Anda di halaman 1dari 70

INFEKSI MENULAR SEKSUAL 2

Amanda Saphira Wardani (41191396100033)


Pembimbing: dr. Retno Sawitri, Sp. KK

Kepaniteraan Klinik Kulit dan Kelamin


RSUD Dr. Chasbullah Abdulmajid Kota Bekasi
FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2020
Infeksi Menular Seksual
Infeksi yang penularannya melalui hubungan seksual, kontak
langsung dengan alat yang tercemar, dan proses kelahiran

Dapat terjadi Individu yang


Infeksi tidak pada individu sudah berusaha
harus melalui yang belum untuk tidak
hubungan pernah mendapat
seksual melakukan penyakit, masih
hubungan seks / dapat terjangkit
tidak berganti-
ganti pasangan

Daili SF, Zubier F. Tinjauan Infeksi Menular Seksual (IMS) dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan
Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
DIAGNOSIS IMS
Anamnesis
• Keluhan utama dan tambahan
• Riwayat perjalanan penyakit
• Pasangan seksual tersangka à kapan kontak, jenis Perilaku Risiko Tinggi (min.1):
- Pasangan seks >1 dalam 1 bulan
kelamin, cara hubungan seksual, penggunaan terakhir
kondom - Berhubungan seksual dengan
• Riwayat pengobatan sebelumnya penjaja seks dalam 1 bulan
terakhir
• Hubungan keluhan dengan keadaan lainnya - Mengalami 1/lebih episode IMS
• Riwayat IMS sebelumnya dan pengobatan dalam 1 bulan terakhir
• Hari terakhir haid - Perilaku pasangan seksual
berisiko tinggi
• Nyeri perut bagian bawah
• Cara kontrasepsi yang digunakan dan mulai kapan

Kemenkes RI. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual. 2016.


DIAGNOSIS IMS
Pemeriksaan Fisik
- Posisi = litotomi (wanita), Bimanual Anuskopi
berdiri/duduk (pria)

- Inspeksi dan palpasi daerah


genitalia, perineum, anus,
dan sekitarnya

- Periksa KGB inguinal

- Ambil spesimen utk


pemeriksaan lab

Kemenkes RI. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual. 2016.


DIAGNOSIS IMS
Pengambilan Spesimen
Keluhan duh tubuh vagina/uretra: Keluhan ulkus genitalis:

o Ulkus dibersihkan terlebih dahulu dengan kain


kasa yang telah dibasahi larutan salin fisiologis
(NaCl 0,9%)
o Sifilis = ulkus ditekan di antara ibu jari dan
telunjuk sampai keluar cairan serum
o Selain sifilis: ambil aspirat / cairan dasar lesi

Kemenkes RI. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual. 2016.


INFEKSI MENULAR SEKSUAL
Keluhan

Ulkus
Vegetasi
genitalis

Herpes Granuloma Kondiloma Limfogranulo


Sifilis Ulkus mole
genitalis inguinalis akuminata ma venereum

Djuanda A. Sifilis dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
PERDOSKI. Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter Kulit dan Kelamin Indonesia. 2017.
Ulkus genitalis
Sifilis
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema
pallidum, sangat kronik dan bersifat sistemik.

Dapat
menyerang Dapat Dapat
hampir menyerupai Memiliki ditularkan
semua banyak masa laten dari ibu ke
organ penyakit janin
tubuh

Djuanda A. Sifilis dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
PERDOSKI. Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter Kulit dan Kelamin Indonesia. 2017.
EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI
o Diperkirakan terdapat 6 juta kasus baru sifilis di o Disebabkan oleh Treponema pallidum
seluruh dunia setiap tahunnya pada individu berusia o Berbentuk spiral teratur, terdiri atas 8-24
15-49 tahun lekukan, bergerak seperti gerakan pembuka
o Pada tahun 2015, terdapat >300.000 kematian janin botol
dan neonatus yang berkaitan dengan sifilis o Stadium aktif terjadi setiap 30 jam
o Di Indonesia (2011), prevalensi sifilis pada populasi o Pembiakan dilakukan di dalam tubuh (diluar
waria sebesar 25%, WPSL 10%, LSL 9%, warga badan kuman tersebut cepat mati)
binaan lembaga pemasyarakatan 5%, pria berisiko o Dapat hidup di dalam darah untuk transfusi
tinggi 4%, WPSTL 3%, dan penasun 3%. hingga 72 jam
o Infeksi sifilis meningkatkan risiko penularan HIV
hingga 3-5x

World Health Organization. Global health sector strategy on sexually transmitted infections 2016–2021. 2016. The WHO's strat- egy for STI treatment.
World Health Organization. Report on global sexually transmitted infection surveillance 2015. 2015. WHO prevalence estimates and commentary.
Daili SF, et al. Pedoman Tata Laksana Sifilis Untuk Pengendalian Sifilis di Layanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI. 2013.
Djuanda A. Sifilis dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
KLASIFIKASI
Sifilis

Didapat
Kongenital
(akuisita)

Dini (2 th
Lanjut (setelah
pertama Stigmata Klinis Epidemiologi
2 tahun)
kehidupan)

Stadium I Stadium II Stadium III Stadium dini Stadium lanjut


(S I) (S II) (S III) (menular) (tak menular)

SI, SII, stad.


Stadium laten
rekuren, stad.
lanjut & S IIII
laten dini
Treponema pallidum PATOGENESIS
Masuk aliran limfogen
Menembus epitel kulit
& hematogen
Destruksi jaringan
Berkembang biak
Menetap di endotel kapiler
& jaringan perivaskuler S. II

Infiltrasi sel radang (limfosit, Regresi perlahan


makrofag) di perivaskuler
Menghilang
(+) hipertrofi endotel
Stadium laten:
T. Pallidum dorman namun Immunocompromised S.III: guma (+), destruktif, dan
Obliterasi lumen kapiler 3-10 tahun pasca S.I
Faktor predisposisi berlangsung tahunan
antibodi tetap ada

Iskemik jaringan di atasnya Infeksi aktif namun asimtomatik


Nekrosis dan erosi
(termasuk serabut saraf) T. Pallidum berkembang
Lesi rekuren S.I
Sistem imun gagal biak lagi pada lokasi S1
S.I: Ulkus soliter, dasar menghadapi infeksi
bersih, tepi rata dikelilingi Menyebar lewat jaringan Lesi rekuren S. II
papul, tidak nyeri
Penurunan jumlah Terbentuk fibroblas Sikatriks
kuman
Tuddenham SA, Zenilman JM. Sexually Transmitted Diseases: Syphilis in Fitzpatrick’s Dermatology. 9th Ed. New York: McGraw-Hill Education. 2019.
Djuanda A. Sifilis dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
STADIUM SIFILIS

Tuddenham SA, Zenilman JM. Sexually Transmitted Diseases: Syphilis in Fitzpatrick’s Dermatology. 9th Ed. New York: McGraw-Hill Education. 2019.
MANIFESTASI KLINIS

Daili SF, et al. Pedoman Tata Laksana Sifilis Untuk Pengendalian Sifilis di Layanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI. 2013.
SIFILIS AKUISITA – SIFILIS DINI
SIFILIS PRIMER (S.I)
• Predileksi primer = genitalia eksterna (sulkus
koronarius/ labia minor&mayor), ekstragenital (lidah,
tonsil, anus)
• Papul lenticular à erosi à ulkus
• Ulkus bulat, soliter [bisa multiple], dasarnya jaringan
granulasi warna merah dan bersih, diatasnya hanya
ada serum
• Dinding tidak bergaung
• Kulit sekitarnya tidak ada tanda radang akut à tidak
nyeri
• Khas: indolen dan teraba indurasi à disebut ulkus
durum
• Kadang ada pembesaran KGB regional di inguinalis
medialis – soliter, indolen, tidak lunak, besarnya
lenticular, tidak supuratif, tidak tdpt periadenitis
• Lesi sembuh sendiri dalam 3-10 mgg dan 1-2 minggu
dengan pengobatan
• Gejala konstitusi (-) Tuddenham SA, Zenilman JM. Sexually Transmitted Diseases: Syphilis in Fitzpatrick’s Dermatology. 9 Ed. New York: McGraw-Hill Education. 2019.
th

Djuanda A. Sifilis dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
DIAGNOSIS BANDING SIFILIS PRIMER (S.I)

Ulkus mole

Limfogranuloma venereum

Herpes genitalis

Tuddenham SA, Zenilman JM. Sexually Transmitted Diseases: Syphilis in Fitzpatrick’s Dermatology. 9th Ed. New York: McGraw-Hill Education. 2019.
Djuanda A. Sifilis dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
SIFILIS AKUISITA – SIFILIS DINI
SIFILIS SEKUNDER (S.II)

• Timbul setelah 6-8 minggu sejak S.I, berlangsung selama 9 bulan


• Kelainan terjadi pada telapak tangan dan kaki, dada, perut,
punggung, lengan à ke seluruh tubuh
• Dapat menyebabkan kelainan pada mukosa, KGB, mata, hepar,
tulang, saraf
• Great imitator
• Lesi basah (eksudatif; cth: kondiloma lata dan plaque muqueuses
[mucous patch]) à sangat menular, lesi kering à kurang menular
• Kelainan kulit khas: tidak gatal, sering disertai limfadenitis
generalisata
• S.II dini kelainan kulit generalisata, simetris, lebih cepat hilang
(beberapa hari-minggu)
• S.II lanjut kelainan kulit terlokalisasi, tidak simetris, lebih lama
bertahan (beberapa minggu-bulan)
• Gejala konstitusi (+)

Tuddenham SA, Zenilman JM. Sexually Transmitted Diseases: Syphilis in Fitzpatrick’s Dermatology. 9th Ed. New York: McGraw-Hill Education. 2019.
Djuanda A. Sifilis dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
Papul
SIFILIS AKUISITA – SIFILIS DINI • Sering terjadi di S.II
• Papul bulat, berskuama di pinggir (kolaret)
SIFILIS SEKUNDER (S.II) – bentuk lesi [papuloskuamosa], skuama dapat menutupi permukaan
papul (mirip psoriasis - psoriasiformis)
Roseola (roseola sifilitika) • Bentuk jarang: papul likenoid, folikular simetrik
• Bentuk lain: kondiloma lata (papul lentikular, permukaan
• Makula eritema,
datar, sebagian berkonfluens, terletak pada daerah
berbintik-bintik/bercak-
lipatan kulit) à gesekan à permukaan menjadi erosif,
bercak, berwarna merah
eksudatif, menular
tembaga, berbentuk
bulat atau lonjong
• Jika menghilang,
umumnya tanpa bekas
atau dapat
meninggalkan bercak
hipopigmentasi dan
disebut leukoderma
sifilitikum.

Tuddenham SA, Zenilman JM. Sexually Transmitted Diseases: Syphilis in Fitzpatrick’s Dermatology. 9th Ed. New York: McGraw-Hill Education. 2019.
Djuanda A. Sifilis dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
SIFILIS AKUISITA – SIFILIS DINI
SIFILIS SEKUNDER (S.II) – bentuk lesi
Pustul (sifilis variseliformis) Bentuk lain
• Papul à vesikel à pustul (disamping pustul masih • Sifilis impetiginosa = papul, pustul dan krusta multipel
terlihat papul) yang berkonfluens sehingga mirip impetigo
• Dapat disertai demam intermitten • Ektima sifilitikum = ulkus multipel yang ditutupi krusta
• Lesi berlangsung selama berminggu-minggu • Rupia sifilitika = jika krusta tebal menutupi ulkus
• Sifilis ostrasea = ulkus meluas ke perifer sehingga
berbentuk seperti kulit kerang
• Sifilis maligna = ulkus-ulkus yang terdapat di kulit dan
mukosa disertai demam dan keadaan umum
memburuk

Tuddenham SA, Zenilman JM. Sexually Transmitted Diseases: Syphilis in Fitzpatrick’s Dermatology. 9th Ed. New York: McGraw-Hill Education. 2019.
Djuanda A. Sifilis dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
Sifilis maligna
DIAGNOSIS BANDING SIFILIS SEKUNDER (S.II)

Pitiriasis rosea Psoriasis

Erupsi obat Kondiloma akuminata

Tuddenham SA, Zenilman JM. Sexually Transmitted Diseases: Syphilis in Fitzpatrick’s Dermatology. 9th Ed. New York: McGraw-Hill Education. 2019.
Djuanda A. Sifilis dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
SIFILIS AKUISITA – SIFILIS DINI
SIFILIS LATEN DINI STADIUM REKUREN
o Gejala klinis dan kelainan kulit dan o Terjadi terutama pada sifilis yang tidak diobati
organ dalam (-) atau tidak adekuat
o Infeksi masih ada dan aktif à menular o Relaps terjadi secara klinis (kelainan kulit mirip
o Tes serologis darah (+) S.II) maupun serologis (negatif à positif)
o Tes cairan serebrospinal (-) o Bentuk relaps umumnya S,II
o Terjadi di tempat afek primer (monorecivide)
o Dapat menyebabkan kelainan pada mata,
tulang, organ dalam, susunan saraf, serta
dapat terlahir bayi dengan sifilis kongenital

Djuanda A. Sifilis dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
Daili SF, et al. Pedoman Tata Laksana Sifilis Untuk Pengendalian Sifilis di Layanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI. 2013.
SIFILIS AKUISITA – SIFILIS LANJUT
SIFILIS LATEN LANJUT
o Terjadi setelah sifilis primer dan sekundernya sembuh
o Tidak menular
o Lama masa laten beberapa tahun hingga bertahun-tahun, bahkan seumur hidup
o Penegakkan diagnosis:
- Tes serologi darah (+)
- Cairan serebrospinal à menyingkirkan neurosifilis asimtomatik
- X-ray aorta à melihat apakah terdapat aortitis
- Periksa area genital à u/ lihat sikatriks bekas S.I dan leukoderma pada leher menunjukkan
bekas S.II
- Bekas papul-papul S.II à terdapat banyak kulit hipotrofi lentikular pada tubuh

Djuanda A. Sifilis dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
Daili SF, et al. Pedoman Tata Laksana Sifilis Untuk Pengendalian Sifilis di Layanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI. 2013.
SIFILIS AKUISITA – SIFILIS LANJUT
STADIUM TERSIER (S.III)
• 1/3 pasien sifilis laten yang tidak diobati dapat berubah jadi
stadium 3
• Lesi pertama umumnya terlihat antara 3-10 tahun setelah S1
• Kelainan khas: guma (infiltrat sirkumskrip, berukuran lentiklar-
sebesar telur ayam, kronik, biasanya melunak dan destruktif),
soliter/multipel, asimetris
• Kulit di atas guma melunak (mulai dari tengah) à muncul tanda
radang à kulit eritematosa dan livid serta melekat thd guma
tersebut à perforasi à keluar cairan seropurulen, sanguinolen,
jaringan nekrotik
• Tempat perforasi à ulkus berbentuk lonjong/bulat, dinding
curam, beberapa berkonfluens sehingga terbentuk tepi polisiklik
• Nodus dengan nekrosis pada bagian tengah dan membentuk
ulkus. Dapat pula tanpa nekrosis dan menjadi sklerotik
• Nodus = berukuran lebih kecil, lebih superfisial, lebih banyak,
cenderung berkonfluens, menyebar daripada guma
• Nodus yang berkonfluens dapat tumbuh terus secara serpiginosa
• KGB tidak membesar
Tuddenham SA, Zenilman JM. Sexually Transmitted Diseases: Syphilis in Fitzpatrick’s
• Jika guma multipel dan perlunakan cepat à demam (+) Dermatology. 9th Ed. New York: McGraw-Hill Education. 2019.
Djuanda A. Sifilis dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan
Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
SIFILIS KONGENITAL
• Penyebaran secara intraplasenta (dapat terjadi sejak masa kehamilan 10 minggu)
• Tahun 1 setelah infeksi yang tidak diobati, kemungkinan penularan hingga 90%. Jika ibu mengalami sifilis laten dini,
risiko penularannya 80%, bila sifilis stadium lanjut maka risikonya 30%
Dini Lanjut
• Bayi tampak sakit • Terjadi antara usia 7-15 tahun
• Kelainan kulit saat lahir: pemfigus sifilitika à bula mengandung T. Pallidum, • predileksi: kulit, tulang, selaput
bergerombol, simetris pada telapak tangan, kaki, dan pada bagian badan lain. lendir, organ dalam
• Kelainan lain timbul beberapa minggu: papul / papuloskuamosa simetris, • Khas: guma pada hidung dan
generalisata, tersusun teratur mulut
• Wajah bayi terlihat seperti orang tua (kulit keriput), alopesia, kuku terlepas
(onika sifilitika), KGB membesar generalisata, hepar dan lien membesar,
osteokondritis, anamenia berat, neurosifilis meningovaskular (konvulsi, defisiensi
mental), gangguan N.II, pneumonia, rinitis syphilitic snuffles, kelainan ginjal:
albumin, hialin, dan granular cast.

Tuddenham SA, Zenilman JM. Sexually Transmitted Diseases: Syphilis in Fitzpatrick’s


Dermatology. 9th Ed. New York: McGraw-Hill Education. 2019.
Djuanda A. Sifilis dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
o Pemeriksaan lapangan gelap (dark field o Tes serologi sifilis:
microscope) à T. pallidum (+) tampak > Tes nontreponema
berwarna putih, bergerak memutar terhadap > Tes treponema
sumbunya
o Lakukan pemeriksaan 3 hari berturut-turut 1. Tes nontreponema
o Jika hasil hari 1,2 negatif à kompres lesi Ø Menggunakan antigen tidak spesifik (kardiolipin +
dengan NaCl à jika negatif à bukan berarti lesitin dan kolesterol)
bukan sifilis, mungkin jumlah kuman sedikit Ø Antibodi (reagin) timbul setelah infeksi dengan T.
pallidum
a. Tes fiksasi komplemen: Wasserman (WR) Kolmer.
b. Tes flokulasi: VDRL (Venereal Disease Research
Laboratories), Kahn, RPR (Rapid Plasma Reagin),
ART (Automated Reagin Test), dan RST (Reagin
Screen Test).
Ø Digunakan sebagai skrining dan evaluasi terapi
- Titer ¼ atau lebih à tersangka penderita sifilis
- Jika terapi berhasil à titer VDRL dalam 6 minggu
akan menjadi normal

Djuanda A. Sifilis dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
Daili SF, et al. Pedoman Tata Laksana Sifilis Untuk Pengendalian Sifilis di Layanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI. 2013.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. Tes treponema Pemeriksaan lain:
Ø Menggunakan antigen treponema atau o X ray à melihat kelianan khas pada tulang yang
ekstraknya à spesifik dapat terjadi pada infeksi S.II, S.III, dan sifilis
a. TPI (Treponemal pallidum/Imobilization Test): kongenital dan aneurisma aorta pada sifilis
spesifik, mahal, teknis sulit,lama. Baru positif kardiovaskular
akhir stadium primer à tdk dapat digunakan o CSS à neurosifilis. Inflamasi: limfosit >5/mm3,
menilai pengobatan protein: 40 mg/mm3
b. FTA-Abs: paling sensitif (90%). o Histopatologi à proliferasi sel-sel endotel terutama
- Kelainan S.I: lgM dan lgG sudah positif. terdiri atas infiltrat perivaskular tersusun oleh sel-sel
- Sifilis dini: lgM sangat reaktif. limfoid dan sel-sel plasma dan infiltrat
- Terapi berhasil: titer lgM cepat turun, granulomatosa terdiri atas epiteloid dan sel-sel
sedangkan lgG lambat. raksasa pada S.II lanjut dan S.III
- Sifilis kongenital: IgM
c. TPHA: dianjurkan, teknis, pembacaan hasil
mudah, cukup spesifik dan sensitif, reaktifnya
cepat.
- Kekurangannya: (x) menilai hasil terapi,
reaktif dalam waktu yang lama.
- Cek kuantitatif : pengenceran 1/80-1/1024
Djuanda A. Sifilis dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
Daili SF, et al. Pedoman Tata Laksana Sifilis Untuk Pengendalian Sifilis di Layanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI. 2013.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Daili SF, et al. Pedoman Tata Laksana Sifilis Untuk Pengendalian Sifilis di Layanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI. 2013.
TATALAKSANA

Daili SF, et al. Pedoman Tata Laksana Sifilis Untuk Pengendalian Sifilis di Layanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI. 2013.
Ulkus mole
Disebut juga dengan chancroid – merupakan penyakit ulkus genital akut,
setempat, dapat berinokulasi sendiri (autoinoculation) yang disebabkan
oleh Haemophilus ducreyi, dengan gejala khas berupa ulkus di tempat
masuk kuman dan disertai supurasi KGB regional

Indriatmi W. Ulkus Mole dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
PERDOSKI. Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter Kulit dan Kelamin Indonesia. 2017.
EPIDEMIOLOGI ETIOPATOGENESIS
o Epidemiologi sering kali tidak tercatat dengan o Disebabkan oleh Haemophilus ducreyi (basil
baik karena sulit dilakukan pemeriksaan untuk gram negatif, tidak berkapsul, dan anaerob
menegakkan diagnosis fakultatif)
o Terdapat + 7 juta kasus Ulkus mole per tahun o Menular melalui hubungan seksual à terjadi
hingga tahun 2000an awal abrasi mikro à H. ducreyi masuk ke kulit dan
o Sering terjadi di daerah yang tertinggal, yaitu atau membran mukosa serta KGB regional à
Afrika,Asia,AmerikaLatin,dan Karibia. PMN dan makrofag mengitari bakteri dalam
o Laki-laki > wanita pustul mikro à tidak dapat menyingkirkan
o Kelompok populasi yang lebih sering terkena bakteri à bakteremia à kerusakan jaringan à
ulkus mole: penjaja seks, orang dengan akumulasi debris dan PMN à pustul à infeksi
kebersihan pribadi kurang, laki-laki yang tidak terus berlangsung à ulseratif
disirkumsisi

World Health Organization. Global health sector strategy on sexually transmitted infections 2016–2021. 2016. The WHO's strat- egy for STI treatment.
Indriatmi W. Ulkus Mole dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
MANIFESTASI KLINIS
o Masa inkubasi: 3-7 hari (pada pengidap HIV dapat memanjang) tanpa
gejala prodormal
o Predileksi: area yang mudah mengalami abrasi, erosi, ekskoriasi akibat
trauma, iritasi yang berkaitan dengan higiene buruk, menyebar ke
perineum, anus, skrotum, tungkai atas, atau abdomen bagian bawah
o Lesi diawali dengan adanya vesikopustul multipel à mengelupas à
terbentuk ulkus dangkal dalam 1-2 hari yang dikelilingi oleh zona
inflamasi
o Ulkus à dangkal, multipel, lunak, tidak ada indurasi, bagian tepi
bergaung, berdasar kotor (tertutup oleh jaringan nekrotik kuning
keabuan dan granulasi yang mudah berdarah jika diangkat), sangat
nyeri
o Limfadenitis inguinalis unilateral à dapat bernanah à membentuk
abses (bubo) – unilateral, berfluktuasi, mudah pecah
o Predileksi ulkus:
- Laki-laki: preputium, frenulum, sulkus koronarius
- Wanita: introitus, vestibulum, labia minora
o Keluhan lain: disuria, nyeri saat defekasi, dispareunia, atau duh tubuh
(wanita)
o Ulkus multipel membentuk kissing lesions

Indriatmi W. Ulkus Mole dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
Lautenschlager S, Brockmeyer NH. Sexually Transmitted Diseases: Ulkus mole in Fitzpatrick’s Dermatology. 9th Ed. New York: McGraw-Hill Education. 2019.
MANIFESTASI KLINIS
VARIASI ULKUS MOLE

Giant chancroid: Follicular


Dwarf Papular
ulkus soliter, chancroid:
chancroid: lesi chancroid: papul
besar, pustul folikularis
kecil, dangkal, berulserasi
granulomatosa, à ulkus pada
menyerupai granulomatosa,
di lokasi bubo labia mayora
herpes genitalis, menyerupai
inguinal yang dan pubis,
tidak nyeri donovanosis /
pecah,meluas umum pada
kondilomalatum
melampaui tepi wanita

Phagedenic Serpigenous Mixed chancroid:


Transient ulkus mole yang
chancroid : ulkus chancroid:
chancroid: ulkus nyeri tanpa
nekrotik akibat beberapa ulkus
sangat dangkal indurasi terdapat
infeksi sekunder bergabung dan
yg segera sekaligus bersama
oleh menyebar akibat ulkus sifilis
sembuh diikuti
fusospirocheta perluasan ulkus dengan indurasi
bubo inguinal
à destruksi luas dan dan tanpa nyeri,
yang khas
genitalia autoinokulasi

Indriatmi W. Ulkus Mole dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
o Isolasi H. ducreyi dari lesi atau aspirat
KGB à kultur – sensitivitas 60-80%
namun sulit dilakukan
o PCR – hasil cepat, spesifik, dan lebih
sensitif namun mahal
o Pemeriksaan langsung dasar ulkus yang
bergaung à pewarnaan gram à
kokobasil gram (-), gambaran ’school of
fish’ ~ sensitivitas dan spesifisitas <50%

Indriatmi W. Ulkus Mole dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
Kemenkes RI. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual. 2016.
DIAGNOSIS BANDING ULKUS MOLE

Sifilis S.I

Herpes genitalis Granuloma


inguinal

Limfogranuloma venereum

PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta. 2017
Lautenschlager S, Brockmeyer NH. Sexually Transmitted Diseases: Ulkus mole in Fitzpatrick’s Dermatology. 9th Ed. New York: McGraw-Hill Education. 2019.
Indriatmi W. Ulkus Mole dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
TATALAKSANA
*Tidak boleh diberikan pada ibu
hamil/menyusui dan anak <12 th

• Ulkus à kompres atau rendam dalam


larutan salin à menghilangkan debris
nekrotik dan mempercepat penyembuhan
ulkus
• Pada bubo >5 cm dengan fluktuasi di bagian
tengah à aspirasi jarum à mencegah
pecahnya bubo

Indriatmi W. Ulkus Mole dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI. 2018.
Kemenkes RI. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual. 2016.
Herpes genitalis
lnfeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (virus herpes
hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang
berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah
dekat mukokutan.

Indriatmi W. Herpes simpleks dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
PERDOSKI. Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter Kulit dan Kelamin Indonesia. 2017.
EPIDEMIOLOGI o WHO (2016) à 192 juta orang usia 15-49 tahun
mngalami infeksi VHS tipe I dan 491,5 juta orang
usia 15-49 tahun secara global mengalami infeksi
VHS tipe II
o Wanita > pria
o Infeksi primer VHS tipe I dimulai pada usia anak-
anak
o Infeksi VHS tipe II terjadi pada dekade II atau III
dan berkaitan dengan peningkatan aktivitas
seksual

James C, Harfouche M, Welton NJ, Turner K, et al. Herpes simplex virus: global infection prevalence and incidence estimates, 2016. Bull World Health Organ. 98(5): 315-29; 2020.
Indriatmi W. Herpes simpleks dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
ETIOPATOGENESIS
o Disebabkan oleh virus herpes simplex (VHS)
tipe I atau II dan bersifat rekuren
o Virus berdiam di jaringan saraf (ganglia dorsalis)
à bersifat seumur hidup

Indriatmi W. Herpes simpleks dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
MANIFESTASI KLINIS
INFEKSI PRIMER
o Predileksi:
- VHS I = pinggang ke atas terutama daerah mulut dan hidung
- VHS II = pinggang ke bawah terutama genital
o Infeksi berlangsung lebih lama dan berat (+ 3 minggu)
o Efloresensi: vesikel berkelompok dengan dasar eritematosa,
berisi cairan jernih dan kemudian menjadi purulen, nyeri
o Apabila vesikel pecah à erosi à krusta dan kadang mengalami
ulserasi à ulkus dangkal, tidak terdapat indurasi
o Dapat disertai rasa terbakar pada vulva, gatal, disuria, duh tubuh,
neuropati (retensi urin, konstipasi, parestesi)
o Gejala sistemik (+)
o Pembengkakan KGB regional
o Pembentukan lesi baru masih berlangsung selama 10 hari
o Lesi berlangsung selama 12-21 hari

Cohen JI. Herpes Simplex in Fitzpatrick’s Dermatology. 9th Ed. New York: McGraw-Hill Education. 2019.
Indriatmi W. Herpes simpleks dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
MANIFESTASI KLINIS INFEKSI REKUREN
FASE LATEN o VHS yang dorman pada ganglion dorsalis à faktor pencetus (trauma
o Gejala klinis (-) fisik, psikis, makanan atau minuman yang merangsang aktivasi virus) à
o VHS ditemukan dalam keadaan VHS aktif dan mencapai kulit à gejala klinis (+)
dorman di ganglion dorsalis
o Gejala klinis lebih ringan daripada infeksi primer
o Lesi sembuh dalam 7-10 hari
o Gejala prodromal lokal sebelum timbul vesikel (+) à panas, gatal dan
nyeri
o Lesi dapat timbul di tempat yang sama atau tempat lain

Cohen JI. Herpes Simplex in Fitzpatrick’s Dermatology. 9th Ed. New York:
McGraw-Hill Education. 2019.
Indriatmi W. Herpes simpleks dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
o Virus ditemukan di vesikel/pustul/krusta à kultur
o Tzanck smear dengan pewarnaan Giemsa à sel
datia berinti banyak dan badan inklusi
intranuklear
o Tidak ada lesi à serologis IgM dan IgG anti-
HSV tipe I dan II
o PCR

Cohen JI. Herpes Simplex in Fitzpatrick’s Dermatology. 9th Ed. New York: McGraw-Hill Education. 2019.
Indriatmi W. Herpes simpleks dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
Kemenkes RI. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual. 2016.
DIAGNOSIS BANDING HERPES GENITALIS

Sifilis S.I

Granuloma
inguinal Ulkus mole

Limfogranuloma venereum

PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta. 2017
Lautenschlager S, Brockmeyer NH. Sexually Transmitted Diseases: Ulkus mole in Fitzpatrick’s Dermatology. 9th Ed. New York: McGraw-Hill Education. 2019.
Indriatmi W. Ulkus Mole dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
TATALAKSANA

Kemenkes RI. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual. 2016.


Granuloma inguinalis
Disebut juga dengan donovanosis, granuloma venereum – merupakan
penyakit yang mengenai daerah genitalia, perianal, dan inguinal dengan
gambaran klinis berupa ulkus granulomatosa, progresif, tidak nyeri,
disebabkan oleh Calymmatobacterium granulomatis.

Indriatmi W. Granuloma inguinal dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
EPIDEMIOLOGI ETIOPATOGENESIS
o Saat. Ini sudah sangat jarang ditemukan, o Calymmatobacterium granulomatis /
termasuk di daerah yang sebelumnya Klebsiella granulomatis --> batang atau
endemis (Papua New Guinea , Australia kokobasil gram negatif
Tengah, Brazilia, Karibia, dan beberapa o Penularan terjadi melalui kontak seksual, non-
bagian India) seksual, kontak antara feses dengan kulit
o Umumnya diderita pada individu berusia 20- yang tidak intak
40 tahun
o Sering ditemukan pada individu dengan
status sosioekonomi yang rendah, dan aktif
secara seksual
CDC. 2015 Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines: Granuloma inguinale (Donovanosis). 2015.
Indriatmi W. Granuloma inguinal dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
MANIFESTASI KLINIS
o Masa inkubasi: 2 minggu - 3 bulan hingga 1 tahun
o Predileksi: penis, vulva, labia mayora, serviks, mons pubis, perianal
o Nodus subkutan soliter atau multipel à erosi à ulkus soliter atau multipel, tepi meninggi, tidak
teratur, berbatas tegas, berindurasi, berkembang lambat, mudah berdarah, tidak nyeri
o Dasar ulkus baru: cairan berwarna merah darah
o Dasar ulkus lama: jaringan granulasi berwarna merah daging, mudah berdarah, dengan cairan
seropurulen yang berbau busuk, sedikit eksudat purulen
o Lesi menyerupai kanker jika sudah meluas dan menetap beberapa tahun
o Limfadenopati (-)
o Pelruasan infalmasi subkutan à pembengkakan inguinal à massa yang disebut pseudobubo
o Gejala sistemik (-)

Indriatmi W. Granuloma inguinal dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
MANIFESTASI KLINIS
Terdapat 4 varian klinis:
o Ulserogranulomatosa / nodular: jaringan
granulasi merah dan hipertropik yang mudah
berdarah
o Hipertropik: lesi-lesi eksofitik menyerupai
veruka (verruciformis) dalam jumlah banyak
o Nekrotik: ulkus dalam dengan destruksi
jaringan yang luas
o Sklerotik: terutama fibrosis, kadang disertai
dgn striktur uretra

Indriatmi W. Granuloma inguinal dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI. 2018.
Hoffman MB, Pichardo RO. Granuloma inguinale in Fitzpatrick’s Dermatology. 9th Ed. New York: McGraw-Hill Education.
2019.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
o Apusan jaringan dari kerokan tepi
jaringan ulkus à diwarnai dengan
Giemsa, Wright atau pewarnaan
Leishman
o Histologis: organisme dalam vakuol di
sitoplasma makrofag (badan Donovan)
berbentuk seperti peniti atau
pegangan telepon
o Biopsi ~ pada kasus dengan suspek
kuat granuloma inguinalis secara klinis
namun sediaan apusan jaringan
berulang selalu negatif, dan utk
menyingkirkan kemungkinan
keganasan

Indriatmi W. Granuloma inguinal dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
Hoffman MB, Pichardo RO. Granuloma inguinale in Fitzpatrick’s Dermatology. 9th Ed. New York: McGraw-Hill Education. 2019.
DIAGNOSIS BANDING GRANULOMA INGUINALE

Sifilis S.I

Kondiloma akuminata

Ulkus mole

Limfogranuloma venereum

PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta. 2017
Lautenschlager S, Brockmeyer NH. Sexually Transmitted Diseases: Ulkus mole in Fitzpatrick’s Dermatology. 9th Ed. New York: McGraw-Hill Education. 2019.
Indriatmi W. Ulkus Mole dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
TATALAKSANA
Prinsip pengobatan:
o Lama pengobatan antara 3 minggu-3 bulan, hingga sembuh
o Bila bersamaan dengan infeksi HIV à waktu pengobatan lebih panjang

Pengobatan spesifik:
o DOC: Azitromisin 1gr PO setiap minggu
Alternatif:
o Doksisiklin 2x100 mg/hari, PO
o Eritromisin base 4x500 mg/hari PO

Indriatmi W. Granuloma inguinal dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
Hoffman MB, Pichardo RO. Granuloma inguinale in Fitzpatrick’s Dermatology. 9th Ed. New York: McGraw-Hill Education. 2019.
ALUR MANAJEMEN
ULKUS GENITAL
DENGAN PENDEKATAN
SINDROM

Kemenkes RI. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual. 2016.


ALUR MANAJEMEN
ULKUS GENITAL –
KHUSUS TENAGA MEDIS

Kemenkes RI. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual. 2016.


Vegetasi
Kondiloma akuminata
Kutil kelamin (venereal warts) –lesi berbentuk papilomatosa dengan
permukaan verukosa yang disebabkan oleh human papillomavirus (HPV)
terutama tipe 6 dan 11 yang terdapat didaerah kelamin atau anus

Indriatmi W, Handoko R. Kondiloma akuminatum dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
EPIDEMIOLOGI
o Insiden tahunan kondiloma akuminata adalah 1%
o Prevalensi tertinggi terjadi pada individu berusia 20-24
tahun
o 98% menular melalui hubungan seksual, dan sisanya
melalui barang yang tercemar HPV
o Insiden pada pria dan wanita sama

ETIOLOGI o Disebabkan oleh human papillomavirus (HPV) – virus DNA yang


tergolong dalam famili papovavirus
o Penyebab tersering kondiloma akuminata: HPV tipe 6 dan 11
o HPV tipe 16 dan 18 berpotensi onkogenik tinggi à dapat
menyebabkan kanker serviks

Indriatmi W, Handoko R. Kondiloma akuminatum dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
Ghadishah D. Condyloma acuminatum (genital warts). 2020. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/781735-overview#a6
MANIFESTASI KLINIS
o Predileksi: daerah lipatan yang lembab
- Pria: perineum dan sekitar anus, sulkus koronarius, glans penis, di dalam meatus uretra, korpus dan
pangkal penis
- Wanita: vulva dan sekitarnya, introitus vagina, porsio uteri
o Faktor pencetus: kondisi lembab (perempuan dengan fluor albus atau pria yang tidak di sirkumsisi),
kondisi imun yang menurun (HIV, transplantasi organ), hamil
o Asimtomatik namun bisa disertai dengan gatal
o Nyeri, bau tidak enak, mudah berdarah à infeksi sekunder
o Efloresensi:
- Lesi seperti kembang kol, berwarna seperti daging atau sama dengan mukosa, berukuran beberapa
milimeter-sentimeter, tiap kutil dapat berkonfluens.
- Lesi timbul - Lesi keratotik dengan permukaan kasar dan tebal, biasanya ditemukan di atas permukaan
yang kering sebagai papul/plak verukosa/keratotik/permukaan menyerupai kubah, soliter atau multipel

Djuanda A, Nilasari H. Limfogranuloma venereum dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
Lesi seperti kembang kol

Papul

Lesi hiperkeratotik

Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP, Roh EK, et al. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. 8th Ed. New York: McGraw-Hill Education. 2017.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
o Klinis
o Tes asam asetat
Lesi dan kulit atau mukosa sekitarnya dibungkus dengan kain kasa yang telah dibasahi dengan larutan
asam asetat 5% selama 3-5 menit à kain kasa dibuka à periksa area yang dibungkus dengan kaca
pembesar (pembesaran 4-8x) à (+) jika terjadi warna putih akibat ekspresi sitokeratin pada sel
suprabasal yang terinfeksi HPV – tes acetowhite positif
o HistoPA ~ jika lesi meragukan atau tidak berespons dengan pengobatan
o PCR ~ mengetahui tipe HPV

Djuanda A, Nilasari H. Limfogranuloma venereum dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
DIAGNOSIS BANDING KONDILOMA AKUMINATA

Karsinoma sel skuamosa

Benign penile pearly papule

Kondiloma lata (Sifilis S.II)

Veruka vulgaris

PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta. 2017
Lautenschlager S, Brockmeyer NH. Sexually Transmitted Diseases: Ulkus mole in Fitzpatrick’s Dermatology. 9th Ed. New York: McGraw-Hill Education. 2019.
Indriatmi W. Ulkus Mole dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
TATALAKSANA
Pengobatan Keterangan
Kemoterapi - Dilakukan oleh dokter
a. Tinktura podofilin 25% - Diberikan sebanyak 0,3 cc, kulit sekitar dilindungi dengan vaselin agar tidak terjadi iritasi dan
dicuci setelah 4-6 jam
- Pengobatan dilakukan seminggu 2x hingga lesi hilang
- Jika belum ada penyembuhan à ulangi pemberian setelah 3 hari
- Hasil baik pada lesi yang baru
b. Asam triklorasetat 80-90% - Dioleskan oleh dokter setiap minggu
- Larutan diaplikasikan pada lesi sampai berwarna putih à biarkan sampai kering sebelum
pasien duduk/berdiri
- Boleh diberikan pada ibu hamil
c. Podofilotoksin 0,5% - Dapat diaplikasikan oleh pasien
- Terapi diberikan 2x sehari selama 3 hari, selanjutnya istirahat 4 hari, diulang selama 4-5 sesi
- Tidak boleh digunakan oleh ibu hamil

Pembedahan (elektrokauterisasi, bedah skalpel, bedah laser CO2)

Krioterapi Direkomendasikan untuk lesi di genital eksterna, vagina, serviks, meatus uretra dan didalam anus
Interferon Dapat diberikan dalam bentuk suntikan (intramuskular atau intralesi) dan topikal (krim)
Imunoterapi Pada penderita dengan lesi luas dan resisten terhadap pengobatan

Djuanda A, Nilasari H. Limfogranuloma venereum dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta. 2017
ALUR MANAJEMEN
VEGETASI PADA GENITALIA

Kemenkes RI. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual. 2016.


Limfogranuloma venereum
Infeksi menular seksual sistemik akibat infeksi Chlamydia trachomatis
serovar L1, L2, dan L3 dengan sindrom inguinal sebagai bentuk tersering

Djuanda A, Nilasari H. Limfogranuloma venereum dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI
o Chlamydia trachomatis serovar L1, L2,
dan L3, bersifat obligat intrasel.
o Penularan terjadi akibat hubungan
seksual
o Jika tidak diobati, pasien dalam keadaan
infeksius selama beberapa tahun
o Banyak terdapat di negara tropik dan subtropik
o Endemik di Afrika, Asia Tenggara-Tengah,
Amerika Selatan, dan Karibia
o Sering terjadi pada pria yang berhubungan
seksual dengan pria (LSL)

Djuanda A, Nilasari H. Limfogranuloma venereum dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
MANIFESTASI KLINIS
o Masa tunas 1-4 minggu
o Gejala konstitusi (+) sebelum lesi muncul dan menetap selama sindrom inguinal

Gambaran
klinis

Dini Lanjut

Afek Sindrom Sindrom Sindrom Sindrom


primer inguinal genital anorektal uretra

Waktu terjadinya afek primer hingga sindrom inguinal 3-6 minggu,


sedangkan dari bentuk dini hingga bentuk lanjut satu tahun hingga
beberapa tahun.

Djuanda A, Nilasari H. Limfogranuloma venereum dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
MANIFESTASI KLINIS
AFEK PRIMER SINDROM INGUINAL
o Predileksi: o Sering terdapat pada laki-laki
- Pria: sulkus koronarius, batang penis, uretra, o Mengenai KGB inguinal medial
anus, rektum o Efloresensi: perbesaran KGB inguinal dengan
- Wanita: vagina 2/3 atas dan serviks permukaan berbenjol-benjol, berkonfluens,
o Efloresensi: papul miliar, vesikel, pustul, erosi, disertai tanda radang akut (dolor, rubor, tumor
dan ulkus yang tidak nyeri. Umumnya soliter kalor, fungsio lesa), periadenitis à terjadi
dan cepat hilang perlunakan, biasanya di tengah, yang tidak
serentak à konsistensi lesi bermacam-macam
o Stigma of groove à 2/3 kelompok KGB yang
berdekatan dan memanjang seperti sosis di
bagian proksimal dan distal ligamen Pouparti
yang dipisahkan oleh sulkus

Djuanda A, Nilasari H. Limfogranuloma venereum dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
MANIFESTASI KLINIS
SINDROM GENITAL SINDROM ANOREKTAL
o Jika sindrom inguinal tidak diobati à fibrosis o Terjadi pada laki-laki yang melakukan kontak
kelenjar inguinal medial à aliran getah bening seksual anogenital dengan laki-laki (MSM/LSL)
terbendung à edema dan elefantiasis o Pada wanita terjadi akibat kontak seksual
o Elefantiasis bersifat vegetatif, dapat terbentuk secara anogenital dan jika afek primer terdapat
fistel-fistel dan ulkus-ulkus pada vagina 2/3 atas atau serivks yang
o Predileksi: penis dan skrotum (pria), labia dan mengalami penjalaran ke kelenjar perirektal
klitoris (wanita) (kelenjar Gerota)
o Limfadenitis à periadenitis à perlunakan à
terbentuk abses à ruptur à terbentuk fistel à
meluas menjadi ulkus à sikatriks à striktura
rekti (obstipasi, tinja kecil-kecil dan perdarahan
saat defekasi)
o Saat ruptur à keluar darah dan pus pada saat
defekasi

Djuanda A, Nilasari H. Limfogranuloma venereum dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
MANIFESTASI KLINIS
SINDROM URETRA
o Terjadi jika terbentuk infiltrat di uretra
posterior à abses à ruptur à fistel à
striktur à orifisium uretra eksternum
berubah bentuk seperti mulut ikan (fist
mouth urethra) dan penis melengkung

Groove sign

Djuanda A, Nilasari H. Limfogranuloma venereum dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
Lautenschlager S, Brockmeyer NH. Sexually Transmitted Diseases: Lymphogranuloma venereum in Fitzpatrick’s Dermatology. 9th Ed. New York: McGraw-Hill Education. 2019.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

o Pemeriksaan darah tepi: leukosit normal, LED meninggi,


hiperproteinemia berupa peninggian globulin namun albumin normal
atau menurun
o Kultur dengan media McCoy cell
o Serologis:
o Complement fixation test à titer 1/64 menunjukkan sedang
sakit
o Tes frei [tes intradermal] à (+) jika tdp infiltrat berdiameter
>0,5 cm
o NAAT (nucleic acid amplification test) untuk Chlamydia trachomatis ~
swab dakron diambil dari usap anus, aspirasi lesi nodus/drainase pus

Djuanda A, Nilasari H. Limfogranuloma venereum dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
Kemenkes RI. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual. 2016.
DIAGNOSIS BANDING LIMFOGRANULOMA VENEREUM

Skrofuloderma Hernia inguinalis


Limfadenitis ec. Ulkus mole

PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta. 2017
Lautenschlager S, Brockmeyer NH. Sexually Transmitted Diseases: Ulkus mole in Fitzpatrick’s Dermatology. 9th Ed. New York: McGraw-Hill Education. 2019.
Indriatmi W. Ulkus Mole dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7, Cetakan Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2018.
TATALAKSANA

ALUR
MANAJEMEN
BUBO
INGUINAL

Kemenkes RI. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual. 2016.


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai