1), hari ke 3
sampai hari ke 7 setelah lahir (KN 2), dan hari ke 8 sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.
Pelayanan kesehatan neonates perlu dilakukan karena, bayi sampai usia kurang dari 1 bulan
merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi dan berbagai
masalah kesehatan dapat muncul. Sehingga jika tidak dilakukan penanganan yang tepat, dapat
berakibat fatal.

F. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dalam situasi Pandemi Covid-19


Pesan Bagi Masyarakat terkait Pelayanan Keluarga Berencana Pada Situasi Pandemi Covid-19

1) Tunda kehamilan sampai kondisi pandemi berakhir


2) Akseptor KB sebaiknya tidak datang ke petugas Kesehatan, kecuali yang mempunyai
keluhan, dengan syarat membuat perjanjian terlebih dahulu dengan petugas Kesehatan.
3) Bagi akseptor IUD/Implan yang sudah habis masa pakainya, jika tidak memungkinkan
untuk datang ke petugas Kesehatan dapat menggunakan kondom yang dapat diperoleh
dengan menghubungi petugas PLKB atau kader melalui telfon. Apabila tidak tersedia
bisa menggunakan cara tradisional (pantang berkala atau senggama terputus).
4) Bagi akseptor Suntik diharapkan datang ke petugas kesehatan sesuai jadwal dengan
membuat perjanjian sebelumnya. Jika tidak memungkinkan, dapat menggunakan kondom
yang dapat diperoleh dengan menghubungi petugas PLKB atau kader melalui telfon.
Apabila tidak tersedia bisa menggunakan cara tradisional (pantang berkala atau senggama
terputus)
5) Bagi akseptor Pil diharapkan dapat menghubungi petugas PLKB atau kader atau Petugas
Kesehatan via telfon untuk mendapatkan Pil KB.
6) Ibu yang sudah melahirkan sebaiknya langsung menggunakan KB Pasca Persalinan
(KBPP)
7) Materi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) serta pelaksanaan konseling terkait
KB dapat diperoleh secara online atau konsultasi via telpon
Rekomendasi bagi Petugas Kesehatan terkait Pelayanan Keluarga Berencana pada Situasi
Pandemi Covid-19
1) Petugas Kesehatan dapat memberikan pelayanan KB dengan syarat menggunakan APD
lengkap sesuai standar dan sudah mendapatkan perjanjian terlebih dahulu dari klien :
a. Akseptor yang mempunyai keluhan
b. Bagi akseptor IUD/Implan yang sudah habis masa pakainya,
c. Bagi akseptor Suntik yang datang sesuai jadwal.
2) Petugas Kesehatan tetap memberikan pelayanan KBPP sesuai program yaitu dengan
mengutamakan metode MKJP (IUD Pasca Plasenta / MOW)
3) Petugas Kesehatan dapat berkoordinasi dengan PL KB dan Kader untuk minta bantuan
pemberian kondom kepada klien yang membutuhkan yaitu :
a. Bagi akseptor IUD/Implan/suntik yang sudah habis masa pakainya, tetapi tidak bisa
kontrol ke petugas kesehatan
b. Bagi akseptor Suntik yang tidak bisa kontrol kembali ke petugas Kesehatan sesuai
jadwal
4) Petugas Kesehatan dapat berkoordinasi dengan PL KB dan Kader untuk minta bantuan
pemberian Pil KB kepada klien yang membutuhkan yaitu : Bagi akseptor Pil yang harus
mendapatkan sesuai jadwal
5) Pemberian Materi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) serta pelaksanaan
konseling terkait kesehatan reproduksi dan KB dapat dilaksanakan secara online atau
konsultasi via telpon

Hal Yang Perlu Diperhatikan oleh Petugas Kesehatan dalam Pelaksanaan Pelayanan
1) Mendorong semua PUS untuk menunda kehamilan dengan tetap menggunakan
kontrasepsi di situasi pandemi Covid-19, dengan meningkatkan penyampaian
informasi/KIE ke masyarakat
2) Petugas Kesehatan harus menggunakan APD dengan level yang disesuaikan dengan
pelayanan yang diberikan dan memastikan klien yang datang menggunakan masker dan
membuat perjanjian terlebih dahulu
3) Kader dalam membantu pelayanan juga diharapkan melakukan upaya pencegahan dengan
selalu menggunakan masker dan segara mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan
air mengalir atau handsanitizer setelah ketemu klien
4) Berkoordinasi dengan PLKB kecamatan untuk ketersediaan pil dan kondom di Kader
atau PLKB, sebagai alternative pengganti bagi klien yang tidak dapat ketemu petugas
Kesehatan
5) Melakukan koordinasi untuk meningkatkan peran PL KB dan kader dalam membantu
pendistribusian pil KB dan kondom kepada klien yang membutuhkan, yang tetap
berkoordinasi dengan petugas Kesehatan
6) Memudahkan masyarakat untuk untuk mendapatkan akses informasi tentang pelayanan
KB di wilayah kerjanya, missal dengan membuat hotline di Puskemas dan lain-lain

Pelayanan Kesehatan Reproduksi Catin (Kespro Catin) dalam situasi Pandemi Covid-19
A. Pesan bagi Calon Pengantin Pada Situasi Pandemi Covid-19
1) Bimbingan perkawinan, pemeriksaan kesehatan, konsultasi keluarga dan bimbingan
lainnya ditunda pelaksanaannya, kecuali pelayanan administrasi dan pencatatan nikah
2) Materi KIE terkait kesehatan reproduksi calon pengantin diharapkan tetap dibaca yang
dapat diperoleh secara online, salah satunya dapat diakses melalui web bimbingan
perkawinan (www.bimbinganperkawinan.com) sampai kondisi pandemi berakhir

B. Rekomendasi bagi Petugas Kesehatan terkait Calon Pengantin pada Situasi Pandemi
Covid19
1) Bimbingan perkawinan, pemeriksaan kesehatan, konsultasi keluarga dan bimbingan
lainnya ditunda pelaksanaannya, kecuali pelayanan administrasi dan pencatatan nikah.
2) Memantau calon pengantin untuk mandapatkan dan membaca Materi KIE terkait
kesehatan reproduksi calon pengantin sampai kondisi pandemi berakhir.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara khusus capaian indikator pelayanan kesehatan ibu dan bayi sudah
mencapai target nasional walaupun jika diproyeksikan ke tingkat provinsi, masih ada
beberapa provinsi yang belum mencapai target nasional. Hal ini dikarenakan kondisi
geografi, ketersediaan sarana dan prasarana, serta masih rendahnya keterlibatan lintas
sector untuk bersama-sama mensukseskan program kesehatan ibu dan anak (khususnya
pada daerah dengan capaian pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang masih dibawah
capaian target nasional).

B. Saran
Pemerintah daerah hendaknya dapat memperbaikan pelayanan kebidanan dan
neonatal di wilayahnya secara berkesinambungan melalui penyediaan SDM yang
kompeten, sistem rujukan yang efektif dengan memperhatikan kondisi geografis dan
sosial budaya. Dinas kesehatan kabupaten/kota hendaknya dapat meningkatkan
monitoring dan evaluasi serta pendampingan pelaksanaan program KIA agar cakupan
indikator kesehatan ibu dan bayi yang belum mencapai target dapat diperbaiki.
DAFTAR PUSTAKA

Hapsari, Dwi., dkk. (2017). Indeks Kesehatan Maternal Sebagai Indikator Jumlah
Kelahiran Hidup, Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol. 14 No. 3, September 2017.

Sistiarani, Colti., dan Elviera. (2019). Analisis Pencapaian Indikator 9 Cakupan


Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor
Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas, Jurnal Kesmasindo, Volume 5, Nomor 2,
Juli 2019.

Cara mediscom. (2019). Menilik Permasalaan Kesehatan Ibu dan anak di Indonesia di
Indonesia, (online), (https://www.caramedis. co.id/menilik-permasalahan-kesehatan-
ibudan-anak-di-indonesia-saat-ini/, diakses 6 September 2019).

Unicef. (2019). Polemik Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia, (online),


(https://www.guesehat. com/polemik-kesehatan-ibu-dan-anak-diindonesia, diakses 06
September 2019).
Notoadmodjo, S. (2018). Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai